Stasiun Yogyakarta: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Gilang Bayu Rakasiwi (bicara | kontrib)
Gilang Bayu Rakasiwi (bicara | kontrib)
Baris 139: Baris 139:
|style="text-align:center"| Pemberhentian KA antarkota dan lokal Jateng-DIY dari arah timur
|style="text-align:center"| Pemberhentian KA antarkota dan lokal Jateng-DIY dari arah timur
|-
|-
| style="text-align:center;border-top:solid 2px black;border-bottom:solid 2px black;border-left:solid 2px black;border-right:solid 2px black;text-align:center" colspan="2" |{{Small|Peron pulau, pintu terbuka di sebelah kanan kedatangan KA dari arah barat}}
| style="text-align:center;border-top:solid 2px black;border-bottom:solid 2px black;border-left:solid 2px black;border-right:solid 2px black;text-align:center" colspan="2" |{{Small|Peron pulau, pintu terbuka di sebelah kiri kedatangan KA dari arah barat}}
|-
|-
|Jalur '''4'''
|Jalur '''4'''

Revisi per 22 Januari 2022 05.11

Stasiun Yogyakarta
Kereta Api Indonesia KAI Commuter Kereta Api Indonesia#Kereta api bandara
Templat:Penomoran stasiun komuter headerY01P01YA01Templat:Penomoran stasiun komuter footer

Tampak depan Stasiun Tugu, 2020
Nama lainStasiun Tugu
Lokasi
Koordinat7°47′21.2946″S 110°21′48.4956″E / 7.789248500°S 110.363471000°E / -7.789248500; 110.363471000Koordinat: 7°47′21.2946″S 110°21′48.4956″E / 7.789248500°S 110.363471000°E / -7.789248500; 110.363471000
Ketinggian+113 m
Operator
Letak
Jumlah peron7
  • Emplasemen utara: 3 (satu peron sisi yang agak tinggi dan dua peron pulau yang tinggi)
  • Emplasemen selatan: 4 (dua peron sisi dan dua peron pulau yang sama-sama tinggi)
Jumlah jalur9
  • Emplasemen utara: 6 (jalur 5: sepur lurus)
  • Emplasemen selatan: 3 (jalur 3: sepur lurus)
LayananTaksaka, Bima, Gajayana, Argo Lawu, Argo Dwipangga, Mataram, Senja Utama Solo, Senja Utama Yogya, Singasari, Sancaka, Argo Wilis, Turangga, Mutiara Selatan, Malabar, Lodaya, Kertanegara, Mutiara Timur, Ranggajati, Wijayakusuma, Joglosemarkerto, KA Bandara YIA, Prambanan Ekspres, dan KAI Commuter Yogyakarta–Solo
Konstruksi
Jenis strukturArt deco
Informasi lain
Kode stasiun
KlasifikasiBesar tipe A[2]
Sejarah
Dibuka20 Juli 1887[3]
Nama sebelumnyaStation Djocja Toegoe, Djocjakarta, Djokjakarta, Jogjakarta
Operasi layanan
Lua error in Modul:Adjacent_stations at line 219: Jalur tidak dikenal "KA Bandara YIA".
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir Gedung parkir Parkir sepeda Cetak tiket mandiri Ruang/area tunggu Pemesanan langsung di loket Mesin tiket Layanan pelanggan Pusat informasi Musala Toilet Wastafel Jalur difabel Tempat naik/turun Pos kesehatan Galeri ATM Restoran Pertokoan/area komersial Ruang menyusui VIP Ruang kerja bersama Barang hilang Penitipan barang Isi baterai Area merokok Tangga naik/turun 
Tipe persinyalan
Cagar budaya Indonesia
Stasiun Kereta Api Tugu Yogyakarta
PeringkatNasional
KategoriBangunan
No. RegnasRNCB.20151105.02.000095
Tanggal SK2007 dan 2015
PemilikKereta Api Indonesia
PengelolaKereta Api Indonesia
Nama sebagaimana tercantum dalam
Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun Yogyakarta (YK) (Jawa: ꦱ꧀ꦠꦱꦶꦪꦸꦤ꧀​ꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ/ꦔꦪꦺꦴꦒꦾꦏꦂꦠ, translit. Stasiyun Yogyåkartå/Ngayogyåkartå), terkadang ditulis Stasiun Jogjakarta[a], dan juga dikenal sebagai Stasiun Tugu, adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Kelurahan Sosromenduran, Kêmantrèn Gedongtengen, Kota Yogyakarta pada ketinggian +113 meter. Stasiun ini merupakan stasiun utama di Kota Yogyakarta dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan dalam pengelolaan Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi VI Yogyakarta dan KAI Commuter. Bangunan stasiun beserta rel KA yang membujur dari barat ke timur berada di Kêmantrèn Gedongtengen. Stasiun Yogyakarta merupakan titik tengah antara Stasiun Gambir dan Stasiun Surabaya Gubeng yang melayani pemberangkatan dan kedatangan kereta api kelas eksekutif dan hampir semua kelas campuran yang berada di jalur lintas selatan Pulau Jawa disertai dengan Commuter Line Yogyakarta-Solo. Stasiun besar lainnya di Kota Yogyakarta, yaitu Stasiun Lempuyangan, dikhususkan untuk melayani kelas ekonomi, sebagian kecil kelas campuran dan juga Commuter Line Yogyakarta-Solo.

Sebagai stasiun utama di Yogyakarta, stasiun ini merupakan stasiun ujung bagi KRL Yogyakarta–Solo, dan beberapa kereta api antarkota dan lokal.[5]

Sejarah

Stasiun Tugu pada masa kolonial, 1890-an.

Stasiun Tugu mulai beroperasi pada 20 Juli 1887 dan merupakan salah satu stasiun yang cukup tua,[3] serta memiliki arsitektur yang unik karena gedung stasiun berada di tengah kedua sisi rel kereta api, sedangkan bangunan menghadap ke jalan poros Kota Yogyakarta. Arsitektur stasiun ini bergaya art deco yang terkenal pada masa antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II.

Stasiun ini pernah menjadi tujuan akhir perjalanan kereta luar biasa Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno, saat memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta.

Stasiun ini merupakan stasiun berperon pulau dengan dua kepemilikan, yaitu sisi selatan milik Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS) dengan lebar sepur 1.435 mm dan sisi utara milik Staatsspoorwegen (SS) dengan lebar sepur 1.067 mm. NIS dan SS saling berbagi tanah untuk mengoperasikan jalur kereta api Yogyakarta–Surakarta.[6]

Di sebelah barat stasiun ini terdapat dua percabangan jalur yang seluruhnya sudah dinonaktifkan, yaitu jalur menuju MagelangParakan dan menuju Palbapang, Bantul. Jalur menuju Magelang telah dinonaktifkan pada tahun 1972 hingga 1976 sehubungan dengan letusan Gunung Merapi, tetapi bekas jalur ini masih dapat terlihat di beberapa tempat di Jalan Tentara Pelajar, Yogyakarta.[7] Jalur tersebut juga memiliki percabangan di Secang menuju Museum Kereta Api Ambarawa melalui Tuntang hingga berakhir di Kedungjati yang juga telah dinonaktifkan. Selain itu, jalur menuju Palbapang dinonaktifkan pada rentang tahun 1973–1980-an, tetapi bekas jalur ini juga masih dapat terlihat di beberapa tempat, salah satunya di lapangan parkir di sisi barat laut Keraton Yogya.

Stasiun ini ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.[8]

Bangunan dan tata letak

Lokomotif D301 61 09 yang dipajang di pintu selatan stasiun

Stasiun Yogyakarta terbagi menjadi dua emplasemen, yaitu emplasemen utara dan selatan, dan juga memiliki dua pintu masuk dan keluar, yakni pintu utama yang menghadap ke Jalan Margo Utomo—Jalan Pangeran Mangkubumi, termasuk wilayah Kelurahan Gowongan, Kemantren Jetis hanya untuk keberangkatan kereta api antarkota, dan pintu selatan yang menghadap ke arah Jalan Pasar Kembang—wilayah Kelurahan Sosromenduran, Kemantren Gedongtengen dikhususkan untuk keberangkatan dan kedatangan KA Prambanan Ekspres, KA Bandara Internasional Yogyakarta dan KAI Commuter Yogyakarta–Solo dan kedatangan penumpang kereta api antarkota saja. Stasiun ini memiliki bangunan khusus untuk loket di pintu selatan.

Pada tahun 1970-an, jumlah jalur Stasiun Tugu kemungkinan mencapai sebelas jalur—tidak termasuk jalur ke dalam pos langsiran di utara stasiun—yaitu emplasemen selatan memiliki lima jalur kereta api dengan jalur 5 merupakan sepur lurus dan emplasemen utara memiliki enam jalur kereta api dengan (kemungkinan) jalur 6 merupakan sepur lurus.[9] Namun pada tahun 1999, peron di jalur 2 dibangun untuk mengakomodasi tinggi pintu kereta eksekutif saat itu.[10]

Sebelum pembangunan jalur ganda dimulai sekitar tahun 2004, jalur 3 lama merupakan sepur lurus arah Solo, sedangkan jalur 4 merupakan sepur lurus arah Kutoarjo.[11] Pada saat pembangunan jalur ganda hingga pengoperasiannya di lintas Yogyakarta–Maguwo per 8 Januari 2007[12] dan Yogyakarta–Kutoarjo pada November 2007[13] dan diresmikan 22 Januari 2008,[14] tata letak stasiun mengalami perubahan: jalur langsir yang masih utuh—walaupun sudah dicabut—diubah menjadi jalur 1, jalur 1 lama diubah menjadi jalur 2, dan jalur 2 lama diubah menjadi jalur 3 sebagai sepur lurus dari dan ke arah Kutoarjo. Selain itu, peron tinggi ditambahkan pada jalur 3—menimbun jalur 3 lama—dan jalur 5. Saat ini, jalur 3 dijadikan sepur lurus arah Solo dan sepur belok dari arah Kutoarjo, jalur 4 dijadikan sepur lurus dari arah Kutoarjo, dan 5 dijadikan sepur lurus ke arah Kutoarjo.

Nama "Stasiun Yogyakarta" dalam aksara Jawa

Di kawasan stasiun terdapat depo lokomotif dan depo kereta maupun gerbong yang berturut-turut terletak di sebelah barat laut dan barat. Pemutar rel berada di barat depo lokomotif yang terletak di sebelah barat laut stasiun.

Ke arah timur stasiun, terdapat perlintasan sebidang yang berupa gerbang geser dengan nomor pos jaga lintasan (PJL) 3A dan 3B yang dikhususkan untuk sepeda, becak, andong, atau pejalan kaki yang melintas di sekitar kawasan Jalan Malioboro. Selain itu, terdapat jembatan yang membentang di atas Kali Code yang dikenal dengan sebutan Jembatan Kewek yang melintang di atas Jalan Abu Bakar Ali.[b]

Stasiun ini sering mengalami renovasi dan penataan ulang, antara lain dengan membangun peron tinggi serta penambahan atap kanopi.[15] Sistem parkir juga mengalami perubahan: pintu timur dan selatan kini hanya digunakan untuk tempat antar-jemput dan parkir becak, sedangkan tempat parkir terletak di sebelah barat daya kompleks stasiun.[16] Dalam rangka mewujudkan stasiun kereta api besar bertaraf internasional, stasiun ini sejak musim mudik lebaran 2016 telah dilakukan renovasi secara menyeluruh, antara lain merombak loket stasiun di pintu selatan, serta pemasangan lantai granit, pengecatan ulang, dan lain-lain.[17] Di selatan stasiun terdapat banyak kios yang saling berimpitan, ekspedisi barang, dan kios penjualan tiket pesawat dan kereta api yang telah digusur pada tahun 2017 karena tidak memiliki izin dan dianggap kumuh oleh KAI.[18]

Stasiun ini memiliki ruang tunggu eksekutif, Anggrek Executive Lounge, dioperasikan oleh KAI Wisata yang memanfaatkan bangunan pendopo belakang stasiun.[19]

Sehubungan dengan proyek pembaruan persinyalan elektrik kereta api di stasiun ini, maka dilakukan pemasangan sistem persinyalan elektrik baru produksi Len Industri per April 2021 yang menggantikan sistem persinyalan elektrik lama produksi Siemens.[20] Dan persinyalan ini telah aktif mulai September 2021.[butuh rujukan]Bersamaan dengan itu, lintasan jalur rel antara stasiun ini dan Stasiun Lempuyangan dijadikan sebagai jalur tunggal ganda atau sepur kembar.

Sisi utara Jalur 9 Langsiran dari dan ke depo lokomotif
Jalur 8 Langsiran dari dan ke depo lokomotif
Jalur 7 Jalur langsir
Jalur 6 Sepur lurus tujuan Kutoarjo
Peron pulau
Jalur 5 Pemberhentian KA antarkota dan lokal Jateng-DIY dari arah timur
Peron pulau, pintu terbuka di sebelah kiri kedatangan KA dari arah barat
Jalur 4 (Wates)      Commuter Line Cikarang
Peron sisi, pintu terbuka di sebelah kanan kedatangan KA dari arah barat
Pintu
keberangkatan
sisi utara
(khusus kereta api antarkota)

Sisi selatan Peron sisi, pintu terbuka di sebelah kiri kedatangan KA dari arah barat
Jalur 3 Pemberhentian KA antarkota dan lokal Jateng-DIY dari arah barat
Peron pulau
Jalur 2 Sepur lurus arah Solo Balapan dan      Commuter Line Bogor tujuan Solo Balapan (Lempuyangan)
Peron pulau
Jalur 1 (Wates)      KA Bandara YIA tujuan YIA
Peron sisi, pintu terbuka di sebelah kanan kedatangan KA dari arah barat
G Pintu keberangkatan sisi selatan (khusus KAI Commuter, kereta api lokal dan kereta api bandara)

Ciri khas

Monumen uap Marshall Britannia yang kini sudah dipindahkan di sayap utara jalan masuk Stasiun Tugu

Stasiun Yogyakarta memiliki dua monumen lokomotif di sisi timur dan selatan kawasan stasiun. Monumen yang terletak di pintu masuk keberangkatan sisi timur adalah mesin uap portabel (lokomobil) buatan Marshall Britannia, Britania Raya. Letaknya yang semula berada di tengah-tengah jalan masuk stasiun kini dipindahkan di sayap utara jalan tersebut. Sementara itu, monumen yang terletak di sisi selatan stasiun adalah lokomotif diesel hidraulis D301 22 yang dipajang sejak 12 Desember 2018. Pemajangan lokomotif ini dilakukan setelah seluruh bagian stasiun mengalami perombakan, antara lain menambahkan toilet dari mobil bekas dan dapat digunakan oleh masyarakat umum, tak hanya calon penumpang.[21][22] Selain monumen lokomotif, di pintu keberangkatan sisi timur dekat perlintasan sebidang terdapat tulisan "Stasiun Yogyakarta" dalam aksara Jawa yang dibuat menggunakan huruf timbul dengan ukuran besar.

Stasiun ini memiliki lagu kedatangan kereta api berupa lagu keroncong instrumental berjudul "Sepasang Mata Bola" karya Ismail Marzuki sebagai bel kedatangan kereta api di seluruh stasiun besar wilayah DI Yogyakarta, mengisahkan perjuangan di atas kereta api dari Jakarta menuju Yogyakarta. Lagu ini dibuat aransemen oleh YouTuber Keroncong yaitu Purwaka Music.[23]

Pada budaya populer

Papan nama Stasiun Tugu per Desember 2020

Insiden

Pada 14 November 2003, tiga kereta penumpang dengan dua kereta kelas bisnis dan satu kelas eksekutif anjlok di Depo Lokomotif Yogyakarta. Insiden ini bermula saat rangkaian kereta tersebut akan dicuci sebelum dikirim ke Jakarta. Namun, wesel bergerak sendiri saat rangkaian kereta dilangsir sehingga menyebabkan anjlok.[31]

Pada 23 April 2014, seorang pria tewas ditabrak kereta api semen dengan nomor perjalanan 8067 relasi LempuyanganPurwokerto. Korban diduga mengalami gangguan kejiwaan. Peristiwa ini terjadi di sebelah utara taman parkir Abu Bakar Ali.[32]

Pada 4 Juli 2017, seorang siswi SMK menghilang setelah turun dari kereta api Senja Utama Yogya di Stasiun Tugu. Dua hari kemudian, pada pukul 15.00 sore, pihak keluarga ditelepon oleh pengantar bahwa siswi tesebut telah diantar pulang ke rumahnya.[33]

Layanan kereta api

Antarkota

Lokal

KAI Commuter

Kereta bandara

YA Kereta Bandara Internasional Yogyakarta, tujuan Bandara Internasional Yogyakarta

Antarmoda pendukung

Jenis angkutan umum Trayek Tujuan
Trans Jogja[34] Terminal Prambanan-Stasiun Yogyakarta (via Laksda Adisutjipto, Urip Soemohardjo, Jenderal Sudirman, Malioboro)
Bandara Adisutjipto-Stasiun Yogyakarta (via Laksda Adisutjipto, Ring Road Selatan, Sultan Agung, Panembahan Senopati)
Termina Condongcatur-XT Square (via Pajajaran, Nyi Tjondrolukito, AM Sangaji, Malioboro, Panembahan Senopati)
Terminal Giwangan-Terminal Condongcatur (via Cik Di Tiro, Jenderal Sudirman, Diponegoro, Malioboro)
Terminal Giwangan-Terminal Condongcatur (via Diponegoro, Jenderal Sudirman, Laksda Adisutjipto, Yogyakarta-Solo)
(Teman Bus) Pusat Kuliner Belut Godean-Terminal Ngabean (via Diponegoro, Jlagran Lor, Letjen Suprapto)

Galeri

Catatan kaki

  1. ^ Berdasarkan tulisan yang terpampang di pintu selatan stasiun.
  2. ^ Jembatan Kewek pada masa Hindia Belanda disebut Kerkweg, karena jalan tersebut mengarah ke sebuah gereja

Referensi

Kutipan

  1. ^ Subdit Jalan Rel dan Jembatan (2004). Buku Jarak Antarstasiun dan Perhentian. Bandung: PT Kereta Api (Persero). 
  2. ^ a b Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  3. ^ a b Staatsspoorwegen (1921–1932). Verslag der Staatsspoor-en-Tramwegen in Nederlandsch-Indië 1921-1932. Batavia: Burgerlijke Openbare Werken. 
  4. ^ Sugiana, A.; Lee, Key-Seo; Lee, Kang-Soo; Hwang, Kyeong-Hwan; Kwak, Won-Kyu (2015). "Study on Interlocking System in Indonesia" (PDF). Nyeondo Hangugcheoldohaghoe Chungyehagsuldaehoe Nonmunjib (Korean Society for Railway) (46). 
  5. ^ Trisaningtyas, Farida (2020-04-19). "Proyek KRL Solo-Jogja Terhambat Wabah Covid-19: Pekerja Minim, Material Susah Didapat". Solopos. Bisnis Indonesia Group. Diakses tanggal 2020-05-07. 
  6. ^ Gauge di Indonesia
  7. ^ "Stasiun Medari Pernah Dibumihanguskan - Tribun Jogja". Tribun Jogja. 2014-02-05. Diakses tanggal 2018-10-18. 
  8. ^ "Stasiun Kereta Api Tugu Yogyakarta". Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya, Kemendikbud RI. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-08-12. Diakses tanggal 12 Agustus 2017. 
  9. ^ "Java". searail.malayanrailways.com. Diakses tanggal 2020-05-10. 
  10. ^ Sapei, Tulus Abadi; Subhansyah, Aan T.; Purwanta, Setia A.; Zaini, Apridon; Shaleh, Muhammad; Atmaja, Ida Bagus Yoga; Hasyim, Hur; Lukmanurdin, Ibang; Panjaitan, Efendi; Ikhsan, Edy (2002). Memecah ketakutan menjadi kekuatan: kisah-kisah advokasi di Indonesia. Sleman: Insist Press. 
  11. ^ Lampiran Surat Keputusan Direktur Jenderal Perkeretaapian No. SK.02/DJKA/K.2/01/06
  12. ^ "Uji Coba Rel Ganda Yogya-Solo Bikin Bikers Senewen". detiknews. Diakses tanggal 2020-05-10. 
  13. ^ "Proyek ODA - Proyek Rel Ganda Kereta Jalur Selatan, Jawa (2)". www.id.emb-japan.go.jp. Diakses tanggal 2020-05-10. 
  14. ^ Media, Kompas Cyber. "Besok Presiden Resmikan Rel Ganda di Kutoarjo". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2020-05-10. 
  15. ^ "Renovasi Stasiun Tugu Selesai H-3". Kompas.com. 30 Agustus 2010. Diakses tanggal 21 Oktober 2017. 
  16. ^ Vicka, Patricia (28 Mei 2015). "Mulai 7 Juli Pintu Timur Stasiun Tugu Hanya untuk Keberangkatan". MetroTVNews.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-10-21. Diakses tanggal 21 Oktober 2017. 
  17. ^ Reza, Khairur (21 Juni 2016). "Renovasi Stasiun Tugu Yogyakarta Dijanjikan Selesai H-10 Lebaran". Tribunnews.com. Diakses tanggal 21 Oktober 2017. 
  18. ^ Syaifudin, Teuku Muhammad Guci (5 Juli 2016). "Dinilai Kumuh, Kios-kios di Selatan Stasiun Tugu Dibongkar". Kompas.com. Diakses tanggal 21 Oktober 2017. 
  19. ^ Detikcom: Stasiun Tugu Kini Punya Executive Lounge
  20. ^ "Investasi Elektrifikasi KRL Yogyakarta-Solo Capai Rp 1,2 T". Republika Online. 2021-01-20. Diakses tanggal 2021-04-24. Selanjutnya, pekerjaan modifikasi sinyal elektrik Yogyakarta – Lempuyangan... 
  21. ^ Raharjo, Paksi Suryo (2018-10-25). "Stasiun Tugu Berbenah Tampil Semakin Cantik". MerahPutih. Diakses tanggal 2019-03-31. 
  22. ^ "Stasiun Tugu Kini Miliki Monumen Lokomotif". krjogja.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-03-31. 
  23. ^ Dewanto, H. (2010-09-09). "Kisah "Empat Penari" di Tawang". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2021-10-13. "Sementara Stasiun Tugu di Yogyakarta memperdengarkan ”Sepasang Mata Bola"." (...) kata Nugroho (Wahyu Utomo). 
  24. ^ Esha 2005.
  25. ^ "Kemendikbud Berhasil Merestorasi Film "Kereta Api Terakhir"". Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (dalam bahasa Inggris). 2019-12-19. Diakses tanggal 2020-06-14. 
  26. ^ Tempo, Koran (2018-12-05). "Sinema dan 'Tanaman Tua' di Festival Jogja - Seni - koran.tempo.co". Tempo. Diakses tanggal 2020-06-14. 
  27. ^ News, Tagar (2017-12-23). "Serangan Umum 1 Maret 1949, Soeharto Bukan Hero, Hanya Makan Soto". TAGAR. Diakses tanggal 2020-06-14. 
  28. ^ Sheila on 7 (14 Maret 2013) [2000]. Sheila On 7 - Tunggu Aku Dijakarta (Videotape). Sony Music Entertainment Indonesia. 
  29. ^ "Citra Scholastika Rindukan Yogyakarta". Tempo (dalam bahasa Inggris). 2012-02-29. Diakses tanggal 2020-06-14. 
  30. ^ "Dhimas Tedjo Jadi Mentor Bintang Pantura". Solopos.com. 2018-08-01. Diakses tanggal 2020-06-14. 
  31. ^ Liputan6.com (2003-11-15). "Tiga Gerbong KA Cadangan Anjlok di Stasiun Tugu". liputan6.com. Diakses tanggal 2020-05-26. 
  32. ^ "Tertabrak KA, Kepala dan Badan Pria Ini Terpisah". Solopos. 24 April 2014. Diakses tanggal 12 Agustus 2017. 
  33. ^ "Siswi SMK yang Hilang di Stasiun Tugu Kembali ke Rumahnya". Kompas. 7 Juli 2017. Diakses tanggal 12 Agustus 2017. 
  34. ^ "Trans Jogja Bus Stop (Halte)/Shelter". Yogya Backpacker. Diakses tanggal 22 Oktober 2017. 

Daftar pustaka

Esha, Teguh (2005). Ismail Marzuki : musik, tanah air, dan cinta (edisi ke-Cet. 1). Jakarta: LP3ES. ISBN 979-3330-36-8. OCLC 74913436. 

Pranala luar

Stasiun sebelumnya Piktogram dari KA Jarak Jauh Lintas Kereta Api Indonesia Stasiun berikutnya
Patukan
ke arah Kutoarjo
Kutoarjo–Purwosari–Solo Balapan Lempuyangan
ke arah Solo Balapan
Kricak
ke arah Secang
Secang–Yogyakarta Terminus
Terminus Yogyakarta–Palbapang Ngabean
ke arah Sewugalur