Kereta api eksekutif

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Eksekutif campuran Kereta api Sawunggalih Utama tahun 2015, sebelum mendapat Eksekutif Stainless Steel.
Kereta api eksekutif Bima melintas Stasiun Manggarai

Kereta api eksekutif adalah kereta penumpang yang dilengkapi dengan penyejuk udara (Inggris: air conditioner). Kereta api eksekutif juga menyediakan sarana hiburan selama dalam perjalanan berupa tayangan audio/video dari operator Show On Rail yang kemudian dinasionalkan melalui siaran KATV ( Kereta Api Televisi) yang mengudara di atas KA eksekutif mulai tahun 2000. Selain sarana hiburan, penumpang juga dapat memesan makanan dan minuman sesuai dengan menu pilihan yang disediakan dan bisa dinikmati baik di tempat duduk masing-masing maupun di kereta makan yang didesain sebagai mini bar.

Kereta api Eksekutif mengawali sejarahnya pada saat peluncuran kereta api Parahyangan, serta kemajuannya dimulai pada saat diluncurkannya kereta api Bima dengan rangkaian kereta tidur kelas 1 dan 2. Dahulu, ada 2 pelayanan kelas eksekutif (+ 3 khusus kereta api Bima), yakni kereta tidur kelas 1 (SAGW), kereta tidur Kelas 2 (SBGW), kereta kuset, eksekutif A, dan eksekutif B. Namun sekarang, Kereta eksekutif dibagi menjadi tiga, yaitu kereta kelas argo, kelas satwa, dan kelas campuran.

Kereta api ini pada umumnya ditarik lokomotif besar seperti CC201, CC203, dan CC204. Namun kini, CC206 ditugaskan untuk menggantikan lokomotif-lokomotif tersebut semenjak CC 204 Dan BB 203 mulai berdinas di Sumatera Selatan.

Kelas Argo[sunting | sunting sumber]

Peta jalur kereta api kelas eksekutif Argo

Kelas Argo, merupakan kelas layanan tertinggi PT Kereta Api Indonesia (Persero), yaitu kereta penumpang berkapasitas 50 orang per kereta. Kata Argo sendiri diambil dari bahasa Jawa Kuno yang artinya gunung. Oleh karena itulah, penamaan kereta argo sebagian besar menggunakan nama gunung yang berada dekat dengan kota tujuan atau kota yang dilalui kereta tersebut. Misalnya, kereta api Argo Bromo Anggrek dan Argo Semeru dengan relasi Surabaya PasarturiGambir di jalur utara Jawa dan Surabaya Gubeng–Gambir di jalur tengah Jawa diambil dari nama dari dua gunung berapi aktif di Jawa Timur, yaitu Gunung Bromo dan Semeru yang terletak di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, sedangkan Argo Wilis dengan relasi Bandung–Surabaya Gubeng di jalur selatan Jawa diambil dari gunung berapi non-aktif bernama, Gunung Wilis yang terletak di barat daya Jawa Timur. Di Jawa Tengah, mereka adalah kereta api Argo Muria, Argo Sindoro, dan Argo Merbabu yang merupakan kereta api antarkota jalur utara Jawa dengan relasi Semarang Tawang–Gambir diambil dari tiga gunung berapi, yaitu Gunung Muria di Kabupaten Jepara; namun ada dua gunung berapi tergolong aktif seperti Gunung Sindoro di Kabupaten Temanggung dan Wonosobo serta Gunung Merbabu di Kabupaten Boyolali dan Magelang, sedangkan kereta api Argo Lawu dengan relasi Solo Balapan–Gambir di jalur tengah Jawa diambil dari gunung berapi aktif di Kabupaten Karanganyar, yaitu Gunung Lawu.[1]

Pengecualian berlaku untuk kereta api kereta api Argo Cheribon, Argo Parahyangan, dan Argo Dwipangga, karena tidak menggunakan nama gunung. Argo Jati menggunakan nama yang berasal dari sosok Walisongo, Sunan Gunung Jati sebelum di ganti Argo Cheribon, sedangkan Argo Parahyangan sebenarnya merupakan gabungan dari nama Argo Gede dan Parahyangan. Sedangkan nama Dwipangga pada kereta api Argo Dwipangga berasal dari gajah tunggangan milik Sultan Agung dalam legenda Sungai Gajahwong di Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikirim dari Kerajaan Siam (Thailand) bernama "Kyai Dwipangga".[2]

Kereta api Argo Lawu bersama kereta api kelas Argo lainnya diangkat menjadi lagu campur sari karya Cak Diqin, "Sepur Argo Lawu".[3] Pada lagu tersebut disebutkan nama Argo Lawu, Argo Dwipangga, Argo Wilis, Argo Muria, Argo Bromo Anggrek, dan Sri Tanjung.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Kelas Argo mulai ada sejak era KA Argo Bromo dan KA Argo Gede pada tahun 1995. Kemudian KA Argo-Argo baru mulai diluncurkan. KA Argo Bromo ditingkatkan lagi dengan mengoperasikan KA Argo Bromo Anggrek dan KA Argo Muria lahir pada 1997, lalu muncullah Argo Dwipangga dan Argo Wilis pada 1998. Kemudian KA Argo Muria I menjadi Argo Sindoro dan lahir juga KA Argo Jati pada tahun 2007 dengan menggunakan rangkaian eks-Argo Gede JB-250.[butuh rujukan]

Kebijakan pemangkasan perjalanan kereta api oleh PT Kereta Api telah menyebabkan kereta api JS-950 Argo Bromo dipangkas sehingga hanya ada satu kereta api Argo Bromo, yakni Argo Bromo Anggrek.

Armada Kereta[sunting | sunting sumber]

Livery asli Argo

KA-KA kelas Argo yang diluncurkan pada era 1995 sampai dengan 2000-an awal menggunakan rangkaian baru produksi dari INKA sejak awal peluncurannya.

Armada Eksekutif baru ini dibuat secara bertahap, yaitu:

  • 1995 (K1 0 95 xx) untuk KA Argo Bromo JS-950 dan Argo Gede (sekarang rangkaian eksekutif tahun 1995 telah disebar ke berbagai dipo),
  • 1996 (K1 0 96 xx) untuk KA Argo Lawu (sekarang rangkaian eksekutif buatan tahun 1996 telah disebar ke berbagai depo)
  • 1997 (K1 0 97 xx kelas Anggrek) untuk KA Argo Bromo Anggrek dan KA Argo Muria (sekarang rangkaian eksekutif buatan 1997 tidak digunakan lagi di KA Argo Muria dan KA Argo Sindoro melainkan di Konservasi permanen)
  • 1998 (K1 0 98 xx) untuk KA Argo Wilis dan KA Argo Dwipangga (sekarang rangkaian eksekutif buatan 1998 telah disebar ke berbagai depo)
  • 2001 (K1 0 01 xx kelas Anggrek batch 2) untuk KA Argo Bromo Anggrek 2 dan KA Argo Muria (sekarang rangkaian eksekutif buatan 2001 batch 2 tidak digunakan Argo Muria dan KA Argo Sindoro melainkan di Konservasi permanen)
  • 2002 (K1 0 02 xx) untuk KA Argo Muria dan KA Argo Sindoro, dan Argo Gede yang sekarang menjadi KA Argo Parahyangan, (sekarang rangkaian eksekutif 2002 telah disebar ke berbagai depo)

Lalu, PT INKA juga telah memproduksi rangkaian baru lagi untuk kereta-kereta kelas Argo, yaitu pada tahun 2008 untuk KA Argo Lawu, 2010 untuk KA Argo Jati, 2016 untuk Kereta api Argo Lawu, Kereta api Argo Dwipangga,Kereta api Bima, Kereta api Sembrani, dan Kereta api Gajayana (trainset pertama), serta 2017 untuk Kereta api Gajayana (trainset kedua) dan Kereta api Argo Muria.

Pada saat ini, hampir semua kereta eksekutif argo menggunakan rangkaian kereta baja nirkarat (stainless steel) produksi PT. INKA tahun 2018-2019 seperti kereta api Argo Bromo Anggrek, Argo Wilis, Argo Lawu, Argo Dwipangga, dan Argo Parahyangan. Sementara, Kereta Api Argo Sindoro, Argo Muria, dan Argo Cheribon menggunakan rangkaian kereta buatan PT. INKA tahun 2016-2017. Pada tanggal 13 Desember 2023, PT INKA telah mengoperasikan rangkaian baja nirkarat produksi PT INKA tahun 2023. Angkatan pertama dari rangkaian generasi terbaru telah dioperasikan di kereta api Argo Dwipangga pada tanggal 13 Desember, sedangkan kereta api Argo Lawu pada tanggal 19 Desember; namun kereta api Taksaka dan Argo Bromo Anggrek akan diluncurkan kemudian.

Kelas satwa dan campuran[sunting | sunting sumber]

Sedangkan kelas satwa adalah kereta dengan rangkaian eksekutif secara keseluruhan yang pelayanannya berada di bawah kelas argo, termasuk nomor kereta yang lebih besar dibandingkan dengan kelas Argo sehingga sering kali harus mengalah apabila bersilang atau disusul oleh kereta kelas Argo. Rangkaian KA Eksekutif Satwa pada awalnya bermacam-macam jenisnya, dari mulai kereta buatan dibawah tahun 90-an yang telah diperbaiki dan ditingkatkan fasilitasnya, tetapi beberapa kereta seperti Turangga dan Gajayana mendapatkan rangkaian baru dari PT INKA, tentunya dengan standar yang berbeda dari kelas Argo. Dulu, beberapa KA kelas satwa terkadang ada yang menggunakan livery kelas argo, seperti kereta api Bima dan Taksaka sekitar tahun 2000-an.

Kereta kelas satwa berkapasitas 52 orang setiap kereta, meskipun sekarang kapasitasnya telah diubah menjadi 50 orang per kereta. Penamaan kereta ini menggunakan nama-nama satwa ataupun nama tokoh-tokoh dalam legenda Indonesia. Seperti Gajayana, Sembrani, Turangga, Bima, Taksaka dan Bangunkarta.[butuh rujukan]

Sedangkan kelas eksekutif campuran berada di bawah kelas argo dan satwa. Selain itu, KA eksekutif campuran dicampur dengan KA bisnis/ekonomi/keduanya. Awalnya berkapasitas 52 penumpang per kereta dan sekarang berubah menjadi 50/48 penumpang per kereta. Contohnya adalah KA Lodaya, Gumarang, Cirebon Ekspres, dan sebagainya.[butuh rujukan]

Pengoperasian dan fasilitas[sunting | sunting sumber]

Pada era Perumka, pelayanan kelas argo adalah yang tertinggi, melebihi pelayanan kelas eksekutif yang lain, seperti TV, meja lipat, dan pintu otomatis. Bahkan kereta Argo yang menggunakan kereta kelas Anggrek, seperti Argo Bromo Anggrek dan Argo Muria pada saat itu memiliki sandaran kaki (legrest). Sedangkan kelas satwa, meja makan bisa ada atau tidak, tergantung pada kereta yang digunakan. Pada umumnya KA Eksekutif Satwa yang menggunakan KA baru buatan INKA memiliki fasilitas yang lebih lengkap. Di kelas campuran, tidak ada meja makan dan TV, serta pintu model geser. Untuk mengetahui kelas KA eksekutif, awalnya dapat dilihat dari skema warna kereta.

Meskipun begitu, sejak era PT KAI dan seiring waktu pelayanan KA eksekutif argo, satwa, dan campuran sekarang disetarakan (seperti pintu manual), dan semua KA eksekutif yang baru menjalani perawatan di Balai Yasa dicat dengan skema kelas argo, apapun tipe KA eksekutifnya (kereta yang dulunya dicat warna campuran dan sekarang dicat warna argo bisa dilihat di kereta-kereta seperti Lodaya, Malabar, Cirebon Ekspres, dll pada tahun 2013-2015). Kini, semua kereta eksekutif memiliki peluang yang sama untuk dirangkaikan dengan kereta kelas Argo, Satwa, maupun campuran (tentu saja pengecualian untu Kelas Anggrek karena pasti dirangkai dengan kelas Argo).

Mulai tahun 2015, semua kereta eksekutif dicat dengan livery "Kesepakatan" seperti yang ada pada KA Jayabaya, dengan pintu berwarna biru.

Setiap kereta memiliki setidaknya satu atau dua toilet di dekat pintu masuk keluar kereta. Di dalam kereta juga ada fasiltas keselamatan, seperti tabung pemadam kebakaran ataupun emergency brake (rem darurat). Ada pula fasilitas lain seperti lampu baca di setiap kursi. Namun ketersediaan ini bervariasi bergantung retrofit, permintaan, serta perawatan, seperti ada Kereta Eksekutif yang tidak dilengkapi lampu baca dan meja lipat di kursi.

Fasilitas kereta kelas eksekutif, dilihat dari kelengkapannya, adalah:

  • Pintu Otomatis (mulai dimanualkan, masih ada tersisa 1 trainset buatan 2010 (6 kereta penumpang) milik kereta api argo jati masih ada pintu otomatis di bordes)
  • Pijakan Kaki (Footrest)
  • Sandaran Kaki (Legrest) (Hanya ada di Kereta Wisata "Imperial" dan rangkaian Anggrek pra-Go Green (sudah dihilangkan)
  • Lampu Baca
  • Tirai (ada yang masih geser ke samping, ada yang sudah Tarik dari atas)
  • Stopkontak
  • Kursi bahan Beludru (sekarang mulai diganti menjadi kulit)
  • Reclining seat
  • Layanan audio-video on demand (AVOD) (hanya pada kereta kelas Luxury di kereta api Argo Bromo Anggrek, Argo Lawu, Argo Dwipangga, Taksaka, Gajayana, dan Sembrani)
  • Meja Lipat (di beberapa kereta tidak ada / memiliki model seperti pesawat)
  • Layanan Wi-Fi (hanya KA Argo Bromo Anggrek, Argo Parahyangan, Argo Lawu, Argo Dwipangga, Taksaka, dan Argo Wilis (K1 tahun 2018/19)).
  • Lubang Audio Jack 3.5mm (hanya di Rangkaian Eksekutif produksi 2018 dan 2019)

Sedangkan fasilitas yang diberikan gratis saat perjalanan (tuslah) adalah selimut (khusus perjalanan malam). Perlu diperhatikan bahwa fasilitas diatas bergantung kepada permintaan, peraturan, maupun kebijakan lainnya. Banyak kereta eksekutif yang mengalami standardisasi karena pemeliharaan (menekan biaya) maupun kebijakan dari Depo Kereta / Balai Yasa yang mengurus kereta pada saat Pemeriksaan 48 bulan (Pemeriksaan Akhir) (meskipun bisa saja dilakukan standardisasi sebelum pemeriksaan akhir).

Peremajaan[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 2014, KAI merencanakan pembelian kereta eksekutif dan kereta ekonomi AC baru buatan PT INKA Madiun[4] setelah sukses dengan peresmian kereta ekonomi AC Jayabaya. Rangkaian kereta eksekutif baru ini menggantikan kereta eksekutif yang sudah tidak layak pakai karena sudah sangat tua dan sering bermasalah.

Ada pula kereta retrofit, tetapi kereta retrofit ini benar-benar seperti baru dan merupakan hasil mengubah kereta kelas bisnis menjadi kelas eksekutif, seperti mengganti kaca jendelanya, memasang AC-nya, memperindah interiornya, memperbaiki sistem toiletnya, atau mengganti tempat duduknya, misalnya seperti yang ada di kereta api Cirebon Ekspres pada awal tahun 2014.[5]

Balai Yasa Manggarai dan Balai Yasa Surabaya Gubeng adalah balai yasa yang mendapat tugas untuk mengubah atau dimodifikasi kereta bisnis menjadi kereta eksekutif, misalnya kereta penumpang K1 0 15 01 Sampai dengan K1 0 15 19. Selain itu, beberapa kereta bisnis juga diretrofit menjadi kereta pembangkit dan kereta makan baru. Selain itu, ada kereta eksekutif lama yang diretrofit di PT INKA, seperti Argo Bromo Anggrek.

Pada tahun 2016, PT INKA Madiun memproduksi 7 set kereta eksekutif baru, yang menggunakan bogie terbaru tipe K10 (desain gabungan dari bogie K5 dan K8). Interior kereta baru juga merupakan penyempurnaan dari interior kereta Argo Bromo Anggrek baru yang diluncurkan setahun sebelumnya, tetapi pada kereta baru ini.

terdapat footrest dan TV di tengah kereta yang modelnya tetap (bukan TV lipat seperti di Argo Bromo Anggrek). Model jendelanya juga serupa dengan Argo Bromo Anggrek, meskipun bentuk bodinya sama seperti kereta eksekutif biasa non-Anggrek K9. Satu persatu set yang dibuat di INKA pun mulai beroperasi dengan set pertama dan kedua untuk Depo Solo Balapan (SLO). set ketiga dan keenam untuk Depo Jakarta Kota (JAKK) dan set ketujuh untuk Depo Malang (ML). Di kereta ini dilengkapi pula WiFi, meski belum beroperasi sepenuhnya

Peremajaan kereta api eksekutif oleh PT KAI dimulai dengan beroperasinya KA Cirebon Ekspres baru, dengan kereta eksekutif retrofit tahun 2014-2015, Terdapat 5 kereta eksekutif buatan tahun 2014 dan 5 lagi yang dibuat tahun 2015. Kereta ini beroperasi dengan disambung dengan kereta bisnis dengan formasi 5 kereta eksekutif dan dua kereta bisnis pada awalnya, meskipun akhirnya menjadi 4 kereta eksekutif dan 3 kereta bisnis dalam satu rangkaian.

Kemudian menyusul Argo Bromo Anggrek dengan dua set kereta kelas Anggrek yang sudah diretrofit di PT INKA dan menggunakan livery kesepakatan, dengan satu rangkaiannya yang terdiri dari sembilan kereta eksekutif (K1), satu kereta makan (M1), dan satu kereta pembangkit pintu tengah (P). Ada juga satu kereta makan baru tambahan. Kereta pembangkit pintu tengah yang dimaksud adalah P 0 97 02 dan P 0 01 03, melengkapi kereta pembangkit pintu pinggir yang tidak diretrofit (P 0 97 01 dan P 0 97 03). Namun, kini antara kereta yang diretrofit dan yang tidak sering kali bercampur.[butuh rujukan]

Argo Jati pun kedapatan satu rangkaian dengan formasi enam K1 retrofit Balai Yasa Gubeng tahun 2015, semenjak K1 tahun 2010 dimutasi ke Purwojaya sejak tahun 2016. Sebelumnya, depo Cirebon juga sudah kedapatan satu kereta makan dan kereta pembangkit baru. Saat ini, Argo Jati sudah mendapat rangkaian aslinya karena Purwojaya mendapat hibah rangkaian Gajayana K1 angkatan 2009.[butuh rujukan]

Untuk kereta eksekutif keluaran tahun 2016 yang berjumlah empat set digunakan oleh Argo Dwipangga, Argo Lawu, dan Bima. Sementara keluaran tahun 2017 (Kereta Eksekutif Masih tetap pembuatan tahun 2016 dan sering agak terlambat karena Kereta Ekonomi 2016 yang dikebut) digunakan oleh Sembrani, Argo Muria, Argo Sindoro, Gajayana, Brawijaya, dan Purwojaya. Per tahun 2023, kereta eksekutif keluaran tahun 2016 hanya digunakan di sebagian besar kereta api eksekutif dan campuran di Pulau Jawa dan Sumatra. [butuh rujukan]

Bodi stainless steel[sunting | sunting sumber]

Kereta stainless steel pada kereta api Argo Wilis

Pada tanggal 9 Februari 2018, PT KAI dan PT INKA Madiun mengujicoba satu set kereta api eksekutif terbaru produksi 2018. Kereta api eksekutif tersebut memiliki eksterior berbahan dasar stainless steel (yang disebut juga tahan karat) dengan liverynya hampir sama seperti bentuk spektrum elektromagnetik gelombang berupa tiga guratan lengkung pada bagian kiri dan kanan. Baris paling atas berwarna oranye, sedangkan dua baris guratan di bawahnya berwarna abu-abu. Set pertama ini diujicoba dengan rute Madiun-Yogyakarta-Kroya-Bandung-Cikampek, lalu kembali ke Madiun keesokan harinya melalui rute Cirebon-Semarang Tawang-Solo Jebres-Madiun. Kereta api ini (bersama dengan kereta kelas Premium 2018 yang telah diujicoba Januari 2018) akan digunakan untuk persiapan jelang arus mudik-lebaran 2018 dan selanjutnya digunakan sebagai pengganti beberapa rangkaian kereta api yang sudah ada yang masih menggunakan rangkaian produksi lama. Saat ini, posisinya di trainset Kedua K1 2018 yang telah digunakan untuk kereta api Argo Parahyangan Tambahan (JAKK) Setelah KA Tawang Jaya Premium K3 2018 Trainset Pertama (Nomor kereta penumpang tidak Teratur pada trainset eksekutif, premium maupun dikobinasi eksekutif dan premium).[6] Saat ini kereta api eksekutif berbodi stainless steel hanya beroperasi beberapa kereta api eksekutif dan campuran di Pulau Jawa seperti kereta api Papandayan, Pangandaran, Argo Wilis, Turangga, Mutiara Selatan, Sancaka, Malabar (khusus jadwal pagi), Lodaya di lintas selatan Jawa, Argo Semeru, Bima, Gajayana, Argo Lawu, Argo Dwipangga, Fajar dan Senja Utama Solo, Mataram, Bogowonto, Fajar dan Senja Utama Yogyakarta, Taksaka, serta Sawunggalih di lintas tengah Jawa, sedangkan di jalur utara Pulau Jawa meliputi KA Argo Parahyangan, Argo Bromo Anggrek, Sembrani (khusus kelas Luxury), dan Harina. Rangkaian kereta api kelas eksekutif baja nirkarat generasi kedua akan diluncurkan dalam waktu dekat setelah melakukan uji coba operasional dengan relasi MadiunKertosono. Perbedaan antara generasi pertama dan kedua adalah pintu otomatis pada rangkaian, panjang rangkaian lebih panjang dimana terdapat 9 kelas eksekutif, 3 kelas luxury, 1 kereta makan, dan 1 kereta pembangkit, serta rangkaian akordeon seperti dimiliki oleh kereta api Argo Bromo Anggrek dan Taksaka. Tahap pertama yang telah diluncurkan adalah kereta api Argo Lawu dan Argo Dwipangga dengan relasi GambirSolo Balapan pada tanggal 13 dan 19 Desember 2023, diikuti dengan kereta api Taksaka relasi Gambir–Yogyakarta pada tanggal 18 Januari 2024; namun kereta api Argo Bromo Anggrek relasi Gambir–Surabaya Pasarturi akan diluncurkan kemudian.

Penomoran[sunting | sunting sumber]

[pranala nonaktif permanen]Contoh penomoran pada bagian bawah kereta

Format penomoran untuk kereta kelas eksekutif yaitu K1-xxyzz. Artinya, K1 adalah kereta penumpang eksekutif, xx adalah tahun mulai operasi, y adalah jenis bogie, dan zz (nomor urut). Misalnya: K1-97901 artinya kereta kelas 1 (eksekutif) yang mulai dinas tahun 1997 dengan jenis bogie '9' urutan ke 01 ditambah dua atau tiga alfabet yang artinya kereta itu milik depo tertentu (awalnya dibawah nomor, lalu dipindah ke samping nomor).

Dengan berlakunya Peraturan Menteri Perhubungan No. KM 45 Tahun 2010, penomoran diubah. Semua kereta menggunakan format penomoran K1 x yy zz. Artinya, K1 adalah kereta penumpang eksekutif, x adalah jenis penarik: 0 untuk lokomotif, 1 untuk Kereta Rel Listrik, 2 untuk Kereta Rel Diesel Elektrik, serta 3 untuk Kereta Rel Diesel Hidraulis; yy adalah tahun operasi, dan zz adalah nomor urut operasi. Misalnya, K1 0 18 01 JAKK, artinya kereta eksekutif ini ditarik lokomotif (0), mulai operasi tahun 2018 (18), dan nomor urut dinasnya adalah 01, serta diikuti oleh dua, tiga sampai empat huruf alfabet yang menandakan kepemilikan depo, dalam hal ini, Jakarta Kota (JAKK).[7]

Mulai pertengahan Desember 2016, penomoran seluruh kereta eksekutif retrofit diubah mengikuti nomor pada saat menjadi kereta api kelas Bisnis. Contohnya pada K1 0 15 04 CN yang merupakan rehab dari K2 0 86 xx, sekarang penomorannya menjadi K1 0 86 17 CN.[8]

Kereta api kelas eksekutif di Indonesia[sunting | sunting sumber]

Antarkota[sunting | sunting sumber]

Jawa[sunting | sunting sumber]

Kelas eksekutif
Jalur Nama kereta api Relasi perjalanan Jenis rangkaian Depo kereta
Lintas utara Jawa Argo Cheribon Gambir Cirebon Baja nirkarat Malang
Argo Sindoro Semarang Tawang Baja ringan Semarang Poncol
Argo Muria
Argo Merbabu
Argo Bromo Anggrek Surabaya Pasarturi Baja nirkarat Surabaya Pasarturi
Sembrani Baja ringan (Eksekutif)
Baja nirkarat (Luxury)
Brawijaya Malang (via Semarang Tawang) Baja ringan Malang
Pandalungan Jember (via Surabaya Pasarturi)
Lintas tengah Jawa Purwojaya Cilacap (via Purwokerto) Purwokerto
Taksaka Yogyakarta Baja nirkarat Yogyakarta
Argo Lawu Solo Balapan
Argo Dwipangga
Manahan Solo Balapan Baja ringan
Baja nirkarat Jakarta Kota
Argo Semeru Surabaya Gubeng Baja nirkarat (Eksekutif) Jakarta Kota
Baja ringan (Kompartemen)
Bima Baja nirkarat (Eksekutif)
Baja ringan (Kompartemen)
Gajayana Malang Baja nirkarat Malang
Lintas selatan Jawa Argo Parahyangan Bandung
Argo Wilis Bandung Surabaya Gubeng Bandung
Turangga
Kelas campuran (eksekutif-bisnis/ekonomi premium/ekonomi)
Jalur Nama kereta api Relasi perjalanan Jenis rangkaian Depo kereta
Lintas utara Jawa Argo Cheribon Gambir Cirebon Baja ringan Cirebon
Tegal Bahari Pasar Senen Tegal Surabaya Pasarturi
Argo Cheribon Gambir Cirebon
Tawang Jaya Premium Pasar Senen Semarang Tawang Semarang Poncol
Ciremai Bandung Semarang Tawang (via Cirebon)
Blambangan Ekspres Semarang Tawang Ketapang (via Surabaya Pasarturi) Ketapang
Gumarang Pasar Senen Surabaya Pasarturi Surabaya Pasarturi
Dharmawangsa Blitar
Harina Bandung Surabaya Pasarturi (via Cirebon) Baja nirkarat Bandung
Brantas Pasar Senen Blitar (via Semarang Tawang) Baja ringan Blitar
Jayabaya Malang (via Surabaya Pasarturi) Jakarta Kota
Lintas tengah Jawa Sawunggalih Kutoarjo Baja nirkarat Kutoarjo
Fajar dan Senja Utama Yogyakarta Yogyakarta Yogyakarta
Bogowonto Lempuyangan
Gajahwong Baja ringan
Malioboro Ekspres Purwokerto Malang Malang
Kertanegara
Fajar dan Senja Utama Solo Pasar Senen Solo Balapan Baja nirkarat Solo Balapan
Mataram
Bangunkarta Jombang Baja ringan Blitar
Ranggajati Cirebon Jember (via Surabaya Gubeng) Cirebon
Gaya Baru Malam Selatan Pasar Senen Surabaya Gubeng Sidotopo
Singasari Blitar Blitar
Lintas selatan Jawa Argo Parahyangan Gambir Bandung Baja nirkarat Bandung
Sidotopo
Papandayan Garut Bandung
Baturraden Ekspres Bandung Purwokerto (via Kroya) Baja ringan Purwokerto
Sancaka Yogyakarta Surabaya Gubeng Baja nirkarat Yogyakarta
Sidotopo
Pangandaran Gambir Banjar Bandung
Lodaya Bandung Solo Balapan Solo Balapan
Mutiara Selatan Surabaya Gubeng Sidotopo
Malabar Malang Baja ringan Bandung
Baja nirkarat
Wijayakusuma Cilacap Ketapang (via Surabaya Gubeng) Baja ringan Purwokerto

Sumatra[sunting | sunting sumber]

Kelas campuran
Nama kereta api Relasi perjalanan Jenis rangkaian Depo kereta
Sribilah Medan Rantau Prapat Baja ringan Medan
Sriwijaya Kertapati Tanjungkarang Tanjungkarang
Sindang Marga Lubuklinggau Kertapati

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Akung (2017-12-30). "Menarik!, Sejarah penamaan Kereta Api di Indonesia". ANTARA News. Diakses tanggal 2022-07-16. 
  2. ^ Setianingrum, Puspitasari (2022-12-04). "8 Nama Kereta Api di Indonesia yang Terinspirasi dari Hewan Mitologi Halaman all". Kompas.com. Jakarta: KG Media. Diakses tanggal 2023-07-06. 
  3. ^ Lirik dan Kunci Gitar untuk lagu "Sepur Argo Lawu"
  4. ^ Majalah KA Edisi November 2014
  5. ^ Majalah KA Edisi Maret 2015
  6. ^ "Rangkaian Kereta Eksekutif 2018". Railway Enthusiast Digest. Gerakan Pemuda Kereta Api. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-02-12. Diakses tanggal 2018-02-11. 
  7. ^ Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun 2010
  8. ^ Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 54 Tahun 2016

Pranala luar[sunting | sunting sumber]