Lokomotif E10: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bala Arizalu memindahkan halaman E10 ke Lokomotif E10
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 10: Baris 10:
|owner =Djawatan Kereta Api (DKA) - PT kereta Api Indonesia, Persero ([[PT KAI]])
|owner =Djawatan Kereta Api (DKA) - PT kereta Api Indonesia, Persero ([[PT KAI]])
|buildmodel =Decapod
|buildmodel =Decapod
|builddate =1922-1928-1964
|builddate =1922-1928<br>1964
|totalproduction =39
|totalproduction =39
||aarwheels =E
||aarwheels =E

Revisi per 5 Januari 2019 06.46

Lokomotif E10
Lokomotif E10
E10 / SSS100
Data teknis
Sumber tenagaUap
ProdusenMaschinenfabrik Esslingen, Jerman; Schweizerische Lokomotiv-und Maschinenfabrik (SLM), Swiss; Nippon Sharyo, Jepang.
Nomor seriE10 / SSS100
ModelDecapod
Tanggal dibuat1922-1928
1964
Jumlah dibuat39
Spesifikasi roda
Notasi Whyte0-10-0TR
Susunan roda AARE
Klasifikasi UICEt
Dimensi
Lebar sepur1.067 mm
Diameter roda1000 mm
Panjang10224 mm
Lebar25060 mm
Berat
Berat kosong53,5 ton
Bahan bakar
Jenis bahan bakarKayu jati, Batubara
Sistem mesin
Ukuran silinder450 X 510 mm
Kinerja
Kecepatan maksimum30 km/h di rel datar, 10 km/h di rel menanjak bergigi
Daya mesin500 HP
Lain-lain


Staatsspoorwegen ter Sumatra's Westkust (SSS) pertama kali membangun jalur kereta api di pantai barat Sumatera pada tahun 1887 hingga 1896. jalur kereta api ini dipergunakan untuk menghela produk tambang batubara Ombilin ke pelabuhan Padang, yakni Teluk Bayur. Namun disadari bahwa meningkatnya produksi batubara Ombilin membuat lokomotif-lokomotif lama tidak memadai, apalagi untuk jalur yang berbukit-bukit. Maka didatangkanlah lokomotif-lokomotif yang lebih besar. E1016 adalah anggota kedua lokomotif uap bergigi untuk Sumatera Barat. Setelah datangnya tiga lokomotif seri D18 pada tahun 1913, tibalah 22 lokomotif E10 antara tahun 1921 hingga 1928, buatan pabrik Esslingen dari Jerman dan SLM (Schweizerische Lokomotiv-und Maschinenfabrik) dari Swiss. Kedua pabrik ini memang terkenal dengan lokomotif uap bergiginya. Bahkan lokomotif diesel elektik bergerigi BB204 yang belum lama ini disaksikan penggemar kereta api yang berkunjung ke Ranah Minang pun buatan SLM. Lokomotif E10 dipergunakan di jalur-jalur bergerigi di Sumatera Barat, antara Kayutanam hingga Batutabal, dan antara Padangpanjang-Bukittinggi-Payakumbuh. Medan yang berat, dengan tanjakan securam 8% ini menuntut lokomotif dengan daya yang besar. Lokomotif E10 memiliki empat silinder uap,dengan dua silinder khusus untuk menggerakan roda gigi.

Saat ini, lokomotif E10 hanya tersisa 2 unit, E1060 yang disimpan di Stasiun Sawahlunto, dan E1016 di Taman Mini Indonesia Indah.

Galeri

Lihat pula

Pranala luar