Pempek: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Wagino Bot (bicara | kontrib)
k →‎Sejarah: minor cosmetic change
Sultan Hendrick (bicara | kontrib)
Baris 25: Baris 25:
== Sejarah ==
== Sejarah ==
[[Berkas:Pempek Kuah Cuko.jpg|thumb|left|Pempek Kapal Selam dan Kriting disirami Kuah Cuko.]]
[[Berkas:Pempek Kuah Cuko.jpg|thumb|left|Pempek Kapal Selam dan Kriting disirami Kuah Cuko.]]
Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau [[Cina]] ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat [[Sultan Mahmud Badaruddin II]] berkuasa di kesultanan [[Palembang-Darussalam]]. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan "apek", yaitu sebutan untuk lelaki tua keturunan Cina sedangkan "koh", yaitu sebutan untuk lelaki muda keturunan Cina.
Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau [[Cina]] ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat [[Sultan Mahmud Badaruddin II]] berkuasa di kesultanan [[Palembang-Darussalam]]. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan "Apek" atau "Pek-pek", yaitu sebutan untuk paman atau lelaki tua keturunan Cina. sedangkan "koh", yaitu sebutan untuk abang atau lelaki muda keturunan Cina.


Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian [[Sungai Musi]]) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Ia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.<ref name="KompasPempek">{{cite news|title = PEMPEK, Nilai Gizi "Kapal Selam" Paling Tinggi|publisher = Prof.Dr. Made Astawan, Kompas.com|date = 26 Maret 2004|url = http://www.kompas.com/kesehatan/news/0403/26/062251.htm|accessdate = 15 September 2007}}</ref>
Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian [[Sungai Musi]]) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Ia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.<ref name="KompasPempek">{{cite news|title = PEMPEK, Nilai Gizi "Kapal Selam" Paling Tinggi|publisher = Prof.Dr. Made Astawan, Kompas.com|date = 26 Maret 2004|url = http://www.kompas.com/kesehatan/news/0403/26/062251.htm|accessdate = 15 September 2007}}</ref>
Baris 31: Baris 31:
Namun cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad 18. Selain itu Sultan Mahmud Badaruddin baru lahir tahun 1767. Juga singkong sebagai bahan baku sagu baru dikenal pada zaman penjajahan Portugis dan baru dibudidayakan secara komersial tahun 1810. Walaupun begitu sangat mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan Cina seperti baso ikan, kekian ataupun ngohyang.
Namun cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad 18. Selain itu Sultan Mahmud Badaruddin baru lahir tahun 1767. Juga singkong sebagai bahan baku sagu baru dikenal pada zaman penjajahan Portugis dan baru dibudidayakan secara komersial tahun 1810. Walaupun begitu sangat mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan Cina seperti baso ikan, kekian ataupun ngohyang.


Pada awalnya pempek dibuat dari [[ikan belida]]. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut diganti dengan [[ikan gabus]] yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih.
Pada awalnya pempek dibuat dari [[ikan belida]]. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut juga dapat diganti dengan [[ikan gabus]] yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih.


Pada perkembangan selanjutnya, digunakan juga jenis ikan sungai lainnya, misalnya ikan putak, toman, dan bujuk. Dipakai juga jenis ikan laut seperti [[Tenggiri]], [[Kakap Merah]], parang-parang, ekor kuning, dan ikan sebelah. Juga sudah ada yang menggunakan ikan dencis , ikan lele serta ikan tuna putih.
Pada perkembangan selanjutnya, digunakan juga jenis ikan sungai lainnya, misalnya ikan putak, toman, dan bujuk. Dipakai juga jenis ikan laut seperti [[Tenggiri]], [[Kakap Merah]], parang-parang, ekor kuning, dan ikan sebelah. Juga sudah ada yang menggunakan ikan dencis , ikan lele serta ikan tuna putih, juga menggunakan telur, dll.


== Jenis-jenis pempek ==
== Jenis-jenis pempek ==

Revisi per 23 Maret 2016 15.44

Pempek
Tempat asalIndonesia
DaerahSumatera Selatan
Bahan utamaDaging ikan, sagu, telur ayam, air matang, garam
VariasiPempek kapal selam, pempek telur besar, pempek kapal selam kecil, pempek telur kecil, pempek keriting, pempek kulit, pempek tahu, pempek pistel, pempek udang, pempek belah, pempek panggang, pempek lenggang, dsb
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Pempek atau Empek-empek adalah makanan khas Palembang yang terbuat dari ikan yang dihaluskan dan sagu, serta beberapa komposisi lain seperti telur, bawang putih halus, penyedap rasa dan garam. Sebenarnya sulit untuk mengatakan bahwa pempek pusatnya adalah Palembang karena hampir di semua daerah di Sumatera Selatan memproduksinya.

Penyajian pempek ditemani oleh saus berwarna hitam kecoklat-coklatan yang disebut cuka atau cuko (bahasa Palembang). Cuko dibuat dari air yang dididihkan, kemudian ditambah gula merah, udang ebi dan cabe rawit tumbuk, bawang putih, dan garam. Bagi masyarakat asli Palembang, cuko dari dulu dibuat pedas untuk menambah nafsu makan. Namun seiring masuknya pendatang dari luar pulau Sumatera maka saat ini banyak ditemukan cuko dengan rasa manis bagi yang tidak menyukai pedas. Cuko dapat melindungi gigi dari karies (kerusakan lapisan email dan dentin). Karena dalam satu liter larutan kuah pempek biasanya terdapat 9-13 ppm fluor. satu pelengkap dalam menyantap makanan berasa khas ini adalah irisan dadu timun segar dan mie kuning.

Jenis pempek yang terkenal adalah "pempek kapal selam", yaitu telur ayam yang dibungkus dengan adonan pempek dan digoreng dalam minyak panas. Ada juga yang lain seperti pempek lenjer, pempek bulat (atau terkenal dengan nama "ada'an"), pempek kulit ikan, pempek pistel (isinya irisan pepaya muda rebus yang sudah ditumis dan dibumbui), pempek telur kecil, dan pempek keriting.

Pempek bisa ditemukan dengan sangat mudah di seantero Kota Palembang. Pempek dijual di mana-mana di Palembang, ada yang menjual di restoran, ada yang dipinggir jalan, dan juga ada yang dipikul. Disemua kantin sekolah/tempat kerja/kampus pasti ada yang menjual pempek. Tahun 1980-an, penjual pempek biasa memikul 1 keranjang pempek penuh sambil berkeliling Kota Palembang jalan kaki menjajakan makanannya.

Sejarah

Pempek Kapal Selam dan Kriting disirami Kuah Cuko.

Menurut sejarahnya, pempek telah ada di Palembang sejak masuknya perantau Cina ke Palembang, yaitu di sekitar abad ke-16, saat Sultan Mahmud Badaruddin II berkuasa di kesultanan Palembang-Darussalam. Nama empek-empek atau pempek diyakini berasal dari sebutan "Apek" atau "Pek-pek", yaitu sebutan untuk paman atau lelaki tua keturunan Cina. sedangkan "koh", yaitu sebutan untuk abang atau lelaki muda keturunan Cina.

Berdasarkan cerita rakyat, sekitar tahun 1617 seorang apek berusia 65 tahun yang tinggal di daerah Perakitan (tepian Sungai Musi) merasa prihatin menyaksikan tangkapan ikan yang berlimpah di Sungai Musi yang belum seluruhnya dimanfaatkan dengan baik, hanya sebatas digoreng dan dipindang. Ia kemudian mencoba alternatif pengolahan lain. Ia mencampur daging ikan giling dengan tepung tapioka, sehingga dihasilkan makanan baru. Makanan baru tersebut dijajakan oleh para apek dengan bersepeda keliling kota. Oleh karena penjualnya dipanggil dengan sebutan "pek … apek", maka makanan tersebut akhirnya dikenal sebagai empek-empek atau pempek.[1]

Namun cerita rakyat ini patut ditelaah lebih lanjut karena singkong baru diperkenalkan bangsa Portugis ke Indonesia pada abad 16. Selain itu velocipede (sepeda) baru dikenal di Perancis dan Jerman pada abad 18. Selain itu Sultan Mahmud Badaruddin baru lahir tahun 1767. Juga singkong sebagai bahan baku sagu baru dikenal pada zaman penjajahan Portugis dan baru dibudidayakan secara komersial tahun 1810. Walaupun begitu sangat mungkin pempek merupakan adaptasi dari makanan Cina seperti baso ikan, kekian ataupun ngohyang.

Pada awalnya pempek dibuat dari ikan belida. Namun, dengan semakin langka dan mahalnya harga ikan belida, ikan tersebut juga dapat diganti dengan ikan gabus yang harganya lebih murah, tetapi dengan rasa yang tetap gurih.

Pada perkembangan selanjutnya, digunakan juga jenis ikan sungai lainnya, misalnya ikan putak, toman, dan bujuk. Dipakai juga jenis ikan laut seperti Tenggiri, Kakap Merah, parang-parang, ekor kuning, dan ikan sebelah. Juga sudah ada yang menggunakan ikan dencis , ikan lele serta ikan tuna putih, juga menggunakan telur, dll.

Jenis-jenis pempek

Adonan pempek

Dari satu adonan pempek, ada banyak makanan yang bisa dihasilkan, bergantung baik pada komposisi maupun proses pengolahan akhir dan pola penyajian. Di antaranya adalah Laksan, Tekwan, Model, Celimpungan dan Lenggang. Laksan dan celimpungan disajikan dalam kuah yang mengandung santan; sedangkan model dan tekwan disajikan dalam kuah yang mengandung kuping gajah, kepala udang, bengkuang, serta ditaburi irisan daun bawang, seledri, dan bawang goreng dan bumbu lainnya. Varian baru juga sudah mulai dibuat orang, misalnya saja kreasi Pempek keju, pempek baso sapi, pempek sosis serta pempek lenggang keju yang dipanggang di wajan anti lengket, serta sekarang warga Palembang pun membuat pempek dengan bahan dasar terigu dan nasi sebagai pengganti ikan.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "PEMPEK, Nilai Gizi "Kapal Selam" Paling Tinggi". Prof.Dr. Made Astawan, Kompas.com. 26 Maret 2004. Diakses tanggal 15 September 2007.