Rabeg
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Rabeg adalah masakan tradisional yang berasal dari perpaduan bumbu khas Jazirah Arab dan Banten,[1] yang terbuat dari daging kambing yang memakai bumbu sederhana. Rasanya gurih dan tidak terlalu berbahaya untuk yang menderita kolesterol karena makanan khas Jawa Serang ini tidak memakai santan dalam proses pengolahannya.[2] Menurut sejarah, Rabeg digemari oleh Sultan Maulana. Oleh karena itu, Rabeg sangat erat kaitannya dengan sejarah Kesultanan Banten dan menjadi salah satu kuliner yang sering dihidangkan pada acara-acara adat, seperti pernikahan dan khitanan.[3] Masakan yang identik dengan bahan utama daging kambing ini menjadi kuliner yang banyak dan mudah ditemukan. Bahkan sering dijumpai pada acara tertentu, seperti pernikahan atau khitanan. Daging yang biasa digunakan untuk mengolah Rabeg ini adalah daging kambing. Menurut sejarah, Rabeg adalah masakan yang digemari oleh Sultan Maulana, Kesultanan Banten.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Sejarah Rabeg tidak lepas dari kisah Sultan Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten. Diceritakan, ketika Sultan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci, ia singgah di sebuah kota pelabuhan bernama Rabigh (atau Rabiq) di tepi Laut Merah. Di sana, Sultan mencicipi olahan daging kambing yang lezat. Sepulangnya ke Banten, Sultan meminta juru masak istana untuk membuatkan hidangan serupa. Karena tidak mengetahui resep aslinya, juru masak berkreasi dengan bahan dan rempah lokal. Hasilnya, masakan tersebut sangat disukai Sultan dan dinamai “rabeg”, yang merupakan adaptasi dari nama kota Rabigh.[4] Namun, terdapat pula pendapat lain yang menyebut bahwa Rabeg merupakan hasil akulturasi budaya Arab dan Nusantara, mengingat Banten dahulu merupakan kota pelabuhan yang ramai dikunjungi oleh para pedagang Arab. Perpaduan antara teknik memasak dan rempah-rempah khas Nusantara dengan pengaruh budaya Arab melahirkan hidangan khas ini.[5]
Nilai Budaya dan Tradisi
[sunting | sunting sumber]Rabeg tidak sekadar hidangan, melainkan juga mencerminkan status sosial dan warisan budaya masyarakat Banten. Di masa lampau, makanan ini menjadi menu istimewa bagi kalangan kerajaan, dan hingga kini tetap dilestarikan sebagai sajian utama dalam berbagai seremoni adat maupun acara keagamaan.[3] Tradisi “ngerabeg” dalam acara selametan pernikahan di wilayah Banten, misalnya, masih dijalankan hingga sekarang sebagai bentuk pelestarian nilai sejarah dan budaya.[6]
Cara memasak
[sunting | sunting sumber]Cara memasak rabeg khas Banten dimulai dengan merebus daging kambing dan jeroan bersama jahe, serai, dan daun jeruk hingga empuk. Setelah itu, tumis bawang merah dan jahe hingga harum, kemudian masukkan daging yang sudah direbus. Tambahkan rempah seperti cengkih, kayu manis, pala, lada, dan garam, lalu aduk rata. Selanjutnya, masukkan potongan tomat dan tuang air, masak dengan api kecil hingga bumbu meresap dan kuah agak mengental. Terakhir, tambahkan kecap manis, daun bawang, dan sedikit cuka, aduk rata, lalu angkat dan sajikan rabeg hangat bersama nasi putih.[7]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Banten Introduces Distinctive Dish at Culinary Festival". en.tempo.co (dalam bahasa bahasa Inggris). Diarsipkan dari asli tanggal 2016-04-15. Diakses tanggal 2 April 2016. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
- ^ News, MerahPutih. "Resep Unik Rabeg, Kuliner Khas Banten". MerahPutih News. Diarsipkan dari asli tanggal 2016-04-13. Diakses tanggal 2 April 2016. ;
- ^ a b Anugraheni, Henida Garniz (2023). "POTENSI WISATA GASTRONOMI RABEG DI RUMAH MAKAN H. NASWI KOTA SERANG BANTEN". Journal FAME: Journal Food and Beverage, Product and Services, Accomodation Industry, Entertainment Services. 6 (2): 84–88. doi:http://dx.doi.org/10.30813/fame.v6i2.4418. ;
- ^ Pancasasti, Ranthy; Rigel, Steven Ichal; Putri, Amalia; Fitriani, Jessi; Susanti, Melliana Regita; Nurhaliza, Nadia Rizky; Fauzan, Izan; Maulana, Rizka (2022-04-06). "PEMBERDAYAAN KULINER LOKAL DAN BUDAYA ORGANISASI NASI MANDHI RABEG BERBASIS CREATIVITY DIGITAL MARKETING OF VEGETARIAN FOOD DI KOTA CILEGON". ABDIKARYA: Jurnal Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (dalam bahasa Inggris). 4 (1): 70–84. doi:10.47080/abdikarya.v4i1.1870. ISSN 2715-6605.
- ^ "Rabeg, Santapan Khas Para Sultan Banten". Indonesia Kaya. Diakses tanggal 2025-05-06.
- ^ "Makna Tradisi Ngerabeg dalam Acara Selametan Pernikahan di Wilayah Banten (Studi Kasus Desa Deringo Kecamatan Citangkil Kota Cilegon)" (PDF). Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2020.
- ^ Times, I. D. N.; Hyperlocal, IDN Times. "Resep Rabeg Khas Banten, Sedapnya Sampai ke Hati". IDN Times Banten (dalam bahasa In-Id). Diakses tanggal 2025-05-06. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)