Kepulauan Maluku
![]() | |
![]() | |
Geografi | |
Lokasi | Asia Tenggara |
Koordinat | 3°9′S 129°23′E / 3.150°S 129.383°E |
Jumlah pulau | ~ 1'000 |
Pulau besar | Halmahera, Seram, Buru, Ambon, Ternate, Tidore, Kepulauan Kei, Kepulauan Tanimbar |
Luas | 74'505 km2 |
Titik tertinggi | Binaiya (3'027 m) |
Pemerintahan | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Maluku Utara, Maluku |
Kota terbesar | Kota Ambon |
Kependudukan | |
Penduduk | 1'895'000 jiwa (2'000) |
Kepulauan Maluku adalah sekelompok pulau di Indonesia yang merupakan bagian dari Nusantara. Kepulauan Maluku terletak di lempeng Eurasia dan Pasifik. Ia berbatasan dengan Pulau Sulawesi di sebelah barat, Nugini di timur, dan Timor Leste di sebelah selatan, Palau di timur laut. Pada zaman dahulu, bangsa Eropa menamakannya "Kepulauan rempah-rempah" — istilah ini juga merujuk kepada Kepulauan Zanzibar yang terletak di pantai Afrika Timur.
Sejak 1950 - 1999, Kepulauan Maluku Utara secara administratif merupakan bagian dari Provinsi Maluku. Kabupaten Maluku Utara kemudian ditetapkan sebagai Provinsi Maluku Utara.
Etimologi[sunting | sunting sumber]
Nama Maluku diduga berasal dari sebutan para saudagar Arab bagi kepulauan ini, Jazirat al-Muluk ("pulau raja-raja").[1]
Pembagian administratif[sunting | sunting sumber]
Kepulauan Maluku merupakan satu provinsi semenjak Indonesia merdeka sampai dipecah pada 1999 menjadi Maluku Utara dan Maluku.
Wilayah Provinsi Maluku Utara meliputi Ternate (bekas ibu kota provinsi), Tidore, Bacan, Halmahera (pulau terbesar di Kepulauan Maluku)[2] Morotai, Kepulauan Obi, dan Kepulauan Sula.
Agama[sunting | sunting sumber]
Islam 61.95% Kristen 37.29% (Protestan 33.65% Katolik 3.64%) Lain-lain 0.21% Konghucu 0.002% Hindu 0.02% Buddha 0.002%
Geografi[sunting | sunting sumber]

Secara geografis, Maluku terbagi menjadi tiga kawasan yang berbeda satu dengan yang lainnya: Maluku Utara, Maluku Tengah, dan Maluku Tenggara. Pada awal kemerdekaan, ketiganya merupakan kabupaten tersendiri (dengan pengecualian Maluku Tengah yang juga meliputi Kota Ambon) dalam satu Provinsi Maluku sebelum akhirnya dimekarkan menjadi kabupaten dan kota yang lebih kecil hingga puncaknya pada pemekaran Maluku Utara menjadi provinsi sendiri pada akhir abad XIX.
Maluku Utara[sunting | sunting sumber]
Maluku Utara merupakan kawasan yang terletak di bagian utara Kepulauan Maluku dan dicirikan oleh pengaruh kuat Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore. Selain itu, kawasan ini dicirikan oleh keislamannya, meskipun terdapat beberapa daerah kantong Protestan dan kepercayaan asli. Sebagai pusat kedua kesultanan yang paling berpengaruh, Ternate dan Tidore menjadi dua pulau paling utama di kawasan ini, terlepas dari luasnya yang sangat kecil, bila dibandingkan dengan pulau besar seperti Halmahera.[3]
Maluku Tengah[sunting | sunting sumber]
Maluku Tengah merupakan pusat penduduk dan pusat dari Kepulauan Maluku. Kawasan ini terdiri dari beberapa kepulauan: Ambon, Gorom, Watubela, Lucipara, dan Banda. Kawasan ini memainkan peran penting dalam perdagangan rempah dari jauh sebelum bangsa Eropa datang mengingat letaknya di persimpangan jalur menuju Papua dan Maluku Tenggara. Pulau-pulau besarnya adalah Seram dan Buru, dilengkapi dengan pulau-pulau kecil lainnya seperti Manipa, Kelang, Buano, dan Ambalau. Kawasan ini menjadi daya tarik utama pada masa penjajahan Eropa karena rempah-rempah langka seperti pala berasal dari kawasan ini.[4]
Maluku Tenggara[sunting | sunting sumber]
Maluku Tenggara merupakan kawasan yang paling jarang penduduk. Berbeda dengan Maluku Utara yang cenderung keislaman ataupun Maluku Tengah yang terbagi dua rata antara Protestan dan Islam, sebagian besar penduduk Maluku Tenggara memeluk Protestan, diikuti oleh minoritas Islam dan Katolik Roma yang besar. Maluku Tenggara meliputi Kepulauan Kei, Tanimbar, Aru, dan Barat Daya. Teon Nila Serua pun termasuk dalam kawasan ini, meski secara administratif berada di Kabupaten Maluku Tengah yang berada di Kawasan Maluku Tengah.[5]
Lihat pula[sunting | sunting sumber]
Referensi[sunting | sunting sumber]
Sumber[sunting | sunting sumber]
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaRICKLEFSp24
- ^ Monk, K.A.; Fretes, Y.; Reksodiharjo-Lilley, G. (1996). The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku. Hong Kong: Periplus Editions Ltd. hlm. 7. ISBN 962-593-076-0.
- ^ Bartels 2017, hlm. 10.
- ^ Bartels 2017, hlm. 11–12.
- ^ Bartels 2017, hlm. 12.
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
- (Inggris) Penggundulan hutan di Maluku Diarsipkan 2016-03-03 di Wayback Machine.