Bahasa Palembang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Melayu Palembang
باسو ڤليمباڠ
Baso Pelémbang
Dituturkan di Indonesia
Wilayah Sumatra Selatan
EtnisMelayu Palembang
Penutur bahasa
3,1 juta  (2000)[1]
Dialek
Palembang Lawas
Palembang Pasar
Palembang Pesisir
Modern:

Historis:

SumberBalai Bahasa Palembang[2][3]
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
  • Balai Bahasa Palembang
Kode bahasa
ISO 639-3plm
Glottologpale1265[4]
pale1267[5]
pale1268[6]
Lokasi penuturan
Frameless
Lokasi Sumatra Selatan Kota Palembang.svg
Koordinat: 2°59′30″S 104°45′49″E / 2.991732°S 104.763473°E / -2.991732; 104.763473
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA
L • B • PW
Info templat
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang terbitan 1981

Bahasa Melayu Palembang (Jawi: بهاس ملايو ڤاليمبڠ) atau Bahasa Palembang (Baso Pelémbang) merupakan bahasa dalam rumpun bahasa Melayu Musi yang dituturkan di dua per tiga wilayah dari Provinsi Sumatra Selatan di Indonesia, terutama di sepanjang aliran Sungai Musi. Dialek bahasa Melayu Palembang yang sering dituturkan merupakan dialek bahasa melayu yang di Palembang Raya. Bahasa ini telah menjadi basantara antar percakapan orang-orang dan sering digunakan secara poliglosia dengan bahasa Melayu/Indonesia dan dialek setempat lainnya di daerah tersebut.[7] Dikarenakan penuturan di beberapa bagian dari Sumatra Selatan pernah menjadi kawasan dengan penuturan orang Melayu dan orang Jawa, varietas penuturan dan tatanan bahasa Palembang juga mengikut pada yang ada di bahasa Melayu dan Jawa.[8][1]

Pedoman Ejaan Bahasa Palembang oleh Balai Bahasa Melayu Palembang terbitan 2007[3]

Penggunaan bahasa Melayu Palembang diakui secara resmi oleh pemerintah Provinsi Sumatra Selatan sebagai salah satu bahasa Melayu asli di Sumatra Selatan yang wajib dijaga kelestariannya. Sebagai salah satu upaya penggiatan sosialisasi dan pelestarian bahasa Melayu Palembang, pemerintah Provinsi Sumatra Selatan yang didukung oleh Kementerian Agama Republik Indonesia mengadakan peluncuran Al-Qur'an (kitab suci umat Islam) dengan terjemahan bahasa Palembang yang dirilis oleh Puslitbang Lektur Dan Khazanah Keagamaan[9] pada tahun 2019.[10][11][12]

Bahasa Palembang tingkatan Jegho/Jero (disebut juga sebagai Alus) juga masuk sebagai muatan lokal (kegiatan kurikulum) bagi sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di wilayah Palembang sejak 2021.[13]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sebagaimana ragam Melayik lainnya, bahasa Palembang merupakan keturunan dari bahasa Proto-Malayik yang diperkirakan berasal dari Kalimantan bagian barat. Menurut Adelaar (2004), perkembangan Melayu sebagai etnis tersendiri mungkin saja dipengaruhi oleh persentuhan dengan budaya India, setelah migrasi penutur Proto-Malayik ke Sumatra bagian selatan. Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang pada abad ke-7 merupakan salah satu wujud terawal negara bangsa Melayu, jika bukan yang pertama.[14] Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang merupakan bukti tertulis pertama dari rumpun bahasa Malayik yang dipertuturkan di daerah tersebut. Meski begitu, ahli bahasa masih memperdebatkan apakah benar ragam bahasa yang digunakan di prasasti tersebut merupakan leluhur langsung dari bahasa-bahasa Melayu (termasuk Palembang) modern.[15]

Selain dari prasasti-prasasti kuno, sangat sedikit sumber tertulis lainnya yang bisa jadi acuan untuk perkembangan bahasa Melayu Palembang. Satu sumber tertulis adalah Kitab Undang-Undang Simbur Cahaya, yang penyusunannya dianggap dilakukan oleh Ratu Sinuhun, istri dari penguasa Palembang Pangeran Sido ing Kenayan pada sekitar abad ke-17. Kitab ini ditulis dalam bahasa Melayu Klasik dengan sedikit pengaruh bahasa Jawa, mengingat keluarga bangsawan Palembang berasal dari Jawa.[16] Pengaruh Jawa di Palembang dimulai setidaknya sejak abad ke-14.

William Marsden mencatat dua ragam bahasa berbeda yang digunakan di Palembang pada abad ke-18. Bahasa di keraton adalah dialek Jawa halus dan Melayu dengan campuran kosakata asing, sementara bahasa sehari-hari penduduk Palembang adalah dialek Melayu, dengan ciri utama pengucapan vokal 'a' yang diganti menjadi 'o' di posisi akhir kata.[17]

Fonologi[sunting | sunting sumber]

Dunggio (1981) mendata 30 fonem dalam bahasa Melayu Palembang, dengan rincian 24 bunyi konsonan dan 6 bunyi vokal.[18] Namun studi lanjutan dari Aliana (1987) menyatakan bahwa hanya ada 25 fonem dalam bahasa Melayu Palembang, yang disebabkan oleh analisa ulang konsonan /z/ sebagai alofoni dari /s/ dan /d͡ʒ/.[19]

Vokal[sunting | sunting sumber]

Depan Madya Belakang
Tertutup /i/ /u/
1/2 Tertutup /e/ /o/
Tengah /ə/
Terbuka /a/

Dalam suku kata tertutup, /i/ dan /u/ dilepaskan sebagai bentuk alofoninya, yakni [ɪ] dan [ʊ].[20]

Konsonan[sunting | sunting sumber]

Dwi-
bibir
Rongga-
gigi
Pask. Ronggi.
langit-
langit
langbel. Celah-
suara
Sengau /m/ /n/ /ɲ/ ny /ŋ/ ng
letup/gesek nirsuara /p/ /t/ /t͡ʃ/ c /k/ /ʔ/ '
bersuara /b/ /d/ /d͡ʒ/ j /ɡ/
Frikatif nirsuara /f/ /s/ /ʃ/ sy /x/ kh /h/
bersuara /v/ /z/ /ɣ/ gh ~/r/
Hampiran Semivokal /w/ /j/ y
Sisian /l/

Ragam[sunting | sunting sumber]

Dialek[sunting | sunting sumber]

Bahasa Melayu Palembang memiliki ragam variasi dialek yang dapat dikenali melalui perbedaan fonologi, aksentologi, maupun idiomatologi yang umumya terbagi kedalam distribusi penggolongan melalui beberapa metode, yakni baik secara regional geografis maupun sosiokultural. bahasa Melayu Palembang ke dalam tiga dialek, yaitu dialek 1) Dialek Palembang Lawas, 2) Dialek Palembang Pasar, dan 3) Dialek Palembang Pesisir. Dialek Palembang Lama yang dimaksud adalah dialek tradisional yang dituturkan sehari-hari terutama oleh kalangan masyarakat Melayu Palembang yang baik di kota maupun di wilayah pedesaan sekitarnya. Sementara, dialek Palembang Pasar adalah dialek yang utamanya digunakan sebagai basantara untuk menjembatani komunikasi antarkomunitas, khususnya di Palembang dan Sumatra Selatan pada umumnya. Secara leksikon, bahasa Melayu Palembang dialek Palembang Lama mempertahankan beberapa kosakata serapan Jawa dan Arab yang dipakai dalam bahasa Melayu Palembang dialek Pasar dan Pesisir. Dalam hal fonologi, bahasa Melayu Palembang dialek Palembang Pasar dan Pesisir juga lebih sering menggunakan bunyi /r/ yang diucapkan melalui getaran ujung lidah (apikal), alih-alih bunyi frikatif /ɣ~x/ yang biasanya dipakai dalam bahasa Melayu Palembang dialek Palembang Lama.[21]

Tingkatan[sunting | sunting sumber]

Bahasa Melayu Palembang mempunyai dua tingkatan linguistik, yaitu Baso Palembang Jegho disebut juga sebagai Baso Palembang Alus (kerap diidentifikasi juga sebagai Bebaso) dan Baso Palembang Sari-Sari. Baso Palembang Jegho disebut juga sebagai Baso Palembang Alus dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara adat Melayu Palembang.

sedangkan Baso Melayu Palembang disebut juga sebagai Baso Palembang Sari-Sari dipergunakan bahasa yang dituturkan sehari-hari dalam berakar pada bahasa Melayu sebagai etnis melayu di Sumatra Selatan.

Bahasa Melayu Palembang secara umum memiliki unsur serapan linguistik bahasa Melayu dan bahasa Jawa dikarenakan adanya hubungan historis Kemaharajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam yang pernah menguasai wilayah Palembang. Itulah sebabnya perbendaharaan kata dalam bahasa Melayu memiliki persamaan karakteristik dengan perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa.

Sebagai hasil realisasi upaya pemerintah Sumatra Selatan dalam pelestarian bahasa Melayu Palembang, secara resmi masuk sebagai muatan lokal (kegiatan kurikulum) bagi sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di wilayah Palembang.

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Bahasa Melayu merupakan bagian dari subkelompok Melayik dari rumpun bahasa Austronesia. Sebagian besar ragam-ragam Melayik di Sumatera bagian Selatan dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok utama, yaitu 1) kelompok Melayu Tengah atau Melayu Barisan Selatan ([pse]), 2) Musi ([mui]), dan 3) Melayu Palembang ([plm]) beserta ragam-ragam dataran rendah lainnya.[22]

Kata serapan[sunting | sunting sumber]

Melayu Palembang memiliki beberapa pengaruh dari elemen linguistik bahasa lain, utamanya dari bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Hal ini disebabkan oleh faktor kontak perdagangan antar etnis Melayu dan etnis Jawa di tanah Palembang yang telah berlangsung sejak ribuan tahun lalu, salah satu faktor utama lainnya yakni karena Kota Palembang pernah berada di bawah kekuasaan yang sama untuk masa yang cukup lama,[23]:92 hal-hal tersebutlah yang menyebabkan varietas lingustik dalam bahasa Melayu Palembang memiliki elemen linguistik bahasa yang lain merasuk hingga ke kosakata intinya.[24]

Kalimat[sunting | sunting sumber]

Contoh Kalimat[sunting | sunting sumber]

Berikut ini merupakan beberapa contoh ungkapan kalimat dalam bahasa Melayu Palembang:

Ucapan Selamat Hari Raya Idul Fitri[25][sunting | sunting sumber]

  1. Maso tangan dak pacak salaman, mato dak pacak saling jingok, mangko lewat pesen singkat ini tubu ngucapken Selamet hari rayo Idul Fitri 1441 Hijrah Minal Aidin Wal Faizin Mohon Maaf Lahir dan Batin.
  2. Dak sengajo tubu nak panesan, ado be nan endak nyaketken hati. Sering nian tubu galak nyingung perasoan nan sering kito panesanken. Mohon Maaf Lahir dan Bhatin Selamet hari rayo idul fitri 1441 H.
  3. Mato nak salah jingok, molot nak salah berucap, hati yang salah sangko, dengen niat nan tolos dan suci tubu ngucapken mohon maaf lahir dan batin.
Palembang (Sari-Sari) Bahasa Indonesia Bahasa Melayu Minangkabau
Deklarasi Universal Pasal Hak Asasinyo Manusio Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia Perisytiharan Hak Asasi Manusia Sejagat Deklarasi Sadunia Hak-Hak Asasi Manusia
Pasal 1 Pasal 1 Perkara 1 Pasal 1
Segalo Manusio dilaherke merdeka, jugo serto martabat dengen hak-hak yang samo. mereka dikaruniai akal dengen hati nurani, dan hendaknyo begaul dengen sikok samo yang laen dalam semangat bedulur. Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan Semua manusia dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka mempunyai pemikiran dan hati nurani dan hendaklah bergaul antara satu sama lain dengan semangat persaudaraan. Sadonyo manusia dilahiakan mardeka dan punyo martabat sarato hak-hak nan samo. Mareka dikaruniai aka jo hati nurani, supayo satu samo lain bagaul sarupo urang badunsanak.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Bahasa Melayu Palembang di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
  2. ^ "Pedoman Ejaan Bahasa Palembang". Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
  3. ^ a b Trisman, Bambang; Amalia, Dora; Susilawati, Dyah (2007). Twilovita, Nursis, ed. Pedoman Ejaan Bahasa Palembang [Palembang Spelling System Guidelines]. Palembang: Balai Bahasa Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. OCLC 697282757.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Trisman 2007" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  4. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Bahasa Melayu Palembang". Glottolog 4.1. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  5. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Bahasa Melayu Palembang". Glottolog 4.1. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  6. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Bahasa Melayu Palembang". Glottolog 4.1. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  7. ^ McDonnell 2016, hlm. 13.
  8. ^ Tadmor, Uri (16–17 June 2001). Language Contact and Historical Reconstruction: The Case of Palembang Malay. 5th International Symposium on Malay/Indonesian Linguistics. Leipzig. 
  9. ^ "Alquran dengan Terjemahan Bahasa Palembang". IDXchannel.com. 2022. 
  10. ^ Rayyan (2019). Rayyan, ed. "Al Quran terjemahan Bahasa Palembang dan Sunda". ANTARA News. 
  11. ^ Inge, Nefri (2020). Hida, Ramdania El, ed. "Alquran Terjemahan Bahasa Palembang Hanya Dicetak 100 Eksemplar". Liputan6.com. 
  12. ^ "UIN Raden Fatah Serahkan Alquran Terjemahan Bahasa Palembang ke Sumeks.co". sumeks.co. Sumatera Ekspres. 2022. 
  13. ^ "Alhamdulillah, Bahasa Palembang Jegho (Alus) Masuk Muatan Lokal Pada Sekolah Dasar Di Kota Palembang". Pustipd UIN Raden Fatah. 2021. 
  14. ^ Adelaar, K.A., "Where does Malay come from? Twenty years of discussions about homeland, migrations and classifications". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 160 (2004), No. 1, hlmn. 1-30
  15. ^ Adelaar 1992, hlm. 5-6.
  16. ^ Hanifah 1999, hlm. 1-38.
  17. ^ Marsden 1811, hlm. 562.
  18. ^ Dunggio 1983, hlm. 7-10.
  19. ^ Aliana 1987, hlm. 14.
  20. ^ Dunggio 1983, hlm. 21-22.
  21. ^ McDowell Anderbeck, hlm. 13–15.
  22. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 10–12.
  23. ^ Coedès, George (1968). Walter F. Vella, ed. The Indianized States of Southeast Asia. trans.Susan Brown Cowing. University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-0368-1. 
  24. ^ Tadmor, Uri (16–17 June 2001). Language Contact and Historical Reconstruction: The Case of Palembang. 5th International Symposium on Indonesian Linguistics. Leipzig. 
  25. ^ "Sebelas Ucapan Selamat Lebaran dalam Bahasa Palembang". Sindonews.com. MNC Portal. 2020. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  •   Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang. Kerjasama Lembaga Bahasa dan Fakultas Keguruan Universitas Sriwijaya dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatra Selatan. 1978. 
  •   Arif, R. M. (1981). Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang. 74. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  •   Trisman, Bambang; Amalia, Dora; Susilawati, Dyah; Twilovita, Nursis (2007). Pedoman Ejaan Bahasa Palembang. Balai Bahasa Melayu Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 
  • Adelaar, K. Alexander (1992). Proto-Malayic: The reconstruction of its phonology and parts of its lexicon and morphology. Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University. ISBN 9780858834088. 
  • Anderbeck, Karl; McDowell, Jonathan (2020). The Malay Lects of Southern Sumatra. JSEALS Special Publication. 7. University of Hawai'i Press. hdl:10524/52466. 
  • Hanifah, Abu (1999). Undang-Undang Simbur Cahaya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 9794593869. 
  • Marsden, William (1811). History of Sumatra, Containing an Account of the Government (etc.). London: Longman. 
  • Dunggio, P.D. (1983). Struktur bahasa Melayu Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • Aliana, Zainul Arifin (1987). Morfologi dan sintaksis bahasa Melayu Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • McDonnell, Bradley James (2016). Symmetrical Voice Constructions in Besemah: A Usage-based Approach. Santa Barbara: University of California Santa Barbara. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]