Bahasa Palembang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Bahasa Musi)


Bahasa Melayu Palembang
بهاسا ملايو ڤاليمبڠ
Bahasa Melayu Palembang
باسو ڤليمباڠ
Baso Pelémbang
Dituturkan diIndonesia
Wilayah Sumatera Selatan
EtnisMelayu Palembang
Penutur
3,1 juta (2000)[1]
Dialek
Palembang Bandar
Palembang Musi
Palembang Pesisir
SumberBalai Bahasa Melayu Palembang[2][3]
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
  • Balai Bahasa Melayu Palembang
Kode bahasa
ISO 639-3plm (usang); termasuk dalam mui (Bahasa Melayu Musi)
Glottologpale1265[4]
pale1267[5]
pale1268[6]
Status konservasi
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
Bahasa Melayu Palembang diklasifikasikan sebagai bahasa aman ataupun tidak terancam (NE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan
Referensi: [7][8]
Lokasi penuturan
Penuturan dominan bahasa Melayu Palembang
 Portal Bahasa
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B • PW
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang terbitan 1981

Bahasa Melayu Palembang (Jawi: بهاسا ملايو ڤاليمبڠ) atau Bahasa Palembang (Baso Pelémbang) merupakan bahasa dalam rumpun bahasa Melayu yang dituturkan di dua per tiga wilayah dari Provinsi Sumatera Selatan di Indonesia, terutama di sepanjang aliran Sungai Musi. Dialek bahasa Melayu Palembang yang sering dituturkan merupakan dialek bahasa Melayu yang di Palembang Raya. Bahasa Palembang ini telah menjadi basantara antar percakapan orang-orang dan sering digunakan secara poliglosia dengan Bahasa Indonesia dan dialek setempat lainnya di daerah tersebut.[9] Dikarenakan penuturan di beberapa bagian dari Sumatera Selatan pernah menjadi kawasan dengan penuturan orang Melayu dan orang Jawa, varietas penuturan dan tatanan bahasa Palembang juga mengikut pada yang ada di bahasa Melayu dan Jawa.[10][1]

Pedoman Ejaan Bahasa Palembang oleh Balai Bahasa Melayu Palembang terbitan 2007[3]

Penggunaan bahasa Melayu Palembang diakui secara resmi oleh pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu bahasa Melayu asli di Sumatera Selatan yang wajib dijaga kelestariannya. Sebagai salah satu upaya penggiatan sosialisasi dan pelestarian bahasa Melayu Palembang, pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang didukung oleh Kementerian Agama Republik Indonesia mengadakan peluncuran Al-Qur'an (kitab suci umat Islam) dengan terjemahan bahasa Palembang yang dirilis oleh Puslitbang Lektur Dan Khazanah Keagamaan[11] pada tahun 2019.[12][13][14]

Bahasa Palembang tingkatan Jegho/Jero (alias Alus) juga masuk sebagai muatan lokal (kegiatan kurikulum) bagi sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di wilayah Palembang sejak 2021.[15]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sebagaimana ragam Melayik lainnya, bahasa Palembang merupakan keturunan dari bahasa Proto-Malayik yang diperkirakan berasal dari Kalimantan bagian barat. Menurut Adelaar (2004), perkembangan Melayu sebagai etnis tersendiri mungkin saja dipengaruhi oleh persentuhan dengan budaya India, setelah migrasi penutur Proto-Malayik ke Sumatra bagian selatan. Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang pada abad ke-7 merupakan salah satu wujud terawal negara bangsa Melayu, jika bukan yang pertama.[16] Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang merupakan bukti tertulis pertama dari rumpun bahasa Malayik yang dipertuturkan di daerah tersebut. Meski begitu, ahli bahasa masih memperdebatkan apakah benar ragam bahasa yang digunakan di prasasti tersebut merupakan leluhur langsung dari bahasa-bahasa Melayu (termasuk Palembang) modern.[17]

Selain dari prasasti-prasasti kuno, sangat sedikit sumber tertulis lainnya yang bisa jadi acuan untuk perkembangan bahasa Melayu Palembang. Satu sumber tertulis adalah Kitab Undang-Undang Simbur Cahaya, yang penyusunannya dianggap dilakukan oleh Ratu Sinuhun, istri dari penguasa Palembang Pangeran Sido ing Kenayan pada sekitar abad ke-17. Kitab ini ditulis dalam bahasa Melayu Klasik dengan sedikit pengaruh bahasa Jawa, mengingat keluarga bangsawan Palembang berasal dari Jawa.[18] Pengaruh Jawa di Palembang dimulai setidaknya sejak abad ke-14.

William Marsden mencatat dua ragam bahasa berbeda yang digunakan di Palembang pada abad ke-18. Bahasa di keraton adalah dialek Jawa halus dan Melayu dengan campuran kosakata asing, sementara bahasa sehari-hari penduduk Palembang adalah dialek Melayu, dengan ciri utama pengucapan vokal 'a' yang diganti menjadi 'o' dan 'e pepet' di posisi akhir kata.[19]

Fonologi[sunting | sunting sumber]

Dunggio (1981) mendata 30 fonem dalam bahasa Melayu Palembang, dengan rincian 24 bunyi konsonan dan 6 bunyi vokal.[20] Namun studi lanjutan dari Aliana (1987) menyatakan bahwa hanya ada 25 fonem dalam bahasa Melayu Palembang, yang disebabkan oleh analisa ulang konsonan /z/ sebagai alofoni dari /s/ dan /d͡ʒ/.[21]

Vokal[sunting | sunting sumber]

Depan Madya Belakang
Tertutup /i/ /u/
1/2 Tertutup /e/ /o/
Tengah /ə/
Terbuka /a/

Dalam suku kata tertutup, /i/ dan /u/ dilepaskan sebagai bentuk alofoninya, yakni [ɪ] dan [ʊ].[22]

Konsonan[sunting | sunting sumber]

Dwi-
bibir
Rongga-
gigi
Pask. Ronggi.
langit-
langit
langbel. Celah-
suara
Sengau /m/ /n/ /ɲ/ ny /ŋ/ ng
letup/gesek nirsuara /p/ /t/ /t͡ʃ/ c /k/ /ʔ/ '
bersuara /b/ /d/ /d͡ʒ/ j /ɡ/
Frikatif nirsuara /f/ /s/ /ʃ/ sy /x/ kh /h/
bersuara /v/ /z/ /ʁ/ r
Hampiran Semivokal /w/ /j/ y
Sisian /l/

Ragam[sunting | sunting sumber]

Dialek[sunting | sunting sumber]

Bahasa Melayu Palembang memiliki ragam variasi dialek yang dapat dikenali melalui perbedaan fonologi, aksentologi, maupun idiomatologi yang umumya terbagi kedalam distribusi penggolongan melalui beberapa metode, yakni baik secara regional geografis maupun sosiokultural. bahasa Melayu Palembang ke dalam tiga dialek, yaitu dialek 1) Dialek Palembang Lawas, 2) Dialek Palembang Pasar, dan 3) Dialek Palembang Pesisir. Dialek Palembang Lama yang dimaksud adalah dialek tradisional yang dituturkan sehari-hari terutama oleh kalangan masyarakat Melayu Palembang yang baik di kota maupun di wilayah pedesaan sekitarnya. Sementara, dialek Palembang Pasar (Bandar) dan Pesisir adalah dialek yang utamanya digunakan sebagai bahasa Melayu untuk menjembatani komunikasi antarkomunitas, khususnya di Palembang dan pesisir timur Sumatera Selatan pada umumnya. Secara leksikon, bahasa Melayu Palembang dialek Palembang Lama mempertahankan beberapa kosakata serapan Jawa, Melayu dan Arab yang dipakai dalam bahasa Melayu Palembang dialek Pasar dan Pesisir. Dalam hal fonologi, bahasa Melayu Palembang dialek Palembang Bandar dan Pesisir juga lebih sering menggunakan bunyi /r/ yang diucapkan melalui getaran ujung lidah (apikal) seperti alih-alih bunyi frikatif /ɣ ~ ʁ/ yang biasanya bersama dalam bahasa Melayu Palembang dialek Palembang Lama.[23]

Tingkatan[sunting | sunting sumber]

Bahasa Melayu Palembang mempunyai dua tingkatan linguistik, yaitu Baso Palembang Jegho alias Baso Palembang Alus (kerap diidentifikasi juga sebagai Bebaso) dan Baso Palembang Saghi-Saghi. Baso Palembang Jegho alias Baso Palembang Alus dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara adat Melayu Palembang.

sedangkan Baso Melayu Palembang alias Baso Palembang Saghi-Saghi dipergunakan bahasa yang dituturkan sehari-hari dalam berakar pada bahasa Melayu sebagai etnis melayu di Sumatera Selatan.

Bahasa Melayu Palembang secara umum memiliki unsur serapan linguistik bahasa Melayu dan bahasa Jawa dikarenakan adanya hubungan historis Kemaharajaan Sriwijaya dan Kesultanan Palembang Darussalam yang pernah menguasai wilayah Palembang. Itulah sebabnya perbendaharaan kata dalam bahasa Melayu memiliki persamaan karakteristik dengan perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa.

Sebagai hasil realisasi upaya pemerintah Sumatera Selatan dalam pelestarian bahasa Melayu Palembang, secara resmi masuk sebagai muatan lokal (kegiatan kurikulum) bagi sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di wilayah Palembang.

Kosakata[sunting | sunting sumber]

Bahasa Melayu Palembang dalam Tingkat Baso Pelembang Alus (Jegho) dan Baso Pelembang Saghi-saghi dalam huruf ʁ (r) mirip huruf غ (ghain), ɲ (ny), ŋ (ng) dan glotal stop ʔ (`/q) serta ə (e lemah)

Bahasa Indonesia Bahasa Melayu Palembang Alus Bahasa Melayu Palembang Saghi-saghi Bahasa Palembang
Saya Kulo Ambo, Tubu Aku
Kamu Niko Awaʔ, Kamuʔ Kau
Dia Dio Dio Dio
Kami, Kita Kamèʔ, Kito Kamèʔ, Kito Kito
Kalian Kamûʔ Kamûʔ Wong Galo
Mereka Diowoŋ/Wong-wong Niku Məʁéka/Diowoŋ Dio
Apa Napi Apo Apo
Apa-apa Napi-napi Apo-apo Papo
Siapa Sintən Siapo Siapo
Bagaimana Maʔpundi Maʔmano Cak mano
Akan Bakal Naʔ Bakal
Berapa Pintən Bəʁapo Berapo
Darimana Daʁipundi Daʁimano Darimano
Mengapa/Kenapa Kənapi Kənapo/ŋapo Ngapo
Bila Bilo Bilo Kapan
Semua Sədantən Səgalo-galo Galo
Orang Uwoŋ Uwoŋ Wong
Bersama Bəsami/Baʁəŋ Bəsamo Bareng
Mau Ayun Endaʔ Galak
Suruh Keŋken Koŋkon Suruh
Esok Bencaŋ Esoʔ Besok
Kemarin Bengin Kəmaʁîn Kemarén
Sekarang Maʔ niki Maʔ Ini/ Səkaʁaŋ Sekarang
Bisa Pacaʔ Pacaʔ Biso
Kerja Gawé, Daməl Kəʁjo Gawé
Ini Niki Ini Nih
Itu Niku Itu Tuh
Tanya Takén Takon/Taɲo Tanyo
Rumah ʁompoʔ ʁuma Rumah
Luar Jabo Jabo Luar
Dalam Jəʁû Jəʁû Dalem
Masih Maləʁ Masé Masih
Saja Saos Baè
Kembali/Pulang, Pergi Mantûʔ, Kesa Balîʔ, Pegi Balék`, Balek'lah
Ganti Gənti Gənti Ganti
Sungguh, Jujur Suŋgu, Jujuʁ Suŋgu, Jujuʁ Nian, Tula
Terlalu Kəgino Kəgino/Təlaju Igo
Bawa Baʔto Gawaʔ Bawak`
Dan Den/Səʁto Dan/Səʁto Samo
Untuk Peʁanti Untúʔ Buat
Ya Eŋgé Iyo Yo
Teman ʁewaŋ Kawan/Kanco Kawan
Nama Nami Namo Namo
Lain Lian Laèn Lain
Begini Maʔniki Maʔini Cak ini
Begitu Maʔniku Maʔitu Cak itu

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Bahasa Palembang merupakan bagian dari subkelompok Melayik dari rumpun bahasa Austronesia. Sebagian besar ragam-ragam Melayik di Sumatera bagian Selatan dapat dikategorikan menjadi dua kelompok utama, yaitu 1) kelompok Melayu Tengah atau Melayu Barisan Selatan ([pse]) atau 2) kelompok Melayu Musi dan Melayu Palembang ([mui]), dan beserta ragam-ragam dataran rendah lainnya.[24]

Kata serapan[sunting | sunting sumber]

Bahasa Melayu Palembang memiliki beberapa pengaruh dari elemen linguistik bahasa Melayu dan bahasa yang lain, Bahasa Palembang Asli (Bebaso Pelembang Alus) utamanya dari bahasa Minangkabau, bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Hal ini disebabkan oleh faktor kontak perdagangan antar etnis Melayu di negeri Palembang yang telah berlangsung sejak ribuan tahun lalu, salah satu faktor utama lainnya yakni karena Kota Palembang pernah berada di bawah kekuasaan yang sama untuk masa yang cukup lama,[25]:92 hal-hal tersebutlah yang menyebabkan varietas lingustik dalam Melayu Palembang memiliki elemen linguistik bahasa Melayu dan bahasa yang lain merasuk hingga ke kosakata intinya.[26]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b Bahasa Melayu Palembang di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
  2. ^ "Pedoman Ejaan Bahasa Palembang". Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 
  3. ^ a b Trisman, Bambang; Amalia, Dora; Susilawati, Dyah (2007). Twilovita, Nursis, ed. Pedoman Ejaan Bahasa Palembang [Palembang Spelling System Guidelines]. Palembang: Balai Bahasa Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. OCLC 697282757.  Kesalahan pengutipan: Tanda <ref> tidak sah; nama "Trisman 2007" didefinisikan berulang dengan isi berbeda
  4. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Bahasa Melayu Palembang". Glottolog 4.1. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  5. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Bahasa Melayu Palembang". Glottolog 4.1. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  6. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Bahasa Melayu Palembang". Glottolog 4.1. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  7. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  8. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  9. ^ McDonnell 2016, hlm. 13.
  10. ^ Tadmor, Uri (16–17 June 2001). Language Contact and Historical Reconstruction: The Case of Palembang Malay. 5th International Symposium on Malay/Indonesian Linguistics. Leipzig. 
  11. ^ "Alquran dengan Terjemahan Bahasa Palembang". IDXchannel.com. 2022. 
  12. ^ Rayyan (2019). Rayyan, ed. "Al Quran terjemahan Bahasa Palembang dan Sunda". ANTARA News. 
  13. ^ Inge, Nefri (2020). Hida, Ramdania El, ed. "Alquran Terjemahan Bahasa Palembang Hanya Dicetak 100 Eksemplar". Liputan6.com. 
  14. ^ "UIN Raden Fatah Serahkan Alquran Terjemahan Bahasa Palembang ke Sumeks.co". sumeks.co. Sumatera Ekspres. 2022. 
  15. ^ "Alhamdulillah, Bahasa Palembang Jegho (Alus) Masuk Muatan Lokal Pada Sekolah Dasar Di Kota Palembang". Pustipd UIN Raden Fatah. 2021. 
  16. ^ Adelaar, K.A., "Where does Malay come from? Twenty years of discussions about homeland, migrations and classifications". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 160 (2004), No. 1, hlmn. 1-30
  17. ^ Adelaar 1992, hlm. 5-6.
  18. ^ Hanifah 1999, hlm. 1-38.
  19. ^ Marsden 1811, hlm. 562.
  20. ^ Dunggio 1983, hlm. 7-10.
  21. ^ Aliana 1987, hlm. 14.
  22. ^ Dunggio 1983, hlm. 21-22.
  23. ^ McDowell Anderbeck, hlm. 13–15.
  24. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 10–12.
  25. ^ Coedès, George (1968). Walter F. Vella, ed. The Indianized States of Southeast Asia. trans.Susan Brown Cowing. University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-0368-1. 
  26. ^ Tadmor, Uri (16–17 June 2001). Language Contact and Historical Reconstruction: The Case of Palembang. 5th International Symposium on Indonesian Linguistics. Leipzig. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  •   Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang. Kerjasama Lembaga Bahasa dan Fakultas Keguruan Universitas Sriwijaya dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Sumatera Selatan. 1978. 
  •   Arif, R. M. (1981). Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang. 74. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  •   Trisman, Bambang; Amalia, Dora; Susilawati, Dyah; Twilovita, Nursis (2007). Pedoman Ejaan Bahasa Palembang. Balai Bahasa Melayu Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 
  • Adelaar, K. Alexander (1992). Proto-Malayic: The reconstruction of its phonology and parts of its lexicon and morphology. Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University. ISBN 9780858834088. 
  • Anderbeck, Karl; McDowell, Jonathan (2020). The Malay Lects of Southern Sumatra. JSEALS Special Publication. 7. University of Hawai'i Press. hdl:10524/52466. 
  • Hanifah, Abu (1999). Undang-Undang Simbur Cahaya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 9794593869. 
  • Marsden, William (1811). History of Sumatra, Containing an Account of the Government (etc.). London: Longman. 
  • Dunggio, P.D. (1983). Struktur bahasa Melayu Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • Aliana, Zainul Arifin (1987). Morfologi dan sintaksis bahasa Melayu Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • McDonnell, Bradley James (2016). Symmetrical Voice Constructions in Besemah: A Usage-based Approach. Santa Barbara: University of California Santa Barbara. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]