Bahasa Melayu Deli
Melayu Deli | |
---|---|
Bahasa Melayu Deli | |
Dituturkan di | Indonesia |
Wilayah | Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai |
Dialek | |
Latin (Alfabet bahasa Indonesia), Jawi | |
Kode bahasa | |
ISO 639-3 | – |
Glottolog | deli1235 |
![]() | |
![]() | |
Bahasa Melayu Deli adalah sebuah dialek bahasa Melayu yang dituturkan di kawasan Medan, Deli Serdang dan Serdang Bedagai. Bahasa Melayu Deli juga digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat Melayu Deli di Percut dan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang.[2] Bahasa ini dianggap masih berkerabat dekat dengan bahasa Melayu Langkat.
Dialek representatif Melayu Deli adalah dialek Deli Medan yang digunakan di Kota Medan.
Penelitian mengenai bahasa Melayu Deli[sunting | sunting sumber]
Peneliti awal bahasa Melayu Deli adalah orang-orang Belanda, antara lain C. Hooykaas pada tahun 1951.[3] Namun demikian, penelitian-penelitian ini tidak dilakukan secara mendalam. Sekitar tahun 1953, Prof. Dr. Roolvink juga pernah membicarakan keunikan bahasa Melayu Deli itu, namun tidak secara keseluruhan.[3] Penelitian selanjutnya yang lebih lengkap baru dilakukan pada tahun 1975-1976 oleh Syahdan Manurung dan Zubeirsyah dalam Proyek Penelitian Bahasa Indonesia dan Daerah, Desember 1975.[3]
Kosakata[sunting | sunting sumber]
Berikut ini contoh kosakata bahasa Melayu Deli dan terjemahannya kedalam bahasa Indonesia.
Bahasa Melayu Deli | Bahasa Indonesia |
---|---|
Aah | iya |
Abah | Abang (ada talian darah); di keluarga-keluarga tertentu dipergunakan untuk menyebut ayah |
Acan | sengaja mengusik atau mengejek |
Acap-acap | setinggi |
Aci | boleh; sah |
Acik | panggilan untuk adik dari orangtua |
Acu | menacungkan sesuatu |
Agah | bercanda (biasanya dengan bayi) |
Ageh | beri |
Agham-agham | ikatan atau pegangan yg asal asalan |
Aghi | kemarin; waktu yg sudah lewat |
Aghok | hasut; provokasi |
Agu | kocok; aduk supaya menyatu |
Ajang | milik; kepunyaan |
Ajat | ingin; hasrat |
Ajok | tiru |
Akor | cocok; harmonis |
Alahai | aduhai (biasanya untuk mengekspresikan kekaguman) |
Alak-alak | remaja usia kira-kira 11-15 tahun |
Alang | sebutan untuk anak ketiga |
Aleh | seandainya; mana tahu |
Alip | permainan kanak-kanak, misalnya alip berondok, alip jongkok, dan lain sebagainya |
Alip-alip | sebutan untuk buku belajar membaca huruf Arab hingga ke Juz Amma |
Alu | kayu penumbuk untuk menumbuk padi |
Ambai | jaring untuk menangkap ikan atau udang yg dipasang di tengah arus air dengan 2 tiang |
Ambe | saya; aku |
Ambek | ambil |
Ambek pakan | ambil hati; menunjukkan seolah empati |
Ampan | terpental krn mengenai sesuatu |
Andak | sebutan untuk anak kelima |
Andam | memotong atau mencukur sedikit rambut mempelai sebelum bersanding; cukur surai |
Andong | Nenek |
Angah | sebutan untuk anak kedua |
Angek | panas hati; iri |
Anggah | pamer kekuatan atau kekayaan |
Anggau | makhluk halus sejenis genderuwo |
Anggok-anggai | kondisi mengangguk karena mengantuk; terkantuk |
Angleh | cocok; serasi dalam hal pekerjaan atau kemitraan dalam kerja |
Antah | kulit padi dalam tumpukan beras |
Antok | bentur |
Aok | iya; ya; iyalah |
Apam balik | Martabak manis |
Api-api | benalu |
Asak | dorong; desak |
Atak | bagi-bagi |
Atog | atau |
Atok | Orang tua dari ayah atau ibu |
Awah | sistem bagi hasil antara pemilik dan petani |
Awak | diri pribadi; diriku; dirimu |
Ayak | serak; buyar |
Ayoh | ayah |
Ayong | tutur anak pertama (sulong; long; yong; iyong) |
Bacagh: ramah
Babit: kait
Babal: tinja yg keras dan besar
Baghah: penyakit luka memanas dalam perut; tumor ganas
Baghai: hewan sebangsa kerang
Badau: ikan gabus
Baghut: kemban
Bah: Abah; Abang (sebagian keluarga memaknai sebagai kata sebutan pengganti bapa)
Bahai: rasa makanan atau nasi yg kurang enak karena tercampur air atau kuah yg terlalu lama
Bahal: rekleksi luka dan sakit pada bagian tubuh yg lain
Baham: makan (diucapkan golongan non bangsawan kepada orang yang sebaya dan yang berada dibawahnya; tidak lazim dipakai untuk kaum bangsawan. Jika diucapkan orang kebanyakan kepada kaum bangsawan, berubah menjadi: Santap. Jika tanpa watas kelas diucapkan: makan)
Bahane: gema; isyarat rahasia
Balai: perangkat seserahan berisi pulut kuning, merawal, ayam panggang, bunga telur dan kepala telur, yang berkaki empat dan kaki-kakinya ditutup kain berhias; gedung istimewa
Balam: perkutut
Bale: bahaya; bencana
Bali: sama saja
Bal0k: mata sembab
Balu: janda kematian laki; harta balu (harta pusaka dari kematian suami/istri); luka balu (luka hamper sembuh)
Balut: bungkus dengan kain dan lainnya
Banc0h: larutkan dalam air
Bangkagh: daun kelapa kering yg dijalin
Bangkang: mendurhaka
Bangk0ng: parang pendek dan tebal
Bape kelik: Pakcik (digunakan di daerah tertentu di Deli, seperti sebagian hamparan perak)
Lihat juga[sunting | sunting sumber]
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ Spoken L1 Language: Central Malay, Glottolog. Akses: 16 Agustus 2022.
- ^ Kata Benda dan Kata Sipat Bahasa Melayu Deli. Muhizar Muchtar, Nurhayati Lubis, Namsyah Hot, Asiah Taty. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta (1993).
- ^ a b c Bahasa Melayu Dialek Deli Medan . Syahdan Manurung dan Zubeirsyah. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa - Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta (1984).
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
- (Indonesia) Kamus Melayu Deli-Indonesia (1985)
- (Inggris) Melayu Deli as the Identity of Medan City
- (Indonesia) Klasifikasi Leksikostatistik Bahasa Melayu Langkat, Bahasa Melayu Deli, dan Bahasa Dairi Pakpak
- (Indonesia) Tutur Sapa Bahasa Melayu-Deli Dalam "Syair Putri Hijau" Karangan Abdul Rahman Pada Tahun 1955
- (Indonesia) Syair Puteri Hijau (1)
- (Indonesia) Perbedaan Bahasa Melayu Deli Pesisir dan Melayu Tamiang