Kabupaten Klaten

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Klaten, Klaten)
Kabupaten Klaten
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacarakaꦏ꧀ꦭꦛꦺꦤ꧀
 • Pegonكلاتن
 • Alfabet JawaKlaṭèn
Lambang resmi Kabupaten Klaten
Julukan: 
seribu mata air
Motto: 
Tumenga tata anggatra rahardja
(Jawa) Menatap keharmonisan demi membangun kesejahteraan
(1950 Masehi)
Peta
Peta
Kabupaten Klaten di Jawa
Kabupaten Klaten
Kabupaten Klaten
Peta
Kabupaten Klaten di Indonesia
Kabupaten Klaten
Kabupaten Klaten
Kabupaten Klaten (Indonesia)
Koordinat: 7°41′00″S 110°37′00″E / 7.6833°S 110.6167°E / -7.6833; 110.6167
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
Dasar hukumUU No. 13/1950
Hari jadi28 Juli 1804 (umur 219)
Ibu kotaKota Klaten
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 26 [1]
  • Kelurahan: 10 [1]
  • Desa: 391 [1]
Pemerintahan
 • BupatiHj. Sri Mulyani Klaten
 • Wakil BupatiH. Yoga Hardaya
 • Sekretaris DaerahJajang Prihono
 • Ketua DPRDHamenang Wajar Ismoyo
Luas
 • Total655,56 km2 (25,311 sq mi)
Populasi
 • Total1.275.850
 • Kepadatan1.792/km2 (4,640/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 93,32% Islam
  • 0,61% Hindu
  • 0,03% Buddha
  • 0,01% Lainnya[2][3]
 • IPMKenaikan 76,95
tinggi (2022)[4]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3310
Kode area telepon0272
Pelat kendaraanAD
Kode Kemendagri33.10
DAURp 1.237.967.327.000.-
Semboyan daerahKlaten Bersinar
(Bersih, Sehat, Indah, Nyaman, Aman, Rapi)
Flora resmiKemuning
Fauna resmiIkan nila
Situs webklatenkab.go.id


Kabupaten Klaten (Jawa: Hanacaraka: ꦏ꧀ꦭꦛꦺꦤ꧀, Pegon: كلاتن, translit. Klaṭèn) adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Pusat pemerintahan berada di Kota Klaten, yang merupakan gabungan dari 3 kecamatan Klaten Utara, Klaten Tengah, Klaten Selatan, sekitar 36 km sebelah barat Kota Surakarta. Kabupaten yang berbatasan dengan provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ini memiliki jumlah penduduk sebanyak 1.275.850 jiwa pada tahun 2022 dan mayoritas penduduknya merupakan etnis Jawa.[2]

Geografi[sunting | sunting sumber]

Secara astronomis, Kabupaten Klaten terletak di antara 110°30'-110°45' Bujur Timur dan 7°30'-7°45' Lintang Selatan.

Luas wilayah Kabupaten Klaten mencapai 655,56 km². Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo. Di sebelah selatan berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta yakni wilayah Gunung Kidul Di sebelah barat berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta yakni wilayah Sleman serta Kabupaten Magelang dan di sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Boyolali.[5]

Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi tiga dataran yakni Sebelah Utara Dataran Lereng Gunung Merapi, Sebelah Timur Membujur Dataran Rendah, sebelah Selatan Dataran Gunung Kapur.

Menurut topografi, Kabupaten Klaten terletak di antara Gunung Merapi dan Pegunungan Seribu dengan ketinggian antara 75-160 meter di atas permukaan laut yang terbagi menjadi wilayah lereng Gunung Merapi di bagian utara areal miring, wilayah datar, dan wilayah berbukit di bagian selatan.

Jarak Kota Klaten dengan kota lain se-Karesidenan Surakarta:

Keadaan iklim Kabupaten Klaten termasuk iklim tropis dengan musim hujan dan kemarau silih berganti sepanjang tahun, temperatur udara rata-rata 28°-30° Celsius dengan kecepatan angin rata-rata sekitar 153 mm setiap bulannya dengan curah hujan tertinggi bulan Januari (350 mm) dan curah hujan terendah bulan Juli (8 mm).

Topografi[sunting | sunting sumber]

Wilayah Kabupaten Klaten terbagi menjadi 3 (tiga) dataran:

  1. Dataran Lereng Gunung Merapi membentang di sebelah utara meliputi sebagian kecil sebelah utara wilayah Kecamatan Kemalang, Karangnongko, Jatinom, dan Tulung.
  2. Dataran rendah membujur di tengah meliputi seluruh wilayah kecamatan di Kabupaten Klaten, kecuali sebagian kecil wilayah merupakan dataran lereng Gunung Merapi dan Gunung Kapur.
  3. Dataran Gunung Kapur yang membujur di sebelah selatan meliputi sebagian kecil sebelah selatan Kecamatan Bayat dan Cawas.

Melihat keadaan alamnya yang sebagian besar adalah dataran rendah dan didukung dengan banyaknya sumber air maka daerah Kabupaten Klaten merupakan daerah pertanian yang potensial disamping penghasil kapur, batu kali, dan pasir yang berasal dari Gunung Merapi.

Ketinggian daerah:

  • Sekitar 3,72% terletak di antara ketinggian 0–100 meter di atas permukaan laut.
  • Terbanyak 83,52% terletak di antara ketinggian 100–500 meter di atas permukaan laut.
  • Sisanya 12,76% terletak di antara ketinggian 500–2500 meter di atas permukaan laut.

Geologi[sunting | sunting sumber]

Jenis tanah terdiri dari 5 (lima) macam:

  1. Litosol: Bahan induk dari skis kristalin dan batu tulis terdapat di daerah Kecamatan Bayat.
  2. Regosol Kelabu: Bahan induk abu dan pasir vulkanik termedier terdapat di Kecamatan Cawas, Trucuk, Klaten Tengah, Kalikotes, Kebonarum, Klaten Selatan, Karangnongko, Ngawen, Klaten Utara, Ceper, Pedan, Karangdowo, Juwiring, Wonosari, Delanggu, Polanharjo, Karanganom, Tulung dan Jatinom.
  3. Grumusol Kelabu Tua: Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan interme-dier terdapat di daerah Kecamatan Bayat, Cawas sebelah selatan.
  4. Kompleks Regosol Kelabu dan Kelabu Tua: Bahan induk berupa batuk apurnapal terdapat di daerah Kecamatan Klaten Tengah dan Kalikotes sebelah selatan.
  5. Regosol Coklat Kekelabuan: Bahan induk berupa abu dan pasir vulkan intermedier terdapat di daerah Kecamatan Kemalang, Manisrenggo, Prambanan, Jogonalan, Gantiwarno dan Wedi.

Batas Wilayah[sunting | sunting sumber]

Batas-batas wilayah Kabupaten Klaten sebagai berikut:[6]

Utara Kabupaten Boyolali
Timur Sukoharjo
Selatan Kabupaten Gunungkidul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Barat Kabupaten Magelang dan Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Benteng Fort Engelenburg di Klaten (tahun 1929) yang sekarang menjadi Masjid Raya dan Alun-alun

Sejarah Klaten tersebar di berbagai catatan arsip-arsip kuno dan kolonial, arsip-arsip kuno dan manuskrip Jawa. Catatan itu seperti tertulis dalam Serat Perjanjian Dalem Nata, Serat Ebuk Anyar, Serat Siti Dusun, Sekar Nawala Pradata, Serat Angger Gunung, Serat Angger Sedasa dan Serat Angger Gladag. Dalam bundel arsip Karesidenan Surakarta, sejarah Klaten tercantum dalam Soerakarta Brieven van Buiten Posten, Brieven van den Soesoehoenan 1784-1810, Daghregister van den Residentie Soerakarta 1819, Reporten 1787-1816, Rijksblad Soerakarta dan Staatblad van Nederlandsche Indie. Babad Giyanti, Babad Bedhahipun Karaton Negari Ing Ngayogyakarta, Babad Tanah Jawi dan Babad Sindula juga dapat menjadi sumber lain untuk menelusuri sejarah Klaten. Sejarah Klaten juga dapat ditelusuri dari keberadaan candi-candi Hindu, Buddha maupun barang-barang kuno. Asal muasal desa-desa kuno seperti Pulowatu, Gumulan, Wedihati, Mirah-mirah maupun Upit, juga menunjukan keterangan tepercaya. Peninggalan atau petilasan Ngupit bahkan secara jelas menyebutkan pertanda tanggal yang dimaknai 8 November 66 Masehi oleh Raden Rakai Kayuwangi.

Daerah Kabupaten Klaten pada mulanya adalah bekas daerah swapraja Surakarta. Kasunanan Surakarta terdiri dari beberapa daerah yang merupakan suatu kabupaten. Setiap kabupaten terdiri atas beberapa distrik. Susunan penguasa kabupaten terdiri dari Bupati, Kliwon, Mantri Jaksa, Mantri Kabupaten, Mantri Pembantu, Mantri Distrik, Penghulu, Carik Kabupaten 1 dan 2, Lurah Langsik, dan Langsir. Susunan penguasa Distrik terdiri dari Pamong Distrik (1 orang), Mantri Distrik (5), Carik Kepanawon 1 dan 2 (2 orang), Carik Kemanten (5 orang), serta Kajineman (15 orang).

Pada zaman penjajahan Belanda, tahun 1749, terjadi perubahan susunan penguasa di Kabupaten dan di Distrik. Untuk Jawa dan Madura, semua provinsi dibagi atas kabupaten-kabupaten, kabupaten terbagi atas distrik-distrik, dan setiap distrik dikepalai oleh seorang wedono. Pada tahun 1847, bentuk Kabupaten diubah menjadi Kabupaten Pulisi. Maksud dan tujuan pembentukan Kabupaten Pulisi adalah di samping Kabupaten itu menjalankan fungsi pemerintahan, ditugaskan pula agar dapat menjaga ketertiban dan keamanan dengan ditentukan batas-batas kekuasaan wilayahnya.

Berdasarkan Nawala Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakubuwana Senopati Ing Alaga Abdul Rahman Sayidin Panata Gama VII, Senin Legi 23 Jumadilakhir Tahun Dal 1775 atau 5 Juni 1847 dalam bab 13 disebutkan:

“……………… Kraton Dalem Surakarta Adiningrat Nganakake Kabupaten cacah enem.……………….”
“……………… Kabupaten cacah enem iku Nagara Surakarta, Kartosuro, Klaten, Boyolali, Ampel, lan Sragen.……………….”
“……………… Para Tumenggung kewajiban rumeksa amrih tata tentreme bawahe dhewe-dhewe serta padha ke bawah marang Raden Adipati.……………….”

Asal nama[sunting | sunting sumber]

Ada dua versi yang menyebut tentang asal muasal nama Klathèn.

  1. mengatakan bahwa Klaten berasal dari kata kelathi atau buah bibir. Kata kelathi ini kemudian mengalami disimilasi menjadi Klaten. Klaten sejak dulu merupakan daerah yang terkenal karena kesuburannya.
  2. menyebutkan Klaten berasal dari kata Melati (Jawa: Mlathi) yang berubah menjadi kata Klathi, sehingga memudahkan ucapan kata Klathi berubah menjadi kata Klathen. Versi ke dua ini atas dasar kata-kata orang tua sebagaimana dikutip dalam buku Klaten dari Masa ke Masa yang diterbitkan Bagian Ortakala Setda Kab. Dati II Klaten Tahun 1992/1993.
Makam Kyai dan Nyai Melati

Melati adalah nama seorang kyai yang pada kurang lebih 560 tahun yang lalu datang di suatu tempat yang masih berupa hutan belantara. Abdi dalem Kraton Mataram ini ditugaskan oleh raja untuk menyerahkan bunga Melati dan buah Joho untuk menghitamkan gigi para putri kraton (Serat Narpawada, 1919:1921).

Guna memenuhi kebutuhan bunga Melati untuk raja, Kyai dan Nyai Mlati menanami sawah milik Raden Ayu Mangunkusuma, istri Raden Tumenggung Mangunkusuma yang saat itu menjabat sebagai Bupati Pulisi Klaten, yang kemudian dipindah tugaskan istana menjadi Wakil Patih Pringgalaya di Surakarta. Tidak ditemukan sumber sejarah tentang akhir riwayat Kyai dan Nyai Melati. Silsilah Kyai dan Nyai Melati juga tidak diketahui. Bahkan penduduk Klaten tidak ada yang mengakui sebagai keturunan dua sosok penting ini.Kyai Melati Sekolekan, nama lengkap dari Kyai Melati, menetap di tempat itu. Semakin lama semakin banyak orang yang tinggal di sekitarnya, dan daerah itulah yang menjadi Klaten yang sekarang.

Dukuh tempat tinggal Kyai Melati oleh masyarakat setempat lantas diberi nama Sekolekan. Nama Sekolekan adalah bagian darinama Kyai Melati Sekolekan. Sekolekan kemudian berkembang menjadi Sekalekan, sehingga sampai sekarang nama dukuh itu adalah Sekalekan. Di Dukuh Sekalekan itu pula Kyai Melati dimakamkan.

Kyai Melati dikenal sebagai orang berbudi luhur dan lagi sakti. Karena kesaktiannya itu perkampungan itu aman dari gangguan perampok. Setelah meninggal dunia, Kyai Melati dikuburkan di dekat tempat tinggalnya.

Sampai sekarang sejarah kota Klaten masih menjadi silang pendapat. Belum ada penelitian yang dapat menyebutkan kapan persisnya kota Klaten berdiri. Selama ini kegiatan peringatan tentang Klaten diambil dari hari jadi pemerintah Kabupaten Klaten, yang dimulai dari awal terbentuknya pemerintahan daerah otonom tahun 1950.

Hari jadi[sunting | sunting sumber]

Berdirinya Benteng atau loji Klaten di masa pemerintahan Sunan Paku Buwana IV mempunyai arti penting dalam sejarah Klaten. Pendirian benteng tersebut peletakan batu pertamanya dimulai pada hari sabtu Kliwon, 12 rabiulakir, Langkir, Alit 1731 atau sengkala RUPA MANTRI SWARANING JALAK atau dimaknai sebagai tanggal 28 Juli 1804. Sumber sejarah ini dapat ditemukan dalam Babad Bedhaning Ngayogyakarata dan Geger Sepehi. Catatan sejarah ini oleh pemerintah Kabupaten Klaten melalui Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2007 sebagai Hari Jadi Kabupaten Klaten yang diperingati setiap tahun.

Perubahan luas daerah[sunting | sunting sumber]

Luas daerah Kabupaten Klaten mengalami beberapa kali perubahan. Klaten pada mulanya adalah tanpa kecamatan Jatinom dan Polanharjo. Kedua kecamatan semula merupakan wilayah kabupaten Boyolali, dan baru digabungkan tanggal 11 Oktober 1895.

Kelurahan[sunting | sunting sumber]

Rumah orang Belanda di Klaten (tahun 1904)

Semenjak terbentuknya onderdistrik, daerah onderdistrik terdiri dari beberapa dukuh. Sebagian dukuh-dukuh itu merupakan daerah kekuasaan seorang Demang. Gaji seorang Demang berupa tanah pituas.

Luas tanah pituas antara Demang yang satu dan yang lainnya berbeda-beda, sesuai dengan besar kecilnya jasa yang diberikan kepada Kasunanan. Penerima terkecil dinamakan Bekel, kemudian Demang, Ronggo, dan terbesar disebut Ngabei.

Pada tahun 1914 dibentuk kelurahan, yang merupakan penggabungan dari beberapa dukuh. Tanah pituas yang semula untuk gaji Bekel, Demang, Ronggo, dan Ngabei, diberikan pada kelurahan sebagai milik desa yang kemudian menjadi lungguh pamong desa. Struktur organisasi Kelurahan terdiri dari Lurah, Kamituwa, Carik, Kebayan, Modin, dan Ulu-ulu.

Pada tahun 1957, beberapa kelurahan digabungkan, atas ketentuan kasunanan bahwa setiap Kelurahan paling sedikit harus berpenduduk 1300 orang. Peristiwa itu dikenal sebagai masa kompleks.

Sebelumnya, di Klaten telah dilakukan penggabungan karena alasan lain. Masa kompleks di Klaten telah terjadi sejak tahun 1917. di beberapa onderdistrik, penggabungan Kelurahan dilakukan karena beberapa Kelurahan tidak mempunyai tanah untuk kas desa maupun untuk lungguh pada pegawainya.[7]

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Daftar Bupati[sunting | sunting sumber]

Bupati yang menjabat di kabupaten Klaten saat ini yakni Sri Mulyani, didampingi wakil bupati Yoga Hardaya.

No Bupati Mulai Jabatan Akhir Jabatan Prd. Wakil Bupati Ket.
(19) Hj. Sri Mulyani 26 Februari 2021 Petahana 22 (2021) H. Yoga Hardaya

Dewan Perwakilan[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Klaten dalam dua periode terakhir.[8][9]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024
PKB 3 Kenaikan 4
Gerindra 5 Steady 5
PDI-P 17 Kenaikan 19
Golkar 8 Penurunan 7
NasDem 1 Steady 1
PKS 5 Steady 5
PPP 2 Steady 2
PAN 5 Penurunan 4
Hanura 2 Penurunan 0
Demokrat 2 Kenaikan 3
Jumlah Anggota 50 Steady 50
Jumlah Partai 10 Penurunan 9


Kecamatan[sunting | sunting sumber]

Ibu kota kabupaten ini berada di Kota Klaten, yang terdiri atas tiga kecamatan yaitu Klaten Utara, Klaten Tengah, dan Klaten Selatan. Kota Klaten dulunya merupakan kota administratif, namun sejak diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, tidak dikenal adanya kota administratif, dan Kota Administratif Klaten kembali menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Klaten.

Kabupaten Klaten terdiri dari 26 kecamatan, 10 kelurahan, dan 391 desa. Pada tahun 2022, jumlah penduduknya mencapai 1.275.850

jiwa dengan luas wilayah 658,22 km² dan sebaran penduduk 1.792 Jiwa/Km²

jiwa/km².[10][11]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Klaten, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Desa
Status Daftar
Desa/Kelurahan
33.10.04 Bayat 18 Desa
33.10.05 Cawas 20 Desa
33.10.11 Ceper 18 Desa
33.10.16 Delanggu 16 Desa
33.10.02 Gantiwarno 16 Desa
33.10.20 Jatinom 1 17 Desa
Kelurahan
33.10.08 Jogonalan 18 Desa
33.10.14 Juwiring 19 Desa
33.10.23 Kalikotes 7 Desa
33.10.18 Karanganom 19 Desa
33.10.13 Karangdowo 19 Desa
33.10.10 Karangnongko 14 Desa
33.10.07 Kebonarum 7 Desa
33.10.21 Kemalang 13 Desa
33.10.26 Klaten Selatan 1 11 Desa
Kelurahan
33.10.25 Klaten Tengah 6 3 Desa
Kelurahan
33.10.24 Klaten Utara 2 6 Desa
Kelurahan
33.10.09 Manisrenggo 16 Desa
33.10.22 Ngawen 13 Desa
33.10.12 Pedan 14 Desa
33.10.17 Polanharjo 18 Desa
33.10.01 Prambanan 16 Desa
33.10.06 Trucuk 18 Desa
33.10.19 Tulung 18 Desa
33.10.03 Wedi 19 Desa
33.10.15 Wonosari 18 Desa
TOTAL 10 391


Lambang daerah[sunting | sunting sumber]

  • Mahkota Kerajaan: Melambangkan kebesaran/keagungan cita-cita.
  • Orang Yang Bersemedi dengan Rambut Terurai, Kaki Berbentuk Pita Bertuliskan KLATEN: Orang dengan tekad yang teguh dan suci menuju cita-cita Kab Klaten.
  • Perisai Warna Kuning Emas dengan Bingkai Segi Lima Warna Putih: Menggambarkan perlindungan rakyat menuju zaman keemasan “Toto Tentrem Kerto Raharjo” dengan prinsip kebajikan, kejujuran, keadilan dan kebenaran.
  • Padi dan Kapas: Mencerminkan sandang dan pangan dari hasil pertanian dan perkebunan padi warna kuning emas jumlah 28 kapas warna putih jumlah 10
  • Tulisan Menyerupai Huruf Jawa: “Tumengo Toto Anggotro Raharjo “ artinya 0591 (1950) Hari jadi Pemerintah Kab Klaten (ditanah jawa) 28-10-1950
  • Gunungan Warna Biru Muda: Gunungan berarti pembukaan, sedangkan Warna biru muda berarti warna cerah, tenang dan tenteram, yaitu tanda pembukaan berdirinya Pemerintah Kab Klaten dan membuka keadaan baru yang tenang dan tenteram.
  • Rantai Warna Kuning Melingkar Dibatang Pada dan Kapas: Menggambarkan persatuan dan kegotong royongan rakyat.
  • Bambu Runcing dan Api: Merupakan simbul perjuangan yang berkobar dan menyala menuju cita-cita yang suci dan mulia.
  • Tugu Warna Putih: Diartikan sebagai peringatan dari perjuangan yang suci
  • Pohon Beringin Beserta Akarnya Berwarna Hijau: Simbol pengayoman dan perlindungan rakyat menuju keadaan sosial ekonomi yang merata, adil dan makmur.
  • Warna Hitam Pada Dasar Lambang: Hitam berarti kuat, tegas, kekal. Maksudnya lambang ini bersifat kuat, tegas dan kekal, baik isi maupun tujuannya.

Pariwisata[sunting | sunting sumber]

Berikut beberapa pariwisata yang terdapat di Kabupaten Klaten

Wisata alam[sunting | sunting sumber]

Wisata sejarah[sunting | sunting sumber]

Rowo Jombor di Kabupaten Klaten, Provinsi Jawa Tengah, ketika dipandang dari Bukit Sidoguro.

Di Jatinom, upacara tradisional Sebaran Apem Yaqowiyu diadakan setiap bulan Sapar. Di Palar, Trucuk, Klaten bersemayam pujangga dari Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat bernama Ronggo Warsito. Keindahan alam dapat dinikmati di daerah Deles, sebuah tempat sejuk di lereng Gunung Merapi. Rowo Jombor tempat favorit untuk melihat waduk. Terdapat juga Museum Gula, di Gondang Winangun yang terletak sepanjang jalan Klaten–Yogyakarta.

Seseorang sedang berenang di Umbul Ponggok, Klaten

Di kecamatan Tulung sebelah timur terdapat serangkaian tempat bermunculannya mata air pegunungan yang mengalir sepanjang tahun, dan dijadikan objek wisata. Wisata yang bisa dinikmati di sana adalah wisata memancing dan pemandian air segar. Banyak tempat pemandian yang bisa dikunjungi baik yang berbayar maupun tidak berbayar, seperti Umbul Nilo (berbayar), Umbul Penganten (berbayar), Umbul Ponggok (berbayar), Umbul Cokro (berbayar) dan umbul lainnya. Namun kalau untuk wisata memancing semua harus berbayar karena dikelola oleh usaha warga. Letak pemancingan yang terkenal adalah di desa Janti. Sambil memancing pengunjung dapat juga menikmati masakan ikan nila, lele, atau mas goreng berbumbu sambal khas dengan harga sangat terjangkau. Tiap hari libur perkampungan ini sering mengalami kemacetan karena membludaknya pengunjung dari Kota Surakarta, Semarang dan Jogja.

Di Kecamatan Bayat, Klaten, tepatnya di kelurahan Paseban, Bayat, Klaten terdapat Makam Sunan Bayat atau Sunan Pandanaran atau Sunan Tembayat yang memiliki desain arsitektur gerbang gapura Majapahit. Sunan Tembayat ini dahulu dikenal sebelum menjadi Sunan, dia adalah Bupati Semarang yang kemudian berkelana dalam hal keagamaan. Makam ini menjadi salah satu tempat wisata ziarah Para Wali. Pengunjung dapat memarkir kendaraan di areal parkir serta halaman Kelurahan yang cukup luas. Setelah mendaki sekitar 250 anak tangga, akan ditemui pelataran dan Masjid. Pemandangan dari pelataran akan tampak sangat indah di pagi hari.

Kuliner khas[sunting | sunting sumber]

Sop Ayam Pecok asli Klaten

Sebagai kota yang kaya akan sejarah kuliner lezat, klaten memiliki beberapa makanan kuliner yang akan memanjakan lidah, di antaranya:

  • Ayam Bakar Khas Klaten
  • Ayam Panggang Khas Klaten
  • Sop Ayam Pecok asli Klaten
  • Ayam Goreng Trancam
  • Nasi Tumpang Lethok
  • Soto Bebek dan Bebek Bacem
  • Garang Asem
  • Soto Kwali Klaten
  • Bubur Tumpang

Ada beberapa rumah makan legendaris di klaten yang menjaga resep kuliner secara turun-temurun, sehingga pengunjung akan mendapatkan sajian kuliner yang otentik saat kuliner di Klaten.[12]

Oleh-oleh[sunting | sunting sumber]

Oleh-oleh khas Klaten, adalah:

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Tenun di Cawas, Klaten

Produk Klaten yang berpotensi, yaitu:

  • Sentra Industri Konveksi–Wedi
  • Karung Goni–Delanggu
  • Gerabah–Krakitan, Bayat
  • Lurik–Desa Mlese, Ds Tlingsing, Cawas
  • Kerajinan Wayang–Omah Wayang Klaten (danguran Klaten Selatan)
  • Payung Kertas–Juwiring
  • Meubel/ kerajinan kayu–Sajen
  • Handycraft–Karanganom
  • Pusat makanan Ringan(snack) -Gondangan, Jogonalan

Transportasi[sunting | sunting sumber]

Stasiun kereta api Klaten (tahun 1903-1910)

Layanan kereta api[sunting | sunting sumber]

Stasiun kereta api[sunting | sunting sumber]

  • Lintas selatan–tengah Jawa
  1. Stasiun Prambanan
  2. Stasiun Srowot
  3. Stasiun Klaten
  4. Stasiun Ceper
  5. Stasiun Delanggu

Terminal[sunting | sunting sumber]

  1. Terminal Bus Ir. Soekarno Klaten
  2. Terminal Bus Buntalan Klaten
  3. Terminal Bus Delanggu Klaten
  4. Terminal Bus Penggung Klaten
  5. Terminal Bus Cawas Klaten
  6. Terminal Bus Teloyo Klaten
  7. Terminal Bus Tulung Klaten
  8. Terminal Bus Bendogantungan Klaten

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Pendidikan formal TK / RA SD / MI SMP / MTs SMA / MA SMK Perguruan Tinggi Lainnya
Negeri 1 720 81 19 12 1 0
Swasta 999 138 61 19 46 7 12
Total 1000 858 142 38 58 8 12
Data sekolah di Kabupaten Klaten
Sumber: Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) Wilayah Kabupaten Klaten 2016[13]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c "Luas Wilayah, Desa / Kalurahan, Pedukuhan, Blok Sensus Menurut Kecamatan Di Kabupaten Klaten Tahun 2014". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-22. Diakses tanggal 2016-11-22. 
  2. ^ a b c "Kabupaten Klaten Dalam Angka 2023" (pdf). BPS Klaten. hlm. 48, 122. Diakses tanggal 15 April 2023. 
  3. ^ "Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten Kota dan Agama di Provinsi Jawa Tengah, 2020". Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Tengah. 14 April 2021. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-13. Diakses tanggal 4 Maret 2022. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2021-2022". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 15 April 2023. 
  5. ^ "Geografis dan Letak Geografi". BPS Klaten. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-11-22. Diakses tanggal 22 November 2016. 
  6. ^ Argadia, Yosep Riva (2020). Permanawiyat, Widhi, ed. Profil Budaya dan Bahasa Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah (PDF). Tangerang Selatan: Pusat Data dan Teknologi Informasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 3. ISBN 978-602-8449-58-8. 
  7. ^ Selintas Hasil Pembangunan Kabupaten Klaten, h. 11-15
  8. ^ "PEROLEHAN KURSI DPRD KLATEN 2014-2019" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2021-01-25. Diakses tanggal 2020-05-14. 
  9. ^ Perolehan Kursi DPRD Klaten 2019-2024
  10. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  11. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  12. ^ Watson, Sony (2023-06-25). "10 Surga Kuliner Klaten yang Wajib Dikunjungi, No.7 Bikin Ketagihan!" (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-18. Diakses tanggal 2023-08-27. 
  13. ^ ["Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) Wilayah Kabupaten Klaten". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-27. Diakses tanggal 2016-10-28. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]