Sulawesi Selatan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Sulsel)
Sulawesi Selatan
ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨔᨛᨒᨈ
Sulawesi Selatan
Transkripsi Regional
 • Bugisᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨑᨗᨕᨈ
Sulawési Riattang (1, 2, 3, 4, 5)
ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨆᨊᨗᨕ
Sulawési Maniang (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7)
ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨒᨕᨘᨈ
Sulawési Lautang (1, 2, 3)
ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨆᨊᨚᨑ
Sulawési Manorang (1)
 • Makassarᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨕᨗᨈᨗᨅᨚᨑᨚᨀ
Sulawési Timboroka (1, 2, 3, 4, 5)
 • Melayu Makassarᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨔᨒᨈ
Sulawési Salatang (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9)
 • Luwuᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨊᨙᨀᨙ
Sulawési Nékké' (1, 2, 3, 4)
 • TorajaSulawési Pollo'na Uai (1, 2)
Searah jarum jam, dari kiri atas: Cakrawala Kota Makassar di malam hari, Pantai Tanjung Bira, Situs Pemakaman Lemo di Tana Toraja, Upacara tarian tradisional Toraja, sawah Rammang-Rammang, Rumah terapung di Danau Tempe, Trans Studio Makassar taman hiburan indoor terbesar ketiga di dunia, Daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO, kapal layar Pinisi dan Tongkonan rumah-rumah tradisional di Tana Toraja.
Bendera Sulawesi Selatan ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨔᨛᨒᨈ
Motto: 
ᨈᨚᨉᨚᨄᨘᨒᨗ
Toddopuli
(Bugis), (Makassar) Teguh dalam keyakinan
Peta
Peta
Negara Indonesia
Dasar hukum pendirianUU No. 13 Tahun 1964[1]
Tanggal
[1]
Hari jadi19 Oktober 1669
Ibu kotaMakassar
Kota besar lainnya
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kabupaten: 21
  • Kota: 3
  • Kecamatan: 313
  • Kelurahan: 793
  • Desa: 2.266
Pemerintahan
 • GubernurBahtiar Baharuddin (Pj.)
 • Wakil GubernurLowong
 • Sekretaris DaerahAndi Muhammad Arsjad (Pj.)
 • Ketua DPRDAndi Ina Kartika Sari
Luas
 • Total46.717,48 km2 (18,037,72 sq mi)
Populasi
 (31 Desember 2023)[2]
 • Total9.400.283
 • Peringkat16
 • Kepadatan200/km2 (520/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 88,33% Islam
  • 1,02% Hindu
  • 0,25% Buddha
  • 0,04% Konghucu[3]
 • Bahasa
 • IPMKenaikan 74,60 (2023)
 tinggi [4]
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode pos
90xxx, 91xxx, 92xxx (90111–92985)[5]
Kode area telepon
Daftar
  • 0410 — Pangkajene
  • 0411 — Makassar — Maros — Sungguminasa
  • 0413 — Bulukumba — Bantaeng
  • 0414 — Kepulauan Selayar
  • 0417 — Malino
  • 0418 — Takalar
  • 0419 — Jeneponto
  • 0420 — Enrekang
  • 0421 — Parepare — Pinrang
  • 0423 — Makale — Rantepao
  • 0427 — Barru
  • 0471 — Palopo
  • 0472 — Pitumpanua
  • 0473 — Masamba
  • 0474 — Malili
  • 0475 — Sorowako
  • 0481 — Watampone
  • 0482 — Sinjai
  • 0484 — Watansoppeng
  • 0485 — Sengkang
Kode ISO 3166ID-SN
Pelat kendaraan
Daftar
  • DD (Pesisir Selatan)
  • DP (Pesisir Utara)
  • DW (Pesisir Tengah)
Kode Kemendagri73
Kode BPS73
APBDRp 10.133.080.000.000,00-[6] (2023)
PADRp 5.801.320.000.000,00- (TA 2023)[6]
DAURp 2.525.244.049.000,00- (TA 2023)[7]
Lagu daerah
  • "Anging Mamiri"
  • "Ma' Rencong-rencong"
  • "Pakarena"
  • "Indo' Logo"
  • "Bulu' Alau'na Tempe"
  • "Ana Mali'e"
  • "Ati Raja"
  • "Tondokku"
  • "Sajang Rennu"
  • "Marendeng Marampa"
  • "Toraya Maelo"
Rumah adat
Senjata tradisionalBadik
Flora resmiSiwalan
Fauna resmiJulang sulawesi
Situs websulselprov.go.id

Sulawesi Selatan (Lontara: ᨔᨘᨒᨓᨙᨔᨗ ᨔᨛᨒᨈ ) adalah sebuah provinsi di semenanjung selatan Sulawesi, Indonesia. Kepulauan Selayar di selatan Sulawesi juga merupakan bagian dari provinsi tersebut. Ibu kota provinsi ini berada di Kota Makassar. Provinsi ini berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat di utara, Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara di timur, Selat Makassar di barat, dan Laut Flores di selatan.

Sensus 2010 memperkirakan jumlah penduduk sebanyak 8.032.551 jiwa yang menjadikan Sulawesi Selatan sebagai provinsi terpadat di pulau itu (46% dari populasi Sulawesi ada di Sulawesi Selatan), dan provinsi terpadat keenam di Indonesia. Dan pada akhir 2023, penduduk Sulawesi Selatam meningkat menjadi 9.073.509.[2][8] Suku bangsa utama di Sulawesi Selatan adalah suku Bugis, Makassar, Toraja, dan Mandar. Perekonomian provinsi ini didasarkan pada pertanian, perikanan, dan pertambangan emas , magnesium , besi dan logam lainnya. pinisi adalah sebuah kapal layar tradisional Indonesia bertiang dua, masih digunakan secara luas oleh orang Bugis dan Makassar, sebagian besar untuk tujuan transportasi, kargo, dan penangkapan ikan antar pulau di kepulauan Indonesia.

Pada masa keemasan perdagangan rempah-rempah, dari abad ke-15 hingga ke-19, Sulawesi Selatan menjadi pintu gerbang Kepulauan Maluku. Ada sejumlah kerajaan kecil, termasuk dua yang menonjol, Kerajaan Gowa yang terletak di Makassar dan Kerajaan Bone yang terletak di Bone. Perusahaan Hindia Timur Belanda (VOC) mulai beroperasi di wilayah tersebut pada abad ke-17. VOC kemudian bersekutu dengan Arung Palakka dan mereka mengalahkan kerajaan Gowa dalam mengambil kekayaan sumber alam di Nusantara serta hak Monopoli perdagangan. Arung Palakka kemudian menikmati hasil kerja sama tersebut dengan VOC Belanda. Raja Gowa, Sultan Hasanuddin terpaksa menandatangani Perjanjian Bungaya yang sangat mengurangi kekuasaan Gowa.

Sejarah

Sejarah Wilayah Administrasi Sulawesi Selatan (1960 hingga sekarang)

Sekitar 30.000 tahun silam pulau ini telah dihuni oleh manusia. Penemuan tertua ditemukan di gua-gua dekat bukit kapur dekat Maros, sekitar 30 km sebelah timur laut dan Makassar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kemungkinan lapisan budaya yang tua berupa alat batu Pebble dan flake telah dikumpulkan dari teras sungai di lembah Walanae, di antara Soppeng dan Sengkang, termasuk tulang-tulang babi raksasa dan gajah-gajah yang telah punah.

Selama masa kemasan perdagangan rempah-rempah, pada abad ke-15 sampai ke-19, Sulawesi Selatan berperan sebagai pintu gerbang ke kepulauan Maluku, tanah penghasil rempah. Kerajaan Gowa dan Bone yang perkasa memainkan peranan penting di dalam sejarah Kawasan Timur Indonesia di masa Ialu.

Pada sekitar abad ke-14 di Sulawesi Selatan terdapat sejumlah kerajaan kecil, dua kerajaan yang menonjol ketika itu adalah Kerajaan Gowa yang berada di sekitar Makassar dan Kerajaan Bugis yang berada di Bone. Pada tahun 1530, Kerajaan Gowa mulai mengembangkan diri, dan pada pertengahan abad ke-16 Gowa menjadi pusat perdagangan terpenting di wilayah timur Indonesia. Pada tahun 1605, Raja Gowa memeluk Agama Islam serta menjadikan Gowa sebagai Kerajaan Islam, dan antara tahun 1608 dan 1611, Kerajaan Gowa menyerang dan menaklukkan Kerajaan Bone sehingga Islam dapat tersebar ke seluruh wilayah Makassar dan Bugis.

Perusahaan dagang Belanda atau yang lebih dikenal dengan nama VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) yang datang ke wilayah ini pada abad ke-15 melihat Kerajaan Gowa sebagai hambatan terhadap keinginan VOC untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di daerah ini. VOC kemudian bersekutu dengan seorang raja bone bernama Arung Palakka yang hidup dalam pengasingan setelah jatuhnya kekuasaan di bawah kerajaan Gowa-Tallo.

Belanda kemudian mendukung Palakka kembali ke Bone, sekaligus menghidupkan perlawanan masyarakat Bone dan Sopeng untuk melawan kekuasaan Gowa. Setelah berperang selama setahun, Kerajaan Gowa berhasil dikalahkan. Dan Raja Gowa, Sultan Hasanuddin dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya yang sangat mengurangi kekuasaan Gowa. Selanjutnya Bone di bawah Palakka menjadi penguasa di Sulawesi Selatan.

Persaingan antara Kerajaan Bone dengan pemimpin Bugis lainnya mewarnai sejarah Sulawesi Selatan. Ratu Bone sempat muncul memimpin perlawanan menentang Belanda yang saat itu sibuk menghadapi Perang Napoleon di daratan Eropa. Namun setelah usainya Perang Napoleon, Belanda kembali ke Sulawesi Selatan dan membasmi pemberontakan Ratu Bone. Namun perlawanan masyarakat Makassar dan Bugis terus berlanjut menentang kekuasaan kolonial hingga tahun 1905-1906. Pada tahun 1905, Belanda juga berhasil menaklukkan Tana Toraja, perlawanan di daerah ini terus berlanjut hingga awal tahun 1930-an.

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI, Sulawesi Selatan, terdiri atas sejumlah wilayah kerajaan yang berdiri sendiri dan mendiami empat etnis yaitu: Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja.

Kedatuan Luwu, Kesultanan Gowa dan Kesultanan Bone menjadi tiga negeri besar di Sulawesi Selatan mulai pada abad ke-15 M.[9] Pada abad ke XVI dan XVII, ketiga negeri tersebut mencapai masa keemasan dan telah melakukan hubungan dagang serta persahabatan dengan bangsa Eropa, India, China, Melayu, dan Arab.

Setelah kemerdekaan, dikeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950 di mana Sulawesi Selatan menjadi provinsi Administratif Sulawesi dan selanjutnya pada tahun 1960 menjadi daerah otonomi Sulawesi Selatan dan Tenggara berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1960. Pemisahan Sulawesi Selatan dari daerah otonomi Sulawesi Selatan dan Tenggara ditetapkan dengan UU Nomor 13 Tahun 1964, sehingga menjadi daerah otonomi Sulawesi Selatan.

Geografi

Letak Provinsi Sulawesi Selatan berada pada 0°12'–8° Lintang Selatan dan 116°48'–122°36' Bujur Timur.[10] Provinsi Sulawesi Selatan memiliki wilayah seluas 45.704,16 km2.[11] Di sebelah utara, Provinsi Sulawesi Selatan berbatasan dengan Sulawesi Tengah dan Sulawesi Barat. Di sebelah timur, Provinsi Sulawesi Selatan berbatasan dengan Teluk Bone dan Sulawesi Tenggara. Sementara di sebelah selatan, Provinsi Sulawesi Selatan berbatasan dengan Laut Flores dan di sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.[12]

Pemerintahan

Lima tahun setelah kemerdekaan, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950, yang menjadi dasar hukum berdirinya Provinsi Administratif Sulawesi. Sepuluh tahun kemudian, pemerintah mengeluarkan UU Nomor 47 Tahun 1960 yang mengesahkan terbentuknya Sulawesi Selatan dan Tenggara. Empat tahun setelah itu, melalui UU Nomor 13 Tahun 1964 pemerintah memisahkan Sulawesi Tenggara dari Sulawesi Selatan. Terakhir, pemerintah memecah Sulawesi Selatan menjadi dua, berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004.

Kabupaten Majene, Mamasa, Mamuju, Mamuju Utara dan Polewali Mamasa yang semula merupakan bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan secara resmi menjadi bagian dari Provinsi Sulawesi Barat seiring dengan berdirinya provinsi tersebut pada tanggal 22 September 2004 berdasarkan UU Nomor 26 Tahun 2004.

Daftar Gubernur

Kantor Gubernur di Makassar (1865–1900)

Perwakilan

Prangko Republik Indonesia (2010).

DPRD Sulawesi Selatan beranggotakan 85 orang yang dipilih melalui pemilihan umum setiap lima tahun sekali. Pimpinan DPRD Sulawesi Selatan terdiri dari 1 Ketua dan 4 Wakil Ketua yang berasal dari partai politik pemilik jumlah kursi dan suara terbanyak. Anggota DPRD Sulawesi Selatan yang sedang menjabat saat ini adalah hasil Pemilu 2019 yang dilantik pada 24 September 2019 oleh Ketua Pengadilan Tinggi Makassar di Gedung DPRD Sulawesi Selatan.[13] Komposisi anggota DPRD Sulawesi Selatan periode 2019-2024 terdiri dari 11 partai politik dimana Partai Golkar adalah partai politik pemilik kursi terbanyak yaitu 13 kursi disusul oleh Partai NasDem yang juga meraih 12 kursi. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Sulawesi Selatan dalam dua periode terakhir.[14][15][16]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024
PKB 3 Kenaikan 8
Gerindra 11 Steady 11
PDI-P 5 Kenaikan 8
Golkar 18 Penurunan 13
NasDem 7 Kenaikan 12
PKS 6 Kenaikan 8
PPP 7 Penurunan 6
PAN 9 Penurunan 7
Hanura 6 Penurunan 1
Demokrat 11 Penurunan 10
PBB 1 Penurunan 0
PKPI 1 Penurunan 0
Perindo (baru) 1
Jumlah Anggota 85 Steady 85
Jumlah Partai 12 Penurunan 11

Kabupaten dan Kota

No. Kabupaten/kota Ibu kota Bupati/wali kota Luas wilayah (km2)[17] Jumlah penduduk (2020)[17] Kecamatan Kelurahan/desa Lambang
Peta lokasi
1 Kabupaten Bantaeng Bantaeng Andi Abubakar (Pj.) 395,83 196.716 8 21/46
2 Kabupaten Barru Barru Suardi Saleh 1.174,72 186.910 7 15/40
3 Kabupaten Bone Watampone Andi Islamuddin (Pj.) 4.559,00 801.775 27 44/328
4 Kabupaten Bulukumba Ujung Bulu Andi Muchtar Ali Yusuf 1.154,58 437.610 10 27/109
5 Kabupaten Enrekang Enrekang Baba (Pj.) 1.786,01 225.172 12 17/112
6 Kabupaten Gowa Sungguminasa Adnan Purichta Ichsan 1.883,33 768.682 18 46/121
7 Kabupaten Jeneponto Bontosunggu Junaedi Bakri (Pj.) 749,79 415.462 11 31/82
8 Kabupaten Kepulauan Selayar Benteng Muhammad Basli Ali 1.357,03 137.071 11 7/81
9 Kabupaten Luwu Belopa Muhammad Saleh (Pj.) 2.909,08 365.608 21 20/207
10 Kabupaten Luwu Timur Malili Budiman Hakim 6.944,88 305.521 11 3/125
11 Kabupaten Luwu Utara Masamba Indah Putri Indriani 7.502,58 327.820 15 7/166
12 Kabupaten Maros Turikale Chaidir Syam 1.619,12 403.774 14 23/80
13 Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Pangkajene Muhammad Yusran Lalogau 898,29 352.949 13 38/65
14 Kabupaten Pinrang Watang Sawitto Andi Irwan Hamid 1.961,77 414.710 12 40/69
15 Kabupaten Sidenreng Rappang Pangkajene Sidenreng Basra (Pj.) 1.102,10 301.972 11 38/68
16 Kabupaten Sinjai Balangnipa Teuku Raja Fahsul Falah (Pj.) 819,96 268.496 9 13/67
17 Kabupaten Soppeng Watansoppeng Andi Kaswadi Razak 1.500,00 236.049 8 21/49
18 Kabupaten Takalar Pattallassang Setiawan Aswad (Pj.) 566,51 304.856 10 24/76
19 Kabupaten Tana Toraja Makale Theofilus Allorerung 2.054,30 291.046 19 47/112
20 Kabupaten Toraja Utara Rantepao Yohanis Bassang 1.151,47 268.198 21 40/111
21 Kabupaten Wajo Sengkang Andi Batara Lipu (Pj.) 2.506,19 379.396 14 48/142
22 Kota Makassar - Moh. Ramdhan Pomanto 175,77 1.571.814 15 153/-
23 Kota Palopo - Asrul Sani (Pj.) 247,52 190.867 9 48/-
24 Kota Parepare - Akbar Ali (Pj.) 99,33 154.854 4 22/-


Pada tahun 2008, Kabupaten Toraja Utara terbentuk, menyusul terbitnya Amanat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, bernomor R. 68/Pres/12/2007 pada tanggal 10 Desember 2007, mengenai pemekaran 12 kabupaten/kota.

Demografi

Jumlah penduduk

Sampai dengan Mei 2010, jumlah penduduk di Sulawesi Selatan terdaftar sebanyak 8.032.551 jiwa dengan pembagian 3.921.543 orang laki-laki dan 4.111.008 orang perempuan. Pada tahun 2013, penduduk di Sulawesi Selatan sudah mencapai 8.342.047 jiwa.[18] Sementara pada tahun 2021, penduduk provinsi Sulawesi Selatan sebanyak 9.192.621 jiwa.

Suku bangsa

Provinsi Sulawesi Selatan memiliki beragam suku bangsa. Tiga suku bangsa yang dominan di Sulawesi Selatan adalah suku Bugis, Makassar dan Toraja. Suku asal Sulawesi lainnya termasuk suku Mandar, Duri, Pattinjo, Rampi, Maiwa, To Garibo, Pattae, Kajang atau Konjo Pesisir[19]

Berikut adalah jumlah penduduk di Sulawesi Selatan menurut suku, berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2010, dari 8.006.578 jiwa penduduk:[19]

Nomor Suku Bangsa Jumlah 2010[19] Konsentrasi
1 Bugis 3.605.693 45,03%
2 Makassar 2.380.208 29,73%
3 Asal Sulawesi (termasuk Toraja, Duri, Enrekang) 1.578.622 19,72%
4 Jawa 229.074 2,86%
5 Tionghoa 43.846 0,55%
6 Asal NTT 29.948 0,37%
7 Asal Kalimantan lainnya 29.601 0,37%
8 Bali 27.330 0,34%
9 Asal Maluku 15.884 0,20%
10 Papua 13.840 0,17%
11 Minahasa 9.295 0,12%
12 Suku lainnya 43.237 0,54%
Total 8.006.578 100,00%

Bahasa

Bahasa resmi instansi pemerintahan di Sulawesi Selatan adalah bahasa Indonesia. Menurut Badan Bahasa pada 2019, terdapat 13 bahasa daerah di Sulawesi Selatan.[20][21] Ketiga belas bahasa tersebut adalah: (1) Bajo, (2) Bonerate, (3) Bugis, (4) Bugis De, (5) Konjo, (6) Laiyolo, (7) Lemolang, (8) Makassar, (9) Massenrengpulu, (10) Rampi, (11) Seko, (12) Toraja, dan (13) Wotu.[20]

Bahasa yang umum digunakan adalah:

  • Bahasa Bugis adalah bahasa yang menduduki peringkat pertama dengan penutur terbanyak di Sulawesi Selatan. Bahasa ini kebanyakan dituturkan di wilayah tengah Semenanjung Selatan Sulawesi, terutama Kabupaten Bone, Soppeng, Wajo, Sinjai Sidenreng Rappang, Pinrang, Barru, Kota Parepare dan sebagian wilayah di Tana Luwu, Maros, Pangkep, Barru, dan Bulukumba. Terdapat 9 dialek Bugis yang dituturkan di Sulawesi Selatan seperti dialek Palakka (Bone), Kessi (Soppeng), Sawitto (Pinrang), Sidrap, Wajo, Barru, Enna (Sinjai, Bulukumba), Camba, dan Luwu.[22]
  • Rumpun Bahasa Makassar
    • Bahasa Makassar adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah pesisir barat daya Sulawesi Selatan, Bahasa Makassar merupakan bahasa kedua yang paling banyak dituturkan di Sulawesi Selatan. Terdapat 1,8 juta penutur bahasa Makassar di Sulawesi Selatan. Bahasa ini terdiri dari 3 dialek yaitu Lakiung, Turatea dan Bantaeng.
    • Bahasa-Bahasa Konjo terbagi menjadi dua yaitu Bahasa Konjo Pesisir dan Bahasa Konjo Pegunungan, Konjo Pesisir tinggal di kawasan pesisir Bulukumba dan Sekitarnya, di sudut tenggara bagian selatan pulau Sulawesi sedangkan Konjo pegunungan tinggal di kawasan tenggara gunung Bawakaraeng.
    • Bahasa Selayar adalah bahasa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Sulawesi Selatan di Kab. Kep. Selayar.
  • Kelompok Utara
    • Bahasa Toraja adalah salah satu rumpun bahasa yang dipertuturkan di daerah Kabupaten Tana Toraja, dan Toraja Utara.
    • Rumpun Bahasa Massenrempulu
      • Bahasa Duri adalah bahasa yang paling banyak dituturkan di Kabupaten Enrekang. Bahasa ini dituturkan di beberapa kecamatan seperti Alla, Buntu Batu, Baraka, Curio, Baroko, Masalle, Malua dan sebagian Anggeraja.
      • Bahasa Enrekang adalah bahasa yang dituturkan di Kabupaten Enrekang khususnya di Kecamatan Enrekang, Cendana dan sebagian Anggeraja. Sebagian linguistik memasukkan bahasa Pattinjo ke dalam salah satu dialek bahasa Enrekang.
      • Bahasa Maiwa adalah salah satu bahasa yang dituturkan di Kabupaten Enrekang khususnya di Kecamatan Maiwa dan Bungin
    • Bahasa Tae' adalah salah satu bahasa yang dipertuturkan di daerah kaki gunung hingga pesisir di sepanjang Tana Luwu. Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur dan Kota Palopo merupakan wilayah dengan mayoritas penutur bahasa ini.

Agama

Mayoritas beragama Islam, kecuali di Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja Utara beragama Katolik dan sebagian wilayah Luwu Raya (Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur, Kota Palopo, dan Kabupaten Luwu) beragama Kristen Protestan.

Budaya dan adat istiadat

Salah satu kebiasaan yang cukup dikenal di Sulawesi Selatan adalah Mappalili. Mappalili (Bugis) atau Appalili (Makassar) berasal dari kata palili yang memiliki makna untuk menjaga tanaman padi dari sesuatu yang akan mengganggu atau menghancurkannya. Mappalili atau Appalili adalah ritual turun-temurun yang dipegang oleh masyarakat Sulawesi Selatan, masyarakat dari Kabupaten Pangkep terutama Mappalili adalah bagian dari budaya yang sudah diselenggarakan sejak beberapa tahun lalu. Mappalili adalah tanda untuk mulai menanam padi. Tujuannya adalah untuk daerah kosong yang akan ditanam, disalipuri (Bugis) atau dilebbu (Makassar) atau disimpan dari gangguan yang biasanya mengurangi produksi.

Wisata

Sulawesi Selatan terkenal dengan destinasi dan daya tarik wisatanya, diantaranya:

Kesehatan

Rumah sakit

Senjata tradisional

  • Badik, senjata berupa pisau panjang/pendek dengan bentuk khas
  • Papporok, senjata rakitan berbentuk senjata api
  • Kawali, senjata dengan gagang kayu yang bengkok dan bilah bermata satu yang panjang, ramping, dan runcing pada ujungnya
  • Bessing, senjata yang menyerupai tombak terbuat dari besi atau logam
  • Kanna, senjata berupa perisai yang berfungsi untuk melindungi diri dari serangan senjata para musuh
  • Pantu', senjata sejenis tongkat yang terbuat dari bahan kayu bulat dengan bebatan besi pada bagian pangkalnya
  • Tado', senjata berupa jerat yang digunakan untuk menangkap binatang buruan
  • Alamang, senjata jenis pedang berbentuk lurus dan tajam di bagian bawah dengan ujung meruncing
  • Seppu, senjata sejenis sumpitan yang terbuat dari bilah kayu
  • Waju Rante, senjata berupa pelindung diri yang dikenakan pada badan
  • Busur, senjata berupa panah katapel

Hidangan tradisional

Organisasi

Referensi

  1. ^ a b "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-07-12. Diakses tanggal 22 Mei 2022. 
  2. ^ a b "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2023" (Visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2024. 
  3. ^ "Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten Kota dan Agama yang Dianut di Provinsi Sulawesi Selatan 2015". www.sulsel.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-18. Diakses tanggal 18 Februari 2020. 
  4. ^ "Indeks Pembangunan Manusia menurut Kabupaten/Kota (Umur Harapan Hidup Hasil Long Form SP2020) 2021-2023". www.sulsel.bps.go.id. Diakses tanggal 20 Januari 2024. 
  5. ^ Ainun, Nur (4 Februari 2023). "Kode Provinsi Sulawesi Selatan Lengkap 24 Kabupaten/Kota". www.detik.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-05. Diakses tanggal 10 Agustus 2023. 
  6. ^ a b Tim redaksi djpk.kemenkeu.go.id (2023). "APBD Tahun Anggaran 2023 Provinsi Sulawesi Selatan". djpk.kemenkeu.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-10. Diakses tanggal 10 Agustus 2023. 
  7. ^ Tim redaksi djpk.kemenkeu.go.id (September 2022). "Rincian Dana Transfer Umum Tahun Anggaran 2023 Menurut Provinsi/Kabupaten/Kota" (PDF). djpk.kemenkeu.go.id. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-06-16. Diakses tanggal 12 Agustus 2023. 
  8. ^ "Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2022". www.sulsel.bps.go.id. hlm. 69. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-08. Diakses tanggal 21 Maret 2022. 
  9. ^ Kesuma IC., Andi Ima (2015). Alang, A. F., dkk., ed. Legacy Tana Luwu: (PDF). Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 67. 
  10. ^ Sosilawati, dkk. (2017). Handayani, A., dan Nababan, M. L., ed. Sinkronisasi Program dan Pembiayaan Pembangunan Jangka Pendek 2018–2020: Keterpaduan Pengembangan Kawasan dengan Infrastruktur PUPR Pulau Sulawesi (PDF). Pusat Pemorgraman dan Evaluasi Keterpaduan Infrastruktur PUPR. hlm. 27. ISBN 978-602-61190-3-2. 
  11. ^ Rahim, R., Putri, N. D., dan Pertiwi, W. Y. (2023). Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2023. BPS Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 5. ISSN 0215-2290. 
  12. ^ Wahidin, A., Helmy, A., dan Sari, I. D. P. (2022). Amal, M., dan Rahim, R., ed. Provinsi Sulawesi Selatan Dalam Angka 2022. BPS Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 3. ISSN 0215-2290. 
  13. ^ "Gubernur dan Wagub Kompak Hadiri Pelantikan 83 Anggota DPRD Sulsel". fajar.co.id. 24-09-2019. Diakses tanggal 03-11-2019. 
  14. ^ "KPU Tetapkan 85 Anggota DPRD Sulsel Terpilih, Ini Daftarnya". sulsel.idntimes.com. 13-08-2019. Diakses tanggal 03-11-2019. 
  15. ^ "KPU Tetapkan Perolehan Hasil dan Perolehan Kursi DPRD Sulsel". makassar.terkini.id. 13-08-2019. Diakses tanggal 03-11-2019. 
  16. ^ "Lima Parpol di Sulsel Gagal Raih Kursi di DPRD". politik.djournalist.com. 13-08-2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-05. Diakses tanggal 03-11-2019. 
  17. ^ a b "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-09. 
  18. ^ "Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan". sulsel.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-10-10. Diakses tanggal 2016-10-08. 
  19. ^ a b c "Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia" (pdf). Badan Pusat Statistik. 23 Mei 2012. hlm. 36–41. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-08. Diakses tanggal 9 September 2021. 
  20. ^ a b "Bahasa di Provinsi Sulawesi Selatan". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-13. Diakses tanggal 23 Mei 2020. 
  21. ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 2. ISBN 9786028449182. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-30. Diakses tanggal 2020-05-23. 
  22. ^ "Ethnologue". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-12-17. Diakses tanggal 2021-06-18. 

Pranala luar