Museum Taman Prasasti


Museum Taman Prasasti atau Museum Prasasti adalah sebuah museum cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda yang berada di Jalan Tanah Abang No. 1, Jakarta Pusat.[1][2] Museum ini memiliki koleksi prasasti nisan kuno serta miniatur makam khas dari 27 provinsi di Indonesia, beserta koleksi kereta jenazah antik.[3] Museum seluas 1,2 ha ini merupakan museum terbuka yang menampilkan karya seni dari masa lampau tentang kecanggihan para pematung, pemahat, kaligrafer dan sastrawan yang menyatu.[4]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]
Semula Museum Taman Prasasti yang terletak di Jl. Tanah Abang I ini adalah pemakaman umum bernama Kebon Jahe Kober seluas 5,5 ha dan dibangun tahun 1795[5] untuk menggantikan kuburan lain di samping gereja Nieuw Hollandsche Kerk, sekarang Museum Wayang, yang sudah penuh.[6] Makam baru ini menyimpan koleksi nisan dari tahun sebelumnya karena sebagian besar dipindahkan dari pemakaman Nieuw Hollandse Kerk pada awal abad 19. Nisan yang dipindahkan ini ditandai dengan tulisan HK, Hollandsche Kerk.[6] Awalnya didedikasikan sebagai pemakaman khusus bagi orang asing di Batavia, memiliki sejarah yang kaya dan beragam. Pemakaman ini, yang dikenal dengan nama Kebon Jahe Kober, diresmikan pada tanggal 28 September 1975.[7]
Pemakaman ini resmi dibuka pada tanggal 28 September 1797, terletak di Jalan Kerkhoflaan dan memiliki luas total 5,9 hektar, tetapi orang sudah mulai dimakamkan di sini sejak tahun 1795.[8] Ketika memasuki pemakaman, pengunjung mendapat kesempatan langka untuk melihat bagian dari penduduk sejarah Jakarta yang telah lama dari abad ke-18. Pemakaman ini dibangun untuk menampung jumlah kematian yang meningkat akibat wabah penyakit di Batavia. Karena wabah ini, area pemakaman Gereja Belanda Baru (Nieuwe Hollandsche Kerk Belanda, sekarang Museum Wayang), Binnenkerk (Gereja Portugis dalam kota), dan Gereja Sion (Gereja Portugis luar kota) penuh. Saat itu, kota Batavia, yang kini dikenal sebagai Jakarta, mengalami masa yang padat dan tidak sehat, menyebabkan wabah penyakit menyerang banyak warganya. Akibatnya, proses kematian menjadi cepat dan area pemakaman di halaman gereja tidak cukup untuk menampung jumlah makam yang terus bertambah.[9]
Karena itu, beberapa batu nisan dari pemakaman-pemakaman ini dipindahkan ke pemakaman Kebon Jahe Kober. Pemerintah kota kemudian mencari lokasi baru di luar kota, ke arah selatan, untuk mengatasi masalah tersebut. Lokasi pemakaman Kebon Jahe dipilih karena strategis, berdekatan dengan sungai Krukut. Sungai ini dimanfaatkan sebagai jalur transportasi untuk membawa jenazah dan keluarga pengantar menggunakan perahu dari pusat kota menuju Kebon Jahe.[9]
Pemakaman ini awalnya ditujukan untuk pegawai Belanda atau bagi orang-orang yang disetarakan dengan orang Belanda, dan hal ini berlanjut selama pemerintahan VOC, bahkan setelah kedaulatan Indonesia berpindah tangan dari Belanda ke Jepang. Seiring berjalannya waktu, Kebon Jahe Kober menjadi pemakaman yang dianggap bergengsi karena banyak tokoh terkemuka, seperti pejabat penting, pelaku sejarah, dan selebritas pada masanya, dimakamkan di sana. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia, taman ini digunakan sebagai pemakaman Kristen. Dalam dua tahun pertama, taman ini dikelola oleh Yayasan Verberg dan selama dua puluh tahun berikutnya dikelola oleh Yayasan Palang Hitam.[9]
Dari tahun 1967 hingga 1975, pemakaman ini dikelola oleh lembaga pemakaman Jakarta.[butuh rujukan] Pada tahun 1975, pemakaman ini ditutup untuk pembangunan kantor walikota Jakarta Pusat.[10] Atas permintaan pemerintah setempat, beberapa jenazah dipindahkan oleh keluarga sedangkan yang lain dibawa ke pemakaman Tanah Kusir di Jakarta Selatan.[butuh rujukan] Banyak batu nisan, patung, dan arca yang dipindahkan dan rusak selama pembangunan kantor tersebut, dan sekarang hanya 32 batu nisan yang tetap berada di posisi aslinya.[butuh rujukan]Ukuran pemakaman juga berkurang dari lahan aslinya yang berukuran 5,5 hektar menjadi 1,2 hektar.[11] Hanya 1.372 dari sekitar 4.200 batu nisan yang dipilih untuk tetap dipertahankan di pemakaman. Pemakaman ini secara resmi diresmikan sebagai Museum Taman Prasasti pada tanggal 9 Juli 1977 oleh Ali Sadikin.[12] Sejak tahun 2003, museum ini dikelola oleh manajemen Museum Sejarah Jakarta.[butuh rujukan]
Pada tanggal 9 Juli 1977, pemakaman Kebon Jahe Kober dibuka untuk umum dengan status sebagai Museum Prasasti. Koleksi Museum Taman Prasasti meliputi 1.372 item berupa prasasti, nisan, dan makam. Item-item tersebut ada yag terbuat dari batu alam, marmer, atau perunggu.[13] Luas lahan yang ditempati oleh Museum Taman Prasasti adalah 1,2 ha.[14]
Akses Gratis
[sunting | sunting sumber]Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memberikan layanan masuk museum secara gratis bagi warga dengan tiga kategori, yakni penyandang disabilitas, lanjut usia dan peserta didik penerima Kartu Jakarta Pintar (KJP) yang berlaku mulai 20 Januari 2017. [15]
Koleksi
[sunting | sunting sumber]
Di museum ini dihimpun berbagai prasasti dari zaman Belanda dan sebelumnya serta makam beberapa tokoh Belanda, Inggris dan Indonesia atau Hindia Belanda[11] seperti:
- A.V. Michiels (tokoh militer Belanda pada perang Buleleng).[11]
- Dr. H.F. Roll (Pendiri STOVIA atau Sekolah Kedokteran pada zaman pendudukan Belanda).[11]
- J.H.R. Kohler (tokoh militer Belanda pada perang Aceh).[11]
- Replika prasasti pecah kulit Everbeld.[16]
- Olivia Marianne Raffles (istri Thomas Stamford Raffles, mantan Gubernur Hindia Belanda dan Singapura).[17]
- Kapitan Jas,[18] makamnya diyakini sebagian orang dapat memberikan kesuburan, keselamatan, kemakmuran dan kebahagiaan.
- Miss Riboet, tokoh opera pada tahun 1930-an.[19]
- Soe Hok Gie, aktivis pergerakan mahasiswa pada tahun 1960-an.[20]
- Uskup Agung Jakarta
- Adam Carel Claessens, Pr.
- Walterus Staal, S.J.
- Edmundus Luypen, S.J.
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Monumen bewarna hijau di Taman Prasasti. Monumen ini merupakan Nisan Mayor Jenderal J.J Perie
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Fadilah, Raihan (2025-03-11). "15 rekomendasi museum di Jakarta untuk study tour". Antara News. Diakses tanggal 2025-05-28.
- ^ "DAFTAR MUSEUM KEBUDAYAAN PER KEC. TANAH ABANG". Pusdatin Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah. Diakses tanggal 29 Mei 2025. ;
- ^ "Museum Taman Prasasti: Lokasi, Sejarah, dan Keunikannya Page All". www.orami.co.id. 2023-10-09. Diakses tanggal 2025-06-02.
- ^ "Museum Taman Prasasti". asosiasimuseumindonesia.org. Diakses tanggal 2025-06-02.
- ^ Media, Kompas Cyber (2022-02-17). "6 Museum di Jakarta Pusat". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-05-22.
- ^ a b "Museum Taman Prasasti". beritajakarta.id. Diakses tanggal 2025-06-02.
- ^ "Wisata Jakarta, Ini Dia Para Tokoh Kota Batavia yang Dulunya Dimakamkan di Taman Makam Prasasti". Tribuntangerang.com. Diakses tanggal 2025-06-02.
- ^ Post, The Jakarta. "Dutch cemetery rich with Jakarta history - Wed, September 10, 2008". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-22.
- ^ a b c "Museum Prasasti - Sistem Registrasi Nasional Museum". Sistem Registrasi Nasional Museum Kemdikbud (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-05-22.
- ^ "Taman Prasasti, Museum Sekaligus Taman Pemakaman Modern di Jakarta". kumparan. Diakses tanggal 2025-06-02.
- ^ a b c d e Wangge, Mike. "Museum Taman Prasasti: Menapaki Sejarah Peninggalan Kolonial dengan Megahnya Koleksi Budaya - Poros Jakarta". Poros Jakarta. Diakses tanggal 2025-06-02.
- ^ Liputan6.com (2016-09-17). "Menyusuri Museum Taman Prasasti, Wisata Sejarah Penuh Misteri". liputan6.com. Diakses tanggal 2025-06-02. Pemeliharaan CS1: Nama numerik: authors list (link)
- ^ Rusmiyati, dkk. (2018). Katalog Museum Indonesia Jilid I (PDF). Direktorat Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman. hlm. 274. ISBN 978-979-8250-66-8. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ Direktorat Museum (2008). Monografi Museum Indonesia se-Jawa dan Bali (PDF). Jakarta: Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. hlm. 47. Pemeliharaan CS1: Status URL (link)
- ^ "Peraturan Gubernur Nomor 8 Tahun 2017 tentang Layanan Gratis Masuk Taman Margasatwa Ragunan, Tugu Monumen Nasional dan Museum pada Hari Biasa Bagi Masyarakat Tertentu". JDIH - Jakarta. 27 Januari 2017. Diakses tanggal 2025-05-28.
- ^ Widadio, Nicky Aulia. "Inilah Kisah Monumen Pecah Kulit di Museum Taman Prasasti". Kompas. Diakses tanggal 2025-06-02.
- ^ "Melihat Makam Istri Thomas Stamford Raffles, Penggagas Kebun Raya Bogor". www.kompas.tv. Diakses tanggal 2025-06-02.
- ^ Damarjati, Danu. "Misteri Sosok Kapten Jas di Museum Prasasti Jakarta". detiknews. Diakses tanggal 2025-06-02.
- ^ "Makam Si Primadona Opera Miss Riboet atau Miss Tjitjih di Museum Taman Prasasti". Tempo. 2021-11-01. Diakses tanggal 2025-06-02.
- ^ "Museum Taman Prasasti, Makam Istri Raffles hingga Soe Hok Gie". Tempo. 2021-11-29. Diakses tanggal 2025-06-02.
Bibliografi
[sunting | sunting sumber]- Buku petunjuk pariwisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, DKI.
- Historical Sites of Jakarta. A Heuken SJ. Penerbit Cipta Loka Caraka. Jakarta: 2007