Surah An-Nazi’at

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Surah ke-79
an-Nazi'at

Malaikat-Malaikat Yang Mencabut
KlasifikasiMakkiyah
Nama lainas-Sahirah (Permukaan Bumi)
at-Tammah (Malapetaka Besar)[1]
JuzJuz 30
Jumlah ruku2 ruku'
Jumlah ayat46 ayat

Surah An-Nazi’at (bahasa Arab:النّازعات) adalah surah ke-79 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Makkiyah, terdiri atas 46 ayat. Dinamakan An Naazi’aat yang berarti Malaikat-malaikat yang mencabut berasal dari kata An Naazi’aat yang terdapat pada ayat pertama surat ini. Dinamai pula as Saahirah yang diambil dari ayat 14, dinamai juga Ath Thaammah diambil dari ayat 34.

Terjemahan[sunting | sunting sumber]

Dengan nama Allah, Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

  1. Demi golongan yang merenggut secara kasar, dan golongan yang mencabut secara hati-hati, dan golongan yang melesat kencang, dan golongan yang menerobos secara keras, dan golongan yang melaksanakan perintah.
    Sebuah Hari ketika gemuruh pertama yang menggemparkan seraya diiringi gemuruh lain; banyak kalbu pada hari itu terguncang, pandangan mereka tertunduk, mereka mengatakan: "Benarkah kami akan dikembalikan pada keadaan semula? bahkan sewaktu diri kami telah menjadi serpihan belulang?" mereka mengatakan: "Jika tentu demikian, tentulah itu merupakan suatu pengembalian yang merugikan." bahwa yang demikian itu hanya melalui sekali panggil lalu seketika mereka terbangun. (Ayat: 1-14)
  2. Sudah sampaikah kepadamu riwayat Musa? ketika Tuhannya memanggil ia di lembah yang kudus, Thuwa;: "Temuilah Fir'aun, sungguh orang itu berlaku sewenang-wenang serta ucapkan: "Maukah kamu memperbaiki diri? dan aku akan membimbingmu menuju Tuhanmu supaya dirimu merendahkan diri?" kemudian ia memperlihatkan mu'jizat yang menakjubkan, namun orang itu justru mendustakan dan mendurhakai, lalu orang itu berpaling seraya menantang, hingga orang itu berunding dan menyatakan; orang itu mengatakan: "Akulah dewa kalian yang Agung" kemudian Allah menghukum orang itu serta menjadikan orang itu sebagai kiasan di Akhirat maupun di dunia; sungguh dalam hal yang demikian itu mengandung bimbingan bagi orang yang gentar. (Ayat: 15-26)
  3. Apakah kalian yang lebih sulit dalam hal penciptaan ataukah langit? sungguh Dialah yang mendirikan itu, Dialah Yang Membentangkan langitNya lalu Dialah yang menyelesaikan itu, dan Dialah yang Menggelapkan malam serta Dialah yang Mencerahkan siang,
    bahwa Dialah yang Menghamparkan bumi sesudah itu, Dialah yang memunculkan darisana, mata air-mata air beserta tanaman-tanamannya, bahwa Dialah Yang Menancapkan gunung-gunung untuk kenyamanan hidup kalian serta untuk hewan ternak kalian. (Ayat: 27-33)
  4. Maka ketika kegemparan dahsyat terjadi, sebuah Hari ketika manusia tersadar tentang segala hal yang telah ia pilih;
    kemudian dihadapkan api yang membara kepada orang-orang yang melihat;
    adapun orang-orang yang telah berlaku semena-semena dan lebih menggemari kehidupan duniawi maka api yang membara merupakan tempat keabadian orang-orang itu;
    sedangkan orang-orang yang tunduk sepenuhnya terhadap Tuhannya, serta yang menahan diri terhadap segala kecondongan diri, tentulah Surga merupakan tempat keabadian orang-orang tersebut. (Ayat: 34-39)
  5. Mereka bertanya kepadamu tentang Kegemparan itu: "Kapankah tepatnya perkara itu terjadi?" dalam kedudukan apakah dirimu untuk bisa menyatakan perkara itu? kepada Tuhanmu diserahkan tentang perkara itu, kamu tidak lain seorang pemberi peringatan bagi orang-orang yang gentar terhadap perkara itu. Pada hari ketika mereka menghadapi perkara itu, mereka seolah-olah tiada merasakan apapun melainkan hanya berlalu di waktu senja atau fajar. (Ayat: 40-46)

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Departemen Agama RI.2007.Al-Qur'an dan Terjemahannya Al-Jumanatul 'Ali Seuntai Mutiara Yang Maha Luhur.Bandung:J-Art

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


Surah Sebelumnya:
Surah An-Naba’
Al-Qur'an Surah Berikutnya:
Surah 'Abasa
Surah 79