Suku Bali Aga

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bali Aga
Baliaga
Bali Mula
Seorang pria Bali Aga
Jumlah populasi
23.826 (2010)[1]
Daerah dengan populasi signifikan
Kabupaten Bangli, Buleleng dan Karangasem, Bali, Indonesia
Bahasa
Bahasa Bali (dialek Bali Aga)
Agama
Hinduisme Rakyat, Hindu Bali, Animisme
Kelompok etnik terkait
Suku Bali, Suku Jawa, Suku Madura

Suku Bali Aga adalah salah satu sub-suku bangsa Bali yang menganggap mereka sebagai penduduk bali yang asli. Bali Aga disebut dengan Bali pegunungan yang mana sejumlah suku Bali Aga terdapat di Desa Trunyan. Istilah Bali Aga dianggap memberi arti orang gunung yang kurang cerdas karena mereka berada didaerah pegunungan yang masih kawasan pedalaman dan belum terjamah oleh teknologi.[2]

Asal Usul

Penduduk asli Bali, dikatakan telah datang ke Pulau Bali, sebelum gelombang migrasi Hindu-Jawa, dari desa Bedulu. Menurut legenda, hiduplah raja terakhir Pejeng (kerajaan Bali tua), yaitu Sri Aji Asura Bumi Banten, yang memiliki kekuatan supranatural. Dia bisa memotong kepalanya tanpa merasa sakit dan meletakkannya kembali. Suatu hari, kepala sang raja tanpa sengaja jatuh ke sungai dan hanyut. Salah seorang pelayannya, panik, memutuskan untuk segera memenggal babi dan mengganti kepala raja dengan kepala binatang itu. Karena malu, raja bersembunyi di sebuah menara tinggi, melarang siapa pun untuk melihat dia. Namun, ada seorang anak kecil yang menemukan rahasia tersebut dan sejak itu, raja ini dikenal sebagai Dalem Bedulu, atau Dia-yang-berubah-kepala. Alasan yang lebih ilmiah adalah teori bahwa itu berasal dari nama Badahulu atau "desa hulu". Setelah kerajaan Pejeng, Kekaisaran Majapahit naik ke tampuk kekuasaan.

Budaya

Masyarakat Bali Aga hidup terisolasi di daerah pegunungan. Wisatawan yang ingin mengunjungi desa-desa tertentu juga harus berhati-hati dengan faktor geografis yang ada. Ketika berkunjung pun, harus menghargai adat istiadat setempat serta mengamati ritual-ritual seperti proses pengawetan kehidupan yang mereka miliki.

Di Tenganan, kegiatan pariwisata lebih mudah, karena penduduknya lebih ramah. selain itu ada festival tiga hari yang disebut Udaba Sambah diadakan selama bulan Juni atau Juli.

Bahasa

Penduduk Bali Aga menggunakan dialek Bahasa Bali mereka sendiri. Bahasanya pun berbeda antara satu desa dengan desa lainnya, misalnya yang digunakan penduduk desa Tenganan berbeda dengan desa Trunyan.

Referensi

  1. ^ Aris Ananta, Evi Nurvidya Arifin, M Sairi Hasbullah, Nur Budi Handayani, Agus Pramono (14 Jul 2015). "Demography of Indonesia's Ethnicity (Table 4.38 The 145 Ethnic Groups: Indonesia, 2010)". Institute of Southeast Asian Studies. Diakses tanggal 29 Agustus 2022. 
  2. ^ James Danandjaja (1989). Kebudayaan petani desa Trunyan di Bali: lukisan analitis yang menghubungkan praktek pengasuhan anak orang Trunyan dengan latar belakang etnografisnya. Penerbit Universitas Indonesia. hlm. 1. ISBN 97-945-6034-0.