Animisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Animisme (dari bahasa Latin anima atau "roh") adalah kepercayaan kepada makhluk halus dan roh merupakan asas kepercayaan agama yang mula-mula muncul di kalangan manusia purba.[1] Kepercayaan animisme mempercayai bahwa setiap benda di Bumi ini (seperti kawasan tertentu, gua, pohon atau batu besar), mempunyai jiwa yang mesti dihormati agar roh tersebut tidak mengganggu manusia.[2]

Selain daripada jiwa dan roh yang mendiami di tempat-tempat yang dinyatakan di atas, kepercayaan animisme juga mempercayai bahwa roh orang yang telah mati bisa masuk ke dalam tubuh hewan. Roh-roh orang yang telah mati juga bisa memasuki tubuh babi atau harimau dan dipercayai akan membalas dendam orang yang menjadi musuh bebuyutan pada masa hidupnya. Bahkan hal tersebut dipercayai sampai turun temurun.

Kepercayaan ini berbeda dengan kepercayaan reinkarnasi seperti yang terdapat pada agama Hindu dan Buddha, di mana dalam reinkarnasi, jiwa tidak pindah langsung ke tubuh hewan lain yang hidup, melainkan melalui proses kelahiran kembali kedunia dalam bentuk kehidupan baru. Pada agama Hindu dan Buddha juga terdapat konsep Hukum karma yang berbeda dengan kepercayaan animisme ini.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Istilah "animisme" berasal dari bahasa Latin yaitu anima atau animae. Kata ini berarti pernapasan atau roh.[3] Pengembangan konsep dari animisme ialah adanya jiwa atau roh pada tiap-tiap benda hidup maupun benda mati. Keberadaan ini kemudian membuat pengantu animisme memuliakan benda-benda. Tujuaan pemuliaan ini agar benda-benda tersebut tidak memberikan gangguan kepada manusia, tetapi memberikan keberuntungan. Dalam animisme, tiap benda diyakini mampu memberikan manfaat dan pertolongan.[4]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Prabowo, Gama (2020). Gischa, Serafica, ed. "Sistem Kepercayaan Manusia Purba Masa Praaksara". Kompas.com. Diakses tanggal 20 Januari 2021. 
  2. ^ Bella Febriza, Nerosti Nerosti, Zora Iriani (2018). "Struktur Upacara dan Fungsi Pertunjukkan Tari Asyeik Dalam Pengobatan di Dusun Empih Kecamatan Sungai Bungkal Kota Sungai Penuh". E-Jurnal Sendratasik. 7 (1): 62. ISSN 2302-3201. 
  3. ^ Lubis, Dahlia (2019). Aliran Kepercayaan atau Kebatinan (PDF). Medan: Perdana Publishing. hlm. 30. ISBN 978-623-7160-60-1. 
  4. ^ Kasno (2018). Salsabila, Intan, ed. Filsafat Agama (PDF). Surabaya: Alpha. hlm. 33. ISBN 978-602-6681-18-8. 

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]