Suku Hitu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Hitu
Jumlah populasi
19.000[1]
Daerah dengan populasi signifikan
 Indonesia (Leihitu)
Bahasa
Hitu, Melayu Ambon
Agama
Islam Sunni[2]
Kelompok etnik terkait
Ambon dan masyarakat Alifuru lainnya

Suku Hitu adalah kelompok etnis yang berasal dari Maluku, Indonesia. Masyarakat suku Hitu umumnya mendiami desa-desa di sepanjang pantai utara pulau Ambon, yakni Wakal, Hila, Hitulama, Hitumessing, Mamala, dan Morella. Daerah tersebut secara administratif berada di Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku.

Sejarah

Sejarah awal terbentuknya komunitas masyarakat Hitu berawal dari cerita rakyat tentang Empat Perdana. Kata perdana sendiri berasal dari kosakata dalam bahasa Sanskerta yang artinya 'pertama'. Empat Perdana adalah empat kelompok yang paling pertama datang ke Tanah Hitu dan kemudian mendirikan Kerajaan Tanah Hitu. Pemimpin dari empat kelompok tersebut dalam bahasa Hitu disebut Hitu Upu Hata. Kedatangan Empat Perdana merupakan awal datangnya manusia di Tanah Hitu sebagai penduduk asli pesisir utara pulau Ambon. Empat Perdana Hitu juga merupakan bagian dari sejarah penyebaran Islam di Maluku. Kedatangan Empat Perdana merupakan bukti sejarah penyebaran Islam di Maluku yang ditulis oleh penulis sejarah pribumi tua maupun Belanda dalam berbagai versi seperti Imam Ridjali, Imam Lamhitu, Imam Kulaba, Holeman, Rumphius, dan Valentijn.[3]

Dahulu, negeri Hitu merupakan pusat perdagangan dan titik distribusi barang di pulau Ambon bagian utara. Hitu juga bisa dicapai melalui jalur darat atau laut. Sejak kekerasan regional tahun 2000 dan selanjutnya, angkutan umum biasanya datang dan pergi sehari sekali dari kota Ambon. Satu-satunya catatan sejarah orang Hitu ditemukan dalam cerita mereka, tentang bagaimana mereka pada masa lalu hidup di pinggiran hutan. Perkembangan selanjutnya menyebabkan mereka mulai keluar dari hutan dan membangun rumah di pesisir pantai. Orang Hitu menggunakan bahasa Hitu yang terdiri dari berbagai dialek dan bahasa Melayu Ambon sebagai bahasa penghubung dengan etnis lainnya.[3][1]

Kepercayaan

Kawasan Jazirah Leihitu adalah salah satu titik awal sejarah masuknya Islam ke Maluku, khususnya Maluku Tengah. Karena alasan ini, saat ini hampir semua orang Hitu menganut agama Islam. Mereka percaya bahwa kelak mereka akan dinilai berdasarkan pengetahuan mereka tentang Al-Qur'an dan atas perbuatan baik mereka. Tetapi, seperti kebanyakan orang Muslim lainnya di Maluku, orang Hitu sangat dipengaruhi oleh animisme yang lebih kuno.[3]

Lihat juga

Referensi