MetroTV: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
MichaelPutraJr (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
MichaelPutraJr (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 101: Baris 101:
== Kontroversi ==
== Kontroversi ==
=== Peristiwa penyanderaan kru MetroTV ===
=== Peristiwa penyanderaan kru MetroTV ===
Pada [[18 Februari]] [[2005]], [[Meutya Hafid]] dan rekannya, juru kamera, Budiyanto diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata ketika sedang bertugas di Irak. Kontak terakhir MetroTV dengan Meutya adalah pada 15 Februari, tiga hari sebelumnya. Mereka akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005. Sebelum ke Irak, Meutya juga pernah meliput tragedi tsunami di Aceh. Pada tanggal 28 September 2007, Meutya melaunching buku yang ia tulis sendiri, yaitu ''168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak''. Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] pun turut menyumbangkan tulisan untuk bagian pengantar dari buku ini. Selain presiden, beberapa tokoh lainnya pun menyumbangkan tulisannya yakni Don Bosco Selamun (Pemimpin Redaksi MetroTV [[2004]]-[[2005]]) dan [[Marty Natalegawa]] (Mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri).<ref>[http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/37-juni-2009-edisi-pelayanan-publik/557-meutya-had--dibebaskan-oleh-penyandera-karena-berwarga-negara-indonesia.html Tabloid Diplomasi: Meutya dibebaskan oleh penyandera karena berwarga negara Indonesia]</ref>
Pada [[18 Februari]] [[2005]], [[Meutya Hafid]] dan rekannya, juru kamera, Budiyanto diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata ketika sedang bertugas di Irak. Kontak terakhir MetroTV dengan Meutya adalah pada 15 Februari, tiga hari sebelumnya. Mereka akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005. Sebelum ke Irak, Meutya juga pernah meliput tragedi tsunami di Aceh. Pada tanggal 28 September 2007, Meutya melaunching buku yang ia tulis sendiri, yaitu ''168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak''. Presiden [[Susilo Bambang Yudhoyono]] pun turut menyumbangkan tulisan untuk bagian pengantar dari buku ini. Selain presiden, beberapa tokoh lainnya pun menyumbangkan tulisannya yakni [[Don Bosco Selamun]] (Pemimpin Redaksi MetroTV [[2004]]-[[2005]]) dan [[Marty Natalegawa]] (Mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri).<ref>[http://www.tabloiddiplomasi.org/previous-isuue/37-juni-2009-edisi-pelayanan-publik/557-meutya-had--dibebaskan-oleh-penyandera-karena-berwarga-negara-indonesia.html Tabloid Diplomasi: Meutya dibebaskan oleh penyandera karena berwarga negara Indonesia]</ref>


=== Berjilbab saat membawakan berita ===
=== Berjilbab saat membawakan berita ===

Revisi per 5 Desember 2016 19.55

MetroTV
Diluncurkan25 November 2000; 23 tahun lalu (2000-11-25)
PemilikMedia Group
SloganLeading the Change
(2007–2008)
Be Smart Be Informed
(2008–2010)
Knowledge to Elevate
(2010–sekarang)
Kantor pusatJl. Pilar Mas Raya Kav. A-D Kedoya Selatan, Kebon Jeruk, Jakarta, Indonesia
Situs webwww.metrotvnews.com
Televisi Internet
UseeTVMetroTV
Logo pertama MetroTV (25 November 2000-20 Mei 2010)
Gedung Media Group di Kebon Jeruk, Jakarta Barat, Jakarta.

MetroTV adalah sebuah stasiun televisi swasta berita yang berkedudukan di Indonesia. MetroTV didirikan oleh PT Media Televisi Indonesia, resmi mengudara sejak 25 November 2000 di Jakarta. Metro TV dimiliki Media Group pimpinan Surya Paloh yang juga memiliki harian Media Indonesia dan Lampung Post.[1]

Sejarah

PT Media Televisi Indonesia merupakan anak perusahaan dari Media Group, suatu kelompok usaha media yang dipimpin oleh Surya Paloh, yang juga merupakan pemilik surat kabar Media Indonesia. PT Media Televisi Indonesia memperoleh izin penyiaran atas nama "MetroTV" pada tanggal 25 Oktober 1999. Pada tanggal 25 November 2000, pertama kali MetroTV mengudara dalam bentuk siaran ujicoba di 7 kota. Pada awalnya, hanya bersiaran 12 jam sehari, namun sejak tanggal 1 April 2001, MetroTV mulai mengudara selama 24 jam, menjadikan MetroTV sebagai stasiun TV pertama di Indonesia yang duluan bersiaran 24 jam. Hanya mengandalkan 280 orang stasiun ini beroperasi pada awalnya. Tapi seiring perkembangan dan kebutuhan, MetroTV mempekerjakan lebih dari 900 orang, sebagian besar di ruang berita dan daerah produksi.

Logo dan slogan baru

Pada tanggal 20 Mei 2010, MetroTV memperkenalkan logo dan slogan barunya. Logo baru tetap menggunakan lambang burung elang dan warna dasar biru dan kuning, tetapi dengan jenis huruf Handel Gothic kursif yang memberikan kesan modern, segar dan futuristik. Penempatan logo pun juga diubah dari posisi semula di pojok kanan atas menjadi di pojok kanan bawah, penempatan ini pun berbeda dari stasiun-stasiun televisi yang ada di Indonesia yang letaknya masih di pojok kanan/kiri atas. Sejak bulan Oktober 2016, logo tersebut kini ditempatkan di sebelah newsticker di pojok kanan paling bawah.

Konsep

Stasiun TV ini memiliki konsep agak berbeda dengan stasiun televisi lain, sebab selain mengudara selama 24 jam setiap hari, stasiun TV ini hanya memusatkan acaranya pada siaran warta berita saja. Tetapi dalam perkembangannya, stasiun ini kemudian juga memasukkan unsur hiburan dalam program-programnya, meski tetap dalam koridor news. MetroTV adalah stasiun pertama di Indonesia yang menyiarkan berita dalam bahasa Mandarin: Metro Xin Wen, dan juga satu-satunya stasiun TV di Indonesia yang tidak menayangkan sinetron. MetroTV juga menayangkan siaran internasional berbahasa Inggris pertama di Indonesia Indonesia Now yang dapat disaksikan dari seluruh dunia. Stasiun ini dikenal memiliki presenter berita terbanyak di Indonesia

MetroTV juga menayangkan program e-Lifestyle, yakni program talkshow yang membahas teknologi informasi dan telekomunikasi.

Kontroversi

Peristiwa penyanderaan kru MetroTV

Pada 18 Februari 2005, Meutya Hafid dan rekannya, juru kamera, Budiyanto diculik dan disandera oleh sekelompok pria bersenjata ketika sedang bertugas di Irak. Kontak terakhir MetroTV dengan Meutya adalah pada 15 Februari, tiga hari sebelumnya. Mereka akhirnya dibebaskan pada 21 Februari 2005. Sebelum ke Irak, Meutya juga pernah meliput tragedi tsunami di Aceh. Pada tanggal 28 September 2007, Meutya melaunching buku yang ia tulis sendiri, yaitu 168 Jam dalam Sandera: Memoar Seorang Jurnalis yang Disandera di Irak. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun turut menyumbangkan tulisan untuk bagian pengantar dari buku ini. Selain presiden, beberapa tokoh lainnya pun menyumbangkan tulisannya yakni Don Bosco Selamun (Pemimpin Redaksi MetroTV 2004-2005) dan Marty Natalegawa (Mantan Juru Bicara Departemen Luar Negeri).[2]

Berjilbab saat membawakan berita

MetroTV pernah dikecam karena melarang salah satu presenternya, Sandrina Malakiano, mengenakan jilbab pada saat siaran, meskipun Sandrina sudah memperjuangkannya selama berbulan-bulan dengan mengajak jajaran pimpinan level atas MetroTV untuk berdiskusi panjang.[3] Larangan inilah yang menyebabkan Sandrina keluar dari MetroTV pada Mei 2006.[4] Menurut pihak MetroTV, mereka hanya akan mengizinkan presenternya berjilbab di depan kamera ketika Ramadan atau hari-hari besar Islam.

Pemberitaan yang bias

Secara umum, MetroTV dikecam berbagai pihak, salah satunya KPI karena dianggap memberikan porsi pemberitaan mengenai Partai Nasdem lebih banyak dibanding partai lain. Pada pemilihan umum Presiden 2014, MetroTV memperoleh kritikan tajam karena memberikan porsi berita lebih banyak kepada pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla ketimbang pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa.[5] Kritikan yang sama juga dilontarkan kepada 4 stasiun televisi lainnya.[6] KPI secara pribadi juga menyorot MetroTV dan tvOne karena dianggap tidak berimbang dalam pemberitaan seputar Pilpres 2014.[7]

Intimidasi Dan Tudingan Kebohongan Publik

Satelit

Satelit-satelit yang digunakan oleh MetroTV:[8]

  • JCSAT 4B (BiG TV)
  • Palapa D (FTA, Topas TV, OrangeTV, Skynindo, K-Vision)
  • SES 7 (Indovision)
  • Telkom 1 (TransVision)
  • Measat 3a (aora)

Direksi

Daftar direktur utama

No Nama Awal jabatan Akhir jabatan
1 Surya Paloh 2000 2006
2 Wisnu Hadi 2006 2011
3 Adrianto Machribie 2011 sekarang

Direksi saat ini

Struktur dewan direksi MetroTV saat ini adalah sebagai berikut:

No Nama Jabatan
1 Adrianto Machribie Presiden Direktur
2 Suryopratomo Direktur Pemberitaan
3 Lestary Luhur Direktur Penjualan dan Pemasaran
4 Ana Widjaja Direktur Keuangan dan Administrasi
5 John Balonso Direktur Teknik
6 Putra Nababan Pemimpin Redaksi

Acara

Presenter

Bahasa Indonesia/Inggris

Bahasa Mandarin

Berita ekonomi

Berita olahraga

Dialog/talk show

Non-berita

Mantan presenter

Lihat Pula

Ketersediaan di ponsel dan tablet PC

MetroTV News juga tersedia di iPad (App Store) dan Android (Google Play) yang dapat diunduh secara gratis.

Referensi

Pranala luar