Banyuwangi, Banyuwangi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kota Banyuwangi)

Koordinat: 8°13′34″S 114°21′59″E / 8.2262°S 114.3665°E / -8.2262; 114.3665

Banyuwangi
Banyuwangi Kota

Searah jarum jam : Menara suar Pantai Boom, Kerajinan Bata Sumberrejo, Kantor Camat, Patung Kuda Tirta Wangi, Skyline perkotaan Banyuwangi, Masjid Agung Baiturahman, Taman Sritanjung
Peta lokasi Kecamatan Banyuwangi
Peta lokasi Kecamatan Banyuwangi
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenBanyuwangi
Pemerintahan
 • CamatDrs. Danisworo
Luas
 • Total30,15 km2 (11,64 sq mi)
Populasi
 • Total121.260 jiwa
 • Kepadatan4.024,56/km2 (10,423,6/sq mi)
Kode Kemendagri35.10.16
Desa/kelurahan18 kelurahan

Banyuwangi (atau juga dikenal: Banyuwangi Kota) adalah sebuah kecamatan sekaligus menjadi ibu kota kabupaten di Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Posisinya sebagai ibu kota kabupaten telah menjadikan banyaknya gedung-gedung pemerintahan kabupaten, cabang-cabang perusahaan, dan pusat keramaian yang berdiri di wilayah kecamatan ini. Wilayah ini dulunya disebut Wana Tirtaganda dan pertama kali menjadi pusat pemerintahan kabupaten pada 1774 saat Kanjeng Raden Tumennggung Wiraguna I atau Mas Alit diangkat menjadi bupati pada tahun yang sama.[2][3]

Geografi[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Banyuwangi memiliki luas wilayah 29,8 Km2 yang dibagi ke 18 kelurahan. Wilayah kecamatan ini dilewati beberapa sungai yaitu Sungai Lo (Kali Lo), Sungai Tekik dan Sungai Bagong.

Bentang Alam dan Budaya[sunting | sunting sumber]

Lanskap huruf Taman Blambangan

Kawasan Perkotaan di Kecamatan Banyuwangi terletak di sisi tengah kecamatan. Semakin ke barat, masih banyak lahan pertanian contohnya di Kelurahan Sumberrejo dan Kelurahan Kebalenan. Dan di bagian timur dari Kecamatan Banyuwangi adalah garis pantai yang berbatasan langsung dengan Selat Bali.

Pusat keramaian banyak berdiri di sepanjang jalan-jalan arteri perkotaan Banyuwangi seperti Jalan S. Parman, Jalan Adi Sucipto, Jalan Ahmad Yani (Pusat Pemerintahan), Jalan dr. Sutomo, Jalan PB Soedirman (Pusat Bisnis), dan Jalan Basuki Rahmat. Selain itu ada pusat jajanan sore yang menempati kawasan Jalan Sutoyo, Jalan Katamso dan sebagian Jalan Sugiono.

Taman Kota[sunting | sunting sumber]

Tiga taman kota berdiri di Kecamatan Banyuwangi, Taman Sritanjung, Taman Blambangan dan Taman Tirta Wangi. Meskipun sama-sama taman kota, namun kedua taman ini memiliki fungsi yang berbeda. Taman Sritanjung banyak digunakan warga Banyuwangi untuk menghabiskan akhir pekan dengan bersantai di bangku-bangku taman di bawah pepohonan rindang yang banyak disediakan di kawasan taman, di sisi selatan taman terdapat pusat kuliner yang menjual beragam makanan. Taman Blambangan banyak digunakan untuk olahraga seperti jogging atau senam. Tak jarang pada sore hari beberapa warga memanfaatkan lapangan taman yang luas untuk bermain sepak bola atau badminton. Taman Blambangan juga digunakan untuk upacara hari besar nasional atau keperluan salat idul fitri dan idul adha. Taman Blambangan berdampingan dengan Gesibu Blambangan. Dan Taman Tirta Wangi dengan patung kuda sebagai ikon selamat datang di kawasan perkotaan Banyuwangi dijadikan tempat berkumpul yang biasanya ramai pada sore hari.

Pantai[sunting | sunting sumber]

Untuk wisata pantai, warga Banyuwangi biasanya mengunjungi Pantai Boom atau Pantai Pulau Santen. Pantai Boom adalah sebuah kawasan pelabuhan rakyat yang berada di Kelurahan Kampung Mandar dan saat ini pengelolaannya dalam naungan PT Pelabuhan Indonesia III. Aktivitas di Pelabuhan Boom ini tidak terlalu ramai, hanya beberapa kapal tradisional bersandar. Biasanya kapal-kapal tradisional ini bertugas untuk mengangkut logistik untuk kepulauan-kepulauan terpencil di sekitar Jawa Timur. Pantai Boom biasanya ramai pada pagi hari pada hari libur di mana ombak tidak terlalu tinggi. Di sepanjang bibir Pantai Boom banyak berdiri kedai-kedai yang menjual makanan ringan. Sedangkan Pantai Pulau Santen letaknya di selatan Pantai Boom. Pantai ini relatif lebih sepi dibanding Pantai Boom. Karena letak Pantai Pulau Santen yang sebenarnya terpisah dari Pulau Jawa maka dibangun jembatan dari kayu sirap sepanjang kira-kira 15 meter untuk akses menuju pantai.

Situs Sejarah[sunting | sunting sumber]

Berbagai situs sejarah berdiri di wilayah Kecamatan Banyuwangi seperti Kompleks Inggrisan, Kelenteng Hoo Tong Bio, Taman Makam Pahlawan Wisma Raga Satria dan Taman Makam Pahlawan Wisma Raga Laut (berada dalam kompleks Pantai Boom).

Meskipun posisinya sebagai kecamatan perkotaan. Masih banyak kawasan yang menyerupai pedesaan seperti di Kelurahan Sumberrejo, Kelurahan Kebalenan, Kelurahan Pakis, Kelurahan Sobo. Di mana di kawasan-kawasan tersebut masih banyak lahan pertanian dan hutan-hutan produksi kecil.

Terdapat juga Museum Blambangan yang terletak di Jalan Ahmad Yani.

Iklim[sunting | sunting sumber]

Iklim dan Topografi[sunting | sunting sumber]

Data iklim Banyuwangi
Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des Tahun
Rata-rata tertinggi °C (°F) 30
(86)
29
(85)
30
(86)
30
(86)
29
(85)
29
(84)
28
(83)
28
(82)
28
(83)
30
(86)
31
(87)
31
(87)
29
(85)
Rata-rata terendah °C (°F) 25
(77)
24
(76)
25
(77)
26
(78)
26
(78)
24
(76)
24
(75)
24
(75)
24
(76)
26
(78)
26
(78)
25
(77)
24
(75)
Presipitasi mm (inci) 180
(7.09)
180
(7.09)
175
(6.89)
80
(3.15)
80
(3.15)
70
(2.76)
70
(2.76)
50
(1.97)
40
(1.57)
80
(3.15)
90
(3.54)
150
(5.91)
1.170
(46,06)
Sumber: http://www.weatherbase.com/weather/weather.php3?s=78969&cityname=Banyuwangi-Jawa-Timur-Indonesia

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Kantor Bupati Banyuwangi

Pusat Pemerintahan Kecamatan Banyuwangi berada di Kantor Camat Banyuwangi yang terletak di Jalan Jend. Achmad Yani No.102 Banyuwangi.

Pembagian Administratif[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Banyuwangi terdiri dari 18 Kelurahan

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Masa Kolonial Belanda[sunting | sunting sumber]

Peta Kota Banyuwangi pada zaman kolonial Belanda
Alun-alun kota Banyuwangi pada tahun 1930-an
Kantor pabrik minyak Mexolie di Banyuwangi (tahun 1929)

Setelah pemberontakan yang dilakukan Wong Agung Wilis dan Pangeran Jagapati berhasil diredam, VOC memindahkan pusat pemerintahan dari Ulupangpang ke Banyuwangi. Hal ini mengakhiri masa Kerajaan Blambangan dan berubah menjadi Kabupaten (Regentschap) Banyuwangi dengan bupati Temenggung Wiraguna I atau lebih dikenal dengan Mas Alit. Pemindahan ini menjadi cikal bakal pembangunan wilayah perkotaan di Banyuwangi.[4]

Pada zaman penjajahan Belanda, kota Banyuwangi adalah kota kecil yang memiliki batas utara di makam keramat di Lateng, batas selatan di pekuburan Belanda yang saat ini berada di belakang kantor kecamatan, batas barat di kawasan yang saat ini adalah Rumah Sakit Blambangan. Di luar kawasan tersebut adalah kawasan yang menurut cerita adalah kawasan yang berbahaya. Seperti di Lingkungan Manggisan, Lateng hingga Sukowidi, Kelurahan Klatak adalah tempat berkumpulnya para perampok yang konon katanya bekas buruh pabrik gula yang mengalami kebangkrutan. Di wilayah Buyuhan dan Bengkalingan yang saat ini menjadi bagian Kelurahan Kertosari terdapat tempat untuk berlatih (perguruan) kungfu. Dan muncul laporan mengenai penampakan hantu di hutan pohon asem (saat ini Kelurahan Penataban) dan pekuburan Belanda.

Kota ini memiliki pusat keramaiannya terletak pada 3 titik, yakni di Bioskop Srikandi, Simpang Lima dan Pecinan (China Town) di Karangrejo. Sedangkan jika malam mulai menjelang titik keramaian hanya ada di Bioskop Srikandi yang menampilkan film jawa dan kesenian Angklung Caruk.

Kota Banyuwangi dahulu memiliki dua lapangan kota yakni di depan pendapa kabupaten dan masjid yang dinamakan lapangan Tegal Masjid (sekarang Taman Sritanjung) dan di depan Komplek Inggrisan dan ballroom (kini Gedung Juang 45) yang dinamakan lapangan Tegal Loji (Taman Blambangan). Dua lapangan kota ini memiliki fungsi berbeda. Lapangan Tegal Masjid digunakan untuk parkir oplet yang dilengkapi dengan dua pompa bensin milik Kapten Cina dan Kapten Arab. Sedangkan lapangan Tegal Loji digunakan untuk sarana hiburan para warga Belanda. Di lapangan ini terdapat lapangan tenis yang dipagari dengan kawat dan ditumbuhi tumbuhan menjalar, sehingga aktivitas di dalam lapangan tidak dapat dilihat dari luar. Selain itu di lapangan Tegal Loji sering diadakan pertandingan sepak bola yang diikuti oleh klub-klub sepak bola dari Surabaya dan Batavia. Tiket untuk pertandingan bola ini dibagi menjadi tiga kategori yakni, warga pribumi yang membayar satu sen, anak kecil yang membayar setengah sen (seketeng) dan warga asing yang membayar dua setengah sen (sebenggol). Warga asing yang dimaksud adalah warga Belanda, Tionghoa, Arab dan warga pribumi yang telah naik haji.

Pada zaman penjajahan Belanda, Kota Banyuwangi memiliki 3 hotel yakni sebuah hotel yang terletak di selatan Tegal Loji (sekarang Hotel Wisma Blambangan dan eks-Hotel Asia Afrika), Hotel Srikandi dan Hotel Slamet (sebelah barat stasiun lama). Hotel Tegal Loji biasanya digunakan oleh para penguasa Belanda, Hotel Srikandi untuk para pemain bola atau pemain sandiwara yang akan tampil di Banyuwangi dan Hotel Slamet digunakan oleh pedagang yang menaiki kereta api.

Uniknya pada zaman penjajahan, di setiap persimpangan kota terdapat kentongan. Kentongan paling besar berada di Simpang Lima dengan ornamen mata menjulur. Selain itu kentongan juga terdapat di Simpang Sritanjung, Simpang Singonegaran (kini pertemuan jalan Bengawan, Letkol Istiqlah, Kapten Ilyas dan jalan Kalilo) dan Simpang Lateng. Kentongan ini dibunyikan saat subuh dan harus dibunyikan bersamaan dengan lonceng yang berada di pendapa. Bunyi kentongan mengawali segala aktivitas kota. Pada waktu-waktu tersebut banyak para pedagang memikul dagangannya dengan berjalan (saat itu belum ada becak, namun yang ada hanyalah dokar. Namun dokar baru muncul saat matahari terbit). Saat bulan Ramadhan tiba, suasana malam kota menjadi lebih semarak. Toko-toko tutup lebih malam seiring dengan selesainya tarawih. Dan saat Idul Fitri tiba, diadakan pawai Puter Kayun (kereta kuda) yang diikuti penguasa Belanda, warga yang kaya dan warga biasa. Selain itu pada saat Idul Fitri, kawasan pelabuhan penuh dengan warga yang berlibur.

Pada zaman Belanda, kota Banyuwangi hanya memiliki sedikit sekolah yakni HIS dan PHIS (Partikelir Holands Inland School). Selain itu terdapat sekolah rakyat di Dandangwiring (Penganjuran) dan Lateng. Terdapat juga sekolah swasta seperti Sekolah Taman Siswa (sekarang SD Negeri 3 Panderejo), sekolah Sarikat Islam (sekarang MI Roudhotul Ulum), Madrasah Al-Khairiyah, Madrasah Darun Najah dan Madrasah Al-Irsyad.[5][6]

Ekonomi[sunting | sunting sumber]

Pasar Banyuwangi dengan latar belakang Pegunungan Ijen

Aktivitas ekonomi di Kota Banyuwangi dapat dilihat dengan berdirinya pasar-pasar tradisional seperti Pasar Banyuwangi yang terletak di Kepatihan di sebelah barat Taman Blambangan. Aktivitas di Pasar Banyuwangi meningkat pada dini hari hingga pukul tujuh pagi. Di mana pada jam-jam tersebut, aktivitas perdagangan melebar hingga menimbulkan kemacetan di Jalan Diponegoro bagian utara dan menutup sebagian badan Jalan Jagapati. Di Pasar Banyuwangi terdapat petak-petak los pedagang yang terletak dari pinggir Jalan Karel Satsuit Tubun hingga ke dalam. Namun pedagang kaki lima masih menggunakan badan jalan sebagai tempat berdagang sehingga menimbulkan kemacetan. Akan tetapi, mulai tahun 2012 ada usaha untuk menertibkan pedagang (masih ada akan tetapi dirapikan) sehingga kemacetan bisa diminimalisasi dan badan jalan yang dapat dilewati bisa lebih luas. Selain Pasar Banyuwangi, terdapat juga Pasar Blambangan yang keberadaannya berdampingan dengan terminal angkot Blambangan, Lateng (Jalan Basuki Rahmat), Pasar Sobo di Jalan S.Parman dan Pasar Pujasera yang berdampingan dengan kawasan pecinan (China Town) di Jalan Pierre Tendean.[7]

Selain pasar tradisional, pusat perbelanjaan juga berdiri di Kota Banyuwangi seperti Giant di Jalan Basuki Rahmat, Ramayana di Jalan Adi Sucipto, Roxy di Jalan Ahmad Yani dan MOST (Mall of Sritanjung) yang masih diusahakan pengoperasiannya hingga kini. Selain pusat perbelanjaan besar, terdapat juga minimarket seperti Indomaret dan Alfamart yang tersebar di sudut kota. Komplek pertokoan banyak berdiri di sepanjang Jalan Sudirman dan Jalan Pierre Tendean (China Town). Selain itu, banyak berdiri ruko-ruko di kawasan Jalan Ahmad Yani, Jalan Kepiting dan di Gardenia Estate (sebuah kawasan bisnis dan perumahan dengan akses masuk dari Jalan S.Parman).[8]

Bank-bank nasional negeri dan swasta banyak yang berdiri di Kota Banyuwangi. Bank negeri yang berdiri di Kota Banyuwangi adalah Bank Mandiri (Jalan Wahidin Sudirohusodo), BNI 46 (Jalan Kepiting dan Jalan Banterang), BRI (Jalan Ahmad Yani) dan BTN (Simpang Lima). Bank nasional swasta yang berdiri di Kota Banyuwangi adalah BCA (Jalan Ahmad Yani dan Jalan Sudirman), Bank Permata (Jalan Sudirman), Bank Danamon (Jalan Ahmad Yani), Bank Mega (Jalan Ahmad Yani), BII (Jalan Ahmad Yani), Bank Sinarmas, Panin Bank (Jalan Ahmad Yani), UOB (Jalan Sudirman), CIMB Niaga (Jalan Sudirman) dan Commonwealth Bank (Jalan Sutoyo). Selain itu terdapat Bank Daerah Jatim (Jalan Basuki Rahmat). Selain bank umum juga terdapat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) seperti BPR Wilis, BPR Jatim, BPR ADY dan BPR Swadhanamas Pakto.[9] Selain itu, di kota Banyuwangi berkembang berbagai industri kecil, seperti industri oleh-oleh khas Banyuwangi, industri pisau militer di Singotrunan, dan industri kerajinan lainnya.

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

Kota Banyuwangi memiliki sebuah rumah sakit daerah (Rumah Sakit Umum Daerah Blambangan) yang terletak di Jalan Letkol Istiqlah. Selain itu terdapat Rumah Sakit Yasmin di Jalan Letkol Istiqlah, Rumah Sakit Islam di Jalan Basuki Rahmat dan Pusat Kesehatan Militer Rayon Malang di dalam komplek Inggrisan. Pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas) terdapat di Sobo, Kertosari, Singotrunan dan sebuah puskesmas pembantu Singotrunan di Kampung Mandar.

Sosial Kemasyarakatan[sunting | sunting sumber]

Pembukaan Banyuwangi Ethno Carnival 2012

Kecamatan Banyuwangi dihuni oleh berbagai suku bangsa. Penduduk mayoritas Kecamatan Banyuwangi adalah Suku Osing yang banyak tinggal di Kelurahan Pakis dan Kelurahan Sumber Rejo. Di kelurahan-kelurahan lain juga terdapat warga Suku Osing namun jumlahnya tidak terlalu dominan dan telah berbaur dengan para pendatang dari luar Banyuwangi.

Selain Suku Osing ada juga komunitas kecil Suku Madura yang tinggal di sekitar Kelurahan Kepatihan (terutama di dekat Pasar Banyuwangi). Mereka menggabungkan diri dalam paguyuban yang bernama Paguyuban Jokotole Banyuwangi. Selain itu beberapa keluarga Suku Bali tinggal di Lingkungan Kampung Bali, Kelurahan Penganjuran. Suku Arab tinggal di Lingkungan Kampung Arab, Kelurahan Lateng, Keturunan Palembang di Jalan Riau, Kelurahan Lateng, Keturunan Mandar dan Bugis tinggal di Kelurahan Kampung Mandar dan keturunan dari orang Melayu yang dipercaya membangun Kampung Melayu.[butuh rujukan]

Penduduk Kecamatan Banyuwangi juga memiliki beragam profesi. Karena posisinya sebagai ibu kota kabupaten, maka banyak penduduk yang bekerja sebagai pegawai pemerintahan, pedagang, pengusaha, dan sebagainya. Penduduk yang berprofesi sebagai nelayan umumnya tinggal di kelurahan-kelurahan yang berbatasan langsung dengan laut seperti Pakis, Sobo, Kertosari, Karangrejo, Kepatihan, Kampung Mandar dan Lateng.

Penduduk Kecamatan Banyuwangi berkumpul saat karnaval perayaan hari kemerdekaan Indonesia atau saat perhelatan Banyuwangi Ethno Carnival (BEC). Pada saat itu para warga memadati jalan yang menjadi rute karnaval. Selain itu setiap Kamis malam diadakan pengajian hajat yang bertempat di Masjid Agung Baiturahman. Pengajian hajat ini sangat diminati warga Kecamatan Banyuwangi sehingga terkadang parkir kendaraan membludak hingga menutup Jalan Sudirman sehingga arus lalulintas dialihkan mengitari Taman Sritanjung.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik kabupeten Banyuwangi tahun 2020, mayoritas penduduk kecamatan Banyuwangi memeluk agama Islam yakni 96,21%. Kemudian penduduk yang beragama Kristen sebanyak 2,99%, dimana Protestan 2,19% dan Katolik 0,80%. Sebagian kecil lainnya memeluk agama Budha 0,46%, Hindu 0,31% dan lainnya 0,03%.[1] Sementara untuk rumah ibadah, terdapat 73 bangunan Masjid, 273 bangunan Musholah, 13 bangunan Gereja Protestan, 1 bangunan Gereja Katolik, 1 bangunan Vihara, dan 1 bangunan Pura.[1]

Transportasi[sunting | sunting sumber]

Bus dan Angkutan Umum[sunting | sunting sumber]

Kecamatan Banyuwangi memiliki dua terminal angkutan umum yaitu terminal kelas B Brawijaya berada di Kebalenan dan sub-Terminal Blambangan yang berada di Lateng.

Untuk rute perjalanan angkutan umum di Kota Banyuwangi adalah sebagai berikut:

Penunjuk Arah[sunting | sunting sumber]

Dari selatan (Jember, Jajag, Genteng atau Rogojampi) menuju ke utara (Pelabuhan Ketapang, Wongsorejo atau Situbondo)

Kamera CCTV yang memantau lalulintas di Simpang Lima. 3 kamera tersebut memantau arus dari Jalan Jaksa Agung Suprapto, arus dari Jalan Ahmad Yani dan arus dari Jalan Wahid Hasyim. Sedangkan arus di Jalan Sudirman dan Jalan dr. Sutomo dipantau dari kamera di Jalan Ahmad Yani.
  • Untuk kendaraan roda empat bermuatan berat (bus dan truk), masuk kota melewati Jalan S.Parman sampai traffic light Karangente (Taman Tirta Wangi atau Patung Kuda). Dari traffic light Karangente belok kiri masuk Jalan Brawijaya. Dari Jalan Brawijaya lalu masuk Jalan Gajah Mada setelah melewati traffic light Cungking. Dari Jalan Gajah Mada masuk Jalan Hayam Wuruk setelah melewati traffic light Penataban. Dari Jalan Hayam Wuruk masuk Jalan Raden Wijaya hingga tiba di Perempatan Kalipuro lalu belok kanan masuk Jalan Argopuro hingga tiba di traffic light Sukowidi. Lalu belok kiri masuk Jalan Yos Sudarso.
    Persimpangan Surati
  • Untuk kendaraan roda empat (kendaraan pribadi) dan kendaraan roda dua, masuk kota melewati Jalan S.Parman sampai traffic light Karangente (Taman Tirta Wangi atau Patung Kuda). Lalu bisa terus masuk Jalan Adi Sucipto atau belok kanan masuk Jalan Kepiting. Jika melewati Jalan Adi Sucipto pengendara akan tiba di Jalan Ahmad Yani setelah melewati Traffic light DPRD (A. Scpt, A. Yani, Katamso) . Dari Jalan Ahmad Yani pengendara akan tiba di traffic light Simpang Lima. Dari Simpang Lima masuk menuju Jalan dr. Sutomo (satu arah) hingga tiba di kawasan Taman Blambangan. Pengendara akan masuk Jalan Wahidin Sudirohusodo hingga tiba di traffic light Blambangan. Setelah itu pengendara belok kiri masuk Jalan R.A. Kartini hingga pertigaan PLN. Dari pertigaan PLN belok kiri (jika belok kanan masuk ke kawasan Pantai Boom) masuk Jalan Banterang hingga tiba di pertigaan Surati dan belok kanan (jika anda terus akan masuk ke kawasan Taman Sritanjung) masuk ke Jalan Surati (satu arah). Hati-hati saat menjelang pertigaan Surati karena adanya penumpukan arus dari arah Taman Blambangan via Jalan Diponegoro yang juga akan masuk ke Jalan Surati. Dari Jalan Surati anda akan masuk ke Jalan D.I. Panjaitan setelah melewati tikungan Kampung Mandar. Lalu pengendara akan tiba di traffic light Lateng lalu belok kanan masuk Jalan Basuki Rahmat hingga tiba di traffic light Sukowidi. Lalu pengendara jalan terus masuk Jalan Yos Sudarso. Jika melewati Jalan Kepiting, dari traffic light Karangente belok kanan melewati sisi utara Taman Tirta Wangi lalu belok kiri ke arah utara masuk Jalan Kepiting. Dari Jalan Kepiting pengendara akan tiba di traffic light Kertosari lalu masuk ke Jalan Sugiono dan masuk Jalan M.T. Haryono setelah melewati pertigaan Naga Bulan. Setelah itu pengendara tiba di traffic light Paldam (Stasiun Lama) lalu belok kanan masuk Jalan Pierre Tendean hingga tiba di traffic light Blambangan. Setelah itu perjalanan sama dengan penjelasan di atas (via Jalan Adi Sucipto). Untuk kendaraan roda empat pribadi dan roda dua diperbolehkan menggunakan jalur yang digunakan oleh bus atau truk.

Dari utara (Pelabuhan Ketapang, Wongsorejo, Situbondo atau Surabaya) menuju ke selatan (Jember, Jajag, Genteng, Rogojampi, Alas Purwo atau G-Land)

  • Untuk kendaraan roda empat bermuatan berat (bus dan truk) dari traffic light Sukowidi (Jalan Yos Sudarso) masuk Jalan Argopuro lalu belok kiri masuk ke Jalan Raden Wijaya lalu Jalan Hayam Wuruk hingga tiba di traffic light Penataban. Lalu masuk Jalan Gajah Mada hingga tiba di traffic light Cungking. Lalu masuk Jalan Brawijaya hingga tiba di traffic light Karangente. Setelah itu pengendara mengitari Taman Tirta wangi (dari traffic light Karangente jalan terus melewati sisi utara taman lalu belok kanan melewati sisi timur taman) lalu masuk Jalan S. Parman.
  • Untuk kendaraan roda empat (kendaraan pribadi) dan kendaraan roda dua, dari traffic light Sukowidi (Jalan Yos Sudarso) jalan terus masuk Jalan Basuki Rahmat hingga tiba di traffic light Lateng. Dari traffic light Lateng ambil jalan terus masuk ke Jalan Sudirman (satu arah) hingga tiba di kawasan Taman Sritanjung dan berhenti di traffic light Sritanjung. Dari traffic light Sritanjung jalan terus hingga tiba di traffic light Simpang Lima. Setelah itu masuk Jalan Ahmad Yani lalu tiba di traffic light DPRD dan masuk ke Jalan Adi Sucipto hingga tiba di traffic light Karangente. Dari traffic light Karangente belok kiri mengitari Taman Tirta Wangi (dari traffic light Karangente jalan terus melewati sisi utara taman lalu belok kanan melewati sisi timur taman) lalu masuk Jalan S. Parman.

Menuju ke Barat (Glagah, Licin, Paltuding, Bondowoso, Kalibendo atau Kawah Ijen)

  • Dari traffic light Simpang Lima masuk ke arah barat atau Jalan Jaksa Agung Suprapto hingga tiba di traffic light Cungking lalu jalan terus masuk Jalan HOS Cokroaminoto.

Jalan[sunting | sunting sumber]

Nama jalan yang ada di Kecamatan Banyuwangi

Jalan Ahmad Yani menjelang Simpang Lima
Jalan dr. Sutomo

A

  • Abdullah (Tukangkayu)
  • KH Abdul Wahid (Kertosari)
  • Adi Sucipto (Sobo, Tukangkayu, Tamanbaru)
  • Agus Salim (Sobo, Tamanbaru)
  • Ahmad Yani (Tamanbaru, Tukangkayu, Penganjuran)
  • Airlangga (Kebalenan, Sobo)
  • Al-Hilal (Kebalenan)
  • Andalas (Singotrunan)

B

C

D

G

H

I

  • I Gusti Ngurah Rai (Penganjuran)
  • Ijen (Singotrunan)
  • Ikan Belanak (Sobo)
  • Ikan Cakalang (Kepatihan)
  • Ikan Cucut (Karangrejo)
  • Ikan Cumi-Cumi (Sobo)
  • Ikan Gurami (Karangrejo)
  • Ikan Hiu (Kertosari)
  • Ikan Jerabangan (Tukangkayu, Sobo)
  • Ikan Kembang Waru (Kertosari)
  • Ikan Layur (Sobo)
  • Ikan Lele (Tukangkayu)
  • Ikan Lemuru I (Tukangkayu)
  • Ikan Lemuru II (Sobo)
  • Ikan Lomba-Lomba (Karangrejo)
  • Ikan Mas (Karangrejo)
  • Ikan Mungsing (Karangrejo)
  • Ikan Pesut (Sobo)
  • Ikan Putihan (Karangrejo)
  • Ikan Sadar (Karangrejo)
  • Ikan Sepat (Karangrejo)
  • Ikan Sulir (Sobo)
  • Ikan Tawes (Sobo)
  • Ikan Tengiri (Tukangkayu, Sobo)
  • Ikan Tongkol (Kertosari)
  • Ikan Waderpari (Karangrejo)
  • Ikan Wijinongko (Sobo)
  • Imam Bonjol (Tukangkayu)

J

K

  • Kahuripan (Tamanbaru)
  • Candi Kalasan (Penganjuran)
  • Kalilo (Pengantigan)
  • Kalimas (Kepatihan, Singonegaran)
  • Kalingga (Tamanbaru)
  • Kapten Ilyas (Singonegaran, Kepatihan)
  • Kapten Sarpan (Panderejo)
  • Kapten Sutaji (Tukangkayu)
  • Kapten Waroka (Tukangkayu)
  • Kapuas (Penganjuran)
  • Karel Satsuit Tubun (Kepatihan)
  • Karimun Jawa (Lateng)
  • Katamso (Tukangkayu, Kertosari)
  • Kediri (Tamanbaru)
  • Ken Arok (Kebalenan)
  • Kepiting (Sobo, Kertosari)
  • Kertanegara (Kebalenan)
  • KH Harun (Tukangkayu, Penganjuran)
  • KH Hasyim Asyari (Tukangkayu)
  • KH Wahid Hasyim (Tukangkayu, Penganjuran)
  • Kinabalu (Singotrunan)
  • Kolonel Sugiyono (Tukangkayu, Kertosari)
  • Kopral Talab (Tukangkayu)
  • Kutai (Tamanbaru)
  • Kyai Saleh (Kepatihan, Panderejo)

L

  • Letkol Istiqlah (Singonegaran)
  • Letnan Sanyoto (Tukangkayu)
  • Letnan Sulaiman (Kebalenan, Sobo)
  • Losari (Kepatihan)

M

  • Macanputih (Tamanbaru)
  • Majapahit (Tamanbaru)
  • Mataram (Tamanbaru)
  • Medangkamulan (Tamanbaru)
  • Mendut (Tamanbaru)
  • MH Thamrin (Singotrunan, Singonegaran, Pengantigan)
  • MT Haryono (Tukangkayu, Karangrejo)
  • Musi (Penganjuran)

N

  • Nuri (Pakis)
  • Nusantara (Kampung Melayu, Kampung Mandar)

O

  • Opak (Singonegaran, Pengantigan)

P

  • Pajajaran (Tamanbaru)
  • Penataran (Tamanbaru, Penganjuran)
  • Pierre Tendean (Tukangkayu, Karangrejo)
  • Pramabanan (Penganjuran)
  • Progo (Singonegaran)

R

  • RA Kartini (Kepatihan)
  • Ranggawuni (Kebalenan)
  • Riau (Lateng)
  • Rinjani (Singotrunan)
  • RW Monginsidi (Penganjuran, Tukangkayu)

S

  • S. Parman (Pakis, Sumberrejo)
  • Sawo Indah (Kertosari)
  • Sekardalu (Temenggungan)
  • Serayu (Panderejo)
  • Sersan Winoso (Tukangkayu)
  • Setro Penganten (Tukangkayu)
  • Sidopekso (Temenggungan)
  • Singasari (Tamanbaru)
  • Sonokeling (Sumberrejo)
  • Sritanjung (Kepatihan, Temenggungan)
  • Sriwijaya (Tamanbaru)
  • Sudirman (Penganjuran, Panderejo, Kepatihan)
  • Supriyadi (Penganjuran)
  • Surati atau Sayu Wiwit (Temenggungan, Kampung Melayu, Kampung Mandar)
  • Sutawijaya (Sumberrejo)
  • Sutoyo (Tukangkayu, Penganjuran)

T

  • Tarakan (Kampung Mandar)
  • Tarumanegara (Tamanbaru)
  • Trenggono (Kebalenan)
  • Trunojoyo (Kebalenan, Sobo)
  • Tunggul Ametung (Kebalenan)

U

  • Udang Windu (Tukangkayu)
  • Untung Surapati (Kebalenan)

V

  • Veteran (Kepatihan)

W

  • Wahidin Sudirohusodo (Kepatihan)
  • Wong Agung Wilis (Temenggungan)

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Lembaga pendidikan formal di Kecamatan Banyuwangi adalah sebagai berikut:

SD sederajat[sunting | sunting sumber]

  • SD Muhammadiyah 2 Pakis Duren
  • SD Negeri 1 Karangrejo
  • SD Negeri 1 Kertosari
  • SD Negeri 1 Lateng
  • SD Negeri 1 Pakis
  • SD Negeri 1 Panderejo
  • SD Negeri 1 Penganjuran
  • SD Negeri 1 Singonegaran
  • SD Negeri 1 Singotrunan
  • SD Negeri 1 Tukang Kayu
  • SD Negeri 2 Karangrejo
  • SD Negeri 2 Kertosari
  • SD Negeri 2 Pakis
  • SD Negeri 2 Penganjuran
  • SD Negeri 2 Singotrunan
  • SD Negeri 2 Tukang Kayu
  • SD Negeri 3 Karangrejo
  • SD Negeri 3 Lateng
  • SD Negeri 3 Panderejo
  • SD Negeri 3 Singotrunan
  • SD Negeri 4 Karangrejo
  • SD Negeri 4 Penganjuran
  • SD Negeri 4 Singotrunan
  • SD Negeri 5 Lateng
  • SD Negeri Kampung Mandar
  • SD Negeri Kampung Melayu
  • SD Negeri Kebalenan
  • SD Negeri Kepatihan
  • SD Negeri Model Banyuwangi
  • SD Negeri Pengantigan
  • SD Negeri Sobo
  • SD Negeri Sumberejo
  • SD Negeri Tamanbaru
  • SD Negeri Temenggungan
  • SD Al Irsyad
  • SD Islam Al Khairiyah
  • SD Kristen Petra Banyuwangi
  • SD Kristen Santa Maria
  • SD Lazuardi Tursina Banyuwangi
  • SD Muhammadiyah I
  • SDLB Matahati
  • SDLB PGRI Banyuwangi
  • SDLBS ABK Autisme Anmoerty

SMP sederajat[sunting | sunting sumber]

  • SMP Negeri 1 Banyuwangi
  • SMP Negeri 2 Banyuwangi
  • SMP Negeri 3 Banyuwangi
  • SMP Negeri 4 Banyuwangi
  • SMP Negeri 5 Banyuwangi
  • SMP Al Irsyad Banyuwangi
  • SMP Katolik Santo Yusup Banyuwangi
  • SMP Muhamadiyah 3 Banyuwangi
  • SMP PGRI Banyuwangi
  • SMPLB PGRI Banyuwangi

SMA/SMK sederajat[sunting | sunting sumber]

  • SMAN 1 Banyuwangi
  • SMA Negeri 1 Glagah
  • SMA 17 Agustus 1945 Banyuwangi
  • SMA Katolik Hikmah Mandala
  • SMA Muhammadiyah 1 Banyuwangi
  • SMALB PGRI Banyuwangi
  • SMK Uniba
  • SMK Gajah Mada Banyuwangi
  • SMK PGRI 1 Banyuwangi
  • SMK Sri Tanjung Banyuwangi

Galeri[sunting | sunting sumber]

Batas wilayah[sunting | sunting sumber]

Batas-batas wilayah kecamatan Banyuwangi adalah sebagai berikut:

Utara Kecamatan Kalipuro
Timur laut Selat Bali
Timur Selat Bali
Tenggara Selat Bali
Selatan Kecamatan Kabat
Barat daya Kecamatan Kabat
Barat Kecamatan Glagah
Barat laut Kecamatan Giri

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c "Kecamatan Banyuwangi Dalam Angka 2020" (pdf). www.banyuwangikab.bps.go.id. Diakses tanggal 19 Januari 2021. 
  2. ^ [1]
  3. ^ Tim Pustaka Jawatimuran dari koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur: Abdullah Fauzi, Gema Blambangan. No. 063/1996 44-48
  4. ^ Tiga kiai khos By Ainur Rofiq Sayyid Ahmad
  5. ^ Kota Banyuwangi di Jaman Regentschap[pranala nonaktif permanen]
  6. ^ Majalah Gema Blambangan, edisi khusus (076-077), 1997. Koleksi Deposit – Badan Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Jawa Timur
  7. ^ Google keyword 'pecinan banyuwangi'
  8. ^ Blog Gardenia Estate Banyuwangi
  9. ^ BANK

Pranala luar[sunting | sunting sumber]