Lompat ke isi

Jansenisme

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Cornelius Jansen (1585-1638), seorang profesor di Old University of Louvain. Nama Jansenisme diambil dari namanya.

Jansenisme adalah sebuah teologi dan pergerakan yang muncul pada masanya untuk menyerang pokok-pokok teologi etika para Yesuit.[1][2][3] Kaum Jansenis menyalahkan para Yesuit karena ajaran mereka yang penuh optimisme tentang manusia dan juga menentang Yesuit yang memberikan absolusi kepada orang-orang yang mengaku dosa.[1][3][4]

Riwayat Singkat

[sunting | sunting sumber]

Istilah Jansenisme berasal dari seorang bernama Cornelius Otto Jansen, yang merupakan seorang teolog Katolik Flemish yang lahir pada tahun 1585.[4][5]

Jansen adalah seorang direktur sekaligus profesor eksegese dan juga merupakan rektor Seminari Saint Pulcherie di Louvain.[1][3] Ia meninggal karena penyakit pes pada tahun 1638 saat sedang bertugas sebagai Uskup Ypres, Belgia.[3] Setalah Jansen meninggal, sejumlah materi perkuliahan yang diajarkannya diterbitkan.[1][3]

Kontroversi-kontroversi

[sunting | sunting sumber]

Hasil studi melalui tulisan-tulisan Jansen tentang Santo Agustinus banyak menyedot perhatian orang.[3] Karyanya yang berjudul Augustinus tersebut terdiri dari tiga bagian dan diterbitkan pada tahun 1640.[1][3] Dalam karyanya itu, Jansen menyajikan analisis yang saksama tentang pemikiran-pemikiran Agustinus mengenai doktrin pre-determinasi dan kedosaan manusia, dan rahmat keselamatan Allah melalui Yesus Kristus.[3] Hal inilah yang menyebabkan bukunya yang berjudul Augustinus ini dimasukkan dalam Indeks Buku-buku Terlarang oleh Paus Urbanus VIII pada tahun 1643.[1][3][5]

Selain itu, pada tahun 1653 dalam bullanya Cum Occasione, Paus Innocentius X mengutuk proposisi-proposisi yang berasal dari Jansen, khususnya yang berkaitan dengan doktrin pre-determinasi.[3][4][5] Pandangan Jansen mengenai pre-determinasi dianggap sebagai bidaah, termasuk tindakan Paus Klemens XI pada 1713 yang mengutuk karya-karya Jansenis.[3][5]

Kaum Jansenis memiliki prinsip yang teguh bahwa absolusi hanya diberikan kepada orang-orang yang sungguh-sungguh mampu membuktikan pertobatannya.[1][3] Mereka juga berpandangan bahwa komuni harus diterima dengan penuh khidmat dan hormat.[1][3] Jansenisme juga menganjurkan praktik-praktik kemiskian/kesederhanaan, matiraga dan askese yang kuat untuk memperoleh kesucian.

Akhir Riwayat

[sunting | sunting sumber]

Selama abad XVIII, para pengikut Jansen mengalami penganiayaan berat di Prancis.[3] Walaupun ditentang keras, gerakan Jansenisme tetap bertahan di bawah kepemimpinan tokoh-tokoh seperti Antoine Arnauld dan Jean Du Vergier dan Blaise Pascal (1623-1662).[3]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d e f g h H. Berkhof, H. Enklaar. Sejarah Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.
  2. ^ Jan S. Aritonang. Berbagai Aliran di dalam dan di sekitar Gereja. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1995.
  3. ^ a b c d e f g h i j k l m n o Michael Collins & Matthew A. Price. Millenium The Story of Christianity: Menelusuri Jejak Kristianitas. Yogyakarta: Kanisius, 2006.
  4. ^ a b c Jean Comby with Diarmaid MacCulloch. How to Read Church History Vol. 2 From the Reformation to the present day. New York: Crossroad, 1989.
  5. ^ a b c d Williston Walker. A History of The Christian Church. New York: Charles Scribner's Sons, 1946.

Bibliografi (Prancis)

[sunting | sunting sumber]

  • Jean-Pierre Chantin, Le jansénisme, CERF.
  • Bernard Cottret, Monique Cottret et Marie-José Michel (éd.), Jansénisme et puritanisme, actes du colloque du 15 septembre 2001, tenu au Musée national des Granges de Port-Royal-des-Champs, préface de Jean Delumeau, Paris, Nolin 2002.
  • Monique Cottret, Jansénismes et Lumières. Pour un autre XVIIIè siècle, Albin Michel, Paris, 1998.
  • Louis Cognet, Le jansénisme, PUF, collection « Que sais-je ? », 1967.
  • Marie-José Michel, Jansénisme et Paris, Klincksieck, 2000.
  • Catherine Maire, De la cause de Dieu à la cause de la Nation. Le jansénisme au XVIIIe siècle, Paris, Gallimard, 1998.
  • René Taveneaux, Le Jansénisme en Lorraine, 1640-1789, J. Vrin, 1960.
  • René Taveneaux, Jansénisme et politique, A. Colin, 1965.
  • René Taveneaux, Jansénisme et prêt à intérêt, J. Vrin, 1977.
  • René Taveneaux, La Vie quotidienne des jansénistes aux xviie et xviiie siècles, Hachette, 1985.
  • Dale K. Van Kley, Les origines religieuses de la Révolution française 1560-1791, traduit de l'anglais par Alain Spiess, Paris, Éd. du Seuil, coll. « L'univers historique », 2002.
  • Léopold Willaert, Les origines du Jansénisme dans les Pays-Bas catholiques, Bruxelles, 1948.
  • Monique Cottret, "Aux origines du républicanisme janséniste: le mythe de l'Eglise primitive et le primitivisme des Lumières", R.H.M.C. Paris, 1983, pp. 99–115.
  • Monique Cottret,"Voltaire au risque du jansénisme. Le Siècle de Louis XIV à l'épreuve du jansénisme", Voltaire et le Grand Siècle, sous la direction de Jean Dagen et Anna-Sophie Barrovecchio, Voltaire Foundation, Oxford, 2006, pp. 387–397.
  • Jean-Louis Quantin, « Augustinisme, sexualité et direction de conscience: Port-Royal devant les tentations du duc de Luynes » in Revue d’histoire des religions, 2e trimestre 2003
  • Catherine Maire, "Les jansénistes et le millénarisme. Du refus à la conversion", Revue Annales. Histoire, Sciences sociales, n°1-2008 (published by the EHESS, ISBN 978-2-7132-2177-4)

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]