PSIS Semarang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 273: Baris 273:
* {{flagicon|Indonesia}} [[Ahmad Ilyas]] ([[PPSM Magelang]])
* {{flagicon|Indonesia}} [[Ahmad Ilyas]] ([[PPSM Magelang]])
* {{flagicon|Indonesia}} [[Syaiful Amar]] ([[Persik Kendal]])
* {{flagicon|Indonesia}} [[Syaiful Amar]] ([[Persik Kendal]])
* {{flagicon|Indonesia}} [[Noor Hadi]] ([[Persijap Jepara]])
* {{flagicon|Indonesia}} [[Yogi Ardianto]] (Free Agent)
* {{flagicon|Indonesia}} [[Yogi Ardianto]] (Free Agent)
{{end-col}}
{{end-col}}

Revisi per 6 Maret 2015 05.28

PSIS Semarang
Logo PSIS
Nama lengkapPersatuan Sepak Bola
Indonesia Semarang
JulukanLaskar Mahesa jenar
'
Berdiri18 Mei 1932
StadionJatidiri, Semarang.
(Kapasitas: 25.000)
PemilikPT. Mahesa Jenar
Ketua UmumIndonesia Yoyok Sukawi
ManajerIndonesia Adi Saputro
PelatihIndonesia M. Dhofir
Asisten PelatihDwi Setyawan
LigaDivisi Utama PT Liga Indonesia
Kelompok suporterPanser Biru Snex Mania
Kostum kandang
Kostum tandang

Persatuan Sepak Bola Indonesia Semarang atau PSIS Semarang adalah klub sepak bola yang bermarkas di kota Semarang, Indonesia dengan tempat berlatih dan bertanding di Stadion Jatidiri Semarang. Julukan klub ini adalah "Laskar Mahesa Jenar". PSIS Semarang adalah klub pertama di Liga Indonesia yang pernah menjadi juara Divisi Utama (1999) dan kemudian terdegradasi ke divisi I pada musim berikutnya (2000). PSIS kemudian berhasil menjuarai kompetisi Divisi I nasional (2001), dan berhak berlaga kembali di kompetisi Divisi Utama Liga Indonesia. PSIS Semarang juga tercatat sebagai klub ketiga yang pernah menjuarai Liga Perserikatan dan Divisi Utama Liga Indonesia, setelah Persib Bandung dan Persebaya Surabaya. Tahun 2014 PSIS Semarang terlibat permainan "sepakbola gajah" saat bertanding melawan PSS Sleman yang membuahkan sanksi degradasi dan hukuman bagi pelatih dan para pemainnya.

Sejarah

Sejarah tim sepak bola kota Semarang telah berlangsung sejak lama ketika kota ini masih berada di bawah kekuasaan pemerintah kolonial. Yang pertama tercatat adalah team sepak bola UNION yang berdiri tanggal 2 Juli 1911. UNION sendiri hanyalah sebutan bagi tim dengan nama Tionghoa Hoa Yoe Hwee Koan. Tim ini mendapatkan hak rechspersoon tahun 1917 dari pemerintah kolonial.

Selanjutnya ada pula tim bernama Comite Kampioens-wedstrijden Tionghoa (CKTH) dengan gedung olahraga di wilayah Seteran. Pada tahun 1926 tim ini berubah nama menjadi Hwa Nan Voetbalbond (HNV). Tercatat klub Hwa Nan ini bahkan telah melakukan pertandingan eksibisi dengan klub luar negeri asal Taiwan, Loh Hua Team Voetbalbond.

Di kalangan pendukung pribumi, perkumpulan yang menonjol adalah Tots Ons Doel (TOD) yang didirikan pada 23 Mei 1928, bermarkas di Tanggul Kalibuntang (sekarang Jl. Dr. Cipto). Dalam perjalanannya Tots Ons Doel berganti nama menjadi PS. Sport Stal Spieren (SSS). PS SSS inilah yang kemudian menjadi cikal bakal PSIS Semarang. Pada tahun 1930 team ini berganti nama menjadi Voetbalbond Indonesia Semarang (VIS) yang berlatih di lapangan Karimata Timur.

Setelah PSSI lahir pada 19 April 1930, Voetbalbond Indonesia Semarang berganti nama penjadi Persatuan Sepak bola Indonesia Semarang (PSIS) yang beranggotakan klub sepak bola Romeo, PSKM, REA, MAS, PKVI, Naga, RIM, RDS dan SSS sendiri. Adapun nama klub SSS kemudian berganti menjadi berbahasa Indonesia, Sport Supaya Sehat, sampai sekarang.

Julukan

  • Julukan pasukan: Laskar Mahesa Jenar
  • Julukan Fauna: Kuntul Perak (identitas resmi yang disandangkan oleh Pemerintah Kota Semarang dan dijadikan maskot PSIS Semarang.

Prestasi

Sejak pertama kali berdiri, PSIS sudah dikenal sebagai tim medioker di kompetisi Perserikatan Indonesia. Kurang maksimalnya dukungan dari Pemda yang (mungkin) mewakili karakteristik warga Semarang yang cenderung menyukai hasil yang didapat secara instan dan cepat puas sehingga prestasi tim ini pun tidak bagus tapi juga tidak bisa dikatakan jelek.

Terbukti PSIS baru bisa mencicipi gelar juara pada tahun 1987. Kala itu PSIS Semarang yang diperkuat Lagenda Besar Ribut Waidi mengalahkan Persebaya Surabaya di final kompetisi perserikatan PSSI dengan skor 1-0 melalui gol tunggal Syaiful Amri. Karena faktor terlalu cepat puas ini (apalagi ditambah keberhasilan punggawanya dalam merebut medali emas SEA Games yang pertama kali bagi Indonesia) maka di kompetisi berikutnya PSIS nyaris terjerumus dalam lubang degradasi ditambah dengan "campur tangan" Persebaya yang bermain untuk kalah 12-0 dari Persipura Jayapura. Untung saja PSIS masih mampu bertahan dan terus bertahan dengan peringkat tim medioker.

Prestasi tertinggi PSIS adalah ketika menjuarai Kompetisi Divisi Utama Perserikatan PSSI tahun 1987 dan Juara Liga Indonesia 1999. Pada musim 2006 PSIS menjadi runner-up Liga Indonesia dengan keberhasilan mencapai final Liga Indonesia, berhadapan dengan Persik Kediri di Stadion Manahan, Solo dan kalah melalui akhir perpanjangan waktu babak ke-2. Saat ini PSIS Semarang juga berstatus sebagai runner-up Piala Emas Bang Yos (PEBY) yang terakhir, diadakan di Jakarta akhir tahun 2006.

Liga Perserikatan

  • Tahun 1987 - Juara

Divisi Utama Liga Indonesia

(sebelum era Liga Super Indonesia di tahun 2008, Divisi Utama Liga Indonesia merupakan kasta tertinggi persepakbolaan Indonesia)

Divisi I Liga Indonesia

  • 2001 - Juara

Prestasi Lainnya

Kiprah PSIS di Liga Indonesia

Liga Indonesia I (Liga Dunhill) 1994-1995

PSIS berhasil mencapai peringkat 13 dari 17 tim Wilayah Timur.

PSIS yang walaupun sempat membuat sedikit kejutan seperti saat mengalahkan Persebaya 8-0 di Stadion Gelora 10 November Surabaya, tapi tetap saja prestasinya di papan tengah yang cenderung ke bawah. Ditambah lagi dengan sangat minimnya penonton yang tiba-tiba menurun drastis karena "kuningisasi" yang dilakukan gubernur Jawa Tengah saat itu dan di saat bersamaan prestasi saudara mudanya, BPD Jateng juga meningkat, jadilah PSIS sebagai tim yang ngenes. Juara Liga Tahun ini adalah Persib Bandung yang secara kontroversial mengalahkan Petrokimia Putra dengan skor tipis 1-0.

  • Total pertandingan: 32 (10 kali menang, 9 kali seri, 13 kali kalah)
  • Selisih gol: 28 gol memasukkan-43 gol kemasukan

Liga Indonesia II (Liga Dunhill) 1995-1996

Berhasil mencapai peringkat 10 dari 16 tim Wilayah Timur.

Prestasi PSIS masih stagnan di papan tengah, hanya saja dari segi penonton sudah mulai ada peningkatan. Hal ini disebabkan karena mulai masuknya pemain impor yang menarik penonton untuk menyaksikan aksinya serta seragam yang kembali ke warna kebesaran, biru. Ditambah lagi dengan campur tangan kekuasaan Gubernur Jateng saat itu yang membuat tim BPD Jateng hanya boleh diisi oleh pemain PON yang miskin pengalaman dan bahkan saat pelatih mencoba untuk menurunkan pemain non-PON, dia pun dipecat dari pekerjaannya, padahal hasilnya adalah kemenangan. Juara Liga adalah Bandung Raya yang (juga) secara kontroversial mengalahkan PSM Makassar 2-0.

  • Total pertandingan: 30 (10 kali menang, 7 kali seri, 13 kali kalah)
  • Selisih gol: 37 gol memasukkan-41 gol kemasukan

Liga Indonesia III (Liga Kansas) tahun 1996

Ada sedikit peningkatan prestasi PSIS dengan hampir menembus babak 12 besar. Gairah sepak bola Semarang pun seolah bangkit dari tidurnya. Dukungan dari pemerintah mengalir dan penonton pun semakin membanjir. Stadion Jatidiri (kapasitas 25.000) yang di LI I hanya mencatat rata-rata penonton 500 orang dan di LI II dengan rata-rata penonton 15.000 orang, kali ini selalu penuh (25.000 orang). Juara Liga adalah Persebaya yang mengalahkan Bandung Raya 3-1.

Liga Indonesia IV 1997-1998

Berhasil mencapai peringkat 6 dari 11 tim Wilayah Tengah (sebelum dihentikan).

Imbas dari prestasi yang meningkat membuat PSIS mulai bergairah dan diperhitungkan di kancah sepak bola nasional. Sayang sekali saat itu liga harus dihetikan karena krisis ekonomi yang melanda bangsa Indonesia.

  • Total pertandingan: 16 (4 kali menang, 8 kali seri, 4 kali kalah)
  • Selisih gol: 17 gol memasukkan-24 gol kemasukan

Liga Indonesia V 1998-1999

Puncak prestasi dari PSIS. Dilatih oleh Edi Paryono, setelah mencapai peringkat 2 dari 5 tim Grup D dan kemudian runner-up Grup F (10 Besar), PSIS akhirnya menggondol gelar juara setelah di final yang menjadi "partai usiran" karena harus terbang ke Manado dengan semangat balas budi atas meninggalnya 11 orang suporter PSIS di Manggarai, PSIS bermain kesetanan dan mengalahkan Persebaya dengan skor tipis 1-0 melalui gol Tugiyo di injury time babak kedua. Sayang sekali prestasi ini sepertinya kurang bernilai karena liga saat itu dibagi oleh banyak grup (3 wilayah 5 grup). PSIS berhak mewakili Indonesia ke Piala Champions Asia dan sayangnya langsung tunduk dari Suwon Samsung Bluewings dengan skor 3-2 di kandang dan 6-2 saat tandang.

  • Total pertandingan: 14 (7 kali menang, 3 kali seri, 4 kali kalah)
  • Selisih gol: 18 gol memasukkan-13 gol kemasukan

Liga Indonesia VI 1999-2000

Turun ke peringkat 13 dari 14 tim Wilayah Timur.

Terlena dengan gelar yang sudah diraih, memasuki Liga Indonesia VI tahun 1999, PSIS terlambat menyiapkan tim dan dukungan dana tiba-tiba macet. Kerusuhan di partai pembukaan saat PSIS takluk dari Barito Putra 2-0 seakan menjadi tanda-tanda yang tidak baik. Dan ternyata semua itu terbukti, kenyataan pahit itupun harus diambil. PSIS degradasi ke Divisi I, sekaligus mencatatkan diri sebagai tim pertama di Indonesia yang terdegradasi setelah menjuarai kompetisi sebelumnya.

  • Total pertandingan: 26 (6 kali menang, 6 kali seri, 14 kali kalah)
  • Selisih gol: 22 gol memasukkan-32 gol kemasukan

Liga Indonesia VII 2000-2001

PSIS bermain di Divisi I. Tersentak oleh kenyataan pahit tersebut, manajemen tim pun bertindak. PSIS harus kembali ke Divisi Utama, begitu tekad mereka. Dan ternyata tekad itu terwujud, PSIS menjadi juara Kompetisi Divisi I tahun 2000 sekaligus kembali promosi ke Divisi Utama. Tahun ini ditandai pula dengan berdirinya komunitas suporter PSIS bernama Panser Biru. Serta merta melalui kerja keras PSIS bangkit dan melalui konsistensi permainannya gelar juara Divisi I tahun 2001 pun berhasil diraih. PSIS Semarang kembali ke Divisi Utama.

  • Total pertandingan: 16 (12 kali menang, 2 kali seri, 2 kali kalah)
  • Selisih gol: 24 gol memasukkan-9 gol kemasukan

Liga Indonesia VIII Bank Mandiri 2002

Meraih peringkat 8 dari 12 tim Wilayah Timur PSIS tetap menempati posisi papan tengah seperti biasanya. Tidak ada sesuatu yang spesial, semuanya datar-datar saja. Liga Indonesia VIII tahun 2002 (Liga Bank Mandiri), PSIS masih belum beranjak dari papan tengah dan bahkan nyaris degradasi. Untung saja 2 kemenangan kandang terakhir menyelamatkan PSIS dari jurang degradasi. Juara tahun ini adalah Petrokimia Putra yang pada final mengalahkan Persita Tangerang 2-1 melalui perpanjangan waktu.

  • Total pertandingan: 22 (8 kali menang, 6 kali seri, 8 kali kalah)
  • Selisih gol: 20 gol memasukkan-25 gol kemasukan

Liga Indonesia IX Bank Mandiri 2003

Mencapai peringkat 13 dari 20 tim. Sejak Liga Indonesia tahun kompetisi 2003 PSIS mempercayakan jabatan manajer tim kepada Yoyok Sukawi. Di bawah kepemimpinannya, PSIS mengalami beberapa perubahan yang signifikan, antara lain dengan mengontrak pelatih Daniel Roekito, dan mengganti beberapa pemain, dengan tujuan agar mampu mencapai hasil maksimal di kancah Liga Indonesia 2003.

Bersamaan dengan diadakannya Piala Emas Bang Yos (PEBY) I di Jakarta, PSIS memanfaatkan ajang ini untuk menyeleksi dan mematangkan skuat pemain yang ada untuk menghadapi Liga Indonesia tahun berikutnya.

Tahun 2003, menjadi tonggak sejarah di mana semua peserta saling bertemu karena sistem turnamen yang tidak membagi wilayah lagi. Alih-alih berprestasi, PSIS masih belum mampu beranjak dari papan tengah ke bawah. Juara Liga tahun ini adalah Persik Kediri yang fenomenal karena pada tahun sebelumnya berada di Divisi I. Liga Indonesia X (Liga Bank Mandiri) tahun 2004, masih dengan format satu wilayah. prestasi PSIS mulai menanjak naik walaupun belum bisa meraih gelar juara yang pada tahun ini diraih oleh Persebaya. Liga Indonesia XII ( Liga Djarum Indonesia tahun 2005), prestasi PSIS semakin membaik. Di tangan pelatih Bambang Nurdiansyah, PSIS berhasil meraih posisi ketiga. Sebenarnya hasil yang dicapai bisa lebih baik kalau saja di partai 8 besar wasit bisa lebih netral saat PSIS jumpa dengan tuan rumah Persija Jakarta dan Persebaya Surabaya melakukan hal yang mencoreng sepak bola nasional dan menghilangkan kesempatan juara PSIS dengan mogok main. Pada tahun ini ada sesuatu yang baru di mana Piala Indonesia (Copa Dji Sam Soe) untuk pertama kali dimainkan. Sayangnya PSIS hanya sampai babak 16 besar karena terhenti langkahnya oleh Persijap Jepara.

  • Total pertandingan: 38 (14 kali menang, 8 kali seri, 16 kali kalah)
  • Selisih gol: 43 gol memasukkan-45 gol kemasukan

Liga Indonesia X 2004

Mencapai peringkat 10 dari 18 tim. Pada Liga Indonesia tahun 2004, dengan suntikan tenaga pemain baru, baik lokal maupun asing, ditambah polesan tangan pelatih Cornelis Sutadi dan asisten pelatih Bonggo Pribadi, PSIS mengarungi kerasnya persaingan di Liga Indonesia 2004. Di pertengahan tahun kompetisi 2004, manajemen PSIS menilai perlu dilakukan perombakan tim. Jabatan Pelatih Kepala diserahkan kepada Herry Kiswanto. Beberapa pemain baru pun dikontrak untuk menambah kekuatan tim.

Pada turnamen PEBY II, PSIS kembali diundang, dan menjadikan ajang ini sebagai tahapan pemantapan komposisi pemain untuk menghadapi Liga Indonesia tahun 2005.

  • Total pertandingan: 34 (12 kali menang, 10 kali seri, 12 kali kalah)
  • Selisih gol: 35 gol memasukkan-34 gol kemasukan

Liga Indonesia 2005

Peringkat 3 dari 14 tim Wilayah 1, Runner Up Grup Barat (8 Besar), juara 3.

Liga Indonesia 2005 kembali dibagi menjadi 2 wilayah. PSIS termasuk di Wilayah I atau Barat. Masih dikomandani oleh Yoyok Sukawi sebagai Manajer Tim, Bambang Nurdiansyah (Pelatih Kepala), PSIS memiliki optimisme tinggi menyambut Liga Indonesia 2005. PSIS berhasil melaju ke putaran 8 Besar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta. Meski dirugikan oleh kejadian mundurnya Persebaya dari putaran ini, PSIS sukses mencapai peringkat 3 untuk Liga Indonesia tahun 2005.

  • Total pertandingan: 30 (13 kali menang, 12 kali seri, 5 kali kalah)
  • Selisih gol: 41 gol memasukkan-23 gol kemasukan

Liga Indonesia 2006

Peringkat 3 dari 14 tim Wilayah 1, runner-up Grup A (8 Besar), runner-up kompetisi.

M. Ridwan

Di akhir tahun 2005, PSIS mengontrak pelatih Sutan Harhara untuk turut berpastisipasi di turnamen PEBY III dan juga untuk Liga Indonesia 2006 yang akan datang. Sebelum mengikuti PEBY III, PSIS diundang PSSI U-23, yang dipersiapkan untuk mengikuti SEA Games Manila, sebagai lawan latih tanding yang berlangsung di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung.

PEBY III menjadi ajang pembuktian keseriusan PSIS dalam persiapan menjelang Liga Indonesia 2006. PSIS kembali ke Semarang dengan keberhasilan menduduki posisi 3. Menghadapi Liga Indonesia 2006, PSIS terus melakukan persiapan dengan beberapa kali melakukan uji coba di Semarang, serta mengontrak pemain-pemain handal yang dibutuhkan tim untuk mencapai hasil maksimal.

Di pertengahan musim, PSIS mengganti pelatih Sutan Harhara dengan asistennya Bonggo Pribadi. PSIS melaju sampai ke partai puncak dan kalah dalam drama perpanjangan babak melawan Persik Kediri melalui gol Cristian Gonzalez.

  • Total pertandingan: 31 (16 kali menang, 5 kali seri, 10 kali kalah)
  • Selisih gol: 37 gol memasukkan-31 gol kemasukan

Liga Indonesia 2007

Prestasinya menurun dibanding 2 musim sebelumnya. Menghadapi Divisi Utama Liga Indonesia 2007 yang terdiri dari 36 tim untuk memperebutkan 18 tim yang berhak bermain di Liga Super Indonesia PSIS hanya menduduki peringkat 10 wilayah barat dengan mengumpulkan 13 menang, 10 seri , dan 11 kalah. Sedangkan klub yang berhak masuk Liga Super Indonesia adalah peringkat 9 dan sejatinya tidak berhak menikmati ketatnya persaingan LSI 2008.

Liga Indonesia 2008

Bersama PKT Bontang, Laskar Mahesa Jenar beruntung mengikuti Liga Super Indonesia 2008–09 menggantikan Persmin Minahasa dan Persiter Ternate yang tidak memenuhi 5 aspek BLI. Tanpa adanya dukungan dana APBD Pemkot Semarang dan ditinggal oleh bintang - bintangnya seperti M. Ridwan dan Khusnul Yakin yang hengkang ke Pelita Jaya, Emanuel De Porras yang memilih liga italia, dan imral usman, PSIS Semarang hanya mengandalkan para pemain muda. Akhirnya dengan sangat memalukan, PSIS menjadi juru kunci dengan menelan 21 kekalahan, 9 kali seri dan hanya sanggup menang 4 kali, dengan rekor kebobolan 62 gol.

Liga Indonesia 2009-2010

Tidak banyak yang dilakukan oleh Tim kebanggaan kota Lumpia ini selain hanya menduduki peringkat 6 grup 2 dan tidak berhak lolos ke babak 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia 2009–10

Liga Indonesia 2010-2011

Prestasi Tim kebanggaan kota Lumpia ini semakin terpuruk saja dengan hanya hanya menduduki peringkat 8 grup 2 (dari 13 tim) dan tentu saja kembali tidak berhak lolos ke babak 8 besar Divisi Utama Liga Indonesia 2010–11

Liga Indonesia 2011-2012

Di tengah kisruhnya sepak bola Indonesia, PSIS Semarang memilih bernaung di Divisi Utama Liga Indonesia 2011–12 (LPIS) dibawah bendera PT Liga Prima Indonesia Sportindo. finish di peringkat 5 grup2 dibawah tim - tim jawa tengah lainya seperti PSIR Rembang yang finish di peringkat 2 grup 2 dan PSCS Cilacap di peringkat 4 grup 2.

Liga Indonesia 2013

PSIS Semarang hijrah ke Divisi Utama Liga Indonesia 2013 yang dikelola PT. Liga Indonesia (LI). Kali ini ia menujukan prestasi yang lebih baik. Menghuni peringkat 3 grup 2, tim ini berhasil lolos ke babak ke dua. akan tetapi, cideranya Ronald Fagundez dan Addison Alves dibabak kedua yang tidak diimbangi kematangan para pemain muda, membuat Mahesa jenar hanya menjadi juru kunci , kalah dengan sang juara, Persebaya Surabaya, PSBS Biak Numfor, dan PS Bangka.

Di musim ini diwarnai Peristiwa Godong yang terjadi di Kabupaten Grobogan. Ketika melawan Persipur Purwodadi fans - fans PSIS dinilai meresahkan warga masyarakat kecamatan godong dengan melakukan penjarahan. Seusai pertandingan, fans - fans PSIS Semarang dicegat oleh warga setempat sehingga tidak dapat kembali ke Semarang selama belasan jam. Baru setelah pihak yang berwajib turun tangan para fans yang tertahan bisa dievakuasi. Peristiwa lain adalah dipecatnya imral usman dan Morris Power dari tim setelah terjadi mangkir karena keterlambatan pembayaran gaji.

Liga Indonesia 2014

PSIS Semarang yang diperkuat dua pemain asing Julio Alcorsé dan Ronald Fagundez memulai Divisi Utama Liga Indonesia 2014 dengan luar biasa, memuncaki klasemen Grup 4, dengan hanya menantongi 1 kekalahan, hingga akhirnya lolos ke 8 besar. Di 8 Besar PSIS Semarang bermain luar biasa hingga belum selesai 8 besar pun, Tim asal kota Semarang ini sudah dipastikan melaju ke semifinal bersama PSS Sleman, termasuk kemenangan telak melawan Persiwa Wamena. juru gedor, Hari Nur Yulianto menjadi Pencetak gol Terbanyak ke-4 dengan 14 gol di bawah Abblode Yao Rudy (Persiwa Wamena,17 gol), Brima Pepito Sanusie (Martapura FC, 16 gol), dan Fernando Gaston Soler (Pusamania Borneo F.C.,15 gol), sedangkan striker Mahesa Jenar lainnya Julio Alcorsé di peringkat 7 dengan 13 gol.

Sepak Bola Gajah

Langkah yang susah payah dibangun sejak awal musim harus berakhir tragis di pertandingan akhir yang hanya memperebutkan posisi juara grup dan runner up dengan PSS Sleman. Elang Jawa dan PSIS Semarang terlibat sepakbola gajah dimana kedua klub sama - sama menginginkan kekalahan agar tidak bertemu dengan Pusamania Borneo F.C.. hingga terjadi peristiwa 5 gol bunuh diri dalam 7menit, dan akhirnya pertandingan berakhir dengan score 2-3 untuk kemenangan PSS Sleman. Manajemen berdalih melakukan hal tersebut karena menghindari mafia persepakbolaan Indonesia, mereka menilai Pusamania Borneo F.C. sudah diset untuk menjuarai Divisi Utama sehingga mereka hindari [1]. [2].. Namun apapun alasannya, sepak bola gajah tidak akan bisa diterima! terlebih hanya spekulasi saja. Akibat dari Skandal ini, Laskar Mahesa Djenar didiskualifikasi dari babak 8Besar. Sedangkan pelatih Eko Riyadi, Saptono, Fadli Manan dan Catur Adi Nugraha mendapat hukuman seumur hidup tak boleh bermain di sepakbola Indonesia dan denda masing - masing 100 juta Rupiah.

Daftar pemain

Berikut merupakan skuat PSIS Semarang untuk musim kompetisi 2015 Pelatih: Indonesia M. Dhofir

Catatan: Bendera menunjukkan tim nasional sesuai dengan peraturan FIFA. Pemain dapat memiliki lebih dari satu kewarganegaraan non-FIFA.

No. Pos. Negara Pemain
- GK Indonesia IDN Ega Rizky
25 GK Indonesia IDN Fajar Setya Jaya
? GK Indonesia IDN Syaiful Amar
5 DF Indonesia IDN Welly Siagian
- DF Indonesia IDN Yudha Pramana
- DF Indonesia IDN Anhar Latif Prayogo
- DF Indonesia IDN Andrianto Ariza
13 DF Indonesia IDN Fauzan Fajri
? DF Indonesia IDN Taufik Hidayat
? DF Indonesia IDN Yogi Ardianto
27 DF Indonesia IDN Safrudin Tahar
? DF Indonesia IDN Mochamad Arifin
? DF Indonesia IDN M Tegar Pribadi
No. Pos. Negara Pemain
7 MF Indonesia IDN Muhamad Yunus
11 MF Indonesia IDN Indra Setiawan
14 MF Indonesia IDN Rizky Yulian
15 MF Indonesia IDN Ediyanto
24 MF Indonesia IDN Ahmad Agung
87 MF Indonesia IDN Bakori Andreas
? MF Indonesia IDN Ahmad Ilyas
- MF Indonesia IDN Elmirio Andrestani
? MF Indonesia IDN Dani Raharjanto
22 FW Indonesia IDN Hari Nur Yulianto

Staff Kepelatihan

Posisi Staf
Pelatih Kepala Indonesia M. Dhofir
Assisten Pelatih Indonesia  ?
Pelatih Kiper Indonesia Achmad Heldi
Pelatih Fitnes Indonesia Sumardi Widodo
Manager tim Indonesia Adi Saputro

Sumber: suaramerdeka.com

Transfer Pemain 2015

Player In

Player Out

Pencetak Gol

Terbanyak per Musim

Pemain Legenda

Supporter dan Rivalitas

Supporter Pendukung PSIS Semarang menyebut diri mereka Panser Biru (Pasukan Pendukung Semarang Biru) [3] dan Snex (pendukung Semarang Ekstrim) pendukung yang paling bersemangat dan fanatik di Indonesia. Panser Biru Blue Panzer lahir pada tanggal 25 Maret 2001 dan melalui proses yang panjang. Ketika PSIS menjadi juara pada tahun 1999, Sebenarnya sudah banyak penggemar Laskar Mahesa Jenar di Semarang dan sekitarnya yang memberi dukungan loyal, tapi ketika belum terkoordinasi dengan baik. [4] Seiring dengan PSIS yang terdegradasi ke Divisi I, beberapa pendukung fans ingin membentuk sebuah organisasi yang terkoordinasi yang pertama di Semarang yang baik dan rapi. Oleh karena itu 22 Oktober 2000 di Gedung Berlian Semarang, sekitar 15 pendukung fanatik mengadakan konferensi pertama. Akhirnya setuju pada hari itu untuk mendirikan Forum Peduli PSIS Semarang. Mereka kemudian melanjutkan dilanjutkan dengan konferensi pada 29 Oktober 2000 yang dihadiri oleh sekitar 35 orang. Sampai pada akhirnya pada 5 November 2000 di GOR Tri Lomba Juang, membentuk Panser Biru. Biru berarti Warna Biru (warna kebanggaan PSIS Semarang Jersey) dan panser berarti Panzer / Tank menunjukkan berjuang dari PSIS Suporter. Snex (Pendukung Semarang Ekstrim) sebenarnya merupakan bagian dari Panser Biru, namun 20 Maret 2005 mereka menjadi sebuah organisasi independen.

Rivalitas

Rivalitas yang paling utama adalah persaingan dengan Persijap Jepara dengan pendukung mereka disebut Banaspati dan The Jet Man, klub dari kota berbeda tapi dari provinsi yang sama yaitu Jawa Tengah. derby antara keduanya disebut Derby Jawa Tengah , Derby itu adalah di derby yang paling panas dan emosional di Indonesia setelah Persija Jakarta dengan mereka The Jack vs Persib bandung dengan Bobotoh mereka. Telah terjadi beberapa kasus kekerasan termasuk tahun 2009, ketika kelompok Persijap Jepara pendukung akan pergi ke Jakarta (karena akan melawan Persija Jakarta), mereka dicegat di Semarang, 3 bus yang mereka tumpangi dilempari batu, 2 bus melewati dan 1 bus berhenti di Semarang, semua fans yang berada di bus mengalami luka-luka serius.[5] Beberapa pendukung PSIS Semarang juga pernah menyanyikan yel - yel pertandingan yang berisi ungkapan benci kepada warga Godong, Grobogan karena pernah dicegat di Purwodadi, Grobogan pada 5 Mei 2013. Sebenarnya masalah tersebut disebabkan oleh beberapa oknum supporter PSIS Semarang yang membuat beberapa keributan seperti mencuri dan menjarah warga ketika mereka hendak mengunjungi Purwodadi, Grobogan untuk mendukung kesebelasan kesayangannya, PSIS Semarang melawan Persipur Purwodadi. Ketika mereka pulang ke semarang, semua PSIS pendukung dicegat oleh waga Godong, Grobogan yang melampiaskan kemarahannya dan tidak dapat dievakuasi sampai 18 jam. [6]. Rival lainnya adalah dengan suporter Persip Kota Pekalongan. [7].

Referensi

Pranala luar