Lompat ke isi

Napoleon Bonaparte

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Napoleon I)
Napoleon I
Potret Napoleon di akhir usia tiga puluhan, mengenakan seragam militer putih dan biru tua berpangkat tinggi. Dalam gambar aslinya, ia berdiri di tengah perabotan mewah abad ke-18 yang sarat dengan kertas, dan menatap ke arah penonton. Rambutnya bergaya Brutus, dipotong pendek tetapi dengan poni pendek di depan, dan tangan kanannya terselip di rompi.
The Emperor Napoleon in His Study at the Tuileries, 1812
Kaisar Prancis
Pemerintahan Pertama18 Mei 1804 – 6 April 1814
PendahuluLouis XVII (sebagai Raja Prancis)
diri sendiri (sebagai Konsul Pertama Prancis)
PenerusLouis XVIII[a]
Pemerintahan
Kedua
20 Maret 1815  22 Juni 1815
PendahuluLouis XVIII [a]
PenerusLouis XVIII[a]
Konsul Pertama Republik Prancis
Masa jabatan
13 Desember 1799  18 Mei 1804
Menjabat bersama JJ Cambacérès dan Charles-François Lebrun
Sebelum
Pendahulu
diri sendiri
(sebagai konsul sementara bersama Emmanuel Joseph Sieyès dan Roger Ducos)
Pengganti
diri sendiri
(sebagai Kaisar Prancis)
Konsul Sementara Republik Prancis
Masa jabatan
10 November 1799  12 Desember 1799
Menjabat bersama Emmanuel Joseph Sieyès dan Roger Ducos
Daftar jabatan lainnya
Pelindung Konfederasi Rhine
Masa jabatan
12 Juli 1806  19 Oktober 1813
Raja Italia
Masa jabatan
17 Maret 1805  6 April 1814
Mediator Konfederasi Swiss
Masa jabatan
19 Februari 1803  19 Oktober 1813
Presiden Republik Italia
Masa jabatan
26 Januari 1802  17 Maret 1805
KelahiranNapoleone di Buonaparte
(1769-08-15)15 Agustus 1769
Ajaccio, Corsica, Prancis
Kematian5 Mei 1821(1821-05-05) (umur 51)
Longwood, Saint Helena
Pemakaman15 Desember 1840
Pasangan
    (m. 1796; batal. 1810)
      (m. 1810; pisah. 1814)
      Tanda tanganNapoleon I
      1000km
      620miles
      Saint Helena
      19
      Templat:Br entries
      Rochefort
      18
      Surrender of Napoleon on 15 July 1815
      Waterloo
      17
      Battle of Waterloo on 18 June 1815
      Elba
      16
      Exile to Elba from 30 May 1814 to 26 February 1815
      Dizier
      15
      Templat:Br entries
      Leipzig
      14
      Templat:Br entries
      Berezina
      13
      Battle of Berezina from 26 to 29 November 1812
      Borodino
      12
      Templat:Br entries
      Wagram
      11
      Templat:Br entries
      Somosierra
      10
      Pertempuran Somosierra pada tanggal 30 November 1808
      Friedland
      9
      Templat:Br entries
      Jena
      8
      Pertempuran Jena–Auerstedt pada 14 Oktober 1806
      Austerlitz
      7
      Pertempuran Austerlitz pada tanggal 2 Desember 1805
      Marengo
      6
      Pertempuran Marengo pada tanggal 14 Juni 1800
      Cairo
      5
      Templat:Br entries
      Malta
      4
      Invasi Prancis ke Malta dari 10 hingga 12 Juni 1798
      Arcole
      3
      Templat:Br entries
      Paris
      2
      13 Vendémiaire pada tanggal 5 Oktober 1795
      Toulon
      1
      Pengepungan Toulon (1793) dari 29 Agustus hingga 19 Desember 1793
      Peta
      Ubah skala peta layar penuh untuk melihat Saint Helena

      Napoleon Bonaparte[e] (lahir Napoleone di Buonaparte;[1][f] 15 Agustus 1769 – 5 Mei 1821), kemudian dikenal dengan nama kerajaannya Napoleon I, adalah seorang jenderal dan negarawan Prancis yang menjadi terkenal selama Revolusi Prancis dan memimpin serangkaian kampanye militer di seluruh Eropa selama Perang Revolusi Prancis dan Perang Napoleon dari tahun 1796 hingga 1815. Ia memimpin Republik Prancis sebagai Konsul Pertama dari tahun 1799 hingga 1804, kemudian memerintah Kekaisaran Prancis sebagai Kaisar Prancis dari tahun 1804 hingga 1814, dan sempat lagi pada tahun 1815. Dia adalah Raja Italia dari tahun 1805 hingga 1814 dan Pelindung Konfederasi Rhine dari tahun 1806 hingga 1813.

      Lahir di pulau Corsica dari keluarga asal Italia, Napoleon pindah ke daratan Prancis pada tahun 1779 dan ditugaskan sebagai perwira di Angkatan Darat Kerajaan Prancis pada tahun 1785. Ia mendukung Revolusi Prancis pada tahun 1789 dan mempromosikan tujuannya di Corsica. Ia naik pangkat dengan cepat setelah memenangkan pengepungan Toulon pada tahun 1793 dan mengalahkan pemberontak royalis di Paris pada 13 Vendémiaire pada tahun 1795. Pada tahun 1796 ia memimpin kampanye militer melawan Austria dan sekutu Italia mereka dalam Perang Koalisi Pertama, meraih kemenangan-kemenangan penting dan menjadi pahlawan nasional. Ia memimpin invasi Mesir dan Suriah pada tahun 1798 yang menjadi batu loncatan menuju kekuasaan politik. Pada bulan November 1799, Napoleon merencanakan Kudeta 18 Brumaire melawan Direktori Prancis dan menjadi Konsul Pertama Republik. Ia memenangkan Pertempuran Marengo pada tahun 1800, yang memastikan kemenangan Prancis dalam Perang Koalisi Kedua, dan pada tahun 1803 ia menjual wilayah Louisiana ke Amerika Serikat. Pada bulan Desember 1804, Napoleon menobatkan dirinya sendiri sebagai Kaisar Prancis, yang selanjutnya memperluas kekuasaannya.

      Gagalnya Perjanjian Amiens menyebabkan Perang Koalisi Ketiga pada tahun 1805. Napoleon menghancurkan koalisi tersebut dengan kemenangan telak di Pertempuran Austerlitz, yang menyebabkan pembubaran Kekaisaran Romawi Suci. Dalam Perang Koalisi Keempat, Napoleon mengalahkan Prusia di Pertempuran Jena–Auerstedt pada tahun 1806, mengawal Grande Armée nya ke Eropa Timur, dan mengalahkan Rusia pada tahun 1807 di Pertempuran Friedland. Berusaha untuk memperpanjang embargo perdagangan terhadap Inggris, Napoleon menyerbu Semenanjung Iberia dan mengangkat saudaranya Joseph sebagai Raja Spanyol pada tahun 1808, yang memicu Perang Semenanjung. Pada tahun 1809, Austria kembali menantang Prancis dalam Perang Koalisi Kelima, di mana Napoleon memperkuat cengkeramannya atas Eropa setelah memenangkan Pertempuran Wagram. Pada musim panas tahun 1812 ia melancarkan invasi ke Rusia, yang secara singkat menduduki Moskow sebelum melakukan penarikan mundur pasukannya yang dahsyat pada musim dingin itu. Pada tahun 1813 Prusia dan Austria bergabung dengan Rusia dalam Perang Koalisi Keenam, di mana Napoleon dikalahkan secara telak dalam Pertempuran Leipzig. Koalisi menyerang Prancis dan merebut Paris, memaksa Napoleon turun takhta pada bulan April 1814. Mereka mengasingkannya ke pulau Mediterania Elba dan mengembalikan kekuasaan Bourbon. Sepuluh bulan kemudian, Napoleon melarikan diri dari Elba dengan sebuah kapal brig, mendarat di Prancis dengan seribu orang, dan berbaris menuju Paris, sekali lagi mengambil alih kendali negara tersebut. Lawan-lawannya menanggapi dengan membentuk Koalisi Ketujuh, yang mengalahkannya di Pertempuran Waterloo pada bulan Juni 1815. Napoleon diasingkan ke pulau terpencil Saint Helena di Atlantik Selatan, di mana ia meninggal karena kanker perut pada tahun 1821, pada usia 51 tahun.

      Napoleon dianggap sebagai salah satu komandan militer terhebat dalam sejarah, dan taktik Napoleon masih dipelajari di sekolah-sekolah militer di seluruh dunia. Warisannya bertahan melalui reformasi hukum dan administrasi modern yang diberlakukannya di Prancis dan Eropa Barat, tertuang dalam Kode Napoleon. Ia mendirikan sistem pendidikan publik,[2] menghapuskan sisa-sisa feodalisme,[3] membebaskan kaum Yahudi dan minoritas agama lainnya,[4] menghapuskan Inkuisisi Spanyol,[5] memberlakukan prinsip kesetaraan di depan hukum bagi kelas menengah yang sedang berkembang,[6] dan memusatkan kekuasaan negara dengan mengorbankan otoritas agama.[7] Penaklukannya bertindak sebagai katalisator perubahan politik dan pengembangan negara bangsa. Namun, ia kontroversial karena perannya dalam perang yang menghancurkan Eropa, penjarahan wilayah taklukannya, dan catatannya yang beragam tentang hak-hak sipil. Ia menghapuskan kebebasan pers, mengakhiri pemerintahan perwakilan yang dipilih secara langsung, mengasingkan dan memenjarakan para pengkritik rezimnya, dan mengembalikan perbudakan di koloni-koloni Prancis, melarang masuknya orang kulit hitam dan mulatto ke Prancis, mengurangi hak-hak sipil perempuan dan anak-anak di Prancis, memperkenalkan kembali monarki dan bangsawan turun-temurun,[8][9][10] dan secara keras menekan pemberontakan rakyat terhadap pemerintahannya.[11]

      Asal-usul dan pendidikan

      [sunting | sunting sumber]
      Ayah Napoleon, Carlo Buonaparte adalah perwakilan Korsika di Kerajaan Louis XVI.

      Napoleon Bonaparte adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Ia lahir di Casa Buonaparte, di kota Ajaccio, Korsika, pada tanggal 15 Agustus 1769, satu tahun setelah kepulauan tersebut diserahterimakan Republik Genova kepada Prancis.[12] Ia lahir dengan nama Napoleone di Bounaparte, tetapi pada usia 20 tahun ia mengubah namanya menjadi Napoléon Bonaparte.[13][note 1]

      Wangsa Bounaparte adalah keluarga bangsawan yang berasal dari Italia, yang pindah ke Korsika pada abad ke-16/[15] Ayahnya, Nobile Carlo Buonaparte, seorang pengacara, pernah menjadi perwakilan korsika saat Louis XVI berkuasa pada tahun 1777. Ibunya bernama Maria Letizia Bonaparte. Ia memiliki seorang kakak, Joseph; dan 5 adik, yaitu Lucien, Elisa, Louis, Pauline, Caroline, dan Jérôme. Napoleon dibaptis sebagai Katolik beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang kedua, tepatnya pada tanggal 21 Juli 1771 di Katedral Ajaccio.[16]

      Kebangsawanan, kekayaan, serta koneksi keluarganya yang luas memberikan Napoleon kesempatan yang besar untuk belajar hingga ke jenjang yang tinggi.[17] Pada bulan Januari 1779, Napoleon didaftarkan pada sebuah sekolah agama di Autun, Prancis, untuk belajar bahasa Prancis, dan pada bulan Mei ia mendaftar di sebuah akademi militer di Brienne-le-Château. Di sekolah, ia berbicara dengan logat Korsika yang kental sehingga ia sering dicemooh oleh teman-temannya; memaksanya untuk belajar.[18] Napoleon pintar matematika, dan cukup memahami pelajaran sejarah dan geografi.[19] Setelah menyelesaikan pendidikannya di Brienne pada tahun 1784, Napoleon mendaftar di sekolah elit École Militaire di Paris. Di sana ia dilatih menjadi seorang perwira artileri. Ketika bersekolah di sana, ayahnya meninggal. Ia pun dipaksa menyelesaikan sekolah yang normalnya memakan waktu dua tahun itu menjadi satu tahun. Ia diuji oleh ilmuwan terkenal Pierre-Simon de Laplace, yang di kemudian hari ditunjuk oleh Napoleon untuk menjadi anggota senat.[20]

      Karier militer

      [sunting | sunting sumber]
      Lukisan terkenal Napoleon Melintasi Alpen, karya Jacques-Louis David.

      Ia menjadi siswa di Akademi Militer Brienne tahun 1779 pada usia 10 tahun, kecerdasannya membuat Napoleon lulus akademi di usia 15 tahun. Karier militernya menanjak pesat setelah dia berhasil menumpas kerusuhan yang dimotori kaum pendukung royalis dengan cara yang sangat mengejutkan: menembakkan meriam di kota Paris dari atas menara. Peristiwa itu terjadi tahun 1795 saat Napoleon berusia 26 tahun. Berbagai perang yang dimenangkannya diantaranya melawan Austria dan Prusia.

      Kembali ke Korsika

      [sunting | sunting sumber]
      Bonaparte, 23 tahun, sebagai letnan kolonel batalyon Korsika. Lukisan dibuat tahun 1835 oleh Henri Félix Emmanuel Philippoteaux

      Setelah lulus pada bulan September 1785, Bonaparte ditugaskan menjadi letnan dua di resimen artileri La Fère. Ia bertugas di Valence dan Auxonne hingga pecahnya Revolusi Perancis pada tahun 1789, sehingga ia menghabiskan masa cuti yang panjang di Korsika yang memperkuat nasionalisme Korsikanya.[21][22] Pada bulan September 1789, dia kembali ke Korsika dan mempromosikan perjuangan revolusioner Perancis. Pasquale Paoli kembali ke pulau itu pada bulan Juli 1790, tetapi dia tidak bersimpati pada Bonaparte, karena dia menganggap ayahnya pengkhianat karena meninggalkan perjuangan kemerdekaan Korsika.[23][24]

      Bonaparte terjerumus ke dalam perjuangan tiga arah yang kompleks antara kaum royalis, kaum revolusioner dan nasionalis Korsika. Ia menjadi pendukung Jacobin dan bergabung dengan Republikan Korsika yang pro-Prancis dan menentang kebijakan Paoli dan aspirasinya untuk memisahkan diri.[25] Dia diberi komando atas satu batalyon sukarelawan Korsika dan dipromosikan menjadi kapten tentara reguler pada tahun 1792, meskipun cutinya telah habis dan terjadi perselisihan antara sukarelawannya dan garnisun Prancis di Ajaccio.[26][27]

      Pada bulan Februari 1793, Bonaparte ikut serta dalam ekspedisi Perancis yang gagal ke Sardinia. Kemudian muncul tuduhan bahwa Paoli telah menyabotase ekspedisi tersebut. Pada awal Juni, Bonaparte dan 400 tentara Prancis gagal merebut Ajaccio dari sukarelawan Korsika dan pulau itu kini dikuasai oleh pendukung Paoli. Ketika Bonaparte mengetahui bahwa majelis Korsika telah mencekal dia dan keluarganya, keluarga Buonaparte melarikan diri ke Toulon di daratan Prancis.[28][29]

      Pengepungan Toulon

      [sunting | sunting sumber]
      Bonaparte saat Pengepungan Toulon, 1793, oleh Edouard Detaille

      Bonaparte kembali ke resimennya di Nice dan diangkat menjadi kapten baterai pesisir.[30] Pada bulan Juli 1793, ia menerbitkan sebuah pamflet, Le super de Beaucaire (Perjamuan di Beaucaire), yang menunjukkan dukungannya terhadap Konvensi Nasional yang sekarang sangat dipengaruhi oleh kaum Jacobin.[31][32]

      Pada bulan September, dengan bantuan rekannya dari Korsika, Antoine Christophe Saliceti, Bonaparte ditunjuk sebagai komandan artileri pasukan republik yang dikirim untuk merebut kembali pelabuhan Toulon yang diduduki oleh pasukan Sekutu. Dia dengan cepat meningkatkan jumlah artileri yang tersedia dan mengusulkan rencana untuk merebut benteng bukit di mana senjata republik dapat mendominasi pelabuhan kota dan memaksa Sekutu untuk mengungsi. Rencana itu akhirnya berhasil sehingga pada tanggal 17 Desember, pasukan Republik mampu merebut pelabuhan Toulon.[33]

      Peristiwa Toulon membuat Bonaparte menjadi perhatian orang-orang berkuasa termasuk Augustin Robespierre, adik dari Maximilien Robespierre, seorang Jacobin terkemuka. Dia dipromosikan menjadi brigadir jenderal dan ditugaskan di pertahanan di pantai Mediterania. Pada bulan Februari 1794, ia diangkat menjadi komandan artileri Angkatan Darat Italia dan menyusun rencana untuk menyerang Kerajaan Sardinia.[34][35]

      Tentara Prancis melaksanakan rencana Bonaparte dalam Pertempuran Saorgio Kedua pada bulan April 1794, dan kemudian maju untuk merebut Ormea di pegunungan. Dari Ormea, pasukan ini menuju ke barat untuk mengepung posisi Austro-Sardinia di sekitar Saorge. Setelah kampanye ini, Augustin Robespierre mengirim Bonaparte dalam misi ke Republik Genoa untuk mengetahui niat negara tersebut terhadap Prancis.[36][37]

      13 Vendémiaire

      [sunting | sunting sumber]
      Etching of a street, there are many pockets of smoke due to a group of republican artillery firing on royalists across the street at the entrance to a building
      Journée du 13 Vendémiaire, tembakan artileri di depan Saint-Roch, Paris, Rue Saint-Honoré

      Setelah Jatuhnya Maximilien Robespierre pada Juli 1794, hubungan Bonaparte dengan pemimpin Jacobin membuatnya dicurigai secara politik oleh rezim yang baru. Dia ditangkap pada tanggal 9 Agustus tetapi dibebaskan dua minggu kemudian. Dia diperintahkan untuk menyusun rencana untuk menyerang posisi Italia sebagai bagian dari perang Perancis dengan Austria dan pada bulan Maret 1795, dia mengambil bagian dalam ekspedisi untuk mengambil kembali Korsika dari Inggris, tetapi Perancis berhasil dipukul mundur oleh Angkatan Laut Kerajaan.[38]

      Sejak tahun 1794, Bonaparte menjalin hubungan romantis dengan Désirée Clary yang mana saudara perempuannya Julie Clary menikah dengan kakak laki-laki Bonaparte, Joseph. Pada bulan April 1795, Bonaparte ditugaskan ke Angkatan Darat Barat, yang terlibat dalam Perang di Vendée—perang saudara dan kontra-revolusi royalis di wilayah Vendée. Sebagai komando infanteri, ia diturunkan pangkatnya dari jenderal artileri dan ia mengaku kesehatannya buruk sehingga ia tidak bisa ditempatkan di sana.[39] Selama periode ini, ia menulis novel romantis Clisson et Eugénie, tentang seorang prajurit dan kekasihnya, yang sangat mirip dengan hubungan Bonaparte sendiri dengan Clary.[40]

      Pada bulan Agustus, ia memperoleh posisi di Biro Topografi di mana ia bekerja pada perencanaan militer.[40] Pada tanggal 15 September, Bonaparte dikeluarkan dari daftar jenderal dalam dinas reguler karena menolak bertugas dalam kampanye Vendée.[41] Dia meminta pemindahan ke Konstantinopel untuk menawarkan jasanya kepada Sultan Selim III. Permintaan itu akhirnya dikabulkan, tapi dia tidak pernah mengambil jabatan itu.[42][43]

      Pada tanggal 3 Oktober, kaum royalis di Paris mendeklarasikan pemberontakan melawan Konvensi Nasional.[44] Paul Barras, pemimpin Reaksi Thermidorian, mengetahui rekam jejak militer Bonaparte di Toulon dan menjadikannya orang kedua dalam komando pasukan untuk mempertahankan konvensi di Istana Tuileries. Bonaparte telah menyaksikan pembantaian Garda Raja Swiss selama Pemberontakan 10 Agustus 1792 di sana tiga tahun sebelumnya dan menyadari bahwa artileri akan menjadi kunci pertahanannya. Dia memerintahkan seorang perwira kavaleri muda, Joachim Murat, untuk merebut meriam dan Bonaparte menempatkan mereka di posisi-posisi penting. Pada tanggal 5 Oktober 1795—13 Vendémiaire An IV pada kalender republik Prancis—dia menembaki para pemberontak dengan peluru tabung (kemudian disebut: "grapeshot"). Sekitar 300 hingga 1.400 pemberontak tewas dalam pemberontakan tersebut.[45]

      Peran Bonaparte dalam mengalahkan pemberontakan membuat dia dan keluarganya mendapat perlindungan dari pemerintahan baru, Direktori Prancis. Pada tanggal 26 Oktober, ia dipromosikan menjadi komandan Angkatan Darat Dalam Negeri, dan pada bulan Januari 1796 ia diangkat menjadi kepala Angkatan Darat Italia.

      Dalam beberapa minggu setelah pemberontakan Vendémiaire, Bonaparte terlibat hubungan asmara dengan Joséphine de Beauharnais, mantan simpanan Barras. Josephine dilahirkan di koloni Perancis di Antilles Kecil, dan keluarganya memiliki budak di perkebunan gula. Pasangan ini menikah pada tanggal 9 Maret 1796 dalam sebuah upacara sipil. Bonaparte sekarang terbiasa menyebut dirinya "Napoleon Bonaparte" daripada menggunakan frasa Italia "Napoleone di Buonaparte".[46][47][48]

      Kampanye Italia Pertama

      [sunting | sunting sumber]
      A three-quarter-length depiction of Bonaparte, with black tunic and leather gloves, holding a standard and sword, turning backwards to look at his troops
      Bonaparte at the Pont d'Arcole, oleh Baron Antoine-Jean Gros, sekitar 1801, Musée du Louvre, Paris

      Dua hari setelah pernikahannya, Bonaparte meninggalkan Paris untuk mengambil alih komando Angkatan Darat Italia. Dia melanjutkan serangan, berharap untuk mengalahkan Kerajaan Sardinia di Piedmont sebelum sekutu Austria mereka dapat melakukan intervensi. Dalam serangkaian kemenangan selama kampanye Montenotte, dia mengalahkan orang-orang Piedmont dari perang dalam waktu dua minggu. [49] Prancis kemudian memusatkan perhatian pada Austria, mengepung Mantua. Austria melancarkan serangan terhadap Perancis untuk memecahkan pengepungan, tetapi Bonaparte mengalahkan setiap upaya Austria mengirim bantuan. Napoleon memenangkan Pertempuran Castiglione, Pertempuran Bassano, Pertempuran Arcole dan Pertempuran Rivoli. Kemenangan Prancis di Rivoli pada Januari 1797 menyebabkan runtuhnya posisi Austria di Italia. Di Rivoli, Austria kehilangan 43% tentaranya yang tewas, terluka atau ditawan.[50][51]

      Prancis kemudian menyerbu jantung Wangsa Habsburg. Pasukan Prancis di Jerman Selatan telah dikalahkan oleh Adipati Charles Duke of Teschen pada tahun 1796, tetapi Charles menarik pasukannya untuk melindungi Wina setelah mengetahui serangan Bonaparte. Dalam pertemuan pertama mereka, Bonaparte mendorong Charles mundur dan menusuk jauh ke wilayah Austria setelah memenangkan Pertempuran Tarvis pada bulan Maret 1797. Khawatir dengan majunya pasukan Perancis yang mencapai Leoben, sekitar 100 km dari Wina, Austria menuntut perdamaian.[52][53]

      Perjanjian Leoben yang ditandatangani pada tanggal 18 April, memberi Perancis kendali atas sebagian besar Italia utara dan Negara-Negara Rendah serta berjanji untuk membagi Republik Venesia dengan Austria. Bonaparte bergerak menuju Venesia dan memaksanya menyerah, mengakhiri 1.100 tahun kemerdekaan Venesia. Dia memberi wewenang kepada Prancis untuk menjarah harta karun seperti Kuda Santo Markus.[54][55]

      Napoleon saat Pertempuran Rivoli, oleh Henri Félix Emmanuel Philippoteaux

      Dalam kampanye Italia ini, pasukan Bonaparte menangkap 150.000 tahanan, 540 meriam, dan 170 panji. Tentara Prancis melakukan 67 agresi dan memenangkan 18 pertempuran melalui teknologi artileri yang unggul dan taktik Bonaparte. Bonaparte mengekstraksi sekitar 45 juta poundsterling Perancis dari Italia selama kampanye, 12 juta poundsterling lainnya berupa logam mulia dan permata, serta lebih dari 300 lukisan dan patung.[56]

      Masa kejayaan

      [sunting | sunting sumber]

      Pada masa kejayaannya, Napoleon Bonaparte menguasai hampir seluruh dataran Eropa baik dengan diplomasi maupun peperangan. Diantaranya adalah Belanda dengan diangkatnya adiknya Louis Napoleon, Spanyol dengan diangkatnya Joseph Napoleon, Swedia dengan diangkatnya Jenderal Bernadotte sebagai raja yang kemudian melakukan pengkhianatan, sebagian besar wilayah Italia yang direbut dari Austria dan Polandia dengan diangkatnya Joseph Poniatowski sebagai wali negara Polandia.

      Pernikahan

      [sunting | sunting sumber]

      Napoleon menikahi seorang janda bernama Joséphine de Beauharnais, kehidupan perkawinan Napoleon penuh dengan ketidakpercayaan dan perselingkuhan diantaranya perselingkuhan Napoleon dengan gadis Polandia Maria Walewska sampai akhirnya Joséphine menjadi istri yang setia. Karena usianya yang lebih tua, Joséphine tidak memberikan keturunan pada Napoleon yang kemudian diceraikannya. Kemudian menikah lagi dengan Putri Kaisar Austria Marie Louise dari Parma putri Kaisar Franz dari Jerman dan Austria yang mengikat persekutuan Austria dan Prancis yang dilakukan Kaisar Austria atas nasihat perdana menteri Matternich untuk menyelamatkan negaranya. Pernikahan itu berakhir dengan kekalahan Napoleon yang pertama dengan jatuhnya kota Paris akibat diserang Rusia, Austria dan Prusia serta dibuangnya Napoleon ke pulau Elba. Marie Louise sendiri dibawa pulang oleh ayahnya ke Wina.

      Reformasi

      [sunting | sunting sumber]
      Lukisan berjudul Bonaparte Before the Sphinx yang dilukis oleh Jean-Léon Gérôme, Hearst Castle pada tahun 1868.

      Napoleon melembagakan berbagai reformasi, seperti pendidikan tinggi, hukum pajak, sistem jalan dan saluran pembuangan, dan mendirikan Banque de France, bank sentral pertama dalam sejarah Prancis. Dia menegosiasikan Konkordat tahun 1801 dengan Gereja Katolik, yang berusaha untuk mendamaikan sebagian besar penduduk Katolik dengan rezimnya. Konkordat ini juga disajikan bersama Artikel Organik, yang mengatur ibadah umum di Prancis. Dia membubarkan Kekaisaran Romawi Suci sebelum penyatuan Jerman pada abad ke-19. Penjualan Wilayah Louisiana pada masanya ke Amerika Serikat, akhirnya menggandakan ukuran Amerika Serikat.

      Pada Mei 1802, ia melembagakan Legiun Kehormatan, pengganti dekorasi kebangsawanan yang lama dan ordo ksatria, untuk mendorong pencapaian sipil dan militer; ordo ini masih merupakan dekorasi tertinggi di Prancis.[57]

      Peperangan

      [sunting | sunting sumber]

      Dalam organisasi militer, Napoleon mengenalkan istilah korps, yang terdiri atas kumpulan divisi. Pembentukan korps ini juga didukung oleh besarnya pendaftaran tentara yang mengakibatkan jumlah tentara menjadi membengkak, sehingga diperlukan suatu kesatuan tentara yang lebih besar dari divisi.

      Napoleon juga dikenal dengan penggunaan artileri secara besar-besaran untuk menghancurkan tentara musuh, ketimbang menggunakan tentara infantri secara langsung. Dalam pemilihan artileri, Napoleon memilih artileri yang memiliki mobilitas tinggi agar bisa mendukung taktik manuver yang sering digunakannya dalam pertempuran. Salah satu artileri yang sering digunakan adalah meriam Sistem Tahun XI yang sebenarnya lebih merupakan inovasi dari meriam Sistem Gribeauval.

      Memori dan Evaluasi

      [sunting | sunting sumber]

      Tidak semua peperangan berhasil dimenangkan oleh Napoleon. Kegagalan dalam menginvasi daratan Mesir yang akibatnya berhadapan dengan kekuatan Inggris, Mamluk dan Utsmani. Meski di daratan gurun, Napoleon sukses mengalahkan tentara gabungan Utsmani dan Mamluk dalam Pertempuran Piramida, tetapi beberapa hari kemudian armada Prancis dikalahkan oleh armada Inggris di bawah pimpinan Laksamana Horatio Nelson di Teluk Aboukir. Armada Horatio Nelson untuk kedua kalinya berhasil mengalahkan armada Prancis. Kali ini pada pertempuran laut di Trafalgar antara armada Prancis-Spanyol yang dipimpin oleh Laksamana Villeneuve dengan armada Britania Raya yang dipimpin oleh Laksamana Nelson meskipun Nelson gugur dalam pertempuran ini (terkena tembakan sniper Prancis).

      Kegagalan dalam menginvasi Rusia karena ketangguhan dan kecerdikan strategi Jenderal Mikhail Illarionovich Kutuzov dan Tsar Aleksandr I dalam menghadapi pasukan Prancis dengan memanfaatkan musim dingin Rusia yang dikenal mematikan serta pengkhianatan Raja Swedia, Jenderal Bernadotte. Strategi Rusia dalam hal ini adalah membakar kota Moskow ketika Napoleon berhasil menaklukkan kota itu setelah melewati pertempuran melelahkan di Borodino dan mengharapkan sumber logistik baru. Kekalahan di Rusia diulangi lagi oleh Adolf Hitler dari Jerman pada Perang Dunia II.

      Kekalahan yang mengakhiri kariernya sebagai Kaisar Prancis setelah melarikan diri dari Pulau Elba dan memerintah kembali di Prancis selama 100 hari adalah kekalahan di Waterloo ketika berhadapan dengan kekuatan Inggris yang dipimpin Adipati Wellington, Belanda oleh Pangeran van Oranje dan Prusia yang dipimpin oleh Jenderal Blücher serta persenjataan baru hasil temuan Jenderal Shrapnel dari Inggris, yang mengakibatkan dia dibuang ke Pulau Saint Helena sampai wafatnya.

      Lihat pula

      [sunting | sunting sumber]

      Catatan penjelas

      [sunting | sunting sumber]
      1. Napoleon disebut Nabolione dalam bahasa Korsika.[14]

      Referensi

      [sunting | sunting sumber]
      1. Dwyer (2008a), hlm. xv.
      2. Grab (2003), hlm. 56.
      3. Broers, M.; Hicks, P.; Guimera, A. (2012). The Napoleonic Empire and the New European Political Culture. Springer. hlm. 230. ISBN 978-1-137-27139-6. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2 December 2023. Diakses tanggal 2 December 2023.
      4. Conner (2004), hlm. 38–40.
      5. Pérez, Joseph (2005). The Spanish Inquisition: A History. Yale University Press. hlm. 98. ISBN 978-0-300-11982-4. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2 December 2023. Diakses tanggal 2 December 2023.
      6. Fremont-Barnes & Fisher (2004), hlm. 336.
      7. Grab (2017), hlm. 204–11.
      8. Dwyer (2015a), hlm. 574–76, 582–84.
      9. Conner (2004), hlm. 32–34, 50–51.
      10. Bell (2015), hlm. 52.
      11. Repa, Jan (2 December 2005). "Furore over Austerlitz ceremony". BBC. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 20 April 2010. Diakses tanggal 5 April 2010.
      12. McLynn 1998, p.6
      13. Dwyer 2008, p.xv
      14. Asprey 2000, p.4
      15. McLynn 1998, h.2
      16. "Cathedral—Ajaccio". La Fondation Napoléon. Diakses tanggal 2008-05-31.
      17. Cronin 1994, p.27
      18. McLynn 1998, p.18
      19. Asprey 2000, p.13
      20. McLynn 1998, p.26
      21. Roberts (2014), Chapter 1, pp. 3–28.
      22. Zamoyski (2018), hlm. 36, 38
      23. Roberts (2014), Chapter 2, pp. 29–53.
      24. Zamoyski (2018), hlm. 41-46
      25. David Nicholls (1999). Napoleon: A Biographical Companion. ABC-CLIO. hlm. 131. ISBN 978-0-87436-957-1.
      26. McLynn (1997), hlm. 52-54
      27. Zamoyski (2018), hlm. 52-53
      28. Dwyer (2008a), hlm. 106-122
      29. McLynn (1997), hlm. 58-63
      30. Dwyer (2008a), hlm. 130
      31. Dwyer (2008a), hlm. 131-32
      32. Zamoyski (2018), hlm. 65-66
      33. Dwyer (2008a), hlm. 140-41
      34. Dwyer (2008a), hlm. 245-47
      35. Zamoyski (2018), hlm. 76-79
      36. Gueniffey (2015), hlm. 137–159.
      37. Dwyer (2008a), hlm. 147-52
      38. Dwyer (2008a), hlm. 155-57
      39. McLynn (1997), hlm. 92
      40. 1 2 Dwyer (2008a), hlm. 165-68
      41. McLynn (1997), hlm. 93
      42. Dwyer (2008a), hlm. 169
      43. Zamoyski (2018), hlm. 92
      44. McLynn (1997), hlm. 96
      45. Roberts (2014), hlm. 65-66
      46. Chandler (1966), hlm. 3.
      47. Dwyer (2008a), hlm. xv
      48. Broers (2015), hlm. 109
      49. Dwyer (2008a), hlm. 195, 204-206
      50. Bell (2015), hlm. 29.
      51. Dwyer (2008a), hlm. 245-50, 268-71
      52. Dwyer (2008a), hlm. 282–285
      53. Zamoyski (2018), hlm. 149-51
      54. McLynn (1997), hlm. 132
      55. Dwyer (2008a), hlm. 296
      56. Bell (2015), hlm. 30.
      57. Rafe., Blaufarb, (2007). Napoleon A Brief History with Documents. Bedford/Saint Martin's. hlm. 101–102. ISBN 978-1-319-24208-4. OCLC 1257076856. Pemeliharaan CS1: Banyak nama: authors list (link) Pemeliharaan CS1: Status URL (link) Pemeliharaan CS1: Tanda baca tambahan (link)

      Bacaan selanjutnya

      [sunting | sunting sumber]

      Pranala luar

      [sunting | sunting sumber]
      Napoleon Bonaparte
      Jabatan politik
      Didahului oleh:
      konsul dibentuk
      Konsulat Prancis
      1799-1804
      Diteruskan oleh:
      dirinya sebagai Kaisar
      Didahului oleh:
      Louis XVII
      de facto
      Kaisar Prancis
      1804-1814
      Diteruskan oleh:
      Louis XVIII
      Didahului oleh:
      Louis XVIII
      Kaisar Prancis
      1815-1815
      Diteruskan oleh:
      Louis XVIII
      Raja Prancis
      1. 1 2 3 Sebagai Raja Prancis
      2. sebagai konsul pertama
      3. sebagai konsul kedua
      4. sebagai konsul ketiga
      5. English: /nəˈpliən ˈbnəpɑːrt/ nə-POH-lee-ən BOH-nə-part; bahasa Prancis: Napoléon Bonaparte [napɔleɔ̃ bɔnapaʁt].
      6. Italia: [napoleˈoːne di ˌbwɔnaˈparte]; bahasa Korsika: Napulione Buonaparte [napuliˈɔnɛ di ˌb(w)ɔnaˈbartɛ].
      Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan