Samiri

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari As-Samiri)

Musa bin Zafar[1] (Arab: موسى بن ظفر السامري Musa bin Zafar Samaria; السامري as-Sāmirī) adalah seseorang dari bani Israel yang membuat berhala sapi emas, karena bani Israel selalu meminta alat peraga untuk menyembah Allah.[2] Ia dikisahkan menjadi pengikut Nabi Musa yang kemudian menjadi sesat, dan ia merupakan salah satu tokoh kafir yang disebut dalam Al-Qur'an.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Musa bin Zafar yang lebih dikenal sebagai Samiri, karena menurut pendapat sahabat nabi, ia penduduk desa Samarra[1][3] atau as-Samirah. Pendapat lain mengatakan nama Samiri adalah penisbatan kepada salah satu kabilah bani Israil,[4] sedangkan menurut pendapat lain mengatakan bahwa, Musa Samiri adalah orang Bajarma,[1] salah seorang penduduk yang menyembah sapi.

Samiri berasal dari bahasa Arab dan digunakan secara meluas oleh penduduk Albania. Samiri adalah sebuah variasi dari "Samir" bagi pengguna bahasa Albania, Arab, India dan Iran yang berasal dari bahasa Arab yaitu "Samara".[5] Bentuk feminim dari "Samir" adalah "Samira".[6]

Secara etimologi kata Samiri sering dihubungkan dengan wilayah Samaria atau kerajaan Israel Utara, meski belum ada bukti yang kuat mengenai keterkaitan antara seorang Israel bernama Samiri dengan wilayah yang ditempati sebagian Bani Israel di Utara Tanah Kana'an.

Biografi[sunting | sunting sumber]

Menurut Muhammad Ibnu Ishaq (704 M-767 M) penyusun kitab "Sirat ar-Rasulullah", meriwayatkan kisah dari Ibnu Abbas, mengatakan bahwa, “ Samiri adalah seorang penduduk Bajarma dan dia berasal daripada kaum yang menyembah berhala. Dalam dirinya telah tertanam kecintaan kepada penyembahan terhadap patung dan berhala sapi. Samiri menampakkan dirinya adalah pengikut Musa di hadapan Bani Israil namun hatinya bergelojak dengan kepercayaan nenek-moyangnya. Menurut Muhammad Ibnu Ishaq, Samiri adalah nama panggilan bagi seorang individu kufur bernama Musa bin Zafar.”

Dalam kisah-kisah Islam, baik dari Al-Qur'an ataupun riwayat-riwayat, Samiri dikisahkan merupakan tokoh yang menyesatkan Bani Israel. Bani Israel diperintahkan oleh Samiri untuk membawa perhiasan emas milik orang-orang Mesir, lalu Samiri menganjurkan agar perhiasan itu dilemparkan ke dalam api yang telah dinyalakannya dalam suatu lubang untuk dijadikan patung berbentuk anak lembu. Kemudian mereka melemparkannya dan diikuti pula oleh Samiri. Akhirnya Samiri berhasil membuat berhala anak sapi betina terbuat dari emas.

Setelah berhala itu jadi, dikatakannya sebagai Tuhan Bani Israel dan Tuhan Musa. Kejadian tersebut sewaktu Musa menerima wahyu Taurat di bukit Sinai. Samiri meletakkan bekas jejak kuda malaikat Jibril yang memimpin Musa dan Bani Israel melewati Laut Merah, sehingga bisa mengeluarkan suara jika tertiup angin.

Ia memiliki ilmu sihir, sebuah ilmu yang ia dipelajari sewaktu berada di Mesir. Belum hilang pula kepercayaannya terhadap kekuatan dewa yang ia yakini, yaitu agama paganisme, Samiri harus mempercayai ke-Esaan Tuhan Musa. Sekte pagan yang memengaruhi Samiri adalah ajaran yang terdapat di Mesir Kuno. Sebuah bukti penting yang mendukung kesimpulan ini adalah bahwa anak sapi emas yang disembah bani Israil saat Musa berada di Gunung Sinai, sebenarnya adalah tiruan dari berhala Mesir, yaitu Hathor dan Aphis.[7]

Seorang penulis yang beragama Kristen Richard Rives dalam bukunya yang berjudul "Too Long in the Sun", menulis: "Hathor dan Aphis, dewa-dewa sapi betina dan jantan bangsa Mesir, merupakan perlambang dari penyembahan matahari. Penyembahan mereka hanyalah satu tahapan di dalam sejarah pemujaan matahari oleh bangsa Mesir. Anak sapi emas di Gunung Sinai adalah bukti yang lebih dari cukup untuk membuktikan bahwa pesta yang dilakukan berhubungan dengan penyembahan matahari…."[8]

Setelah berhala anak sapi itu dihancurkan dengan cara dibakar oleh Musa dan dibuang ke laut,[9] lalu ia di usir dari kelompoknya dan tak pernah ada yang tahu lagi keberadaannya.

Ritual pemujaan berhala sapi emas dibuat oleh Nicolas Poussin: citra yang di tampilkan terpengaruh gaya Romawi Greco bacchanal

Hukuman bagi Bani Israel[sunting | sunting sumber]

Setelah ada perintah Allah untuk hijrah dari Mesir ke Baitul Maqdis, beberapa Bani Israel ada yang ingkar kepada Allah, salah satunya adalah Samiri dan Allah memberikan hukuman kepada mereka dengan mengurung mereka selama empat puluh tahun di Padang Tih. Selama itu mereka tak tahu jalan arah, mereka hanya berputar-putar disana. Selama itu pula Allah tetap memberikan karunia kepada mereka dengan melindungi mereka dengan awan, sehingga mereka tidak kepanasan dan menurunkan makanan yang bernama Manna dan Salwa.

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Musa said to As-Samiri, "What caused you to do what you did? What presented such an idea to you causing you to do this?" Muhammad bin Ishaq reported from Ibnu `Abbas that he said, "As-Samiri was a man from the people of Bajarma, a people who worshipped cows. He still had the love of cow worshipping in his soul. However, he acted as though he had accepted Islam with the Children of Israel. His name was Musa bin Zafar." Qatadah said, "He was from the village of Samarra." "How As-Samiri made the Calf" written by Ibn Kathir.
  2. ^ "Sejarah Singkat Bani Israil " 10. Pada saat itu seorang Yahudi, “Musa Samiri” membuat patung anak sapi dari emas untuk disembah oleh Bani Israil, karena orang Yahudi selalu minta alat peraga untuk menyembah Yehowa.
  3. ^ "Qatadah said, "He was from the village of Samarra.". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-09-24. Diakses tanggal 2009-07-28. 
  4. ^ "Sekilas Tentang Samiri di Asy-Syariah.com". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-10-24. Diakses tanggal 2014-10-24. 
  5. ^ Arti Samiri disitus web babynamespedia.com
  6. ^ Bentuk feminim dari Samir disitus web babynamespedia.com
  7. ^ Anak sapi emas
  8. ^ Richard Rives, "Too Long in the Sun", Partakers Pub., 1996, hal. 130-31
  9. ^ Musa berkata: "Pergilah kamu, maka sesungguhnya bagimu di dalam kehidupan di dunia ini (hanya dapat) mengatakan: "Janganlah menyentuh (aku)"[941], dan sesungguhnya bagimu hukuman (di akhirat) yang kamu sekali-kali tidak dapat menghindarinya, dan lihatlah tuhanmu itu yang kamu tetap menyembahnya. Sesungguhnya kami akan membakarnya, kemudian kami sungguh-sungguh akan menghamburkannya ke dalam laut (berupa abu yang berserakan). (Surat Thaha20:97)

Referensi[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]