Munafik

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Munāfiq atau Munafik (kata benda, dari bahasa Arab: منافق, bahasa Ibrani: צבוע) adalah terminologi dalam Islam untuk merujuk pada mereka yang berpura-pura mengikuti ajaran agama Islam, tetapi sebenarnya hati mereka memungkirinya.

Terminologi dalam Al Qur'an[sunting | sunting sumber]

Dalam Al Qur'an terminologi ini merujuk pada mereka yang tidak beriman namun berpura-pura beriman.

Ciri-ciri[sunting | sunting sumber]

Dalam Al Quran dan hadits banyak disebutkan ciri-ciri orang munafik. Berikut ciri-ciri mereka:

Ciri Dalam Al Quran[sunting | sunting sumber]

  1. Hatinya sakit [Al Baqarah: 10]
  2. Kesukaan yang sangat kuat terhadap hal-hal yang terkait syahwat [Al Ahzab: 32]
  3. Cenderung menyimpang kepada hal-hal yang syubhat [Al Hajj: 53]
  4. Buruk sangka kepada Allah [QS Al Fath: 6]
  5. Mengolok-olok ayat-ayat Allah [At taubah: 64-65]
  6. Duduk-duduk bersama orang-orang yang suka mengolok-olok ayat-ayat Allah [An Nisa’: 140]
  7. Bersembunyi di balik sebagian amal-amal yang disyariatkan dengan tujuan untuk menimpakan madharat kepada orang-orang Mukmin.&
  8. Memecah belah persatuan orang-orang beriman, melakukan persekongkolan jahat, menyalakan api fitnah, mengeksploitasi perselisihan dan memperluas jangkauan perselisihan tersebut.&
  9. Melakukan kerusakan di muka bumi [At Taubah: 107]
  10. Mengklaim dirinya melakukan perbaikan.[Al Baqarah: 11-12]
  11. Bodoh [Al Baqarah: 13]
  12. Dan menuduh orang – orang mukmin sebagai orang bodoh.[Al Baqarah: 13]
  13. Bersikap sangat keras dalam perselisihan namun terkadang dalam keadaan tertentu diiringi dengan kata-kata yang indah. [Al Baqarah: 204]
  14. Tidak kembali kepada kebenaran serta bersikap fanatik [Al Baqarah: 206]
  15. Berwali kepada orang-orang kafir [An Nisa’: 138-139]
  16. Menunggu-nunggu untuk melihat keadaan orang mukmin [An Nisa: 141]
  17. Melakukan kesepakatan dengan Ahli Kitab untuk melawan orang-orang mukmin.(Al-Hasyr: 11)
  18. Lari dari melawan musuh saat perang.[Al Hasyr:12]
  19. Hatinya tertutup sehingga tidak mampu memahami kebenaran [Muhammad: 16]
  20. Memfitnah manusia,[Al Hadid 12] [Al Hadid: 14]
  21. Menipu Allah [An Nisa’: 142]
  22. Malas dalam melaksanakan shalat [An Nisa’: 142]
  23. Riya’ [An Nisa’: 142]
  24. Sedikit berdzikir [An Nisa’: 142]
  25. Terombang-ambing antara orang – orang mukmin dan kafir [An Nisa’: 143]
  26. Menipu orang-orang mukmin [ Al Baqarah: 9]
  27. Berhukum kepada thaghut [An Nisa: 60]
  28. Sangat kuat dalam menghalangi hukum Allah dan tidak rela berhukum kepada hukum Allah. [An Nisa’: 61]
  29. Menimbulkan kerusakan di kalangan orang-orang mukmin [At Taubah: 47]
  30. Sumpah palsu [At Taubah: 56]
  31. Penakut dan pengecut [At Taubah: 56]
  32. Membenci orang-orang Muslim dan keluar dari wilayah mereka [At Taubah: 57]
  33. Tampak rasa takut pada diri mereka ketika disebutkan perang di dalam ayat-ayat Allah. [Muhammad: 20]
  34. Mencela amal shaleh [At Taubah: 58]
  35. Rela dan benci karena kepentingan dirinya. [At Taubah: 58]
  36. Menghina amal orang-orang mukmin yang sedikit dan tidak ada sesuatu yang bisa membuat mereka ridha. [At Taubah: 79]
  37. Ridha dengan posisi yang paling hina [At Taubah: 86-87]
  38. Memerintahkan kepada kemungkaran [At Taubah: 67]
  39. Melarang dari hal -hal yang makruf [At Taubah: 67]
  40. Bakhil [At Taubah: 67]
  41. Melupakan Allah [At Taubah: 67]
  42. Menyelisihi dan tidak memenuhi perjanjian dengan Allah [At Taubah: 75-77]
  43. Gembira karena tidak ikut berjihad dan membenci jihad [At Taubah: 81]
  44. Saling mengingatkan untuk tidak berjihad [At Taubah: 81]
  45. Menelantarkan jihad &
  46. Menyebarkan berita yang menakutkan untuk mengguncang jiwa dan meruntuhkan keyakinan, rasa aman dan iman dalam jiwa orang mukmin (dalam istilah arab: Al Irjaf) [Al Ahzab: 12]
  47. Tidak ada pertolongan Allah untuk mereka [An Nisa’: 145]
  48. Memutus hubungan silaturrahim [Muhammad: 22]
  49. Mentaati orang-orang kafir, munafik dan fasik dalam sebagian urusan [Muhammad: 26]
  50. Membenci apa yang diridhai Allah [Muhammad: 28]
  51. Dengki kepada orang mukmin [Muhammad: 29]
  52. Mereka bisa dikenali dari kiasan kata-katanya (Lahnil Qoul) [Muhammad: 30]
  53. Berlambat-lambat dari orang Mukmin dalam berjihad. [An Nisa’: 72-73]
  54. Al Quran tidak bermanfaat buat mereka bahkan menambah kekafiran mereka di samping kekafiran yang sudah ada sebelumnya.[At Taubah: 124-125]
  55. Kembali melakukan apa yang mereka dilarang melakukannya.
  56. Melakukan pembicaraan rahasia dalam hal dosa, permusuhan dan bermaksiat kepada Rasul. [Al Mujadilah: 8]
  57. Minta ijin untuk tidak berjihad dengan alasan khawatir terkena fitnah [At Taubah: 49]
  58. Mencari alasan ketika tidak berangkat jihad [At Taubah: 94]
  59. Bersembunyi dari manusia [An Nisa’: 108]
  60. Menyukai bila perbuatan keji tersebar luas di kalangan orang-orang beriman. [An Nuur: 19]
  61. Senang bila ada musibah menimpa orang-orang mukmin dan tidak suka bila Allah memberi mereka kekuasaan di muka bumi. [At Taubah: 50]
  62. Kadang-kadang diberi kelebihan secara fisik [Al Munafiqun: 4] [1] sumber terjemahan[butuh rujukan]

Ciri Dalam Hadits[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan hadits, Nabi Muhammad mengatakan: “Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga, yaitu; jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari dan jika dipercaya berkhianat”.[2]

Kemudian ada hadits lain yang menjelaskan bahwa berdebat hingga melampaui batas termasuk dalam kategori munafik.[3]

Perumpamaan[sunting | sunting sumber]

Allah memberikan perumpamaan atas orang-orang munafik di dalam beberapa ayat Al-Qur'an. Dalam Surah An-Naml Ayat 34, Allah mengumpakan orang munafik dengan raja-raja yang menaklukkan sebuah negeri hanya untuk membinasakannya. Kemudian pada Surah Al-Anfal Ayat 19, Allah mengumpakan orang-orang munafik sebagai peminta keputusan yang sebenarnya sudah ada. Kemudian pada ayat ke-12 dalam Surah Al-Hujurat, Allah mengumpakan mereka sebagai orang yang suka memakan daging dari mayat saudaranya sendiri.[4]

Tingkat bahaya[sunting | sunting sumber]

Dalam Islam, orang munafik lebih berbahaya dibandingkan dengan orang kafir. Tingkat bahaya ini didasari oleh sifat keterus-terangan dalam memusuhi Islam. Orang kafir yang memusuhi Islam akan secara terus terang menyatakan permusuhannya. Sedangkan orang munafik menyatakan bahwa ia muslim, tetapi memusihinya secara sembunyi-sembunyi. Orang munafik membahayakan umat muslim karena memiliki niat untuk melawan bila memiliki kesempatan.[5] Kemunafikan dapat muncul dalam berbagai bidang kehidupan, di antaranya pada bidang politik, agama, Wartawan, dan pemikiran. Kemunafikan juga muncul pada banyak jenis pekerjaan, antara lain pegawai, pengusaha, seniman dan atlet.[5]

Perbandingannya juga dapat diperoleh dari Al-Qur'an. Allah menyampaikan firmanNya kepada orang beriman untuk menghadapi orang munafik hanya pada dua ayat saja. Begitu pula dengan menghadapi orang kafi hanya ada dua ayat. Sementara dalam menghadapi orang munafik, Allah menurunkan firmanNya sebanyak 13 ayat di dalam Surah Al-Baqarah.[5]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "المنافقون والمنافقات .. خطرهم وصفاتهم في كتاب الله". www.saaid.net. Diakses tanggal 2021-07-25. 
  2. ^ (Telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu ar-Rabih telah menceritakan kepada kami Isma’il bin Ja’far, telah menceritakan kepada kami Nafi’ bin Malik bin Abi ‘Amir Abu Suhail dari ayahnya dari Abu Huarairah. Hadits riwayat Bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan al-Nasa’i).
  3. ^ Telah menceritakan kepada kami Qabishah bin ‘Uqbah berkata: telah menceritakan kepada kami Sofyan dari al-‘Amsy dari Abdullah bin Murrah dari Masruq dari Abdullah bin Amr ra. berkata Rasulullah saw. bersabda: ada empat perkara yang barangsiapa (empat perkara ini) terdapat pada dirinya secara lengkap, maka dia itulah orang munafik yang sesungguhnya, dan barangsiapa yang terdapat padanya satu perkara sifat saja, maka ia termasuk munafik juga, hingga ditinggalkan sifat yang satu ini. (empat perkara itu) ialah: (1) apabila ia dipercaya ia berkhianat, (2) apabila berkata ia berdusta, (3) apabila berjanji ia ingkar, (4) apabila berdebat ia melampaui batas (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Turmudzi dan al-Nasa’i).
  4. ^ Sirin, Muhammad Ibnu (2018). Tafsir Mimpi menurut Al-Qur'an dan as-Sunnah. Diterjemahkan oleh Syihabuddin dan Sopian, A. Depok: Gema Insani. hlm. 3. ISBN 978-602-250-563-1. 
  5. ^ a b c asy-Sya'rawi, M. Mutawalli (2007). Basyarahil, U., dan Legita, I. R., ed. Anda Bertanya Islam Menjawab. Diterjemahkan oleh al-Mansur, Abu Abdillah. Jakarta: Gema Insani. hlm. 7. ISBN 978-602-250-866-3.