Maria

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 7 April 2013 16.08 oleh EmausBot (bicara | kontrib) (Bot: Migrasi 1 pranala interwiki, karena telah disediakan oleh Wikidata pada item d:Q345)

Maria (Aram-Yahudi מרים Maryām "pahit"; Bahasa Yunani Septuaginta Μαριαμ, Mariam, Μαρια, Maria; bahasa Arab: Maryam, مريم) adalah ibu Yesus dan tunangan yang kemudian menjadi istri Yusuf[1] dalam Kekristenan.

Menurut sumber-sumber non-kanonik, orangtuanya bernama Yoakhim dan Anna (Hana). Sebuah catatan dalam Talmud mengatakan bahwa nama ayahnya adalah Heli atau Eli, yang disebutkan dalam silsilah menurut Lukas.[2] Maria, yang saat itu seorang perawan, mengetahui dari malaikat Gabriel, utusan Allah, bahwa ia akan mengandung Yesus, anak dari Allah yang hidup, melalui mukjizat dari Roh Kudus.

Karena Lukas 1:48 ("mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia"), Maria banyak diagungkan di kalangan orang Kristen, khususnya di lingkungan Gereja Katolik Roma dan Gereja Ortodoks. Umat Muslim pun sangat menghormatinya. Bidang teologi Kristen yang berhubungan dengannya disebut Mariologi. Pesta kelahiran Maria dirayakan di kalangan Gereja Ortodoks, Katolik Roma, dan Anglikan pada 8 September. Gereja Ortodoks dan Katolik Roma juga mempunyai banyak hari perayaan lainnya untuk menghormati Maria.

Gelar-gelar Maria

Gelar-gelar Maria yang paling lazim antara lain adalah Perawan Terberkati Maria atau Bunda kita (Notre Dame, Nuestra Señora, Madonna).

Oleh Gereja Ortodoks dan tradisi-tradisi Timur dalam Gereja Katolik, Maria kerap disebut juga sebagai Theotokos. Gelar bagi Maria ini diakui dalam Konsili Ekumenis III di Efesus pada tahun 431. Theotokos sering diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia sebagai "Bunda Allah," atau lebih harafiah lagi "Yang Melahirkan Allah." Makna Teologis yang terkandung dalam gelar ini adalah bahwa putera Maria, Yesus, adalah sepenuhnya Allah dan sepenuhnya manusia, dan bahwa dua sifat Yesus (Illahi dan insani) dipersatukan dalam satu Pribadi tunggal.

Catatan sejarah

Maria dalam Perjanjian Baru

Malaikat Agung Gabriel mewartakan khabar kepada Maria. Lukisan karya El Greco (1575).

Sedikit yang diketahui mengenai riwayat hidup Maria dari Perjanjian Baru. Dia adalah kerabat dari Elizabet, istri dari imam Zakaria anggota golongan imam Abia. Elizabet sendiri seorang keturunan Harun[3].

Maria bertempat tinggal di Nazareth di Galilea, kemungkinan bersama dengan kedua orang tuanya, dan sementara itu telah dipertunangkan dengan Yusuf dari Keluarga Daud [4]. Para Apologis Kristen kadang-kadang menduga bahwa Maria, sebagaimana Yusuf, juga adalah seorang keturunan Raja Daud. Selama masa pertunangan mereka – yakni tahap pertama dalam pernikahan Yahudi; selama masa tersebut, pasangan yang dipertunangkan tidak diperbolehkan sama sekali untuk berduaan saja di bawah satu atap, meskipun sudah sah disebut suami isteri – Malaikat Gabriel mewartakan kepadanya bahwa dia akan menjadi ibu dari Mesias yang dijanjikan itu dengan cara mengandungnya melalui Roh Kudus [5]. Ketika Yusuf diberitahukan mengenai kehamilan Maria dalam sebuah mimpi oleh "seorang malaikat Tuhan", dia terkejut; namun malaikat itu berpesan agar Yusuf tidak gentar dan mengambil Maria sebagai isterinya. Yusuf mematuhinya dengan secara resmi melengkapi ritus pernikahan itu [6].

Karena malaikat telah memberitahukan Maria bahwa Elizabet, yang sebelumnya mandul, kini secara ajaib telah mengandung, Maria lalu segera mengunjungi kerabatnya itu, yang tinggal bersama suaminya Zakaria di sebuah kota Yudea "di daerah perbukitan" (kemungkinan di Yuttah}[7], bersebelahan dengan Maon, sekitar 160 km dari Nazareth)[8]. Begitu Maria tiba dan menyalami Elizabet, Elizabet dengan segera menyatakan Maria sebagai "ibu dari Tuhannya", dan atas pernyataan itu Maria menyanyikan sebuah kidung ungkapan syukur[9] yang umum dikenal sebagai Magnificat. Tiga bulan sesudahnya, tampaknya segera setelah kelahiran Yohanes Pembaptis, Maria pulang ke rumahnya[10]. Ketika kehamilan Maria sendiri makin membesar, tiba sebuah dekrit dari kaisar Romawi Augustus[11] yang menitahkan agar Yusuf dan sanak keluarganya pergi ke Betlehem[12], sekitar 80 atau 90 mil (kurang lebih 130 km) dari Nazareth, untuk mengikuti sensus. Ketika mereka berada di Betlehem, Maria melahirkan putera sulungnya; namun karena tidak ada tempat bagi mereka di penginapan (tempat bernaung yang disediakan bagi orang-orang asing[13], dia harus menggunakan sebuah palungan, atau tempat makan hewan, sebagai buaian bayi.

Sesudah delapan hari, anak itu disunat dan dinamai Yesus, menurut instruksi yang diberikan oleh "malaikat Tuhan" kepada Yusuf setelah Maria menerima anunsiasi, karena nama ini menunjukkan bahwa "dia [akan] menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka"[14].

Setelah bayi Yesus berusia 40 hari, maka upacara-upacara tradisional tersebut dilanjutkan dengan penyerahan Yesus kepada Tuhan di Bait Allah di Yerusalem sesuai dengan aturan hukum bagi anak-anak sulung.

Hal ini kemudian diikuti oleh kunjungan orang-orang majus dari Timur, pengungsian Yusuf beserta Maria dan Yesus ke Mesir, kembalinya mereka dari sana setelah mangkatnya Raja Herodes Agung sekitar tahun 2 atau 1 Sebelum Masehi, dan menetap di Nazaret (Matius 2). Maria tampaknya menetap di Nazaret selama kira-kira tiga puluh tahunan tanpa peristiwa-peristiwa istimewa. Dia terlibat dalam satu-satunya peristiwa di awal kedewasaan Yesus yang tercatat dalam Perjanjian Baru: pada usia dua belas tahun, Yesus terpisah dari orang tuanya dalam perjalanan pulang mereka dari perayaan Paskah Yahudi di Yerusalem lalu ditemukan di tengah para guru di Bait Allah[15]. Kemungkinan besar antara peristiwa tersebut sampai dengan permulaan tampilnya Yesus ke depan umum, Maria menjadi janda, karena Yusuf tidak disebut-sebut lagi.

Setelah Yesus dibaptis oleh Yohanes Pembaptis dan dicobai oleh iblis di padang gurun, Maria hadir ketika Yesus mengerjakan mujizat pertamaNya di hadapan umum pada pesta pernikahan di Kana dengan mengubah air menjadi anggur berkat perantaraan Maria[16]. Selanjutnya dalam beberapa peristiwa Maria hadir bersama "saudara-saudara" (Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas) serta "saudari-saudari" Yesus yang tidak disebutkan nama-namanya[17]. Maria juga dilukiskan hadir pada peristiwa penyaliban Yesus, berdiri di dekat "murid yang dikasihi Yesus" bersama saudarinya Maria Klopas (kemungkinan besar Maria Klopas adalah orang yang sama dengan Maria ibu Yakobus muda dan Yusuf yang disebutkan dalam[18], serta Maria Magdalena[19]. Pada daftar itu Matius 27:55 menambahkan "ibu anak-anak Zebedeus", yang diduga bernama Salome yang disebut-sebut dalam Markus 15:40, serta wanita-wanita lain yang telah mengikuti Yesus dari Galilea dan melayaniNya (disebutkan dalam Injil Matius dan Markus). Maria, menggendong jenazah puteranya, meskipun tidak tertulis dalam injil, merupakan motif yang umum dalam seni, yang disebut "pietà" atau "kesalehan".

Menurut Kisah Para Rasul, sesudah kenaikan Yesus ke surga, kurang-lebih 120 jiwa berkumpul di Kamar Atas pada peristiwa terpilihnya Matias untuk mengisi posisi Rasul yang ditinggalkan Yudas Iskariot, di mana Maria adalah satu-satunya orang yang disebutkan namanya selain ke-12 rasul serta para kandidat[20]. Sejak peristiwa ini, namanya menghilang dari Alkitab, meskipun beberapa golongan Kristiani yang meyakini bahwa Maria sekali lagi digambarkan sebagai Wanita surgawi dalam Wahyu[21].

Kematiannya tidak tercatat dalam Alkitab.

Berkas:Wo Ye.jpg
Lukisan karya Lima & Wo Ye tentang Maria dan bayi Yesus.

Tulisan-tulisan dan tradisi-tradisi umat Kristen selanjutnya

Menurut Injil Yakobus, yang, meskipun bukanlah bagian dari Kitab Perjanjian Baru, berisi materi biografis mengenai Maria yang dianggap "dapat dipercaya" oleh beberapa kalangan Kristiani Ortodoks dan Katolik, Maria adalah puteri dari Yoakim dan Ana. Sebelum mengandung janin Maria, Ana mandul, dan kedua orang tua Maria sudah berusia lanjut ketika dia dikandung. Mereka membawa Maria untuk tinggal di Bait Allah di Yerusalem ketika umurnya baru tiga tahun, sangat mirip dengan peristiwa Hana membawa Samuel untuk tinggal di Tabernakel, sebagaimana yang tercatat dalam Kitab Perjanjian Lama (Tanakh, Alkitab Ibrani).

Menurut tradisi Katolik Romawi dan Ortodoks Timur, antara tiga sampai lima belas tahun sesudah kenaikan Kristus, di Yerusalem atau Efesus, Maria meninggal dunia; disaksikan para rasul Kristus. Selanjutnya, ketika para rasul membuka makamnya, ternyata kosong, sehingga mereka menyimpulkan bahwa dia telah diangkat secara badaniah ke Surga. ("Makam Maria" - sebuah makam di Yerusalem diyakini sebagai makam Maria, namun makam itu baru dikenal pada abad ke-6.)

Maria dalam agama-agama non-Abrahamik

Beberapa penganut agama-agama non-Abrahamik (non-Samawi), khususnya para penganut agama Wicca, menghubung-hubungkan Maria dengan Ibu Pertiwi dalam pelbagai tradisi Neo-pagan. Beberapa umat Buddha bahkan pernah menghubung-hubungkan Maria dengan Kwan-Yin, Bodhisattva Welas-Asih yang dihormati oleh berbagai sekte Buddha di Tiongkok. Para penganut agama Santeria menganggap Maria (sebagai Bunda Maria dari Regla) adalah Dewi Yemaja, dan Maria (sebagai "Virgen de la Caridad del Cobre") adalah Dewi Oshun.

Dalam hal ini, perbedaan dengan sudut pandang agama Kristiani adalah Maria sungguh adalah makhluk ciptaan Tuhan yang sangat mulia, terpuji di antara wanita, memiliki posisi yang istimewa di mata Tuhan, namun tetaplah bukan seorang dewi atau pun makhluk setengah Tuhan. Ia tetap manusia biasa yang berkenan di mata Tuhan.

Maria dan Shakespeare

Pada abad ke-16 di Inggris, penghormatan terhadap Maria menjadi sebuah isu sentral dalam kontroversi umum menyangkut makna ayat-ayat Kitab Suci, citra-citra religius, dan praktik-praktik religius dalam kehidupan Kristiani. Beberapa tokoh terkemuka di Inggris pada abad ke-16 menganggap ziarah ke tempat-tempat ziarah yang didirikan untuk menghormati Maria serta berdoa rosario itu tidak-Alkitabiah, "takhyul", dan/atau pemberhalaan. Sejak tahun 1535 sampai 1538, di bawah perintah Raja Henry VIII, seluruh tempat-tempat ziarah Kristiani di Inggris dihancurkan karena para reformer Protestan percaya bahwa tempat-tempat itu berpengaruh buruk terhadap kerohanian masyarakat. Banyak dari tempat-tempat ziarah yang dihancurkan tersebut adalah tempat-tempat ziarah yang didirikan untuk menghormati Maria, di antaranya adalah tempat ziarah Our Lady of Walsingham yang sangat populer, serta berbagai pusat ziarah lainnya di Ipswich, Worcester, Doncaster, dan Penrise. Tempat ziarah Our Lady of Walsingham telah diziarahi oleh dua dari kelima isteri Henry, yakni Catherine Aragon dan Anne Boleyn. Kedua wanita itu juga wafat sekitar waktu penghancuran tempat ziarah tersebut pada tahun 1538.

Pada saat yang sama, "Maria" atau "Mary" dalam Bahasa Inggris secara dramatis kian populer sebagai nama yang diberikan untuk bayi-bayi perempuan di Inggris pada abad ke-16. Sekitar tahun 1500, di Warwick County, Inggris, mungkin hanya ada 1% bayi perempuan yang diberi nama Mary. Sekitar tahun 1600, jumlah bayi perempuan yang diberi nama Mary meningkat hingga sekitar 10%. Perubahan ini terasa luar biasa, mengingat adanya upaya ekstensif dari pemerintah pada masa itu untuk menghilangkan sama sekali penghormatan terhadap citra-citra Maria, dan untuk mengarahkan peribadatan Kristiani kepada kata-kata yang tertulis.

William Shakespeare memiliki apresiasi yang kuat terhadap kontroversi menyangkut "Maria" dalam kehidupan Kristiani. Kesadaran akan kaitan antara kata-kata serta citra-citra, dan para pemeran, bayang-bayang, serta tokoh-tokoh yang sesungguhnya, senantiasa muncul dalam karya Shakespeare. Drama Romeo and Juliet, Bagian ke-1, Babak ke-5, berisi sebuah dialog, disusun secara formal dalam bentuk sebuah soneta, yang menggunakan peziarahan ke tempat ziarah Maria untuk mengungkapkan usaha Romeo untuk merayu Juliet. Babak terakhir dari The Winter's Tale berisi instruksi-instruksi dari Paulina, yang menempatkan Perdita dalam posisi untuk meminta pada patung Hermione agar mendoakannya, mirip dengan peziarah di tempat-tempat ziarah Maria yang berdoa di depan sebuah citra Maria. Menurut beberapa kritikus, huru-hara menyangkut Maria dalam sejarah Inggris pada abad ke-16 sangat erat kaitannya dengan perkembangan teater Shakespeare.

Penggambaran

Maria telah digambarkan dalam beberapa film:

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Matius 1:18-20, Lukas 1:35
  2. ^ Talmud Yerushalmi, Hag. chap.2, 11a; text bahasa Ibrani di http://www.mechon-mamre.org/b/r/r2b.htm, adalah sebagai berikut: למרים ברת עלי "Maria binti Eli"
  3. ^ Lukas 1:5, 1:36
  4. ^ Lukas 1:26
  5. ^ Lukas 1:35
  6. ^ Matius 1:18-25
  7. ^ Yosua 15:55, 21:16
  8. ^ Lukas 1:39
  9. ^ Lukas 1:46-56 bdk. 1 Samuel 2:1-10
  10. ^ Lukas 1:56-57
  11. ^ Lukas 2:1
  12. ^ Mikha 5:2
  13. ^ Lukas 2:6-7
  14. ^ Matius 1:25, Lukas 2:21; bdk. Matius 1:21
  15. ^ Lukas 2:41-52
  16. ^ Yohanes 2:1-11
  17. ^ Matius 13:54-56, Markus 6:3, Kisah Para Rasul 1:14
  18. ^ Matius 27:55, bdk. Markus 15:40
  19. ^ Yohanes 19:25-26
  20. ^ Kisah Para Rasul 1:12-26, khususnya ayat 14, meskipun disebutkan dalam ayat ini bahwa saudara-saudara Yesus juga hadir
  21. ^ Wahyu 12:1

Bacaan lebih lanjut

Pranala luar

Catatan kaki

Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA Templat:Link FA