Yohanes Calvin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Yohanes Calvin
Lukisan anonim, ca. 1550
LahirJehan Cauvin
(1509-07-10)10 Juli 1509
Noyon, Picardie, Prancis
Meninggal27 Mei 1564(1564-05-27) (umur 54)
Jenewa, Republik Jenewa
PendidikanUniversitas Paris
Universitas Orléans
Universitas Bourges
PekerjaanReformator, pendeta, penulis
Karya terkenalInstitutio Christianae Religionis (1536)
Kiprah di bidang teologi
EraRenaissance
Tradisi atau gerakan
Minat utamaTeologi sistematika
Gagasan terkenal
Tanda tangan
170px

Yohanes Calvin (bahasa Inggris: John Calvin; bahasa Prancis Pertengahan: Jehan Cauvin; bahasa Prancis: Jean Calvin [ʒɑ̃ kalvɛ̃]; 10 Juli 1509 – 27 Mei 1564) adalah seorang teolog, pendeta and reformator Prancis di Jenewa selama Reformasi Protestan. Ia adalah tokoh utama dalam pengembangan sistem teologi Kristen yang kemudian disebut sebagai Calvinisme, termasuk doktrin predestinasi dan kedaulatan mutlak Allah di dalam keselamatan jiwa manusia dari kematian dan penghukuman kekal. Doktrin Calvinis dipengaruhi dan dikembangkan dari tradisi Agustinian dan tradisi Kristen lainnya. Berbagai gereja kongregasional, Reformed dan Presbiterian, yang memandang Calvin sebagai ekspositor utama keyakinan mereka, telah menyebar ke seluruh dunia.

Calvin adalah seorang polemikus dan penulis apologetik yang tak kenal lelah dan menimbulkan banyak kontroversi. Ia juga bertukar surat dengan ramah dan mendukung dengan banyak reformator, termasuk Philipp Melanchthon dan Heinrich Bullinger. Selain karyanya yang paling penting Institutio Christianae Religionis, Calvin menulis tafsiran terhadap sebagian besar kitab dalam Alkitab, dokumen konfesional, dan berbagai risalah teologis lainnya.

Calvin asalnya berpendidikan sebagai seorang ahli hukum humanis. Ia berpisah dari Gereja Katolik Roma sekitar tahun 1530. Setelah timbulnya ketegangan religius di dalam kekerasan yang mematikan terhadap kaum Kristen Protestan di Prancis, Calvin melarikan diri ke Basel, tempat ia menerbitkan edisi pertama dari Institutio pada tahun 1536. Pada tahun yang sama, Calvin direkrut oleh seorang Prancis Guillaume Farel untuk bergabung dengan Reformasi di Jenewa, di mana ia secara teratur berkhotbah sepanjang minggu. Namun, dewan kota menolak implementasi gagasan-gagasan mereka, dan keduanya diusir. Atas undangan Martin Bucer, Calvin pindah ke Strasbourg, di mana ia menjadi pendeta di sebuah gereja pengungsi Prancis. Ia terus mendukung gerakan reformasi di Jenewa, dan pada tahun 1541 diundang kembali untuk memimpin gereja di kota itu.

Sekembalinya ke Jenewa, Calvin memperkenalkan bentuk-bentuk baru pemerintahan gereja dan liturgi, meskipun ada tentangan dari beberapa keluarga berpengaruh di kota yang mencoba mengekang otoritasnya. Selama periode ini, Michael Servetus, seorang Spanyol yang dianggap oleh umat Katolik Roma dan Protestan memiliki pandangan bidat tentang Trinitas, tiba di Jenewa. Ia dikecam oleh Calvin dan dibakar di tiang pancang karena ajaran bidat oleh dewan kota. Menyusul masuknya pengungsi yang mendukung Calvin dan pemilihan baru dewan kota, lawan-lawan Calvin terpaksa mundur. Calvin menghabiskan tahun-tahun terakhirnya mempromosikan Reformasi baik di Jenewa maupun di seluruh Eropa.

Biografi[sunting | sunting sumber]

Kehidupan awal (1509–1535)[sunting | sunting sumber]

Yohanes Calvin adalah anak kedua dari 4 putra yang selamat melewati masa bayi dari orang tuanya. Ayahnya, Gérard Cauvin, mempunyai karier yang bagus sebagai notaris katedral dan registrar untuk pengadilan eklesiastikal/gerejawi. Ayahnya ini meninggal setelah menderita kanker testikular selama 2 tahun. Ibunya, Jeanne le Franc, adalah putri pemilik penginapan dari Cambrai. Ibunya meninggal beberapa tahun setelah kelahiran Calvin karena sakit payudara (bukan kanker payudara). Gérard mengharapkan tiga putranya — Charles, Jean, dan Antoine — kelak akan menjadi pendeta. Masa kecil Yohanes Calvin sering kali dihubungkan dengan Charles de Hangest, salah seorang dari Dua Belas bangsawan tertinggi di Prancis (twelve Peers of France) yang memerintah di Noyon (kota kelahiran Calvin).[1] Calvin dikenal memiliki hubungan yang dekat dengan beberapa anggota keluarga Hangest.[1] Kedekatan ini menjadi alasan mengapa Calvin memiliki sikap dan pembawaan selayaknya seorang aristokrat.[1]

Calvin cepat dewasa melampaui waktunya; pada usia 12 tahun, ia dipekerjakan oleh uskup setempat sebagai jurutulis (clerk) dan menerima tonsur, yakni pencukuran rambut di ubun-ubun sebagai tanda dedikasi kepada gereja. Ia juga mendapatkan perlindungan (patronage) dari keluarga Montmors yang berpengaruh.[2] Berkat bantuan mereka, Calvin dapat kuliah di Collège de la Marche, Paris, di mana ia mempelajari bahasa Latin dari salah satu guru terbaik, Mathurin Cordier.[3] Segera setelah menyelesaikan kuliahnya, ia kuliah di Collège de Montaigu dalam bidang filsafat.[4]

Dalam usia 14 tahun, tepatnya pada tahun 1523, ayah Calvin yang berprofesi sebagai seorang pengacara, mengirimnya ke Universitas Paris untuk belajar humaniora dan hukum.[5] Konon, Calvin berangkat ke Prancis bersama dengan tiga pemuda dari keluarga Hangest. Pada tahun 1532, ia telah menjadi Doktor Hukum di Orléans. Terbitannya yang pertama adalah sebuah edisi dari buku karya filsuf Romawi Seneca, De clementia, yang diberinya komentar mendalam.

Pekerjaan Reformasi dimulai (1536–1538)[sunting | sunting sumber]

Pada 1536 ia menetap di Jenewa, ketika ia dihentikan dalam perjalannya ke Basel, oleh bujukan pribadi dari William Farel, seorang reformator. Ia menjadi pendeta di Strasbourg dari 1538-1541, lalu kembali ke Jenewa. Ia tinggal di sana hingga kematiannya pada 1564.

Lukisan gravir dari lukisan minyak asli di Perpustakaan Universitas Jenewa; lukisan ini dianggap paling mirip dengan Calvin.

Pad saat perang Utsmaniyah di Eropa, Yohanes Calvin sedang melakukan perjalanan ke Strasbourg dan melalui kanton-kanton di Swiss. Ketika singgah di Jenewa, William Farel meminta Calvin agar menolongnya dengan urusan gereja. Tentang permohonan Farel ini, Calvin menulis, "Saya merasa seolah-olah Allah sendiri dari surga telah menyuruh saya untuk menghentikan perjalanan saya." Bersama-sama Farel, Calvin berusaha melembagakan sejumlah perubahan dalam pemerintahan kota dan kehidupan keagamaan. Mereka menyusun sebuah buku katekismus dan pengakuan iman; seluruh warga kota itu mereka wajibkan untuk mengakuinya. Dewan kota menolak pengakuan iman Calvin dan Farel, dan pada Januari 1538 mereka mencabut kekuasaan kedua orang ini untuk melakukan ekskomunikasi, sebuah kekuasaan yang mereka anggap penting untuk pekerjaan mereka. Calvin dan Farel menjawabnya dengan memberlakukan larangan umum kepada semua penduduk Jenewa untuk mengikuti Perjamuan Kudus pada kebaktian Paskah. Karena itu, dewan kota pun mengusir mereka dari kota tersebut. Farel pergi ke Neuchâtel, dan Calvin ke Strasbourg.

Pendeta di Strasbourg (1538–1541)[sunting | sunting sumber]

Gereja Saint-Nicolas, Strasbourg, tempat Calvin berkhotbah pada tahun 1538. Bangunan ini telah dimodifikasi secara arsitektur pada abad ke-19.
Martin Bucer mengundang Calvin ke Strasbourg setelah ia diusir dari Jenewa. Ilustrasi oleh Jean-Jacques Boissard.

Selama tiga tahun Calvin berada di Strasbourg, ia melayani sebagai seorang dosen dan pendeta bagi orang-orang Huguenot Prancis. Ia tidak terikat pada satu gereja tertentu, tetapi memegang jabatannya secara berturut-turut di Gereja Saint-Nicolas, Gereja Sainte-Madeleine, dan bekas Gereja Dominikan, yang berganti nama menjadi Temple Neuf.[6] (Semua gereja ini masih ada, tetapi semuanya tidak dalam kondisi arsitektural pada masa Calvin.) Calvin menjadi gembala bagi 400-500 anggota dalam gerejanya. Ia berkhotbah atau memberikan kuliah setiap hari, dengan dua khotbah pada hari Minggu. Perjamuan Kudus dirayakan setiap bulan dan menyanyikan mazmur secara kongregasi didorong.[7] Calvin juga mengerjakan edisi kedua dari Institutio. Calvin tidak puas dengan struktur aslinya sebagai katekismus, sebuah buku pengajaran dasar bagi anak-anak Kristen.[8]

Untuk edisi keduanya yang diterbitkan pada tahun 1539, Calvin mengubah formatnya menjadi menjabarkan secara sistematis doktrin-doktrin utama dari Alkitab. Dalam prosesnya, buku ini diperbesar dari enam bab menjadi tujuh belas.[8] Pada saat yang sama ia mengerjakan buku lain, Tafsiran Surat Roma, yang diterbitkan pada bulan Maret 1540. Buku ini menjadi model bagi buku-buku tafsirannya yang terkemudian: buku ini meliputi terjemahan Latin yang ia sendiri terjemahkan alih-alih menggunakan Vulgata, sebuah eksegesis, dan sebuah eksposisi.[9] Dalam halaman dedikasi, Calvin memuji karya-karya pendahulunya Philipp Melanchthon, Heinrich Bullinger, dan Martin Bucer, tetapi ia juga membedakan karyanya dari karya mereka dan mengkritik beberapa kekurangan mereka.[10]

Teman-teman Calvin mendesaknya untuk menikah. Calvin mengambil pandangan yang tidak menarik, menuliskan kepada seorang koresponden:

Saya, yang memiliki sikap yang sangat memusuhi kehidupan selibat, masih belum menikah dan tidak tahu apakah saya akan menikah. Jika pun saya menikah, itu karena saya lebih terbebas dari berbagai kekhawatiran dan saya dapat mengabdikan diri saya kepada Tuhan.[11]

Beberapa calon disodorkan kepadanya, termasuk seorang wanita muda dari keluarga bangsawan. Dengan berat hati, Calvin menyetujui pernikahan tersebut, dengan syarat wanita itu mau belajar bahasa Prancis. Meskipun tanggal pernikahan telah direncanakan pada bulan Maret 1540, ia tetap enggan dan pernikahan tidak pernah terjadi. Ia kemudian menulis bahwa ia tidak akan pernah berpikir untuk menikahinya, "kecuali jika Tuhan telah menghilangkan akal sehat saya".[12] Sebagai gantinya, pada bulan Agustus tahun itu, ia menikahi Idelette de Bure, janda seorang mantan Anabaptis yang memiliki dua anak dari pernikahan pertamanya.[13]

Pada 1542, suami-istri Calvin mendapatkan seorang anak laki-laki yang dua minggu kemudian meninggal dunia. Idelette Calvin meninggal pada 1549. Calvin menulis bahwa istrinya telah banyak menolong dalam pelayanan gerejanya, tidak pernah menghalangi, tidak pernah menyusahkannya dengan urusan anak-anaknya dan berjiwa besar. Setelah kematian istrinya, Calvin tidak menikah lagi.

Ia juga dipengaruhi oleh Martin Bucer, yang menganjurkan sebuah sistem politik dan struktur gerejawi yang mengikuti pola Perjanjian Baru. Calvin tetap mengikuti perkembangan-perkembangan di Jenewa, dan ketika Jacopo Sadoleto, seorang kardinal Katolik, menulis sebuah surat terbuka kepada dewan kota yang isinya mengajak Jenewa untuk kembali ke Gereja induk (Gereja Katolik Roma), jawaban Calvin atas nama kaum Protestan Jenewa yang sedang mengalami berbagai serangan, menolongnya mendapatkan kembali respek yang telah hilang sebelumnya. Setelah sejumlah pendukung Calvin memenangkan jabatan di Dewan Kota Jenewa, ia diundang kembali ke kota itu pada 1541.

Reformasi di Jenewa (1541–1549)[sunting | sunting sumber]

Dalam mendukung usulan reformasi Calvin, dewan Jenewa mengesahkan Ordonnances ecclésiastiques (Ordonansi Gerejawi) pada tanggal 20 November 1541. Ordonansi tersebut menetapkan empat kategori dari pelayanan gerejawi: pendeta untuk berkhotbah dan melayani sakramen; doktor untuk mendidik orang-orang yang beriman; penatua untuk memberikan disiplin; dan diaken untuk merawat yang miskin dan membutuhkan.[14] Mereka juga menyerukan pembentukan Consistoire (Konsistori), sebuah pengadilan gerejawi yang terdiri dari para penatua dan pendeta. Pemerintah kota tetap mempertahankan wewenang untuk memanggil orang ke pengadilan, dan Konsistori hanya dapat mengadili perkara gerejawi yang tidak memiliki yurisdiksi perdata. Awalnya, Konsistori mempunyai wewenang untuk menjatuhi hukuman, dengan ekskomunikasi sebagai hukuman terberatnya. Pemerintah menggugat wewenang ini, dan pada tanggal 19 Maret 1543 dewan memutuskan bahwa semua hukuman akan dilaksanakan oleh pemerintah.[15]

Calvin berkhotbah di Katedral St. Pierre, gereja utama di Jenewa.

Pada tahun 1542, Calvin mengadaptasi buku kebaktian yang digunakan di Strasbourg, dengan menerbitkan La Forme des Prières et Chants Ecclésiastiques (Bentuk-Bentuk Doa dan Kidung Pujian Gerejawi). Calvin menyadari kekuatan musik dan ia bermaksud agar musik digunakan untuk mendukung pembacaan Alkitab. Buku mazmur Strasbourg yang asli berisi dua belas mazmur karya Clément Marot dan Calvin menambahkan beberapa himne gubahannya sendiri dalam versi Jenewa. Pada akhir tahun 1542, Marot menjadi pengungsi di Jenewa dan menulis sembilan belas mazmur lainnya. Louis Bourgeois, yang juga seorang pengungsi, tinggal dan mengajar musik di Jenewa selama enam belas tahun dan Calvin mengambil kesempatan untuk menambahkan nyanyian pujiannya, yang paling terkenal adalah Old Hundredth.[16]

Pada tahun 1542 yang sama itu, Calvin menerbitkan Catéchisme de l'Eglise de Genève (Katekismus Gereja Jenewa), yang terinspirasi oleh Kurze Schrifftliche Erklärung tahun 1534 karya Bucer. Calvin sebelumnya telah menulis katekismus selama masa pertamanya di Jenewa yang sebagian besar didasarkan pada Katekismus Besar karya Martin Luther. Katekismus versi pertamanya disusun secara pedagogis, menjelaskan Hukum, Iman, dan Doa. Katekismus versi tahun 1542 disusun ulang karena alasan teologis, meliputi Iman terlebih dahulu, kemudian Hukum dan Doa.[17]

Para sejarawan berdebat mengenai sejauh mana Jenewa adalah sebuah teokrasi. Di sisi lain, teologi Calvin jelas menyerukan pemisahan antara gereja dan negara. Sejarawan lainnya juga telah menekankan kekuatan politik yang besar yang dimiliki oleh para klerus dalam kehidupan sehari-hari. [18][19]

Para pengkritik sering kali menganggap Konsistori sebagai lambang pemerintahan teokratis Calvin. Konsistori adalah sebuah dewan gerejawi yang terdiri atas sejumlah penatua dan pendeta, yang diberikan kuasa untuk mempertahankan ketertiban di dalam gereja dan di antara para anggotanya. Pelanggaran merentang dari menyebarkan doktrin yang salah hingga pelanggaran moral, misalnya berdansa dengan liar dan menyanyi dengan buruk. Bentuk-bentuk penghukuman biasanya lunak—pelanggar dapat disuruh menghadiri khotbah-khotbah yang disampaikan secara terbuka atau kelas-kelas katekisasi. Perlu diingat konteks geopolitik yang lebih luas dari lembaga ini sebelum kita menilainya. Kaum Protestan pada abad ke-16 sering kali dikenai tuduhan oleh pihak Katolik bahwa mereka menciptakan doktrin-doktrin baru dan bahwa inovasi seperti itu mau tidak mau menyebabkan kemerosotan akhlak dan, pada akhirnya, kehancuran masyarakat itu sendiri. Calvin mengklaim bahwa ia ingin menegakkan legitimasi moral dari gereja yang diperbarui sesuai dengan programnya, namun juga meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu, keluarga, dan masyarakat. Dokumentasi yang baru-baru ini ditemukan mengenai jalannya Konsistori memperlihatkan setidak-tidaknya perhatian terhadap kehidupan rumah tangga dan kaum perempuan pada khususnya. Untuk pertama kalinya kaum laki-laki yang serong dihukum sama kerasnya dengan kaum perempuan, dan Konsistori sama sekali tidak memperlihatkan toleransi terhadap pemukulan atau penyiksaan terhadap pasangan (khususnya istri). Peranan Konsistori ini kompleks. Badan ini membantu mentransformasikan Jenewa menjadi kota yang digambarkan oleh reformator Skotlandia John Knox sebagai "sekolah Kristus yang paling sempurna yang pernah ada di muka bumi sejak zaman para Rasul."

Namun, tampaknya Calvin tidak bermaksud menggunakan Konsistori untuk mencapai tujuan-tujuan politiknya dan untuk mempertahankan kontrolnya terhadap kehidupan sipil dan keagamaan di Jenewa. Calvin bergerak dengan cepat untuk menjawab pertanyaan apapun yang diajukan tentang tindakan-tindakannya. Kejadian yang paling menonjol adalah kasus Pierre Ameaux dan Jacques Gruet. Calvin enggan menahbiskan orang-orang Jenewa, karena ia lebih suka memilih pendeta dari arus para imigran Prancis yang masuk ke kota itu dengan maksud semata-mata mendukung program pembaruan Calvin. Ketika Pierre Ameaux mengeluh tentang praktik ini, Calvin menganggapnya sebagai serangan terhadap kewibawaannya sebagai seorang pendeta, dan ia membujuk dewan kota untuk memaksa Ameaux untuk berjalan mengelilingi kota dengan berpakaian rambut dan memohon belas kasihan di lapangan-lapangan terbuka. Jacques Gruet memihak dengan sejumlah keluarga Jenewa lama, yang menentang kekuasaan dan metode-metode Konsistori. Ia dipersalahkan dalam suatu insiden di mana seseorang menempatkan sebuah plakat di salah satu gereja di kota itu, yang berbunyi: "Bila orang telah terlalu banyak menderita, balas dendam pun akan dilakukan." Calvin menyetujui bahwa Gruet disiksa sampai mati, dengan tuduhan bahwa ia telah bersekongkol dengan sebuah komplotan Prancis untuk menyerang kota itu.

Disiplin dan oposisi (1546–1553)[sunting | sunting sumber]

Lukisan Yohanes Calvin abad ke-16 oleh seorang pelukis yang tidak diketahui. Dari koleksi Bibliothèque de Genève (Perpustakaan Jenewa)

Calvin menghadapi perlawanan keras terhadap pekerjaannya di Jenewa. Sekitar tahun 1546, kelompok-kelompok yang tidak terkoordinasi bersatu menjadi sebuah kelompok yang ia sebut sebagai kaum libertine, tetapi mereka lebih suka disebut sebagai kaum Spirituel atau Patriot.[20][21] Menurut Calvin, mereka adalah orang-orang yang merasa bahwa setelah dimerdekakan melalui anugerah, mereka terbebas dari hukum gerejawi dan hukum sipil. Kelompok ini terdiri dari keluarga-keluarga kaya, berkuasa secara politik, dan saling terkait di Jenewa.[22] Pada akhir bulan Januari 1546, Pierre Ameaux, seorang pembuat kartu remi yang pernah berkonflik dengan Konsistori, menyerang Calvin dengan menyebutnya sebagai seorang "Picard", sebuah julukan yang menunjukkan sentimen anti-Prancis, dan menuduhnya sebagai pengajar doktrin yang keliru. Ameaux dihukum oleh dewan dan dipaksa untuk melakukan pendamaian dengan cara diarak keliling kota dan memohon pengampunan kepada Tuhan.[23] Beberapa bulan kemudian Ami Perrin, orang yang membawa Calvin ke Jenewa, pindah menjadi oposisi secara terbuka. Perrin telah menikahi Françoise Favre, putri François Favre, seorang pedagang Jenewa yang mapan. Baik istri maupun ayah mertua Perrin sebelumnya pernah berkonflik dengan Konsistori. Pengadilan mencatat bahwa banyak tokoh penting Jenewa, termasuk Perrin, telah melanggar hukum yang melarang berdansa. Awalnya, Perrin mengabaikan pengadilan ketika ia dipanggil, tetapi setelah menerima surat dari Calvin, ia hadir menghadap Konsistori.[24]

Pada tahun 1547, penentangan terhadap Calvin dan para pendeta pengungsi Prancis lainnya telah berkembang menjadi mayoritas sindik, para magistrat sipil Jenewa. Pada tanggal 27 Juni, sebuah surat ancaman yang tidak bertanda tangan dalam dialek Jenewa ditemukan di mimbar Katedral St. Pierre tempat Calvin berkhotbah. Mencurigai adanya persekongkolan melawan gereja dan negara, dewan menunjuk sebuah komisi untuk menyelidiki. Jacques Gruet, seorang anggota kelompok Favre di Jenewa, ditangkap dan bukti-bukti yang memberatkan ditemukan ketika rumahnya digeledah. Di bawah penyiksaan, ia mengakui beberapa kejahatan termasuk menulis surat yang ditinggalkan di mimbar yang mengancam para pemimpin gereja. Pengadilan sipil menjatuhi hukuman mati kepada Gruet dan ia dipenggal pada tanggal 26 Juli. Calvin tidak menentang keputusan pengadilan sipil tersebut.[25]

Kaum libertine terus menggalang oposisi, menghina para pendeta yang ditunjuk, dan menantang otoritas Konsistori. Dewan berada di antara kedua pihak yang berkonflik, secara bergantian menegur dan mendukung Calvin. Ketika Perrin terpilih sebagai sindik utama pada bulan Februari 1552, otoritas Calvin tampaknya berada pada titik terendah. Setelah beberapa kekalahan di hadapan dewan, Calvin percaya bahwa ia telah dikalahkan. Pada tanggal 24 Juli 1553, ia meminta dewan untuk mengizinkannya mengundurkan diri. Meskipun kaum libertine menguasai dewan, permintaannya ditolak. Pihak oposisi menyadari bahwa mereka dapat mengekang otoritas Calvin, tetapi mereka tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk mengusirnya.[26]

Michael Servetus (1553)[sunting | sunting sumber]

Michael Servetus bertukar banyak surat dengan Calvin hingga ia dikecam Calvin dan dieksekusi.

Titik balik dalam nasib Calvin terjadi ketika Michael Servetus, seorang polimatik Spanyol yang brilian yang memperkenalkan gagasan Islam[27] tentang peredaran darah pulmonalis ke Eropa, dan buronan dari pihak berwenang gerejawi, muncul di Jenewa pada tanggal 13 Agustus 1553. Servetus adalah seorang buronan dalam pelarian setelah ia menerbitkan Restorasi Kekristenan (1553). Seorang sarjana Calvin, Bruce Gordon, mengomentari hal ini, "Di antara pelanggaran-pelanggarannya adalah penyangkalan terhadap dosa asal dan pandangan yang aneh dan hampir tidak dapat dimengerti tentang Trinitas."[28][29]

Beberapa dekade sebelumnya, pada bulan Juli 1530, ia berdisputasi dengan Johannes Oecolampadius di Basel dan akhirnya diusir. Ia pergi ke Strasbourg, di mana ia menerbitkan sebuah pamflet yang menentang ajaran Trinitas. Bucer memberikan refutasi secara terbuka dan meminta Servetus untuk pergi. Sekembalinya ke Basel, Servetus menerbitkan Dua Buku Dialog tentang Trinitas (bahasa Latin: Dialogorum de Trinitate libri duo) yang menimbulkan sensasi di antara para Reformator dan Katolik. Ketika Yohanes Calvin memberi tahu Inkuisisi di Spanyol tentang publikasi ini, sebuah perintah dikeluarkan untuk penangkapan Servetus.[30]

Calvin dan Servetus pertama kali berhubungan pada tahun 1546 melalui seorang kenalan bersama, Jean Frellon dari Lyon. Mereka bertukar surat untuk memperdebatkan doktrin; Calvin menggunakan pseudonim Charles d' Espeville dan Servetus dengan nama Michel de Villeneuve.[28] Pada akhirnya, Calvin kehilangan kesabaran dan menolak untuk menanggapi; pada saat itu Servetus telah menulis sekitar tiga puluh surat kepada Calvin. Calvin terutama sangat marah ketika Servetus mengiriminya sebuah salinan Institutio Christianae Religionis yang berisi banyak anotasi dengan argumen-argumen yang menunjukkan kesalahan-kesalahan di dalam buku tersebut. Ketika Servetus menyebutkan bahwa ia akan datang ke Jenewa, "Espeville" (Calvin) menulis surat kepada Farel pada tanggal 13 Februari 1546, yang menyatakan bahwa jika Servetus datang, ia tidak dapat menjamin bahwa ia akan selamat: "karena jika ia datang, sejauh kewenanganku, aku tidak akan membiarkannya pergi dalam keadaan hidup."[31]

Pada tahun 1553 Servetus menerbitkan Christianismi Restitutio (bahasa Indonesia: Restorasi Kekristenan), di mana ia menolak doktrin Kristen tentang Allah Trinitas dan konsep predestinasi. Pada tahun yang sama, perwakilan Calvin, Guillaume de Trie, mengirimkan surat yang memberitahukan Inkuisisi Prancis mengenai Servetus.[32] Menyebutnya seorang "Portugis Spanyol", mencurigai dan menuduhnya[33] sebagai memiliki asal dari converso Yahudi, suatu tuduhan yang baru saja terbukti.[34][35][36] De Trie menuliskan bahwa "nama aslinya adalah Michael Servetus, tetapi saat ini ia menyebut dirinya Villeneuve, yang berpraktik sebagai dokter. Ia tinggal selama beberapa waktu di Lyon, dan sekarang ia tinggal di Vienne."[37] Ketika inkuisitor jenderal Prancis mengetahui bahwa Servetus bersembunyi di Vienne, menurut Calvin dengan nama samaran, ia menghubungi Kardinal François de Tournon, sekretaris uskup agung Lyon, untuk menangani masalah ini. Servetus ditangkap dan dibawa untuk diinterogasi. Surat-suratnya kepada Calvin disajikan sebagai bukti kebidatan, tetapi ia menyangkal telah menulisnya, dan kemudian mengatakan bahwa ia tidak yakin itu adalah tulisan tangannya. Ia berkata, setelah bersumpah di hadapan Injil suci, bahwa "ia adalah Michel De Villeneuve, seorang dokter berusia sekitar 42 tahun, seorang asal Tudela dari kerajaan Navarra, sebuah kota yang takluk pada Kaisar."[38] Keesokan harinya ia berkata: "... meskipun ia bukan Servetus, ia mengambil alih peran Servet untuk berdebat dengan Calvin".[39] Ia berhasil melarikan diri dari penjara, dan pihak berwenang Katolik menjatuhkan hukuman mati secara in absentia dengan cara dibakar secara perlahan.[40]

Dalam perjalanannya menuju Italia, Servetus singgah di Jenewa untuk mengunjungi d'Espeville, di mana ia dikenali dan ditangkap. Sekretaris Calvin, Nicholas de la Fontaine, menyusun daftar tuduhan yang diajukan ke pengadilan. Jaksa penuntutnya adalah Philibert Berthelier, seorang anggota keluarga libertine dan putra dari patriot Jenewa yang terkenal, dan persidangan dipimpin oleh Pierre Tissot, saudara ipar Perrin. Kaum libertin membiarkan persidangan berlangsung berlarut-larut dalam upaya untuk mengusik Calvin. Kesulitan dalam menggunakan Servetus sebagai senjata melawan Calvin adalah bahwa reputasi bidat Servetus tersebar luas dan sebagian besar kota di Eropa mengamati dan menunggu hasil persidangan. Hal ini menimbulkan dilema bagi kaum libertine, sehingga pada tanggal 21 Agustus, dewan memutuskan untuk menulis surat kepada kota-kota lain di Swiss untuk meminta pendapat mereka, sehingga mengurangi tanggung jawab mereka atas keputusan akhir.[41] Selagi menunggu tanggapan dari kota-kota Swiss, dewan juga bertanya kepada Servetus apakah ia lebih memilih untuk diadili di Vienne atau di Jenewa. Ia memohon untuk tetap berada di Jenewa. Pada tanggal 20 Oktober, tanggapan dari Zurich, Basel, Bern, dan Schaffhausen dibacakan dan dewan mengutuk Servetus sebagai seorang bidat. Keesokan harinya ia dijatuhi hukuman dibakar di tiang pancang, hukuman yang sama seperti di Vienne. Beberapa ahli menyatakan bahwa Calvin dan para pendeta lainnya meminta agar ia dipenggal dan bukannya dibakar, mengetahui bahwa pembakaran di tiang pancang adalah satu-satunya rekursus yang sah.[42] Permohonan ini ditolak dan pada tanggal 27 Oktober, Servetus dibakar hidup-hidup di dataran tinggi Champel di tepi Jenewa.[43]

Mengamankan Reformasi Protestan (1553–1555)[sunting | sunting sumber]

Setelah kematian Servetus, Calvin diakui sebagai pembela Kekristenan, tetapi kemenangan utamanya atas kaum libertine masih dua tahun lagi. Ia selalu bersikeras bahwa Konsistori tetap memiliki kuasa untuk mengekskomunikasi, meskipun dewan sebelumnya telah memutuskan untuk mencabutnya. Selama persidangan Servetus, Philibert Berthelier meminta izin kepada dewan kota untuk menerima perjamuan kudus, karena ia telah diekskomunikasi pada tahun sebelumnya atas penghinaan terhadap seorang pendeta. Calvin memprotes bahwa dewan kota tidak memiliki otoritas hukum untuk membatalkan ekskomunikasi Berthelier. Tidak yakin bagaimana dewan akan memutuskan, ia mengisyaratkan dalam sebuah khotbah pada tanggal 3 September 1553 bahwa ia mungkin akan diberhentikan oleh pihak berwenang. Dewan memutuskan untuk memeriksa kembali Ordonnances dan pada tanggal 18 September, dewan memberikan suara untuk mendukung Calvin—ekskomunikasi berada di dalam yurisdiksi Konsistori. Berthelier mengajukan permohonan untuk dipulihkan kepada majelis administratif Jenewa yang lain, Deux Cents (Dua Ratus), pada bulan November. Badan ini membalikkan keputusan dewan dan menyatakan bahwa penentu akhir mengenai ekskomunikasi adalah dewan. Para pendeta terus melakukan protes, dan seperti dalam kasus Servetus, pendapat gereja-gereja Swiss diminta. Persoalan ini berlanjut terus hingga tahun 1554. Akhirnya, pada tanggal 22 Januari 1555, dewan mengumumkan keputusan gereja-gereja Swiss: Ordonnances yang semula akan dipertahankan dan Konsistori akan mendapatkan kembali kekuasaan resminya.[44]

Kejatuhan kaum libertine dimulai dengan pemilihan umum bulan Februari 1555. Pada waktu itu, banyak pengungsi Prancis telah menerima kewarganegaraan dan dengan dukungan mereka, partisan Calvin memilih mayoritas dari sindik dan anggota dewan. Pada tanggal 16 Mei kaum libertine melakukan protes mabuk di jalanan dan berupaya membakar sebuah rumah yang konon penuh dengan orang Prancis. Seorang sindik Henri Aulbert mencoba untuk mengintervensi, membawa baton jabatan yang mewakili kuasanya. Perrin merebut baton dan melambaikannya kepada massa, yang membuat ia terlihat seperti mengambil alih kekuasaan dan menjalankan sebuah kudeta. Pemberontakan segera berakhir ketika sindik lain muncul dan memerintahkan Perrin untuk pergi bersamanya ke balai kota. Perrin dan para pimpinan lainnya terpaksa meninggalkan kota. Dengan persetujuan Calvin, komplotan lain yang masih berada di kota ditemukan dan dieksekusi. Perlawanan terhadap tata pemerintahan gereja Calvin pun berakhir.[45]

Tahun-tahun akhir (1555–1564)[sunting | sunting sumber]

John Calvin pada usia 53 tahun dalam sebuah ukiran oleh René Boyvin

Selama tahun-tahun terakhirnya, otoritas Calvin hampir tak tertandingi, dan ia menikmati reputasi internasional sebagai seorang reformator yang berbeda dari Martin Luther.[46] Awalnya, Luther dan Calvin saling menghormati satu dengan yang lain. Namun, terjadilah sebuah konflik doktrinal di antara Luther dan reformator Zurich Ulrich Zwingli mengenai interpretasi Perjamuan Kudus. Pendapat Calvin mengenai isu ini memaksa Luther untuk menempatkannya di kubu Zwingli. Calvin secara aktif berpartisipasi dalam polemik-polemik yang terjadi di antara cabang-cabang Lutheran dan Reformed dari gerakan Reformasi.[47] Pada saat yang sama, Calvin merasa kecewa akan tidak adanya kesatuan di antara para reformator. Ia mengambil langkah menuju rapprochement dengan Bullinger dengan menandatangani Konsensus Tigurinus, sebuah konkordat antara gereja-gereja Zurich dan Jenewa. Calvin memuji ide tersebut, tetapi pada akhirnya Cranmer tidak dapat mewujudkannya.[48]

Calvin memberikan perlindungan kepada para pengasingan Marian (mereka yang melarikan diri dari pemerintahan Mary Tudor yang beragama Katolik di Inggris) di Jenewa mulai tahun 1555. Di bawah perlindungan kota, mereka dapat membentuk gereja reformed mereka sendiri di bawah kepemimpinan John Knox dan William Whittingham dan akhirnya membawa ide-ide Calvin tentang doktrin dan tata pemerintahan kembali ke Inggris dan Skotlandia.[49]

Collège Calvin adalah sekolah persiapan perguruan tinggi untuk Maturité Swiss.

Di Jenewa, perhatian utama Calvin adalah mendirikan sebuah "collège", sebuah institusi pendidikan bagi anak-anak. Sebuah lokasi untuk sekolah ini dipilih pada tanggal 25 Maret 1558 dan dibuka pada tahun berikutnya pada tanggal 5 Juni 1559. Meskipun sekolah ini merupakan satu institusi, sekolah ini dibagi menjadi dua bagian: sekolah tata bahasa yang disebut collège atau schola privata dan sekolah tingkat lanjut yang disebut académie atau schola publica. Calvin mencoba merekrut dua profesor untuk institut tersebut, Mathurin Cordier, teman lamanya dan sarjana Latin yang sekarang tinggal di Lausanne, dan Immanuel Tremellius, mantan Profesor Regius Bahasa Ibrani di Cambridge. Ia gagal mengundang keduanya, namun ia berhasil menjadikan Theodore Beza sebagai rektor. Dalam waktu lima tahun, terdapat 1.200 siswa di sekolah tata bahasa dan 300 siswa di sekolah tingkat lanjut. Collège akhirnya menjadi Collège Calvin, salah satu sekolah persiapan perguruan tinggi di Jenewa; académie menjadi Universitas Jenewa.[50]

Dampak terhadap Prancis[sunting | sunting sumber]

Calvin sangat berkomitmen untuk mereformasi tanah kelahirannya, Prancis. Gerakan Protestan di sana telah menjadi gerakan yang bertenaga, tetapi mereka tidak memiliki arahan organisasional yang terpusat. Dengan dukungan finansial dari gereja di Jenewa, Calvin mengalihkan tenaganya yang sangat besar untuk mendukung perjuangan Protestan Prancis. Seperti seorang sejarawan menjelaskan:

Ia menyediakan dogma, liturgi, dan ide-ide moral dari agama baru tersebut, dan ia juga menciptakan lembaga-lembaga gerejawi, politik, dan sosial yang selaras dengannya. Sebagai seseorang yang terlahir pemimpin, ia menindaklanjuti karyanya dengan seruan-seruan pribadi. Korespondensinya yang luas dengan kaum Protestan Prancis tidak hanya menunjukkan semangat yang tinggi, tetapi juga kepedihan yang tak terhingga dan kebijaksanaan yang luar biasa serta membawa pulang pelajaran dari risalah-risalah yang dicetaknya.[51] Antara tahun 1555 dan 1562, lebih dari 100 pendeta dikirim ke Prancis. Namun demikian, Raja Prancis Henri II menganiaya kaum Protestan dengan keras di bawah Dekrit Chateaubriand dan ketika pihak berwenang Prancis mengeluhkan kegiatan misionaris tersebut, para bapa kota di Jenewa menolak tanggung jawab resmi.[52]

Penyakit terakhir[sunting | sunting sumber]

Makam tradisional Calvin di Cimetière de Plainpalais di Jenewa; letak pasti dari makamnya tidak diketahui.

Pada akhir tahun 1558, Calvin jatuh sakit karena demam. Karena ia takut akan meninggal sebelum menyelesaikan revisi terakhir dari Institutio, ia memaksakan dirinya untuk bekerja. Edisi terakhir dari Institutio sangat diperluas sampai-sampai Calvin menyebutnya sebagai sebuah karya baru. Pengembangan dari 21 bab pada edisi sebelumnya menjadi 80 bab disebabkan oleh pembahasan yang diperluas dari materi yang sudah ada dan bukan karena penambahan topik-topik baru.[53] Segera setelah ia pulih, ia memaksakan suaranya saat berkhotbah, yang menyebabkan batuk-batuk parah. Pembuluh darah di paru-parunya pecah, dan kesehatannya terus menurun. Ia menyampaikan khotbah terakhirnya di St. Pierre pada tanggal 6 Februari 1564. Pada tanggal 25 April, ia membuat surat wasiat, di mana ia meninggalkan sejumlah kecil uang untuk keluarganya dan untuk collège. Beberapa hari kemudian, para pendeta gereja datang mengunjunginya, dan ia mengucapkan salam perpisahan terakhirnya, yang dicatat dalam Discours d'adieu aux ministres. Ia menceritakan kehidupannya di Jenewa, dan terkadang mengenang dengan pahit beberapa penderitaan yang ia alami. Calvin meninggal pada tanggal 27 Mei 1564 pada usia 54 tahun. Awalnya, tubuhnya dibaringkan di tempat kehormatan, tetapi karena begitu banyak orang yang datang untuk melihatnya, para reformator takut bahwa mereka akan dituduh mengembangkan kultus orang suci yang baru. Keesokan harinya, ia dimakamkan di sebuah makam tak bertanda di Cimetière des Rois.[54] Letak persis makamnya tidak diketahui. Sebuah batu ditambahkan pada abad ke-19 untuk menandai makam yang secara tradisional dianggap sebagai makam Calvin.[55]

Pemikiran politik[sunting | sunting sumber]

Tujuan dari teori politik Calvin adalah untuk melindungi hak-hak dan kebebasan orang-orang biasa. Meskipun ia yakin bahwa Alkitab tidak memuat cetak biru untuk suatu bentuk pemerintahan tertentu, Calvin menyukai kombinasi antara demokrasi dan aristokrasi (pemerintahan campuran). Ia menghargai keunggulan demokrasi.[56] Untuk meminimalisasi penyalahgunaan kekuasaan politik, Calvin mengusulkan untuk membaginya di antara beberapa institusi politik seperti aristokrasi, masyarakat kelas bawah, atau magistrat dalam sebuah sistem checks and balances (pemisahan kekuasaan). Puncaknya, Calvin mengajarkan bahwa jika para penguasa bangkit melawan Allah, mereka kehilangan hak ilahi mereka dan harus digulingkan.[57][58] Negara dan gereja terpisah, meskipun mereka harus bekerja sama untuk kepentingan rakyat. Para magistrat Kristen harus memastikan bahwa gereja dapat memenuhi tugasnya dengan bebas. Dalam kasus-kasus ekstrem, para magistrat harus mengusir atau menghukum mati para bidat yang berbahaya, tetapi tidak seorang pun dapat dipaksa untuk menjadi seorang Protestan.[59][60]

Calvin berpendapat bahwa pertanian dan kerajinan tradisional adalah aktivitas manusia yang normal. Dalam hal perdagangan dan dunia keuangan, ia lebih liberal daripada Luther, tetapi keduanya menentang keras riba. Calvin mengizinkan pembebanan suku bunga yang wajar pada pinjaman. Seperti para Reformator lainnya, Calvin memahami pekerjaan sebagai sarana yang melaluinya orang-orang percaya dapat mengekspresikan rasa syukur mereka kepada Allah atas penebusan mereka di dalam Kristus dan sebagai sebuah pelayanan kepada sesama. Setiap orang diwajibkan untuk bekerja; bermalas-malasan dan mengemis tidak dibenarkan. Gagasan bahwa keberhasilan secara ekonomi adalah tanda nyata dari anugerah Allah hanya memainkan peran kecil dalam pemikiran Calvin. Hal ini menjadi lebih penting dalam bentuk-bentuk Calvinisme di kemudian hari yang tersekularisasi dan menjadi titik awal teori Max Weber tentang bangkitnya kapitalisme.[58]

Karya-karya pilihan[sunting | sunting sumber]

Karya yang pertama kali diterbitkan Calvin adalah sebuah tafsiran atas karya Seneca Muda, De Clementia. Diterbitkan dengan biaya sendiri pada tahun 1532, karya ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang humanis dalam tradisi Erasmus dengan pemahaman yang menyeluruh tentang kesarjanaan klasik.[61] Karya teologis pertamanya, Psychopannychia, berusaha membantah doktrin jiwa yang tertidur yang disebarluaskan oleh kaum Anabaptis. Calvin mungkin menulisnya selama kurun waktu setelah pidato Cop, tetapi tidak diterbitkan hingga tahun 1542 di Strasbourg.[62]

Calvin menulis banyak surat kepada pemimpin agama dan politik di seluruh Eropa, termasuk surat ini yang dikirimkan kepada Edward VI dari Inggris.

Calvin menulis tafsiran atas sebagian besar kitab-kitab dalam Alkitab. Tafsiran pertamanya atas Surat Roma diterbitkan pada tahun 1540, dan ia berencana untuk menulis tafsiran atas seluruh Perjanjian Baru. Enam tahun berlalu sebelum ia menulis tafsirannya yang kedua, sebuah tafsiran atas Surat 1 Korintus, tetapi setelah itu ia memberikan lebih banyak perhatian untuk mencapai tujuannya. Dalam waktu empat tahun ia telah menerbitkan tafsiran atas semua surat-surat Paulus, dan ia juga merevisi tafsiran atas surat Roma. Ia kemudian mengalihkan perhatiannya pada surat-surat umum, mendedikasikannya untuk Edward VI dari Inggris. Pada tahun 1555, ia telah menyelesaikan karyanya mengenai Perjanjian Baru, diakhiri dengan Kisah Para Rasul dan kitab-kitab Injil (ia hanya melewatkan Surat-surat Yohanes kedua dan ketiga yang singkat dan Kitab Wahyu). Untuk Perjanjian Lama, ia menulis tafsiran atas Kitab Yesaya, kitab-kitab dalam Pentateukh, Mazmur, dan Kitab Yosua. Materi untuk tafsiran-tafsiran tersebut sering kali berasal dari kuliah-kuliah kepada para mahasiswa dan para pendeta yang kemudian ia susun ulang untuk diterbitkan. Sejak tahun 1557 dan seterusnya, ia tidak dapat menemukan waktu untuk melanjutkan metode ini, dan ia memberikan izin agar kuliah-kuliahnya diterbitkan dari catatan-catatan para stenografer. Praelectiones ini mencakup kitab nabi-nabi kecil, Kitab Daniel, Kitab Yeremia, Kitab Ratapan, dan sebagian dari Kitab Yehezkiel.[63]

Calvin juga menulis banyak surat dan risalah. Setelah Responsio ad Sadoletum, Calvin menulis atas permintaan Bucer sebuah surat terbuka kepada Karl V pada tahun 1543, Supplex exhortatio ad Caesarem, yang membela iman reformasi. Surat ini disusul oleh sebuah surat terbuka kepada paus (Admonitio paterna Pauli III) pada tahun 1544, di mana Calvin menegur Paulus III karena menghalangi para reformator untuk melakukan rapprochement. Paus kemudian membuka Konsili Trente, yang menghasilkan keputusan-keputusan yang menentang para reformator. Calvin menyanggah keputusan-keputusan tersebut dengan menerbitkan Acta synodi Tridentinae cum Antidoto (Sinode Trente dengan Penawar) pada tahun 1547. Ketika Karl mencoba mencari solusi kompromi dengan Interim Augsburg, Bucer dan Bullinger mendesak Calvin untuk menanggapi. Ia menulis risalah Vera Christianae pacificationis et Ecclesiae reformandae ratio (Sistem yang sejati dari pasifikasi Kristen dan reformasi Gereja) pada tahun 1549, di mana ia menjelaskan doktrin-doktrin yang harus ditegakkan, termasuk pembenaran oleh iman.[64]

Calvin menyediakan banyak dokumen dasar bagi gereja-gereja reformed, termasuk dokumen-dokumen mengenai katekismus, liturgi, dan tata kelola gereja. Ia juga menyusun beberapa pengakuan iman untuk menyatukan gereja-gereja.Pada tahun 1559, ia menyusun draf dari pengakuan iman bagi gereja Prancis, Pengakuan Iman Galia, dan sinode di Paris menerimanya dengan beberapa perubahan. Pengakuan Iman Belgia pada tahun 1561, sebuah pengakuan iman Belanda, didasarkan sebagian pada Pengakuan Iman Galia.[65]

Warisan[sunting | sunting sumber]

Lukisan Calvin oleh Titian

Setelah kematian Calvin dan penggantinya, Beza, dewan kota Jenewa secara bertahap memperoleh kendali atas bidang kehidupan yang sebelumnya berada dalam yurisdiksi gerejawi. Meningkatnya sekularisasi diikuti dengan kemunduran gereja. Bahkan académie Jenewa dikalahkan oleh universitas-universitas di Leiden dan Heidelberg, yang menjadi benteng baru gagasan-gagasan Calvin, yang pertama kali diidentifikasi sebagai "Calvinisme" oleh Joachim Westphal pada tahun 1552. Pada tahun 1585, Jenewa, yang dulunya pernah menjadi sumber gerakan reformasi, kini hanya menjadi simbol belaka.[66] Calvin selalu memperingatkan agar tidak menggambarkannya sebagai "berhala" dan Jenewa sebagai "Yerusalem" yang baru. Ia mendorong orang untuk beradaptasi dengan lingkungan tempat mereka berada. Bahkan dalam korespondensi polemis dengan Westphal, ia menasihati sekelompok pengungsi berbahasa Perancis, yang menetap di Wesel, Jerman, untuk berintegrasi dengan gereja Lutheran setempat. Walaupun ia berbeda pendapat dengan kaum Lutheran, ia tidak menyangkali bahwa mereka adalah anggota Gereja yang sejati. Pengakuan Calvin akan perlunya beradaptasi dengan keadaan setempat menjadi karakteristik penting gerakan reformasi ketika gerakan ini menyebar ke seluruh Eropa.[67]

Saat-saat terakhir hidup Calvin (Barcelona: Montaner y Simón, 1880–1883)

Karena pekerjaan misionaris Calvin di Prancis, program reformasinya akhirnya menjangkau provinsi-provinsi berbahasa Prancis di Belanda. Calvinisme diterima di Elektorat Pfalz di bawah Friedrich III. Hal membawa kepada perumusan Katekismus Heidelberg pada tahun 1563. Katekismus ini dan Pengakuan Iman Belgia diadopsi sebagai standar konfesional dalam sinode pertama dari Gereja Reformed Belanda pada tahun 1571. Beberapa teolog terkemuka, baik Calvinis atau mereka yang bersimpati terhadap Calvinisme, menetap di Inggris (Martin Bucer, Petrus Martir, dan Jan Laski) dan Skotlandia (John Knox). Selama Perang Saudara Inggris, Puritan Calvinis menghasilkan Pengakuan Iman Westminster, yang menjadi standar konfesional bagi kaum Presbiterian di dunia berbahasa Inggris.

Zwingli (kanan) dan John Calvin di koin 20 franc Swiss memperingati ulang tahun ke-500 Reformasi, 2017.

Karena Kesultanan Utsmaniyah tidak memaksakan agama Islam kepada wilayah-wilayah barat yang ditaklukkannya, gagasan-gagasan reformasi dengan cepat diterima di dua pertiga wilayah Hungaria yang mereka duduki (sepertiga bagian Hungaria yang dikuasai Habsburg tetap Katolik). Sebuah Sinode Konstitusional Reformed diadakan pada tahun 1567 di Debrecen, pusat utama Calvinisme Hungaria, di mana Pengakuan Iman Helvetik Kedua diterima sebagai pengakuan resmi kaum Calvinis Hungaria.

Setelah menjadi mapan di Eropa, gerakan ini terus menyebar ke belahan dunia lain termasuk Amerika Utara, Afrika Selatan, dan Korea.[68]

Calvin tidak sempat melihat landasan karyanya berkembang menjadi gerakan internasional. Namun, kematiannya memungkinkan gagasan-gagasannya keluar dari kota asalnya, berhasil melampaui batas negaranya, dan membentuk ciri khas tersendiri.[69]

Calvin diakui sebagai Pembaharu Gereja di gereja-gereja Lutheran dan diperingati pada tanggal 26 Mei.[70] Calvin juga diperingati di Gereja Inggris dengan sebuah peringatan pada tanggal 26 Mei.[71]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Francois Wendel. 2010. Calvin: Asal Usul dan Perkembangan Pemikiran Religiusnya. Surabaya: Momentum. 4-5.>
  2. ^ Cottret 2000, hlm. 8–12; Parker 2006, hlm. 17–20
  3. ^ Ganoczy 2004, hlm. 3–4; Cottret 2000, hlm. 12–16; Parker 2006, hlm. 21. McGrath 1990, hlm. 22–27 menyatakan bahwa Nicolas Colladon adalah yang membiayai kuliahnya di Collège de la Marche, yang dibantah oleh McGrath.
  4. ^ Cottret 2000, hlm. 17–18; Parker 2006, hlm. 22–23
  5. ^ (Indonesia) J. L. Ch. Abineno. 2006, Bucer & Calvin, Suatu Perbandingan Singkat, Jakarta: Gunung Mulia. Hlm.1.
  6. ^ Calvin et Strasbourg Diarsipkan 8 September 2013 di Wayback Machine. (dalam bahasa Prancis)
  7. ^ Parker 2006, hlm. 92–93
  8. ^ a b Parker 1995, hlm. 4–5
  9. ^ Parker 2006, hlm. 97–101
  10. ^ Cottret 2000, hlm. 143–146
  11. ^ Cottret 2000, hlm. 140
  12. ^ Parker 1975, hlm. 87
  13. ^ Cottret 2000, hlm. 139–142; Parker 2006, hlm. 96–97
  14. ^ Ganoczy 2004, hlm. 15–17
  15. ^ Cottret 2000, hlm. 165–166; Parker 2006, hlm. 108–111
  16. ^ Cottret 2000, hlm. 172–174; Parker 2006, hlm. 112–115
  17. ^ Cottret 2000, hlm. 170–171
  18. ^ Mark J. Larson (2009). Calvin's Doctrine of the State: A Reformed Doctrine and Its American Trajectory, The Revolutionary War, and the Founding of the Republic. Wipf and Stock. hlm. 1–20. ISBN 978-1-60608-073-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 15 September 2015. Diakses tanggal 14 August 2015. 
  19. ^ Harro Höpfl, The Christian Polity of John Calvin (Cambridge University Press, 1985)
  20. ^ Schaff, Philip, "§ 108. Calvin's Struggle with the Patriots and Libertines", History of the Christian Church, VIII, diarsipkan dari versi asli tanggal 9 May 2012, diakses tanggal 17 January 2013 
  21. ^ Fisher, George Park (1912). The Reformation. New York: Charles Scribner's Sons. hlm. 192. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 April 2016. Diakses tanggal 23 October 2015. 
  22. ^ Cottret 2000, hlm. 185–186; Parker 2006, hlm. 124–126
  23. ^ Cottret 2000, hlm. 187; Parker 2006, hlm. 126
  24. ^ Parker 2006, hlm. 127
  25. ^ De Greef 2008, hlm. 30–31; McNeill 1954, hlm. 170–171; Cottret 2000, hlm. 190–191; Parker 2006, hlm. 136–138
  26. ^ Parker 2006, hlm. 139–145
  27. ^ Majeed, Azeem (2005). "How Islam changed medicine". BMJ. 331 (7531): 1486–1487. doi:10.1136/bmj.331.7531.1486. PMC 1322233alt=Dapat diakses gratis. PMID 16373721. 
  28. ^ a b "Michael Servetus: Saint, Heretic and Martyr (Part 3: A Radical Theology)". The Postbarthian | Ecumenical Reformed Musing of Wyatt Houtz (dalam bahasa Inggris). 5 October 2018. Diakses tanggal 9 May 2020. 
  29. ^ Hunted Heretic, p. 141.
  30. ^ Cottret 2000, hlm. 213–216; Parker 2006, hlm. 146
  31. ^ Cottret 2000, hlm. 216–217; Parker 2006, hlm. 147–148; Levy, Leonard W. (1995), Blasphemy: Verbal offense Against the Sacred from Moses to Salman Rushdie, hlm. 65, ISBN 978-0-8078-4515-8.
  32. ^ Lihat surat-surat Yohanes Calvin, Opera Quae Supersunt Omnia, Buku VIII, Appendix 1, IV & VII.
  33. ^ Calvin and the Judaism, Influence and actions and obsessions. Revoeder Hebrew Press. Levi Lancaster 200, hlm. 106.
  34. ^ Gonzalez Echeverría, "Andrés Laguna dan Michael Servetus: dua dokter humanis yang berpindah keyakinan pada abad XVI" dalam: Andrés Laguna International Congress. Humanism, Science and Politics in the Renaissance Europe, García Hourcade y Moreno Yuste, coord., Junta de Castilla y León, Valladolid,1999, hlm. 377–389
  35. ^ González Echeverría "Michael Servetus berasal dari keluarga Yahudi yang terkenal yang telah berpindah keyakinan, keluarga Zaporta", Pliegos de Bibliofilia, nº 7, Madrid hlm. 33–42. 1999
  36. ^ González Echeverría" On the Jewish origin of Michael Servetus" Raíces. Jewish Magazine of Culture, Madrid, nº 40, hlm. 67–69. 1999
  37. ^ Inconsistencies of John Calvin, A.C. Williams, Artiviche Ed, Pressore, 2012, hlm. 34–39.
  38. ^ 1749 Interogasi pertama. Penghakiman Vienne di Dauphiné melawan Servet. D'artigny Nouveaux mémoires d'histoire Tome Seconde. hlm. 55-154.
  39. ^ 1749 Interogasi kedua. Penghakiman Vienne di Dauphiné melawan Servet. D'artigny Nouveaux mémoires d'histoire Tome Seconde hlm. 55-154)
  40. ^ Parker 2006, hlm. 149–150
  41. ^ Parker 1975, hlm. 122
  42. ^ Verdict and Sentence for Michael Servetus (1533) in A Reformation Reader eds. Denis R. Janz; hlm. 268–270
  43. ^ McGrath 1990, hlm. 118–120; Cottret 2000, hlm. 222–225; Parker 2006, hlm. 150–152
  44. ^ Cottret 2000, hlm. 195–198; Parker 2006, hlm. 154–156
  45. ^ Cottret 2000, hlm. 198–200; Parker 2006, hlm. 156–157; Manetsch 2013, hlm. 187
  46. ^ Cottret 2000, hlm. 235
  47. ^ Parker 1975, hlm. 162–163
  48. ^ Parker 1975, hlm. 164–165
  49. ^ Parker 2006, hlm. 170–172
  50. ^ Olsen 2004, hlm. 158–159; Ganoczy 2004, hlm. 19–20; Cottret 2000, hlm. 256–259; Parker 2006, hlm. 157–160
  51. ^ Preserved Smith (1920). The Age of the Reformation. H. Holt. hlm. 201. 
  52. ^ McGrath 1990, hlm. 182–184; Parker 2006, hlm. 178–180
  53. ^ Parker 2006, hlm. 161–164
  54. ^ McGrath 1990, hlm. 195–196; Cottret 2000, hlm. 259–262; Parker 2006, hlm. 185–191
  55. ^ Rossel, Patrice (1994), Une visite du cimetière de Plainpalais, Les Iles futures ; Palfi, Véronique (2003), Le Cimetière des Rois, De l'hôpital des pestiférés au cimetière de Plainpalais, Cinq siècle d'histoire, étude historique pour la Conservation architecturale de la Ville de Genève 
  56. ^ Jan Weerda, Calvin, dalam Evangelisches Soziallexikon, Stuttgart (Germany) (1954), col. 210
  57. ^ Clifton E. Olmstead (1960), History of Religion in the United States, Prentice-Hall, Englewood Cliffs, New Jersey, pp. 9–10
  58. ^ a b Jan Weerda, Calvin, dalam Evangelisches Soziallexikon, col. 211
  59. ^ Jan Weerda, Calvin, dalam Evangelisches Soziallexikon, col. 212
  60. ^ Otto Weber, Calvin, Johannes, dalam Die Religion in Geschichte und Gegenwart, 3. Auflage, Vol I (1957), col. 1598
  61. ^ De Greef 2004, hlm. 41; McGrath 1990, hlm. 60–62; Cottret 2000, hlm. 63–65; Steinmetz 2009
  62. ^ De Greef 2004, hlm. 53; Cottret 2000, hlm. 77–82
  63. ^ De Greef 2004, hlm. 44–45; Parker 2006, hlm. 134–136, 160–162
  64. ^ De Greef 2004, hlm. 46–48
  65. ^ De Greef 2004, hlm. 50–51
  66. ^ McGrath 1990, hlm. 200–201; Cottret 2000, hlm. 239
  67. ^ Pettegree 2004, hlm. 207–208
  68. ^ Holder 2004, hlm. 246–256; McGrath 1990, hlm. 198–199
  69. ^ Pettegree 2004, hlm. 222
  70. ^ "The Church Year" (PDF). 2006-09-08. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 8 September 2006. Diakses tanggal 2023-04-27. 
  71. ^ "The Calendar". The Church of England (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 27 March 2021. 

Referensi[sunting | sunting sumber]

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

Pranala luar[sunting | sunting sumber]