Badan Karantina Pertanian
Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian Republik Indonesia | |
---|---|
![]() | |
Gambaran umum | |
Dasar hukum | Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian |
Slogan | Profesional, tangguh, tepercaya |
Pegawai | 3.809 (tahun 2019)[1] |
Alokasi APBN | Rp852.815.222.000 (tahun 2019)[2] |
Susunan organisasi | |
Kepala Badan | Ir. Bambang, M.M. |
Sekretaris Badan | Ir. Wisnu Haryana |
Kepala Pusat | |
Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani | drh. Wisnu Wasisa Putra, M.P. |
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati | Dr. Ir. A.M. Adnan, M.P. |
Pusat Kepatuhan, Kerja sama, dan Informasi Perkarantinaan | Ir. Junaidi, M.M. |
Kantor pusat | |
Gedung E Kementerian Pertanian RI Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Pasar Minggu, Jakarta Selatan | |
Situs web | |
karantina |
Badan Karantina Pertanian (disingkat Barantan) adalah lembaga pemerintah yang berada di bawah Kementerian Pertanian Republik Indonesia yang bertugas untuk menyelenggarakan perkarantinaan pertanian dan pengawasan keamanan hayati. Kepala Badan Karantina Pertanian saat ini adalah Ir. Bambang, M.M.
Sejarah[sunting | sunting sumber]
Terminologi[sunting | sunting sumber]
Kata karantina berasal dari bahasa Italia, quaranta giorni, yang artinya empat puluh hari. Istilah ini muncul pada abad ke-14 saat terjadi wabah maut hitam (black death) yang menewaskan sepertiga hingga dua pertiga penduduk Eropa. Sistem karantina pun digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut. Pada masa itu, kapal-kapal penumpang yang datang dari wilayah lain dilarang langsung berlabuh. Para pendatang ini harus menunggu selama empat puluh hari di suatu pulau yang telah ditentukan untuk memastikan bahwa mereka tidak tertular black death. Walaupun pada awalnya karantina dibuat untuk mencegah penyebaran penyakit pada manusia, namun pada perkembangan selanjutnya, konsep karantina juga digunakan untuk mencegah penyebaran penyakit pada hewan dan tumbuhan.
Sebelum kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
Penyelenggaraan karantina pertanian di Indonesia telah berlangsung sejak zaman penjajahan Hindia Belanda. Hal ini diawali oleh adanya penyebaran penyakit karat daun kopi yang disebabkan oleh cendawan Hemileila vastatrix dari Sri Lanka. Pemerintah kolonial berusaha untuk mencegah masuknya penyakit tersebut ke Indonesia untuk melindungi perkebunan kopi yang menjadi salah satu sumber pendapatan utama mereka dengan cara menerbitkan Ordonansi 19 Desember 1877 (Staatsblad No. 262) yang melarang pemasukan tanaman kopi dan biji kopi dari Sri Lanka. Ordonansi tersebut merupakan pertama kali yang dikeluarkan pemerintah Hindia Belanda dalam bidang perkarantinaan tumbuhan di Indonesia.[3]
Setelah kemerdekaan[sunting | sunting sumber]
Setelah kemerdekaan negara Republik Indonesia, urusan perkarantinaan pertanian berada di bawah tanggung jawab Departemen Pertanian dengan fungsi karantina hewan dan karantina tumbuhan berada di bawah unit yang berbeda. Pada tahun 1992 diterbitkan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan karantina hewan, ikan, dan tumbuhan di Indonesia. Terdapat tiga buah Peraturan Pemerintah yang selanjutnya diterbitkan untuk menjalankan Undang-Undang tersebut, yaitu:
- Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan,
- Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2002 tentang Karantina Tumbuhan, dan
- Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2002 tentang Karantina Ikan.
Pada 27 September 2001, karantina ikan diserahterimakan dari Departemen Pertanian ke Departemen Kelautan dan Perikanan. Terbitnya Keputusan Presiden Nomor 58 Tahun 2001 menyatakan lahirnya Badan Karantina Pertanian sebagai unit eselon Ia di Departemen Pertanian.[3]
Sejak tahun 2008, tepatnya setelah terbit Peraturan Menteri Pertanian Nomor 22/Permentan/OT.140/4/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian, terjadi penggabungan antara karantina hewan dan karantina tumbuhan menjadi karantina pertanian dalam kerangka operasional di lapangan.[3] Mulai saat itu, terbentuk 52 Unit Pelaksana Teknis Karantina Pertanian yang tersebar di seluruh Indonesia.
Setelah puluhan tahun diterapkan, beberapa ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 dianggap sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hukum di masyarakat sehingga periu diganti. Oleh karena itu, pada tahun 2019 diterbitkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan untuk menggantikan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992.
Tugas dan fungsi[sunting | sunting sumber]
Badan Karantina Pertanian mempunyai tugas menyelenggarakan perkarantinaan pertanian dan pengawasan keamanan hayati. Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Karantina Pertanian menyelenggarakan fungsi:[4]
- Penyusunan kebijakan teknis, rencana dan program perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati;
- Pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati;
- Peningkatan sistem perkarantinaan hewan dan tumbuhan serta pengawasan keamanan hayati;
- Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati;
- Pelaksanaan administrasi Badan Karantina Pertanian; dan
- Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
Tujuan[sunting | sunting sumber]
Penyelenggaraan karantina pertanian ditujukan untuk:[5]
- mencegah masuknya hama dan penyakit hewan karantina (HPHK) dan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) dari luar negeri ke dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
- mencegah tersebarnya HPHK serta OPTK dari suatu area ke area lain di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
- mencegah keluarnya HPHK serta organisme pengganggu tumbuhan dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
- mencegah masuk atau keluarnya pangan dan pakan yang tidak sesuai dengan standar keamanan dan mutu;
- mencegah masuk dan tersebarnya agensia hayati, jenis asing invasif, dan produk rekayasa genetik yang berpotensi mengganggu kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, dan kelestarian lingkungan; dan
- mencegah keluar atau masuknya tumbuhan dan satwa liar, tumbuhan dan satwa langka, serta sumber daya genetik dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau antararea di dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Susunan organisasi[sunting | sunting sumber]
Susunan organisasi kantor pusat Badan Karantina Pertanian yaitu:[6]
Pimpinan: Kepala Badan Karantina Pertanian
- Sekretariat Badan
- Bagian Umum
- Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Hewani
- Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati
- Pusat Kepatuhan, Kerjasama, dan Informasi Perkarantinaan
Pimpinan[sunting | sunting sumber]
Tabel di bawah ini berisi daftar orang yang pernah menjabat sebagai Kepala Badan Karantina Pertanian.
No. | Nama | Masa jabatan | Keterangan | |
---|---|---|---|---|
Mulai | Selesai | |||
Ir. A. Hidayat Rahadian, M.Si. | ||||
Dr. Ir. Delima Hasri Azahari, M.S. | ||||
Dr. drh. Sofyan Sudrajat, M.Sc. | ||||
drh. Budi Tri Akoso, M.Sc., Ph.D. | ||||
Ir. Syukur Iwantoro, M.S., M.B.A. | ||||
Ir. Hari Priyono, M.Si. | ||||
Ir. Banun Harpini, M.Sc. | ||||
Ir. Ali Jamil, M.P., Ph.D. | ||||
Ir. Bambang, M.M. | Masih menjabat |
Unit pelaksana teknis[sunting | sunting sumber]
Badan Karantina Pertanian juga memiliki unit pelaksana teknis (UPT) yang bertugas melaksanakan kegiatan operasional perkarantinaan hewan dan tumbuhan, serta pengawasan keamanan hayati hewani dan nabati di seluruh wilayah Indonesia. Daftar UPT Karantina Pertanian tersebut yaitu:[11]
No. | Nama UPT | Kabupaten/Kota | Provinsi |
---|---|---|---|
1. | Balai Besar Karantina Pertanian Belawan | Medan | Sumatra Utara |
2. | Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta | Tangerang | Banten |
3. | Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok | Jakarta Utara | DKI Jakarta |
4. | Balai Besar Karantina Pertanian Surabaya | Surabaya | Jawa Timur |
5. | Balai Besar Karantina Pertanian Makassar | Makassar | Sulawesi Selatan |
6. | Balai Besar Uji Standar Karantina Pertanian | Jakarta Timur | DKI Jakarta |
7. | Balai Uji Terap, Teknik, dan Metode Karantina Pertanian | Bekasi | Jawa Barat |
8. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Pekanbaru | Pekanbaru | Riau |
9. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Batam | Batam | Kepulauan Riau |
10. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Padang | Padang | Sumatra Barat |
11. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Jambi | Jambi | Jambi |
12. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Palembang | Palembang | Sumatra Selatan |
13. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Lampung | Bandar Lampung | Lampung |
14. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Semarang | Semarang | Jawa Tengah |
15. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar | Denpasar | Bali |
16. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Mataram | Mataram | Nusa Tenggara Barat |
17. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Kupang | Kupang | Nusa Tenggara Timur |
18. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Pontianak | Pontianak | Kalimantan Barat |
19. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Banjarmasin | Banjarmasin | Kalimantan Selatan |
20. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Balikpapan | Balikpapan | Kalimantan Timur |
21. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Manado | Manado | Sulawesi Utara |
22. | Balai Karantina Pertanian Kelas I Jayapura | Jayapura | Papua |
23. | Balai Karantina Pertanian Kelas II Medan | Deli Serdang | Sumatra Utara |
24. | Balai Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Pinang | Tanjungpinang | Kepulauan Riau |
25. | Balai Karantina Pertanian Kelas II Pangkal Pinang | Pangkalpinang | Kepulauan Bangka Belitung |
26. | Balai Karantina Pertanian Kelas II Cilegon | Cilegon | Banten |
27. | Balai Karantina Pertanian Kelas II Yogyakarta | Yogyakarta | Daerah Istimewa Yogyakarta |
28. | Balai Karantina Pertanian Kelas II Palangkaraya | Palangka Raya | Kalimantan Tengah |
29. | Balai Karantina Pertanian Kelas II Tarakan | Tarakan | Kalimantan Utara |
30. | Balai Karantina Pertanian Kelas II Palu | Palu | Sulawesi Tengah |
31. | Balai Karantina Pertanian Kelas II Gorontalo | Gorontalo | Gorontalo |
32. | Balai Karantina Pertanian Kelas II Kendari | Kendari | Sulawesi Tenggara |
33. | Balai Karantina Pertanian Kelas II Ternate | Ternate | Maluku Utara |
34. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Aceh | Banda Aceh | Aceh |
35. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Tanjung Balai Asahan | Tanjungbalai | Sumatera Utara |
36. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bengkulu | Bengkulu | Bengkulu |
37. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Bandung | Bandung | Jawa Barat |
38. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Cilacap | Cilacap | Jawa Tengah |
39. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sumbawa Besar | Sumbawa | Nusa Tenggara Barat |
40. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Entikong | Sanggau | Kalimantan Barat |
41. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Samarinda | Samarinda | Kalimantan Timur |
42. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Parepare | Parepare | Sulawesi Selatan |
43. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Ambon | Ambon | Maluku |
44. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sorong | Sorong | Papua Barat |
45. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Biak | Biak Numfor | Papua |
46. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Timika | Mimika | Papua |
47. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Merauke | Merauke | Papua |
48. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Tanjung Balai Karimun | Karimun | Kepulauan Riau |
49. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Bangkalan | Bangkalan | Jawa Timur |
50. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Ende | Ende | Nusa Tenggara Timur |
51. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Mamuju | Mamuju | Sulawesi Barat |
52. | Stasiun Karantina Pertanian Kelas II Manokwari | Manokwari | Papua Barat |





















































Catatan[sunting | sunting sumber]
Referensi[sunting | sunting sumber]
Catatan kaki[sunting | sunting sumber]
- ^ Barantan (2020), hlm. 14.
- ^ Barantan (2019b), hlm. 13.
- ^ a b c "Sejarah". Badan Karantina Pertanian. Diakses tanggal 11-06-2019.
- ^ "Profil Organisasi". Badan Karantina Pertanian. Diakses tanggal 11-06-2019.
- ^ UU 21/2019, Pasal 7.
- ^ Kementerian Pertanian RI (03-08-2015), Peraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian (PDF), Jakarta: Kementerian Pertanian Republik Indonesia
- ^ "Menteri Ingatkan Fungsi Utama Badan Karantina". Tempo. 8 Desember 2003. Diakses tanggal 20 Mei 2021.
- ^ "Pejabat Struktural Badan Litbang Pertanian Mendapat Promosi Jabatan di Deptan". Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian. 14 Juni 2005. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-20. Diakses tanggal 20 Mei 2021.
- ^ "Mentan Lantik 17 Jabatan Eselon I Kementerian Pertanian Secara Serentak". Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pertanian. 1 November 2010. Diakses tanggal 20 Mei 2021.
- ^ "Mentan Lantik Ali Jamil Menjadi Kepala Barantan". Badan Karantina Pertanian Kementerian Pertanian. 4 Februari 2019. Diakses tanggal 20 Mei 2021.
- ^ "Unit Pelaksana Teknis". Badan Karantina Pertanian. Diakses tanggal 11-06-2019.
Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]
- Badan Karantina Pertanian (2015). Rencana Strategis Badan Karantina Pertanian Tahun 2015-2019 (PDF). Jakarta: Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
- Badan Karantina Pertanian (2019). Laporan Tahunan Badan Karantina Pertanian Tahun 2018 (PDF). Jakarta: Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
- Badan Karantina Pertanian (2019). Pedoman Umum Pelaksanaan Kegiatan Badan Karantina Pertanian Tahun 2019 (PDF). Jakarta: Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
- Badan Karantina Pertanian (2020). Laporan Tahunan Badan Karantina Pertanian Tahun 2019 (PDF). Jakarta: Badan Karantina Pertanian, Kementerian Pertanian Republik Indonesia.
- Pemerintah Indonesia (2019), Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (PDF), Lembaran Negara RI Tahun 2019 Nomor 200, Tambahan Lembaran RI Negara Nomor 6411, Jakarta: Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia, diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-11-15, diakses tanggal 2019-11-14
Pranala luar[sunting | sunting sumber]
- (Indonesia) Situs web resmi Badan Karantina Pertanian