Taman Wisata Alam Bantimurung

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
TWA Bantimurung
Tampak depan gapura Taman Wisata Alam Bantimurung (sebelum direnovasi)
LetakDusun Bantimurung, Desa Jenetaesa, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia
Pihak pengelolaBalai TN Babul KLHK

Disbudpar Pemkab Maros

Taman Wisata Alam Bantimurung (Lontara Indonesia: ᨈᨆ ᨓᨗᨔᨈ ᨕᨒ ᨅᨈᨗᨆᨘᨑᨘ , transliterasi: Taman Wisata Alam Bantimurung ) (disingkat TWA Bantimurung) adalah salah satu dari lima unit kawasan konservasi di wilayah Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung. Tak hanya sebagai kawasan konservasi, kawasan ini juga diperuntukan sebagai tempat wisata dan telah menjadi salah satu tempat wisata primadona di Sulawesi Selatan hingga saat ini. Tempat wisata yang ada di TWA Bantimurung diantaranya adalah Gua Mimpi, Helena Sky Bridge, Air Terjun Bantimurung, dan Danau Kassi Kebo. Secara letak administratif, TWA Bantimurung berada di Dusun Bantimurung, Desa Jenetaesa, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Kawasan ini dikelola dengan kerjasama antara pihak Balai TN Babul KLHK dan Disbudpar Pemkab Maros.

Aksesbilitas[sunting | sunting sumber]

Papan penunjuk arah di depan Masjid Agung Maros, Jalan Andi Pangerang Pettarani Kota Turikale yang menunjukkan jarak 13 km menuju kawasan TWA Bantimurung.

TWA Bantimurung berjarak ± 43 km dari pusat Kota Makassar, ± 28 km dari Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, atau ± 13 km dari pusat ibu kota Kabupaten Maros (Turikale). Dari pusat Kota Turikale, dapat ditempuh sekitar 20 menit perjalanan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Aksesnya pun sangat mudah dijangkau, karena berada di jalan provinsi, yakni jalan poros Maros–Bone dengan kondisi jalan yang sangat baik dan dapat dilalui oleh semua jenis kendaraan.

Potensi dan daya tarik[sunting | sunting sumber]

TWA Bantimurung adalah salah satu objek wisata andalan Kabupaten Maros yang terletak di Dusun Bantimurung Desa Jenetaesa Kecamatan Simbang dan terletak di lembah perbukitan kapur/karst yang curam dengan vegetasi tropis yang subur. Selain memiliki objek wisata air terjun yang indah, taman wisata alam ini dikenal juga menjadi habitat yang ideal berbagai spesies kupu-kupu, burung, dan serangga yang langka dan endemik. Pada tahun 1856-1857 seorang naturalis Inggris yang terkemuka bernama Alfred Russel Wallace menghabiskan sebagian hidupnya di kawasan ini untuk menikmati dan meneliti 150 spesies kupu-kupu yang tidak dijumpai di daerah lain seperti spesies Papilio Androcles. Wallace menjuluki kawasan ini the Kingdom of Butterfly karena keanekaragaman jenis kupu-kupu. Di kawasan ini terdapat beberapa gua dengan stalaktit dan stalakmitnya yang menakjubkan dan apabila kita berada dalam gua tersebut serasa di alam mimpi, salah satunya yaitu Gua Mimpi dengan panjang lorong 1.500 m dan memiliki ornamen-ornamen yang menakjubkan. Objek wisata ini telah dijadikan andalan warga masyarakat perkotaan, khususnya warga Kota Makassar. Bahkan, kawasan Taman Wisata Alam Bantimurung telah dilengkapi berbagai sarana rekreasi yang cukup lengkap bagi para turis. Kawasan ini sudah tidak asing lagi bagi warga masyarakat Sulawesi Selatan. Kawasan ini menjanjikan daya tarik khusus sehingga banyak dikunjungi pengunjung, terutama saat memasuki hari-hari libur. Kawasan ini tidak hanya menyajikan panorama alam nan sejuk dengan kicauan aneka burung-burungnya yang menarik, tetapi juga memiliki air terjun yang indah. Para pengunjung dapat menikmati keindahan alam dan segarnya air terjun dengan beraneka macam kupu-kupu langka beterbangan di sana-sini. Sejauh ini, telah tercatat 16 buah gua alam yang ditemukan di TWA Bantimurung, yaitu antara lain: Gua Anjing (panjang ± 60 m), Gua Bantimurung (panjang ± 150 m), Gua Anggawati I (panjang ± 170 m), Gua Towukala (panjang ± 80 m), Gua Baharuddin (panjang ± 137 m), dan Gua Watang (panjang ± 440 m). Keseluruhan gua tersebut menyajikan keindahan stalaktit dan stalakmit serta sebagai tempat berkembang biak burung walet, kalelawar, laba-laba, lipan, kaki seribu dan lain-lain.

Museum Kupu-kupu[sunting | sunting sumber]

Sebagai daerah yang dijuluki dengan The Kingdom Of Butterflies dan untuk memudahkan pengunjung untuk mengetahui berbagai jenis kupu-kupu dengan berbagai warna yang menarik, maka oleh pihak pengelola disediakan museum sebagai wadah aneka jenis kupu-kupu dalam bentuk opsetan. Agar wisatawan yang datang mendapat kemudahan dalam mengenal berbagai jenis kupu-kupu tersebut. Juga dapat dimanfaatkan sebagai ilmu pengetahuan bagi para pelajar dan mahasiswa dalam ilmu biologi. Disamping itu di TWA Bantimurung terdapat penangkaran kupu-kupu sejak tahun 2005 dengan luas areal sekitar 2 ha. Kandang berukuran 4m x 8m x 4m dibangun guna perbanyakan jenis khususnya dari jenis yang dilindungi, dan dikelola oleh Balai TN Babul.

Habitat Kupu-kupu[sunting | sunting sumber]

Sekitar 300 meter dari air terjun, terdapat sebuah daerah sebagai habitat 84 spesies kupu-kupu dengan aneka warna menarik. Tempat tersebut oleh masyarakat dikenal dengan nama Danau Kassi Kebo, di pasir danau tersebut pada pagi dan sore hari banyak didatangi oleh ribuan kupu-kupu yang sering membentuk kelompok atau barisan di tepian sungai di antara air terjun setinggi tiga meter. Banyaknya kupu-kupu dengan berbagai jenis dan keindahan warnanya, maka kawasan tersebut dijuluki sebagai Kingdom Of Butterflies, yang memang tidak dijumpai di tempat lain di dunia. Potensi satwa seperti kupu-kupu, khususnya dari jenis yang tidak dilindungi merupakan salah satu modal yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Dengan keahlian tersendiri kupu-kupu tersebut dipergunakan sebagai barang souvenir, baik berupa berbagai hiasan maupun dalam bentuk gantungan kunci dan lain sebagainya. Souvenir tersebut banyak dijual di halaman parkir TWA secara rapih berjajar antara pedagang satu dengan lainnya. Kaos bergambar kupu-kupu dengan aneka desain dan corak serta ukuran banyak menghiasi kios-kios souvenir dengan harga sedang dan terjangkau oleh kalangan umum.

Air terjun Bantimurung[sunting | sunting sumber]

Di antara tebing-tebing terjal pegunungan karst di TN Babul mengalir Sungai Bantimurung yang jernih, menembus di tengah-tengah taman wisata yang memiliki luas sekitar 1.624,25 ha tersebut. Sungai tersebut memiliki daya tarik berupa air terjun setinggi kurang lebih 10 meter dengan lebar 8 meter. Air terjun Bantimurung terkenal sejak kedatangan Wallace dan dijadikan sebagai kawasan konservasi sejak tahun 1919. Kini banyak menarik perhatian pengunjung khususnya para remaja dan anak-anak yang bergembira mandi di air terjunan nan sejuk. Dari air terjun pengunjung dapat melakukan bagai arum jeram dengan mempergunakan ban yang disediakan oleh para penyewa dari masyarakat di sekitar dengan harga relatif murah. Mengalun mengikuti derasnya air diantara bebatuan padas, sementara yang lain dapat berenang atau bermain di tepian yang teduh oleh rindangnya pepohonan di sekitarnya dan memang relatif aman. Air Terjun Bantimurung memang terlihat indah dan menarik, alam sekitar dengan hawa yang sejuk serta sarana dan prasarana lain yang memadai membuat pengunjung merasa nyaman. Bahkan dari beberapa pengunjung yang sempat ditemui mengatakan sering mandi di bawah air terjun tersebut, pendapat mereka air terjun merupakan terapi dalam menjaga kesehatan dan stamina tubuh.

Galeri foto[sunting | sunting sumber]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]