Bahasa Cirebon: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Membalikkan revisi 21150194 oleh 115.178.212.17 (bicara) Mm o Vandal please ... Setiap referensi berguna bagi banyak orang ...
Tag: Pembatalan kemungkinan perlu dirapikan pranala ke halaman disambiguasi
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Dikembalikan VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
{{pp-vandalism|small=yes}}
{{pp-vandalism|small=yes}}
{{Infobox Bahasa
{{Infobox Bahasa
| name = Bahasa Cirebon
| name = Bahasa Jawa Cirebon
| nativename = ''Basa Cêrbon''
| nativename = {{jav|ꦧꦱꦗꦮꦕꦼꦂꦧꦺꦴꦤꦤ꧀}}<br>''Båså Jawa Cerbonan''
|states= * {{flag|Indonesia}}
|states= * {{flag|Indonesia}}
----
----
|region= * {{flag|Jawa Barat}}
|region= * {{flag|Jawa Barat}}
** [[File:Seal of the City of Cirebon.svg|15px]] [[Kota Cirebon]]<ref name=petabudayajabar/>
** [[File:Seal of the City of Cirebon.svg|15px]] [[Kota Cirebon]]
** [[File:Coat of arms of Cirebon Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Cirebon]]<ref name=petabudayajabar/>
** [[File:Coat of arms of Cirebon Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Cirebon]]

** [[File:Seal of Indramayu Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Indramayu]]<ref name=ajip30/>
** [[File:LAMBANG KABUPATEN KARAWANG.svg|15px]] [[Kabupaten Karawang]]<ref name=petabudayajabar/>,<ref>Huri, Daman. 2017. Geografi Variasi Bahasa di Bagian Utara Karawang, Jawa Barat. [[Karawang]] : Universitas Singaperbangsa</ref>
** [[File:Lambang Kabupaten Majalengka.svg|15px]] [[Kabupaten Majalengka]]<ref name=petabudayajabar/>
** [[File:Seal of Subang Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Subang]]<ref name=petabudayajabar/>
** [[File:Coat of arms of Sumedang Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Sumedang]]<ref>Nuraeni, Fitri. 2012. Pemetaan Bahasa di Kabupaten Sumedang : Sebuah Kajian Dialektometri. Depok : Universitas Indonesia</ref>
* {{flag| Jawa Tengah}}
** [[File:Seal of Brebes Regency.svg|15px]] [[Kabupaten Brebes]]<ref>Isfandani, Linda Novita. 2017. BAHASA JAWA MASYARAKAT DAERAH PERBATASAN JAWA TENGAH JAWA BARAT DI KECAMATAN LOSARI KABUPATEN BREBES : KAJIAN SOSIOLINGUISTIK. [[Semarang]] : Universitas Negeri Semarang</ref>
| speakers = 2.086.721 {{fact}} (2010)<ref name=bps>Tim Biro Pusat Statistik. 2011. Hasil Sensus 2010 - Kewarganegaraan, Suku, Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia. [[Jakarta]] : Biro Pusat Statistik</ref>
| speakers = 2.086.721 {{fact}} (2010)<ref name=bps>Tim Biro Pusat Statistik. 2011. Hasil Sensus 2010 - Kewarganegaraan, Suku, Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia. [[Jakarta]] : Biro Pusat Statistik</ref>
| rank = 11
| rank = 11
|familycolor= Austronesia
|familycolor= Austronesia
|fam2= [[Jawa Kuno]]
|fam2=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]{{refn|group=note|name=bahasa|Berdasarkan penjelasan dalam Wyakarana Tata Bahasa Cirebon dinyatakan bahwa [[bahasa Cirebon]] berasal dari [[bahasa Sansekerta]] dengan tidak mengabaikan kata-kata serapan yang berasal dari bahasa Arab, Cina, Portugis, Jawa dan Belanda}},<ref name=salana>Salana. 2002. Wyakarana - Tata Bahasa Cirebon. [[Bandung]] : Humaniora Utama Press</ref>
|fam3=
|fam3=
|fam4=
|fam4=
| script =
| script = {{unbulleted list|[[Rikasara Cirebon]] (historis, awalnya)|[[Carakan Cirebon]] (gabungan aksara Jawa dan Rikasara)|[[Aksara Jawa]]|[[abjad Pegon|Pegon (Arab-Jawa)]]|[[alfabet Latin]]}}
| iso1 = -
| iso1 = -
| iso2 = -
| iso2 = -
Baris 29: Baris 23:
|lc2=|ld2=
|lc2=|ld2=
|lc3=|ld3=
|lc3=|ld3=
|lc4=osi|ld4=bahasa Osing
|lc4=kaw|ld6=bahasa Kawi|ll6=bahasa Kawi
|glotto= cire1240
|glotto= cire1240
|glottorefname =Cirebonese
|glottorefname =Cirebon Javanese
}}
}}
'''Bahasa Jawa Cirebon''' ({{lang-jv|ꦧꦱꦗꦮꦕꦼꦂꦧꦺꦴꦤꦤ꧀|Båså Jawa Cerbonan}}) adalah sebuah dialek bahasa jawa yang dituturkan di [[Cirebon]] Jawa Barat.
'''Bahasa Cirebon'''<ref>Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2003. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 5 Tahun 2003. [[Bandung]]: Pemerintah Provinsi Jawa Barat</ref><ref name=sudjana/><ref>Heriyadi, Wahyu. 2015. Bahasa dan Hukum. [[Bandung]]: Kentjana Indie Pustaka</ref> dieja oleh masyarakat setempat sebagai '''''basa Cêrbon'''''{{efn|Kata Cêrbon sendiri hanya sebatas fonologi. Secara ortografis, dalam Rikasara dan Carakan tetap ditulis "Cirebon".}} adalah bahasa yang dituturkan di pesisir utara Jawa Barat terutama mulai daerah [[Pedes, Karawang|Pedes]] hingga [[Cilamaya Kulon, Karawang|Cilamaya Kulon]] dan [[Cilamaya Wetan, Karawang|Wetan]] di [[Kabupaten Karawang]], [[Blanakan, Subang|Blanakan]], [[Pamanukan, Subang|Pamanukan]], [[Pusakanagara, Subang|Pusakanagara]], sebagian [[Ciasem, Subang|Ciasem]], dan [[Compreng, Subang|Compreng]] di [[Kabupaten Subang]], [[Ligung, Majalengka|Ligung]], [[Jatitujuh, Majalengka|Jatitujuh]], dan sebagian [[Sumberjaya, Majalengka|Sumberjaya]], [[Dawuan, Majalengka|Dawuan]], [[Kasokandel, Majalengka|Kasokandel]], [[Kertajati, Majalengka|Kertajati]], [[Palasah, Majalengka|Palasah]], [[Jatiwangi, Majalengka|Jatiwangi]]<ref name=petabudayajabar>Tim Penyusun Disparbud Prov. Jawa Barat. 2011. "Peta Budaya Provinsi Jawa Barat". Bandung: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat</ref>, [[Sukahaji, Majalengka|Sukahaji]], [[Sindang, Majalengka|Sindang]]<ref>Nurfaidah, Dedeh. 2008. "Basa Sunda Dialék Majalengka di Kacamatan Sukahaji". Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia</ref> [[Leuwimunding, Majalengka|Leuwimunding]] dan [[Sindangwangi, Majalengka|Sindangwangi]] di [[Kabupaten Majalengka]] sampai [[Kota Cirebon|Kota]] dan [[kabupaten Cirebon]] serta [[Losari, Brebes|Losari Timur]] di [[Kabupaten Brebes]] di [[Jawa Tengah|Provinsi Jawa Tengah]]<ref>[https:///www.radarcirebon.com/pangeran-losari-angkawijaya-tali-sejarah-cirebon-brebes.html Radar Cirebon - Pangeran Losari ‘Angkawijaya’ Tali Sejarah Cirebon Brebes (edisi 2014)]</ref>. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, bahasa Cirebon dituturkan oleh 3.086.721 jiwa penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas. Ia menduduki peringkat ke-11 bahasa yang paling banyak dituturkan oleh penduduk Indonesia setelah bahasa Jawa, bahasa Indonesia, bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Madura, bahasa Minangkabau, bahasa Banjar, bahasa Bugis, bahasa Bali, dan bahasa Batak<ref name=bps/>. Pengembangan bahasa Cirebon dilakukan oleh ''Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC).'Pengembangan bahasa Cirebon dilakukan oleh ''Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC).''


Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, bahasa Jawa Cirebon dituturkan oleh 2.086.721 jiwa penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas. Ia menduduki peringkat ke-11{{fact}} bahasa yang paling banyak dituturkan oleh penduduk Indonesia setelah bahasa Indonesia, bahasa Jawa umum, bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Madura, bahasa Minangkabau, bahasa Banjar, bahasa Bugis, bahasa Bali, dan bahasa Batak.<ref name=bps/> Pengembangan bahasa Jawa Cirebon dilakukan oleh ''Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC).''
[[Berkas:Reynan-Carakan-gamel.jpg|jmpl|300px|Aksara Rikasara Cirebon gaya [[Gamel, Plered, Cirebon|Gamel]] pada proposal dewan adat [[Gamel, Plered, Cirebon|Gamel]], dibagian atas tertulis dengan Rikasara Cirebon gaya [[Gamel, Plered, Cirebon|Gamel]] yang bunyinya "waringin rungkad" artinya secara harafiah adalah<br><br>Wari Ngin Rug Kad<br><br>Wari (air) pada masa lalu air itu bening = Kalam = Elmu<br>Ngin = Angin = Nafas = Kehidupan<br><br>Rungkad (Ru' Kad)<br><br>Ru' = Jiwa<br>Kad = Pekerja (Badaniya) <br><br>"Ilmu Kehidupan yang mengisi Jiwa dan Raga" yang merupakan salah satu nilai pegangan masyarakat [[Gamel, Plered, Cirebon|desa Gamel]], [[Plered, Cirebon|kecamatan Plered]], [[Kabupaten Cirebon]].]]


== Pengaruh ==
== Pengaruh ==
Pada abad ke-15-17 M, bahasa Jawa dialek Cirebon telah digunakan dalam tuturan warga pesisir utara Pulau Jawa bagian barat, di wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten dan Kota Cirebon, yang saat itu merupakan salah satu pelabuhan utama di Pulau Jawa. Bahasa Jawa Cirebon dipengaruhi oleh [[bahasa Sunda]] karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda, khususnya kebudayaan Sunda di [[Kuningan]] dan di [[Majalengka]], bahasa Jawa Cirebon juga menyerap kosakata dari bahasa-bahasa asal [[Tiongkok]], [[Timur Tengah]], dan [[Eropa]]. Contoh kosakata serapannya antara lain: ''taocang'' ('kuncir') dari bahasa Tionghoa, ''bakda'' ('setelah') dari bahasa Arab, dan ''sonder'' ('tanpa')<ref name=sudjana>Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung: Humaniora Utama Press</ref> dari bahasa Belanda. Dialek Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno [[bahasa Jawa]] seperti ''ingsun'' (saya) dan ''sira'' (kamu) dalam bahasa sehari-hari.
Bahasa Cirebon sebagian besar kosakatanya dipengaruhi oleh bahasa Sansekerta, yaitu sekitar 80% sehingga bahasa Cirebon disebut sebagai bahasa Sansekerta kontemporer, kosakata serapan bahasa Sansekerta diantaranya adalah ingsun (saya) dan cemera (anjing)<ref name=kautsar1>Kautsar, Nurul Diva. 2020. 7 Fakta Bahasa Cirebon, Diadopsi dari Sansekerta dan Punya Dialek Beragam. [[Jakarta]] : Merdeka.com</ref>

Pada abad ke-15-17 M, bahasa Cirebon telah digunakan dalam tuturan warga pesisir utara Pulau Jawa bagian barat, di wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten dan Kota Cirebon, yang saat itu merupakan salah satu pelabuhan utama di Pulau Jawa. Bahasa Cirebon dipengaruhi oleh [[bahasa Sunda]] karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda, khususnya kebudayaan Sunda di [[Kuningan]] dan di [[Majalengka]], bahasa Cirebon juga menyerap kosakata dari bahasa-bahasa asal [[Tiongkok]], [[Timur Tengah]], dan [[Eropa]]. Contoh kosakata serapannya antara lain: ''taocang'' ('kuncir') dari bahasa Tionghoa, ''bakda'' ('setelah') dari bahasa Arab, dan ''sonder'' ('tanpa')<ref name=sudjana>Sudjana, TD. 2005. "Kamus Bahasa Cirebon". Bandung: Humaniora Utama Press</ref> dari bahasa Belanda. Bahasa Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno seperti ''ingsun'' (saya) dan ''sira'' (kamu) dalam bahasa sehari-hari.

Pada masa [[Amangkurat II]] berkuasa di Mataram, bahasa Cirebon menurut Nurdin Noer tidak dipengaruhi oleh [[bahasa Jawa]]<ref name=kautsar1/>. Pada masa itu kosakata dari bahasa Sansekerta masih dipergunakan untuk percakapan sehari-hari masyarakat Cirebon<ref name=kautsar1/>.


Sastra Cirebonan merupakan bagian dari Sastra Pesisiran yang berkembang di sepanjang pantai utara pulau Jawa. Beberapa ahli{{Siapa}} percaya bahwa Sastra Cirebonan dalam bentuk tulisan telah ada sejak zaman Hindu Awal, dan telah mempengaruhi kebudayaan masyarakat di Jawa{{Butuh rujukan}}. Sebagai pengaruh budaya Hindu, dapat ditemui dua macam karya Sastra Cirebonan, yang disebut ''tembang gedhé'' dan ''tembang tengahan''. Setelah Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam oleh ''[[walisanga]]'' sekitar abad ke-14-15 M, muncul ''tembang cilik'', yang oleh kebanyakan orang disebut ''tembang macapat''. Setelah beberapa hasil karya sastra telah selesai ditulis, banyak cerita sejarah atau legenda menyebar ke masyarakat melalui komunikasi (tatap muka).<ref>Wulandari, Sri(Penyanyi Cirebonan). 2011. "Prefix A – Change from Middle to Modern Cirebonese (A case study of Serat Catur Kandha as a midlle Cirebonese texts and Nguntal Negara as a modern Cirebonese text)". Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia</ref>
Sastra Cirebonan merupakan bagian dari Sastra Pesisiran yang berkembang di sepanjang pantai utara pulau Jawa. Beberapa ahli{{Siapa}} percaya bahwa Sastra Cirebonan dalam bentuk tulisan telah ada sejak zaman Hindu Awal, dan telah mempengaruhi kebudayaan masyarakat di Jawa{{Butuh rujukan}}. Sebagai pengaruh budaya Hindu, dapat ditemui dua macam karya Sastra Cirebonan, yang disebut ''tembang gedhé'' dan ''tembang tengahan''. Setelah Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam oleh ''[[walisanga]]'' sekitar abad ke-14-15 M, muncul ''tembang cilik'', yang oleh kebanyakan orang disebut ''tembang macapat''. Setelah beberapa hasil karya sastra telah selesai ditulis, banyak cerita sejarah atau legenda menyebar ke masyarakat melalui komunikasi (tatap muka).<ref>Wulandari, Sri(Penyanyi Cirebonan). 2011. "Prefix A – Change from Middle to Modern Cirebonese (A case study of Serat Catur Kandha as a midlle Cirebonese texts and Nguntal Negara as a modern Cirebonese text)". Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia</ref>


Pada masa lalu, di [[kota Cirebon]] padatnya aktivitas pelabuhan menarik banyaknya urbanisasi kelompok masyarakat dari wilayah sekitarnya termasuk dari [[Indramayu]], [[Losari]] dan [[Brebes]] yang notabene sebagiannya merupakan wilayah [[suku Sunda]] dan [[suku Jawa]] selain itu di sekitar pelabuhan Cirebon juga dapat ditemukan kelompok-kelompok masyarakat [[suku Bugis]], [[suku Madura]], pendatang China dan warga keturunan Arab yang pada akhirnya telah menjadikan wilayah ini beragam secara adat maupun bahasa, pada pola kehidupan di sekitar pelabuhan, bahasa Cirebon telah menjadi bahasa ''ater-ater'' ([[bahasa Indonesia]]: bahasa pengantar) pada pergaulan di berbagai kalangan masyarakatnya, bahkan ketika terjadi penurunan aktivitas pelabuhan Cirebon pada era modern dengan tidak lagi berhentinya kapal Pelni di pelabuhan Cirebon dan pelabuhan hanya dijadikan tempat bongkar batubara dari Kalimantan saja yang notabene menurunkan tingkat interaksi berbagai kelompok masyarakat yang ada, bahasa Cirebon tetap dan telah menjadi bahasa ''ater-ater'' yang dominan pada wilayah tersebut.<ref>Bunnell, Tim. D. Parthasarathy, Eric C. Thompson. 2012. Cleavage, Connection and Conflict in Rural, Urban and Contemporary Asia. [[Berlin]]: Springer Science & Business Media</ref>
Pada masa lalu{{fact}}, di [[kota Cirebon]] padatnya aktivitas pelabuhan menarik banyaknya urbanisasi kelompok masyarakat dari wilayah sekitarnya termasuk dari [[Losari]] dan [[Brebes]] yang notabene sebagiannya merupakan wilayah [[suku Sunda]] dan [[suku Jawa]] selain itu di sekitar pelabuhan Cirebon juga dapat ditemukan kelompok-kelompok masyarakat [[suku Madura]], pendatang China dan warga keturunan Arab yang pada akhirnya telah menjadikan wilayah ini beragam secara adat maupun bahasa, pada pola kehidupan di sekitar pelabuhan, bahasa Jawa Cirebon telah menjadi bahasa ''ater-ater'' ([[bahasa Indonesia]]: bahasa pengantar) pada pergaulan di berbagai kalangan masyarakatnya, bahkan ketika terjadi penurunan aktivitas pelabuhan Cirebon pada era modern dengan tidak lagi berhentinya kapal Pelni di pelabuhan Cirebon dan pelabuhan hanya dijadikan tempat bongkar batubara dari Kalimantan saja yang notabene menurunkan tingkat interaksi berbagai kelompok masyarakat yang ada, bahasa Cirebon tetap dan telah menjadi bahasa ''ater-ater'' yang dominan pada wilayah tersebut.<ref>Bunnell, Tim. D. Parthasarathy, Eric C. Thompson. 2012. Cleavage, Connection and Conflict in Rural, Urban and Contemporary Asia. [[Berlin]]: Springer Science & Business Media</ref>

Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, bahasa Cirebon dituturkan oleh 3.086.721 jiwa penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas. Ia menduduki peringkat ke-11{{fact}} bahasa yang paling banyak dituturkan oleh penduduk Indonesia setelah bahasa Indonesia, bahasa Jawa umum, bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Madura, bahasa Minangkabau, bahasa Banjar, bahasa Bugis, bahasa Bali, dan bahasa Batak.<ref name=bps/> Pengembangan bahasa Jawa Cirebon dilakukan oleh ''Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC).''

== Bahasa Cirebon sebagai sebuah dialek dari Bahasa Jawa ==

Penelitian menggunakan [[angket]] sebagai indikator pembanding kosakata anggota tubuh dan budaya dasar ("''makan''", "''minum''", dan sebagainya) berlandaskan metode Guiter menunjukkan perbedaan kosa kata Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 75%, sementara perbedaannya dengan dialek di Jawa Timur mencapai 76%.<ref name="PR">[http://newspaper.pikiran-rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=132798%20 Menimbang-nimbang Bahasa Cirebon](Edisi Tahun 2009) {{pranala mati}}</ref>,<ref name=noer7576>Noer, Nurdin M. 2018. Pelestarian Bahasa Cirebon Tanggung Jawab Siapa?. [[Bandung]] : Pikiran Rakyat</ref> Untuk diakui sebagai sebuah bahasa tersendiri, suatu bahasa setidaknya membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya.<ref name="PR"/>,<ref name=noer7576/>

Meski kajian linguistik sampai saat ini menyatakan bahasa Cirebon ”hanyalah” dialek (karena penelitian Guiter mengatakan harus berbeda sebanyak 80% dari bahasa terdekatnya), namun sampai saat ini '''Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2003''' masih tetap mengakui Cirebon sebagai bahasa dan bukan sebagai sebuah dialek. Dengan kata lain, belum ada revisi terhadap Perda tersebut. Menurut Kepala Balai Bahasa Bandung, Muh. Abdul Khak, hal itu sah-sah saja karena Perda adalah kajian politik<ref name=amaliya/>. Dalam dunia kebahasaan menurutnya, satu bahasa bisa diakui atas dasar tiga hal. Pertama, bahasa atas dasar pengakuan oleh penuturnya; kedua, atas dasar politik; dan ketiga, atas dasar linguistik.

Bahasa atas dasar politik, contoh lainnya bisa dilihat dari sejarah Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia yang sebenarnya berakar dari Bahasa Melayu, seharusnya dinamakan bahasa Melayu dialek Indonesia. Namun, atas dasar kepentingan politik, akhirnya bahasa Melayu yang berkembang di negara Indonesia –oleh pemerintah Indonesia– dinamakan dan diklaim sebagai bahasa Indonesia. Selain alasan politik, pengakuan Cirebon sebagai bahasa juga bisa ditinjau dari batasan wilayah geografis dalam perda itu. Abdul Khak mengatakan, Cirebon disebut sebagai dialek jika dilihat secara nasional dengan melibatkan bahasa Jawa.

Artinya, ketika Perda dibuat hanya dalam lingkup wilayah Jabar, Cirebon tidak memiliki pembanding kuat yaitu bahasa Jawa. Apalagi, dibandingkan dengan bahasa Melayu Betawi dan Sunda, Cirebon memang berbeda.<ref name=amaliya>Amaliya. 2010. Alasan Politiklah Sebabnya. Bandung: Pikiran Rakyat</ref>

== Bahasa Cirebon sebagai bahasa mandiri ==
[[Berkas:Aksara.cirebon.jpg|jmpl|ka|180px|Cacarakan Cirebon yang bersandingan dengan Rikasara Cirebon]]

Revisi Perda, sebenarnya memungkinkan dengan berbagai argumen linguistik. Namun, kepentingan terbesar yang dipertimbangkan dari sisi politik bisa jadi adalah penutur bahasa Cirebon, yang tidak mau disebut orang Jawa maupun orang Sunda<ref name=amaliya/><ref>[http://www.cirebonpos.com/menggali-bahasa-cirebon-asli-meski-masih-diperdebatkan/ Cirebon Pos - Menggali Bahasa Cirebon Asli, Meski Masih Diperdebatkan (edisi 2015)]</ref>. Ketua '''''Lembaga Basa lan Sastra Cirebon''''' Nurdin M. Noer mengatakan, bahasa Cirebon adalah persilangan bahasa Jawa dan Sunda. Meskipun dalam percakapan orang Cirebon masih bisa memahami sebagian bahasa Jawa, dia mengatakan kosakata bahasa Cirebon terus berkembang tidak hanya ”mengandalkan” kosa kata dari bahasa Jawa maupun Sunda.
::”Selain itu, bahasa Cirebon sudah punya banyak dialek. Contohnya saja dialek Plered, Jaware, dan Dermayon,” ujarnya.
Pakar Linguistik Chaedar Al Wasilah pun menilai, dengan melihat kondisi penutur yang demikian kuat, revisi tidak harus dilakukan. justru yang perlu dilakukan adalah melindungi bahasa Cirebon dari kepunahan.<ref name=amaliya/>

==== Pendekatan Lauder dalam dialektometri ====

Selama ini bahasa Cirebon dianggap sebagai dialek dari bahasa Jawa dikarenakan beberapa pihak yang menginginkan Cirebon tetap menjadi bagian dari budaya Jawa hanya berpegang pada penelitian model Guiter saja yang mengharuskan perbedaan antar kedua subjek bahasa sebesar 80%, namun jika menggunakan pendekatan Lauder, pendekatan ini mengkritisi jumlah persentase yang diajukan guiter yaitu sebesar 80% karena menurut Lauder, cukup 70% saja dalam kajian dialektometri bagi sesuatu untuk dikatakan sebagai "bahasa" yang Mandiri.<ref name=djantera/>

Lauder, sudah menggunakan metode yang lazim dan umum dilakukan dalam kajian dialektologi terhadap bahasa-bahasa di Indonesia, yaitu metode dialektometri, hanya yang menarik dari pandangannya itu ialah usulannya tentang modifikasi kategori persentase perbedaan unsur kebahasaan untuk menyebutkan suatu isolek sebagai bahasa atau dialek yang diajukan oleh Guiter, Guiter menitik beratkan perbedaan kebahasaan harus sekitar 80%<ref>Ayatrohaedi. 1985. Bahasa Sunda di daerah Cirebon. [[Jakarta]]: Balai Pustaka</ref><ref>Tim Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1976. Bahasa dan sastra, Volume 2. [[Jakarta]]: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan</ref>. Menurutnya, persentase untuk dianggap beberapa isolek sebagai bahasa yang berbeda, jika perbedannya di atas 80% terlalu tinggi untuk bahasa-bahasa di Indonesia. Karena kategori kajian guiter itu dibangun di atas data bahasa-bahasa Barat (eropa dan sejenisnya), karena itu perlu dimodifikasi. Kenyatan lain, menurutnya, ialah berdasarkan hasil penelitian berbagai bahasa daerah di Indonesia memperlihatkan perbedaan antara bahasa yang satu dengan yang lainnya hanya sekitar 65%–70% saja, di mana perbedaan kosakata antara Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa adalah 75-76% yang dalam pendekatan Lauder dianggap sempurna menjadi sebuah bahasa mandiri dikarenakan menurut Lauder hanya butuh 70%<ref name=djantera>Kawi, Djantera. 2002. Peneltian,kekerabatan dan pemetaan bahasa-bahasa daerah di Indonesia: provinsi Kalimantan Timur. [[Jakarta]]:Departemen Penddikan Nasional</ref> perbedaan saja.

== Aksara Cirebon ==
{{split|Rikasara Cirebon}}
Bahasa Cirebon dalam perjalanannya menggunakan aksara yang dikenal dengan nama Rikasara, Carakan Cirebon, aksara Arab Pegon serta aksara [[Jawi]]<ref name=uka>Tjandrasasmita, Uka. 2009. Arkeologi Islam Nusantara. Jakarta: Gramedia</ref>. Aksara Carakan Cirebon sendiri merupakan aksara Carakan yang terpengaruh Carakam Jawa, hal ini dapat terlihat dari surat yang ditulis oleh Sultan Sepuh Djoharuddin dalam menyambut kedatangan Raffles di Cirebon. Sementara Rikasara Cirebon<ref name=prayitno>[http://regional.liputan6.com/read/2982612/makna-ukiran-unik-di-tiang-masjid-keramat-cirebon Prayitno, Panji. 2017. Makna Ukiran Unik di Tiang Masjid Keramat Cirebon. [[Jakarta]]: Liputan 6]</ref> merupakan jenis aksara yang digunakan sebelum tahun 1650-an (abad 17) di mana para ahli berpendapat bahwa Rikasara tersebut memiliki keterkaitan dengan aksara Palawa.

=== Aksara Rikasara Cirebon ===

Rikasara Cirebon yang oleh para ahli dikatakan memiliki keterkaitan dengan aksara Palawa<ref name=prayitno/> memiliki tiga cara penulisan dan beberapa gaya tulis (''Samengan'')

* '''Sasandisara''' (cara menulis rahasia), tujuan cara penulisan ini adalah agar tulisannya tidak bisa diketahui oleh khalayak ramai, contoh cara penulisan ini dapat ditemui pada surat yang dibawa ke Banten untuk membantu pangeran Hasanuddin
* '''Angarasara''' (cara menulis umum), cara penulisan yang biasa dilakukan oleh para ''Ajengan'' (kyai atau orang terhormat) dan bersifat umum (tidak rahasia) sehingga bisa dibaca oleh siapa saja, pada Angarasara gaya tulis atau ''Samengan'' secara garis besar dibagi menjadi beberapa yaitu, Kawatu, Layus dan Halif
* '''Bandasara''' (cara menulis rahasia dengan membalutnya dengan doa), tujuan penulisan ini sebenarnya sama dengan Sasandisara yaitu untuk hal-hal yang bersifat rahasia, hanya saja karena dibalut dengan doa pembawanya tidak sadar kalau dia sedang membawa surat penting, contohnya adalah surat yang dibawa oleh Anom Talibrata, banyak syarat-syarat yang dibalut dengan pembacaan ayat suci al-qur'an ketika membuat tulisan dengan cara Bandasara, rumitnya ''Polah Hikmah'' (aturan-aturan hikmah) yang diterapkan dalam penulisan Bandasara membuat tidak sembaragan orang dipercaya untuk menuliskannya.

<gallery widths="120" heights="120px" style="border: 5px solid #a86; box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); -moz-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); -webkit-box-shadow: 0.1em 0.1em 0.5em rgba(0,0,0,0.75); border-radius: 0.5em; -moz-border-radius: 0.5em; -webkit-border-radius: 0.5em;">
Berkas:Gamel-6.jpg | ''Rikasara Cirebon'' pada Masjid Nur Karomah (sir budi rahsa), [[Gamel, Plered, Cirebon|desa Gamel]], [[Plered, Cirebon|kecamatan Plered]], [[kabupaten Cirebon]]<br>Alih aksara dan bahasa oleh Dodie Yulianto (filolog Cirebon), koreksi oleh Guntur Samudra (masyarakat Gamel)<br>Mar(a) Hadi Ngawas (dekati dengan pengawasan sungguh)<br>angmung ngewalen... (hanya mengerjakan ''walen'' (bahasa Indonesia: atap) )<br>1625 Jawa = 1113 Hijriah = 1701 Masehi
Berkas:Papan-1a-Gamel-05a.jpg | ''Rikasara Cirebon'' pada Masjid Nur Karomah (sir budi rahsa), [[Gamel, Plered, Cirebon|desa Gamel]], [[Plered, Cirebon|kecamatan Plered]], [[kabupaten Cirebon]]<br>Alih aksara oleh Guntur Samudra ( Gamel )<br>Dina Ahad Jumadil ahir (pada hari minggu bulan Jumadil Akhir)<br>Tahun Jem Akir // 82 \\ (tahun Jim Akhir 28)
Berkas:Papan-2a-Kiri-Gamel-03a2.jpg | ''Rikasara Cirebon'' pada Masjid Nur Karomah (sir budi rahsa), [[Gamel, Plered, Cirebon|desa Gamel]], [[Plered, Cirebon|kecamatan Plered]], [[kabupaten Cirebon]]<br>Papan 2a-1 (sebelah kiri)<br>Bengiye Madepis<br>Papan 2a (kiri dan kanan bagian atas) Bengiye Madepis Adinata Walen<br>Pada Malam Hari menemui masyarakat (sultan) menjelaskan cara Menata (membuat) Atap

(kiri dan kanan bagian tengah dan bawah) Rugoba Bahana Sinagasa Kuwasan Hulihi <br> Sebagai ungkapan rasa terima kasih atas segala upaya (''Ki'' gede Gamel) mengembalikan Singgasana dan Kekuasaan.
Berkas:Papan-2a-Kanan-Gamel-03a.jpg | ''Rikasara Cirebon'' pada Masjid Nur Karomah (sir budi rahsa), [[Gamel, Plered, Cirebon|desa Gamel]], [[Plered, Cirebon|kecamatan Plered]], [[kabupaten Cirebon]]<br>Papan 2a (sebelah kanan)<br>Adinata Walen
</gallery>

=== Carakan Cirebon ===
[[Berkas:Sample UDHR Djoharuddin.png|thumb|upright=3.3|Pasal 1 [[Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia]], ditulis dengan Carakan Cirebon gaya Djoharuddin (Carakan Cirebon gaya Djoharuddin adalah gaya Carakan Cirebon yang digunakan di [[kesultanan Kasepuhan]] pada masa Sultan Sepuh Djoharuddin sekitar tahun 1800-an)]]

Carakan Cirebon mencapai masa keemasannya pada periodisasi sastra sekitar abad ke-16 (tahun 1500-an). Kala itu sastra pesisiran berkembang pesat, seiring berpindahnya kekuasaan politik dari Majapahit ke kesultanan-kesultanan Muslim seperti Cirebon dan Demak pasca banyaknya ''ningrat-ningrat'', sastrawan dan seniman Majapahit yang menyingkir ke Bali. Sastra Pesisiran yang berkembang pada periodisasi keemasan tersebut berusaha membalutkan nilai-nilai keislaman dengan elemen-elemen kuno dari kebudayaan Majapahit<ref name=Rochkyatmo/> Sastra Pesisiran yang turut membawa carakan Cirebon pada masa keemasannya dimulai ketika pengaruh Islam mulai memasuki pulau Jawa termasuk di wilayah [[Kesultanan Cirebon]]. ada setidaknya tiga pusat utama perkembangan sastra pesisiran yaitu di Gresik, Demak dan di wilayah [[kesultanan Cirebon]] yang meliputi Cirebon hingga [[Banten]] pada masa itu. Berbeda dengan Demak yang pada masa itu menjadi rujukan bagi daerah pedalaman sekitarnya yang mayoritas dihuni oleh [[suku Jawa]](cikal bakal daerah Mataram), perkembangan Carakan dan sastra pesisiran di wilayah [[kesultanan Cirebon]] tidak sehomogen dengan apa yang terjadi di Demak, heterogenitas antara pesisir Cirebon yang multi-etnis ditambah dengan pedalaman Cirebon yang juga dihuni oleh [[suku Sunda]] yang berbeda bahasa dan pola tulisan membuat Carakan dan sastra Cirebon mengakomodir pola-pola ucap dan kebiasaan-kebiasaan sastra dari wilayah sekitarnya sehingga menyebabkan teks-teks sastra yang berasal dari wilayah [[kesultanan Cirebon]] walau ditulis dengan pola aksara carakan yang tidak jauh berbeda (Cirebon menerapkan pola aksara carakan dengan gaya satu tembok sementara Jawa menerapkan pola carakan dengan gaya dua tembok) namun teks-teks tersebut tidak dimengerti oleh pembaca dari wilayah Jawa bagian tengah<ref name=Rochkyatmo/>.

Carakan Cirebon menurut TD Sudjana pada awalnya berasal dari Pallawa yang menyebar di Nusantara, para aristokrat yang menggunakan Pallawa sebagai aksara ini kemudian mengembangkan pola-pola aksara di wilayah yang diperintahnya, dan kemudian menjadi aksara daerahnya masing seperti aksara Carakan Jawa, Sunda dan Aksara Carakan Cirebon, oleh karena itu Carakan Cirebon oleh budayawan Cirebon TD Sudjana dikiaskan sebagai sesuatu hal yang memiliki makna budi luhur sebagai penunjang tegaknya akhlak bangsa dan kepribadian bangsa.<ref name=Rochkyatmo>Rochkyatmo, Amir. 1996. Pelestarian dan Modernisasi Aksara Daerah: Perkembangan Metode dan Teknis Menulis Aksara Jawa. [[Jakarta]]: Direktorat Jenderal Kebudayaan</ref>


== Bahasa Jawa Cirebon adalah sebuah dialek dari Bahasa Jawa ==
=== Hilangnya aksara Sunda dan ''Rikasara'' Cirebon ===
Bahasa Jawa dialek Cirebon.


=== Bahasa Cirebon sebagai sebuah dialek bahasa Jawa ===
Pada tanggal 3 November 1705, Belanda mengeluarkan sebuah surat ketetapan agar digunakan aksara carakan Jawa sebagai aksara tulis, ketetapan ini menurut sebagian peneliti dikarenakan berkurangnya penggunaan aksara Sunda pada masyarakat setempat<ref name=seta1>Mangintrk, Timothy Seta. 2016. Parahiyangan Guardian: Pengembangan Aplikasi Game Untuk Pembelajaran Interaktif Menggunakan Aksara Bahasa Sunda Berbasis Desktop. [[Kota Bandung|Bandung]]: Universitas Widyatama</ref>. Pada wilayah kesultanan-kesultanan Cirebon surat ketetapan Belanda resmi berlaku setelah dikeluarkannya surat yang meratifikasi ketetapan Belanda tersebut oleh para penguasa Cirebon pada 9 Februari 1706<ref name=seta1/>, secara perlahan aksara Sunda dan juga Rikasara Cirebon digantikan oleh carakan Jawa, dalam sebuah naskah dari desa adat Gamel-Sarabahu di Cirebon dijelaskan bahwa hilangnya Rikasara Cirebon secara berangsur-angsur setelah dikeluarkannya surat ratifikasi kesultanan-kesultanan di Cirebon menemui titik puncaknya yang waktunya bertepatan dengan dikaburkannya sejarah Cirebon oleh Belanda yang dalam naskah peristiwa itu disebut {{cquote|"'''''... Kalpariksa jatining cirebon, Lebon pepeteng ... 8461//22//09'''''"}}<ref>Mujidiningrat, Raden Dulur Anom Rahadyan Ikhsanurud Daudi Akbar Guratpanuratrahsa Ahmad Elwangsih. 2018. Aksara Rikasara: Sebuah Peradaban yang Hilang. [[Cirebon]]: Desa Adat Gamel-Sarabahu</ref>
Penelitian menggunakan 2.400 kuesioner sebagai indikator pembanding, seperti kosakata anggota tubuh dan budaya dasar ("''makan''", "''minum''", dan sebagainya) berlandaskan metode Guiter menunjukkan perbedaan kosakata Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 24%, sementara perbedaannya dengan dialek di Jawa Timur mencapai 25%. Sedangkan persamaan dengan Jawa Tengah & Yogyakarta sebesar 76%, dengan Jawa Timur berkisar 75%. Untuk diakui sebagai sebuah bahasa tersendiri, suatu bahasa setidaknya membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya.


== Kosakata ==
== Kosakata ==
Sebagian besar kosa kata asli dari bahasa Cirebon memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa standar (Surakarta/Yogyakarta) baik secara morfologi maupun fonetik, memang bahasa Cirebon yang dipergunakan di Cirebon dengan di Indramayu itu meskipun oleh sebagian orang dikatakan sebagai bagian dari bahasa Jawa namun mempunyai perbedaan dengan “bahasa Jawa baku”, yaitu bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang berpegang kepada bahasa Jawa Solo. Dengan demikian, sebelum 1970-an, buku-buku pelajaran dari Solo tak dapat digunakan karena terlalu sukar bagi para murid (dan mungkin juga gurunya). Oleh karena itu, pada 1970-an, buku pelajaran itu diganti dengan buku pelajaran [[bahasa Sunda]] yang dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa Cirebon (pada era tahun 1970-an masih disebut sebagai bahasa Jawa dialek Cirebon).<ref>Rosidi, Ajip. 2010. "Bahasa Cirebon dan Bahasa Indramayu". [[Bandung]]: Pikiran Rakyat</ref>
Sebagian besar kosakata asli dari bahasa Cirebon memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa Dialek Dermayon, Tegal-Brebes maupun Bahasa Jawa Banyumasan baik secara morfologi maupun fonetik, memang bahasa Cirebon yang dipergunakan di Cirebon itu meskipun oleh sebagian orang dikatakan sebagai bagian dari bahasa Jawa namun mempunyai perbedaan dengan “bahasa Jawa baku (Surakarta-Yogyakarta)”, yaitu bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang berpegang kepada bahasa Jawa Solo. Dengan demikian, sebelum 1970-an, buku-buku pelajaran dari Solo tak dapat digunakan karena terlalu sukar bagi para murid (dan mungkin juga gurunya). Oleh karena itu, pada 1970-an, buku pelajaran itu diganti dengan buku pelajaran [[bahasa Sunda]] yang dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa Cirebon (pada era tahun 1970-an masih disebut sebagai bahasa Jawa dialek Cirebon).<ref>Rosidi, Ajip. 2010. "Bahasa Cirebon. [[Bandung]]: Pikiran Rakyat</ref>

=== Bahasa Cirebon Kuno ===
Bahasa Cirebon Kuno<ref>Irianto, Bambang. Dyah Laksmiwati. 2014. Baluarti Keraton Kacirebonan. [[Sleman]]: Dee Publish</ref> dipergunakan pada naskah naskah kuno yang ada di Cirebon dan sekitarnya, bahasa ini masih bisa dijumpai pada teks teks di periode awal terbaginya [[kesultanan Cirebon]] menjadi dua kesultanan atau sekitar pada tahun 1600-an, menurut ''Elang'' ([[bahasa Indonesia]]: pangeran) Yusuf Dendabrata salah satu kosakata yang berasal dari bahasa Cirebon Kuno adalah ''pelem'' ([[bahasa Indonesia]]: mangga). Pada budaya Cirebon sejak zaman dahulu, mangga merupakan manifestasi dari konsep ''gelem'' (hasrat/kemauan) dan mangga Cengkir adalah proyeksi dari konsep ''gelem kencenge pikir'' ([[bahasa Indonesia]]: mau kritis berfikir) di mana buah mangga Cengkir digantungkan pada ''lunjuk'' tempat penyiraman pada prosesi ''Siram Tawandari'' di ritual pernikahan adat Cirebon.

Berikut adalah kutipan bahasa Cirebon Kuno yang ditulis pada pustaka Negara Kertabumi<ref>Wangsakerta, Pangeran Nasiruddin. Saptadhyaksa. 1651 saka. Pustaka Negara Kertabumi. [[Cirebon]]: Kesultanan Cirebon</ref>

mejahhi / pratibandḍa / hurip lobha / magawé kadustan mwang pāpakarma // haywa ta sirā nginum panamadya / athawékang magawé marganing patinta / suçīlā ta sira // haywa ta sira dumadi wira mati / mwang lumūda çatrewanung wus pinaribhawa / umangnacpati / yadyapin ya çatrusang salah warak samaken mwang inupaçra yan dénnira // haywa ta sira tuhagamana ring dharmmanya yéku agaméslam lawan kuran ikang wéda ning janapada sakala bhuwana / dwājilulloh dé nira kudu mapageh dé nyānggé gwa ninya // nityasa ta sira mangastung kara ring hyang tunggal

bunuh, bertentangan, hidup tamak, berbuat dusta serta berbuat nista. Janganlah engkau minum minuman yang memabukkan, atau yang menciptakan jalan kematianmu, sopan santunlah engkau, janganlah engkau menjadi wiramati. Dan menyerang lagi perkataan yang telah menghina, menyalahkan diri sendiri ke dalam kematian, meskipun musuh yang salah maafkanlah dan berilah pertolongan padanya. Janganlah ia terus-menerus melakukan perbuatannya itu. Agama Islam dan Qur’an itu pengetahuan untuk seluruh umat manusia di seluruh dunia, dua kalimat Syahadat harus kau genggam erat dan pakailah (laksanakanlah) ia senantiasalah engkau berdoa kepada Tuhan yang Esa.

=== Perbandingan bahasa Cirebon Bagongan (bahasa rakyat) ===
Berikut merupakan perbandingan antara bahasa Jawa Cirebon dengan Dialek lainnya yang dianggap serumpun, yaitu [[bahasa Jawa Banten]],<ref name=bantenologi>{{Cite web |url=http://bantenologi.org/index.php/artikel/91-kamus-bahasa-jawa-banten |title=Bantenologi - Kamus Bahasa Jawa Banten |access-date=2015-03-04 |archive-date=2015-06-09 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150609052801/http://bantenologi.org/index.php/artikel/91-kamus-bahasa-jawa-banten |dead-url=yes }}</ref> Bahasa Jawa dialek Dermayon, dialek Tegal dan Pemalangan serta Bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta - Yogyakarta) dalam level ''Bagongan atau Bahasa Rakyat''.


=== Perbandingan bahasa Cirebon Bagongan (bahasa rakyat) ===
=== Perbandingan bahasa Cirebon Bagongan (bahasa rakyat) ===
Baris 127: Baris 52:
{| class="wikitable sortable" width="100%"
{| class="wikitable sortable" width="100%"
! Banten Utara
! Banten Utara
! Cirebon<ref name=salana/>
! Cirebonan<ref name=salana/>
! Dermayonan
! Bahasa Cirebon - Dermayu (Dermayon)
! Banyumasan
! Banyumasan
! Tegal, Brebes
! Tegal, Brebes
Baris 163: Baris 88:
|-
|-
| kita
| kita
| kita/isun
| kita
| kita/reang/isun
| reang/isun/inyong (Cilamaya dan Subang)
| inyong/nyong
| inyong/nyong
| inyong/nyong
| inyong/nyong
Baris 367: Baris 292:
|-
|-
|Entek
|Entek
|Entok / Kasepan
|Entok
|Entok / Entek
|Entok / Entek
|Entong
|Entong
Baris 386: Baris 311:
! Banten Utara
! Banten Utara
! Cirebonan<ref name=sudjana />
! Cirebonan<ref name=sudjana />
! Dermayonan
! Bahasa Cirebon - Dermayu (Dermayon)
! Pemalangan/Tegalan
! Pemalangan/Tegalan
! Sunda Priangan
! Sunda Priangan
Baris 392: Baris 317:
|-
|-
| Kasih
| Kasih
| Jeneng/wasta/nami/asmi
| Jeneng
| Jeneng/wasta/nami/asmi/asma
| Jeneng/wasta/nami/asmi
| Jeneng/nami/asmi
| Jeneng/nami/asmi
| Nami
| Nami
Baris 406: Baris 331:
|-
|-
| Teteh
| Teteh
| Rara / Yayu
| Rara
| Yayu / Mbayu
| Yayu | Mbayu
| mbokayu
| mbokayu
| Teteh
| Teteh
Baris 413: Baris 338:
|-
|-
| Koh/iku/puniku
| Koh/iku/puniku
| Kuh/puniku
| Puniku
| Puniku
| Niku/Mèriku/Puniku
| Puniku/niku
| Puniku/niku
| Eta
| Eta
Baris 435: Baris 360:
|nggih
|nggih
|Inggih
|Inggih
|Inggih
|Inggih/ènggeh
|Inggih/nggih
|Inggih/nggih
|Muhun
|Muhun
Baris 455: Baris 380:
|-
|-
|Hampura
|Hampura
|Hampura / Ampura
|Hampura
|Ngapura
|Nyuwun Pangapunten / Nyuwun Ngapura
|Ngampunten, Ngampura
|Ngampunten, Ngampura
|Hapunten
|Hapunten
Baris 470: Baris 395:
|Linggar
|Linggar
|Kesah
|Kesah
|Tindak/kesah
|Kesah
|Tindak/kesah
|Tindak/kesah
|Angkat
|Angkat
Baris 511: Baris 436:
|-
|-
|Salah
|Salah
|Salah
|Sawon
|Sawon
|Sawon
|Salah
|Salah
Baris 518: Baris 443:
|-
|-
|Kule
|Kule
|Kula / Ingsun
|Ingsun
|Kula
|Kula
|Kulå
|Kulå
Baris 525: Baris 450:
|-
|-
|Uning
|Uning
|Uning / Ertos (ngertos)
|Uning
|Ngertos/Sumerep
|Ngertos/Sumerep
|Ngertos/Sumerep
|Ngertos/Sumerep
Baris 546: Baris 471:
|-
|-
|Nire
|Nire
|Sampeyan / Panjenengan
|Sampeyan
|Panjenengan
|Panjenengan
|Panjenengan
|Panjenengan
Baris 567: Baris 492:
|-
|-
|Sare
|Sare
|Kulem / Sare / Tilem
|Kulem
|Sare/Tilem
|Sare / Tilem
|Sare/Tilem
|Sare/Tilem
|Kulem
|Kulem
Baris 602: Baris 527:
|}
|}


=== Kamus Bahasa Indonesia - Cirebon ===
=== Kamus bahasa Indonesia - Cirebon ===
Berikut adalah Kamus yang berisi kosakata bahasa Cirebon Bagongan dan Bahasa Cirebon Bebasan.
Berikut adalah Kamus yang berisi kosakata bahasa Cirebon Bagongan, Bahasa Cirebon Bebasan dengan Bahasa Dermayon Ngoko (Indramayu) dan Bahasa Dermayon Krama (Indramayu) (''Masyarakat Indramayu menyebut Bahasa Bagongan dengan sebutan Bagongan atau Ngoko dan Bebasan dengan sebutan Krama atau Besiken''<ref> Sudibyo YS, Nurochman. 2011. "Bahasa Jawa Pantura Tak Terpeta, Lagu-lagunya Merambah Nusantara" : Surabaya. Kongres Bahasa Jawa </ref>) serta terjemahannya dalam Bahasa Indonesia


{| class="wikitable sortable"
{| class="wikitable sortable"
! Cirebon Bagongan
! Cirebon Bagongan
! Cirebon Bebasan
! Cirebon Bebasan
! Dermayon Bagongan / Ngoko<ref> Tayudi. 2010. "Kamus Bahasa Indramayu" : [http://tayudicic.blogspot.com/2010/10/kamus-bahasa-indramayu.html tayudic.blogspot.com] </ref>
! Dermayon Krama / Besiken<ref> Tayudi. 2010. "Kamus Bahasa Indramayu" : [http://tayudicic.blogspot.com/2010/10/kamus-bahasa-indramayu.html tayudic.blogspot.com] </ref>
! Bahasa Indonesia
! Bahasa Indonesia
! Penjelasan
! Penjelasan
Baris 615: Baris 538:
|Abad
|Abad
|?
|?
|Abad
|Lestantum
|Abad
|Abad
|
|
|-
|-
| Abang
| Abrit
| Abang
| Abang
| Abrit
| Abrit
Baris 629: Baris 548:
|Abot
|Abot
|?
|?
|Abot
|Awrat
|Berat
|Berat
|
|
|-
|-
|
|
|Adi
|Adi
|?
|
|
|Adik (Secara Umum Laki-Laki dan Perempuan)
|Adik (Secara Umum Laki-Laki dan Perempuan)
|
|
|-
|-
|Enang
|Nang / Enang
|Ayi
|Ayi
|Danang / De'mas
|Rayi
|Adik (Laki-Laki)
|Adik (Laki-Laki)
|
|-
|-
|?
|?
|De'nok
|Diayu
|Adik (Perempuan
|-
| Adoh
| Tebih
| Adoh
| Adoh
| Tebih
| Tebih
| Jauh
| Jauh
|
|
|-ukun
|-
U
| Adol
| Sadean
| Adol
| Adol
| Sadean
| Sadean
| Dagang
| Dagang
|
|
Baris 670: Baris 574:
|Adu
|Adu
|Aben
|Aben
|Adu
|Aben
|Adu
|
|
|-
|-
|Adus||Siram||Adus||Siram||Mandi||
|Adus||Siram||Mandi||
|-
|-
|Adhem||?||Adhem||Asrep||Sejuk||
|Adhem||?||Sejuk||
|-
|-
|Agama||Agami||Agama||Agami||Agama||
|Agama||Agami||Agama||
|-
|-
|Aja|?|||Aja ||Sampun ||Jangan|| (Sampun teng Riku! = "Jangan Disitu!"
|Aja||Sampun||Jangan|| (Sampun teng Riku! = "Jangan Disitu!"
|-
|-
| Akeh || Katah ||Akeh||Katah|| Banyak||
| Akeh || Katah || Banyak||
|-
|-
|Kakang||Raka||Kakang / Kang Mas||Raka||Kakak Laki-Laki||
|Kakang||Raka||Kakak Laki-Laki||
|-
|-
|Aki||Ki||Pak de/ Bapa tua||Bapa De||Kakek||
|Aki||Ki||Kakek||
|-
|-
|Aku||Akên||Ngaku||Ngakên ||Aku (Mengaku)||ngaken (mengaku)
|Aku||Akên||Aku (Mengaku)||ngaken (mengaku)
|-
|-
|Alas / Luwung||Wana||Alas||Wana||Hutan||
|Alas / Luwung||Wana||Hutan||
|-
|-
|Alih||?||Alih ||ngalih ||Pindah|| (Ingsun sampun ngalih teng Kuningan = Saya sudah pindah ke Kuningan)
|Alih||?||Pindah|| (Ingsun sampun ngalih teng Kuningan = Saya sudah pindah ke Kuningan)
|-
|-
|Knang||Amargi||Amerga||Amergi||Akibat|| (amargi ingsun mboten uning kepripun pakemipun basa Bebasan Cirebon ingkang leres = akibatnya saya tidak tahu bagaimana peraturan bahasa Bebasan Cirebon yang benar)
|Amarga||Amargi||Akibat|| (amargi ingsun mboten uning kepripun pakemipun basa Bebasan Cirebon ingkang leres = akibatnya saya tidak tahu bagaimana peraturan bahasa Bebasan Cirebon yang benar)
|-
|-
|Aig / Age||Aglis||Cepet / Gage / Gagian||Enggal||Segera||
|Aig / Age||Aglis||Segera||
|-
|-
|Amba||Wiwir||Amba||Wiyar||Luas||
|Amba||Wiwir||Luas||
|-
|-
| Ambir || Supadon || Ben / Ambisan || Ambisan||Biar||
| Ambir || Supadon ||Biar||
|-
|-
|Amit /Permisi||?||Amit||Nuwun Sewu /nyuwun Sewu||Permisi||
|Amit /Permisi||?||Permisi||
|-
|-
|Ana || Wenten ||Ana||Wonten|| Ada ||
| Ana || Wonten || Ada ||
|-
|-
|Angel||Susah||Angel||Sesaha||Susah||
|Angel||Sesah||Susah||
|-
|-
|Angon||Angen||Angon||Angen||Gembala|| Ngangon Kebo (Menggembala Kerbau)
|Angon||Angen||Gembala|| Ngangon Kebo (Menggembala Kerbau)
|-
|-
|Angot||?||Kumat||Kimat||Kambuh||
|Angot||?||Kambuh||
|-
|-
|Antarane||Antawise||Antarane||Antawise||Antaranya||
|Antarane||Antawise||Antaranya||
|-
|-
|Apa||Punapa||Apa ||Punapa ||Apa||
|Apa||Punapa||Apa||
|-
|-
|Apik||Sae||Apik||Sae||Baik||
|Apik||Sae||Baik||
|-
|-
|Aran||Asmi||Aran / Jeneng||Nami / Asmi / Asma||Nama||
|Aran||Jeneng/wasta/
nami/asmi
||Nama||
|-
|-
|Arep || Ajeng ||Arep||Ajeng / Lajeng || Akan||
| Arep || Ajeng || Akan||
|-
|-
|Arep mendhi ||Bade pundi||Arep ngêndhi / arep ngendhi ||Bade pundi / Lajeng têng Pundhi||Mau ke mana?||
|Garep mendhi ||Bade pundi||Mau ke mana?||
|-
|-
|Asli||?||Asli||Sesupe||Asli||
|Asli||?||Asli||
|-
|-
|Asu||?||Asu||Segawon||Anjing||
|Asu||?||Anjing||
|-
|-
|Ati||Manah||Ati||Manah||Hati||
|Ati||Manah||Hati||
|-
|-
|Aturan||Pakem|| ||Pakem||Aturan||
|Aturan||Pakem||Aturan||
|-
|-
|Awan||Siyang||Awan||Rina / Siang||Siang||
|Awan||Siyang||Siang||
|-
|-
|Awak||Selira / Badan||Awak||Selira / Badan||Badan||
|Awak||Selira / Badan||Badan||
|-
|-
|Ayam||Sawung||Ayam||Sawung||Ayam||
|Ayam||Sawung||Ayam||
|-
|-
| Bae || Mawon ||Bae || Mawon ||Saja ||
| Bae || Mawon ||Saja ||
|-
|-
| Bagen || Sanggine || Bagen||Kêrsanipun|| Biarkan||
| Bagen || Sanggine || Biarkan||
|-
|-
| Bagus || Sae|| Bagus/Apik || Sae||Bagus||
| Bagus || Sae||Bagus||
|-
|-
|Baka||Menawi||Yen/Baka||Menawa||Kalau||
|Baka||Menawi||Kalau||
|-
|-
|Balik||Wangsul||Balik||Wangsul||Pulang||
|Balik||Wangsul||Pulang||
|-
|-
| Banyu || Toya || Banyu || Toya || Air||
| Banyu || Toya || Air||
|-
|-
|Bapak ||Rama||Bapak||Rama||Bapak||
|Bapak ||Rama||Bapak||
|-
|-
| Batur || Rencang ||Kanca || Rencang ||Kawan||
| Batur || Rencang ||Kawan||
|-
|-
|Banyu||Toya||Banyu||Toya||Air||
|Banyu||Toya||Air||
|-
|-
|Bari||Kaliyan||Bari/Bareng||Sesarengan/Kaliyan||Bersama||
|Bari||Kaliyan||Bersama||
|-
|-
|Bawi||?||Celeng||Andhapan||Babi||
|Bawi||?||Babi||
|-
|-
|Bebek||?||Bebek||Kambangan||Bebek||
|Bebek||?||Bebek||
|-
|-
|Belah||Palih||Belah||Palih||Sepalih (sebelah)|| jambalang
|Belah||Palih||Sepalih (sebelah)||
|-
|-
|Beli / Ora||boten||Belih/Ora||Mboten ||Tidak||
|Beli / Ora|| Boten ||Tidak||
|-
|-
| Bênêr || Lêrês || Bênêr || Lêrês || Benar||
| Bênêr || Lêrês || Benar||
|-
|-
|Bendrongan||?|| || ||Main Musik|| (Main Musik Dengan Alat Seadanya disebut "Bendrongan"
|Bendrongan||?||Main Musik|| (Main Musik Dengan Alat Seadanya disebut "Bendrongan"
|-
|-
|Bêngên||Rumiyen||Bêngên|| Rumiyin / Sengen||Dahulu||
|Bêngên||Rumiyen||Dahulu||
|-
|-
| Bêngi || Dalu || Bêngi || Dalu || Malam||
| Bêngi || Dalu || Malam||
|-
|-
| Beras || Uwos || Beras || Uwos || Beras||
| Beras || Uwos || Beras||
|-
|-
|Bobad||?||Bobad || ||Bohong||
|Bobad||?||Bohong||
|-
|-
| Bocah / Anak || Lare ||Anak||Lare|| Anak ||
| Bocah / Anak || Lare || Anak ||
|-
|-
|Bokat||?||Becik|| ||Takut / Barangkali|| "aja ning ngerep nok..!!, bokat ketendang!" (jangan di depan nak!! (perempuan), Takut tertendang!)
|Bokat||?||Takut / Barangkali|| "aja ning ngerep nok..!!, bokat ketendang!" (jangan di depan nak!! (perempuan), Takut tertendang!)
"isun arep ngulur batur-batur nang alun-alun, bokat bae ana mengkana" (saya hendak mencari anak-anak di alun-alun, barangkali saja ada di sana)
"isun arep ngulur batur-batur nang alun-alun, bokat bae ana mengkana" (saya hendak mencari anak-anak di alun-alun, barangkali saja ada di sana)
|-
|-
|Bonggan||?|| || ||Awas!|| Digunakan ketika kesal pada sesuatu atau Menantang
|Bonggan||?||Awas!|| Digunakan ketika kesal pada sesuatu atau Menantang
|-
|-
|Brêsi||Rêsik||Bersih||Rêsik||Bersih||
|Brêsi||Rêsik||Bersih||
|-
|-
|Bubar||Bibar||Bubar||Bibar||Bubar||
|Bubar||Bibar||Bubar||
|-
|-
|Bulit||?||Licik||?||Curang||
|Bulit||?||Curang||
|-
|-
|Buri||Wingking||Buri / Guri||Wingking||Belakang|| Nang Buri, Teng Wingking (Di Belakang)
|Buri||Wingking||Belakang|| Nang Buri, Teng Wingking (Di Belakang)
|-
|-
|Buru-Buru||Kêsusu||Buru-Buru||Bujêng-bujêng||Tergesa-gesa||
|Buru-Buru||Kêsusu||Tergesa-gesa||
|-
|-
|Buwang||Bucal||Buwang||Bucal||Buang / Melemparkan||
|Buwang||Bucal||Buang / Melemparkan||
|-
|-
|Cangkêm||Lêsan||Cangkêm / Tutuk||Lêsan||Mulut||
|Cangkêm||Lêsan||Mulut||
|-
|-
|?||?||Caos||Seba||Menghadap / Menemui||
|Caos||Seba||Menghadap / Menemui||
|-
|-
|Carita||?||Crita||Crios||Cerita||
|Carita||?||Cerita||
|-
|-
|Cêg||?||Cêkêl||Ngasta||||Cêgcêgan (Pegangan)
|Cêg||?||Pegang||Cêgcêgan (Pegangan)
|-
|-
| Cilik || Alit ||Cilik || Alit ||Kecil||
| Cilik || Alit ||Kecil||
|-
|-
|Coba||Cobi||Coba||Cobi||Coba||
|Coba||Cobi||Coba||
|-
|-
| Cungur / Irung || ? || Irung || Grana ||Hidung||
| Cungur / Irung || ? ||Hidung||
|-
|-
|Cukur||Paras|| Cukur||Paras||Cukur||
|Cukur||Paras||Cukur||
|-
|-
|Dadi||Dados||Dadi||Dados||Jadi||
|Dadi||Dados||Jadi||
|-
|-
|Dagang||Sadean||Dagang||Sadean||Dagang||
|Dagang||Sadean||Dagang||
|-
|-
| Dake|| Gadah ||Deke || Gadah ||Punya (Dapat)||
| Dake || Gadah ||Punya (Dapat)||
|-
|-
| Dalan||Dêrmagi||Dalan ||Marga ||Jalan||
| Dalan||Dêrmagi||||Jalan||
|-
|-
|Dandan||?||Dandan||Dandos||Berhias||
|Dandan||?||Berhias||
|-
|-
|Dawuk||?|| || ||Dewasa||
|Dawuk||?||Dewasa||
|-
|-
|Dêlêng||Ningali||Dêlêng||Ningali / Mirsani||Melihat||
|Dêlêng||Ningali||Melihat||
|-
|-
|Dhadha||Jaja||Dhadha||Jaja||Dada||
|Dhadha||Jaja||Dada||
|-
|-
|Damar||Pandhêm||Damar||Pandam||Lampu||
|Damar||Pandhêm||Lampu||
|-
|-
|Dêmên||Tresna||Dêmên||Tresna||Cinta||
|Dêmên||Tresna||Cinta||
|-
|-
|Dêmplon||?|| || ||Seksi||
|Dêmplon||?||Seksi||
|-
|-
|Dêngkul / Tur||?||Dêngkul||Jengku|| Lutut||
|Dêngkul / Tur||?|| Lutut||
|-
|-
| Dewek||||Dewek|| Piyambêk||Sendiri||
| Dewek||?||Sendiri||
|-
|-
|Di||Di||Di||Dipun||Di (Imbuhan)|| Cirebon Bebasan : "Dibarokahi", Bahasa Dermayon Krama : "Dipun Barokahi"
|Di||Di||Di (Imbuhan)|| Cirebon Bebasan: "Dibarokahi", Basa Dermayon Krama: "Dipun Barokahi"
|-
|-
|Dina||Dintên||Dina||Dintên||Hari|| (Sedinten-dinten = Sehari-hari)
|Dina||Dintên||Hari|| (Sedinten-dinten = Sehari-hari)
|-
|-
|Dolan||?||Dolan||?||Main||
|Dolan||?||Main||
|-
|-
|Dom||Jarum||Dom||Jarum||Jarum||
|Dom||Jarum||Jarum||
|-
|-
|Doyan||Purun / Kersa||Doyan||Purun / Kersa||Suka / Mau||
|Doyan||Purun / Kersa||Suka / Mau||
|-
|-
|Duit||Yatra||Duit||Yatra||Uang||
|Duit||Yatra||Uang||
|-
|-
|Dulung||Ndahari||Dulang||Ndahari||Suap (Makan)||
|Dulung||Ndahari||Suap (Makan)||
|-
|-
|Durung||Dêrêng||Durung||Dêrêng||Belum||
|Durung||Dêrêng||Belum||
|-
|-
| Duwe || Gadah || Duwe || Gadah ||Punya ||
| Duwe ||Gadah||Punya ||
|-
|-
|Duwur||Inggil||Duwur||Inggil||Tinggi||
|Duwur||Inggil||Tinggi||
|-
|-
|êling||êmut||êling||êmut|| Ingat||
|êling||êmut|| Ingat||
|-
|-
|êmbah||êyang||êmbah||êyang||Kakek-Nenek||
|êmbah||êyang||Kakek-Nenek||
|-
|-
|Embuh||Wikan||Embuh||Kirangan / Wikan|| Tidak Tahu||
|Embuh||Wikan|| Tidak Tahu||
|-
|-
|?||?||Embun-embunan||Pasundulan||Embun-embun||
|?||?||Embun-embun||
|-
|-
|Emong||Boten||Emong||Mboten||Tidak Mau||
|Emong||Boten||Tidak Mau||
|-
|-
|Enak||Eca||Enak||Eca||Enak||
|Enak||Eca||Enak||
|-
|-
|êndas||?||êndas||Sirah ||Kepala||
|êndas||Sirah||Kepala||
|-
|-
|êndhêp||êndhap||êndhêp / Cindek||êndhap||Pendek||
|êndhêp||êndhap||Pendek||
|-
|-
|êndi||Pundi||êndi||Pundi||Mana||
|êndi||Pundi||Mana||
|-
|-
|êndog||Tigan||êndog||Tigan||Telur||
|êndog||Tigan||Telur||
|-
|-
|êngko||?||êngko||Ajeng||Nanti||
|êngko||Ajeng||Nanti||
|-
|-
|ênom||ênêm||ênom||ênêm / timur|| Muda||
|ênom||ênêm|| Muda||
|-
|-
|êntêk||Têlas||êntok ||Têlas ||Habis||
|êntêk||Têlas||Habis||
|-
|-
|Enteni||?||Enteni||Entosi||Menunggu||
|Enteni||?||Menunggu||
|-
|-
|Erti||Ertos||ngerti ||Ngertos||Arti ||(Ngertos = Mengerti) (Basa Iku alat Komunikasi, Umpami panjenengan ngertos ya leres! = Bahasa itu alat komunikasi kalau anda mengerti ya bagus!)
|Erti||Ertos||Arti ||(Ngertos = Mengerti) (Basa Iku alat Komunikasi, Umpami panjenengan ngertos ya leres! = Bahasa itu alat komunikasi kalau anda mengerti ya bagus!)
|-
|-
|Esuk||Enjing||Esuk||Enjing||Pagi||
|Esuk||Enjing||Pagi||
|-
|-
|Etung||Etang||Etung||Etang||Hitung||
|Etung||Etang||Hitung||
|-
|-
|Gajah||Liman||Gajah||Liman||Gajah||
|Gajah||Liman||Gajah||
|-
|-
|Gampang||Gampil||Gampang||Gampil||Mudah||
|Gampang||Gampil||Mudah||
|-
|-
|Ganti||Gantos||Ganti||Gantos||Ganti||
|Ganti||Gantos||Ganti||
|-
|-
|Gawa||Bakta||Gawa||Bakta|| Bawa|| mbakta (Membawa), Gawaan / bektan (Barang Bawaan)
|Gawa||Bakta|| Bawa|| mbakta (Membawa), Gawaan / bektan (Barang Bawaan)
|-
|-
|Gawe||Damel||Gawe||Damel||Kerja||
|Gawe||Damel||Kerja||
|-
|-
|Gedang||Pisang||Gedang||Pisang ||Pisang||
|Gedang||Pisang||Pisang||
|-
|-
|Gede||?||Gedhe||Ageng||Besar||
|Gede||Ageng||Besar||
|-
|-
|Gêlêm||Purun||Gêlêm||Purun||Mau||
|Gêlêm||Purun||Mau||
|-
|-
|Gelang||Binggel||Gelang||Binggel||Gelang||
|Gelang||Binggel||Gelang||
|-
|-
|Gelung||Ukel||Gelung||Ukel||Gulung||
|Gelung||Ukel||Gulung||
|-
|-
|Gemuyu||?||Gemuyu||Gemujeng||Tertawa||
|Gemuyu||Gemujeng||Tertawa||
|-
|-
|Gen||Ugi||Uga ||Ugi ||Juga||
|Gen||Ugi||Juga||
|-
|-
|Genap||Jangkep||Genap||Jangkep||Lengkap||
|Genap||Jangkep||Lengkap||
|-
|-
|Geni||Brama||Geni||Brama||Api||
|Geni||Brama||Api||
|-
|-
|Gering / Kuru /Pêyang||?||Gering||Kera||Kurus||
|Gering / Kuru /Pêyang||?||Kurus||
|-
|-
|Getek||?||Keri||?||Geli||
|Getek||?||Geli||
|-
|-
|Getih||Rah||Getih||Rah||Darah||
|Getih||Rah||Darah||
|-
|-
|Gigir||Pêngkêran||Gigir||Pêngkêran||Punggung||
|Gigir||Pêngkêran||Punggung||
|-
|-
| Godhong||Ron||Godhong||Ron||Daun||
| Godhong||Ron||Daun||
|-
|-
|Golek||?||Golek||Pados||Wayang Kayu (Golek)||
|Golek||?||Wayang Kayu (Golek)||
|-
|-
|Gugah||Wungu||Gugah||Wungu||Bangun||
|Gugah||Wungu||Bangun||
|-
|-
|Gula||Gêndis||Gula||Gêndis||Gula||
|Gula||Gêndis||Gula||
|-
|-
|Gulu||Jangga||Gulu||Jangga||Leher||
|Gulu||Jangga||Leher||
|-
|-
|Gawean||Damelan|| Gawean||Damelan/Guneman||Pekerjaan||
|Gawean||Damelan||Pekerjaan||
|-
|-
|Guyon||Gujêng||Guyon||Gujêng||Bercanda|| Gegujengan (Bercandaan)
|Guyon||Gujêng||Bercanda|| Gegujengan (Bercandaan)
|-
|-
|Idêp||Ibing||Idep||Ibing||Bulu Mata||
|Idêp||Ibing||Bulu Mata||
|-
|-
|Idu||Kecoh||Idu||Kecoh||Ludah||
|Idu||Kecoh||Ludah||
|-
|-
|Iga||?||Iga||Unusan||Iga||
|Iga||?||Iga||
|-
|-
|Ijo||Ijêm||Ijo||Ijêm||Hijau||
|Ijo||Ijêm||Hijau||
|-
|-
|Ilang||Ical||Ilang||Ical||Hilang||
|Ilang||Ical||Hilang||
|-
|-
|Ilat||Lidah||Ilat||Lidah||Lidah||
|Ilat||Lidah||Lidah||
|-
|-
|Imbuh||?||Imbuh||Tanduk||Tambahan||
|Imbuh||?||Tambahan||
|-
|-
|Inep||?||Inep||Sipeng||Bermalam||
|Inep||?||Bermalam||
|-
|-
|Ingu||Ingah||Ingu||Ingah||Pelihara||
|Ingu||Ingah||Pelihara||
|-
|-
|Irêng||Cêmêng||Irêng||Cêmêng|| Hitam||
|Irêng||Cêmêng|| Hitam||
|-
|-
|Isor||Andhap||Isor||Andhap||Bawah||
|Isor||Andhap||Bawah||
|-
|-
|Isin||Lingsem||Isin||Lingsem||Malu||
|Isin||Lingsem||Malu||
|-
|-
|Isun||Ingsun / Kula||Reang / Kita ||Kula ||Saya||
|Isun||Ingsun / Kula||Saya||
|-
|-
|Iwak||Ulam||Iwak||Ulam||Ikan||
|Iwak||Ulam||Ikan||
|-
|-
|Iya||Inggih||Iya / ênggeh||Inggih / Ênggeh ||Ya||
|Iya||Inggih||Ya||
|-
|-
|Jaga||Raksa||Jaga ||Reksa ||Jaga|| Njaga, Ngraksa (Menjaga)
|Jaga||Raksa||Menjaga||
|-
|-
|Jago||Sawung||Jago||Sawung||Ayam Jago||
|Jago||Sawung||Ayam Jago||
|-
|-
|Jagong||Linggih||Dodok ||Linggih ||Duduk||
|Jagong||Linggih||Duduk||
|-
|-
|Jala||Jambêt||Jala||Jambêt||Jala||
|Jala||Jambêt||Jala||
|-
|-
|Jalir||?||telembuk||?||Pelacur||
|Jalir||?||Pelacur||
|-
|-
|Jaluk||Pundhut||Jupuk / Jokot ||Pendhet ||Ambil||
|Jaluk||Pundhut||Ambil||
|-
|-
|Jamu||Jampi||Jamu||Jampi||Jamu||
|Jamu||Jampi||Jamu||
|-
|-
|Jaran||?||Jaran||Titihan||Kuda||
|Jaran||?||Kuda||
|-
|-
|Jare||Cape||Jare||Criyos ||Kata (Ucap)|| Cirebonan : "Cape sinten?" (Kata (ucap) siapa?)
|Jare||Cape||Kata (Ucap)|| Cirebonan: "Cape sinten?" (Kata (ucap) siapa?)
|-
|-
|Jenggot||?||Jenggot||Gumbala||Jenggot||
|Jenggot||?||Jenggot||
|-
|-
|Jêriji||?||Driji||Racikan||Jari||
|Jêriji||?||Jari||
|-
|-
|Jero||Lebet||Jero||Lebet||Dalam||
|Jero||Lebet||Dalam||
|-
|-
|Jingkat||?||Kaget||Kejot||Terkejut||
|Jingkat||?||Terkejut||
|-
|-
|Joget||?||Joged||Beksa||Goyang||
|Joget||?||Goyang||
|-
|-
|Kabar / Warta||Wartos||Kabar / Warta||Wartos||Berita||
|Kabar / Warta||Wartos||Berita||
|-
|-
|Kabeh||Sedaya||Kabeh||Sêdaya / Sedantên||Semua||
|Kabeh||Sedantên||Semua||
|-
|-
|Kabênêran||Kalêrêsan||Kabêran||Kêlêrêsan||Kebetulan||
|Kabênêran||Kalêrêsan||Kebetulan||
|-
|-
|Kaca||||Kaca||Paningalan||Kaca||
|Kaca||||Kaca||
|-
|-
|Kae||Punika||Iku/Kaen/Kuwen||Punika|| Itu (Dekat dengan si Pembicara)||
|Kae||Punika|| Itu (Dekat dengan si Pembicara)||
|-
|-
|Kali / Lêpên|| Benawi||Kali / Lêpên || Benawi ||Sungai||
|Kali / Lêpên|| Benawi||Sungai||
|-
|-
|Kalung||?||Kalung||Sangsangan||Kalung||
|Kalung||?||Kalung||Kalung||
|-
|-
|Kandha||?||Kandha||Sanjang||Bercerita||
|Kandha||?||Sanjang||Bercerita||
|-
|-
|Kanggo||Kangge||Kanggo||Kangge||Untuk||
|Kanggo||Kangge||Untuk||
|-
|-
|Karang||Kawis||Karang||Kawis||Karang||
|Karang||Kawis||Karang||
|-
|-
|Karena||Kêrantên||Merga ||Amarga/ Keranten||Karena||
|Karena||Kêrantên||Karena||
|-
|-
|Kari||Kantun||Kari||Kantun||Sisa (Tinggal Terakhir) / Tertinggal / Terakhir|| Kantun-kantun (akhirnya)
|Kari||Kantun||Sisa (Tinggal Terakhir) / Tertinggal / Terakhir|| Kantun-kantun (akhirnya)
|-
|-
|Karo||Kaliyan||Karo||Kaliyan||Bersama||Teng bioskop kalian sinten inggih? (Di bioskop bersama siapa, ya?)
|Karo||Kaliyan||Bersama||Teng bioskop kalian sinten inggih? (Di bioskop bersama siapa, ya?)
|-
|-
|Karo||Sareng||Karo / Sareng ||Marang/Dhumateng ||Dengan|| (Garam sareng Gendhis dicampur mawon Kang! = "Garam dengan Gula dicampur aja Kang!")
|Karo||Sareng||Dengan|| (Garam sareng Gendhis dicampur mawon Kang! = "Garam dengan Gula dicampur aja Kang!")
|-
|-
|Katon||Kêtingal||Katon ||Kêtingal ||Dapat dilihat||
|Katon||Kêtingal||Dapat dilihat||
|-
|-
|Katok / Cangcut||Lancing||Katok||Lancing||Celana dalam||
|Katok / Cangcut||Lancing||Celana dalam||
|-
|-
|Kaweruh||||Kaweruh||Seserepan||Pengetahuan||
|Kaweruh||?||Pengetahuan||
|-
|-
|Kaya / ala-ala||Kados|| Kaya||Kados|| Seperti|| (Kados Mekoten = Sepeti Begitu / Seperti Itu)
|Kaya / ala-ala||Kados|| Seperti|| (Kados Mekoten = Sepeti Begitu / Seperti Itu)
|-
|-
|Kayu||Kajeng||Kayu||Kajeng||Kayu||
|Kayu||Kajeng||Kayu||
|-
|-
|Kebanjur||?||Kebanjur||Kelajeng||Tersiram||
|Kebanjur||?||Tersiram||
|-
|-
|Kêbo||?||Kêbo||Maesa||Kerbau||
|Kêbo||?||Kerbau||
|-
|-
|?||?||Kêdêr||Ewed||Bingung||
|Kêdêr||Ewed||Bingung||
|-
|-
|Kelanjutan||?||Kelanjutan||Kelanjêngan ||Kelanjutan||
|Kelanjutan||Kelanjêngan||Kelanjutan||
|-
|-
|Kelapa||?||Kelapa||Kerambil||Kelapa||
|Kelapa||Kerambil||Kelapa||
|-
|-
|?||?||Keliru||Klentu||Keliru||
|?||?||Keliru||
|-
|-
|Kembang||Sekar||Kembang||Sekar||Bunga||
|Kembang||Sekar||Bunga||
|-
|-
|Kêmit||?||Kêmit||Pakuncen||Jaga (Tugas Jaga)|| Kêmit Desa (Orang yang menjaga Desa)
|Kêmit||?||Kèmit ||Kuncên ||Jaga (Tugas Jaga)|| Kêmit Desa (Orang yang menjaga Desa)
|-
|-
|Kêmul||Singep||Kêmul||Singep||Selimut||
|Kêmul||Singep||Selimut||
|-
|-
| Kên / Kahin / Jarit||?||Jarit||Sinjang||Kain||
| Kên / Kahin / Jarit / Tapih||?||Kain||
|-
|-
|Kene||Riki||Kene / Mrêne||Riki||Sini||
|Kene||Riki||Sini||
|-
|-
|Kêponakan||?||Kêponakan||Kêpênakan||Keponakan||
|Kêponakan||Kêpênakan||Keponakan||
|-
|-
|Kêpriben||Kêpripun||Kêpriben Kepriwe||Kadhos Pundi / Kêpripun||Bagaimana||
|Kêpriben||Kêpripun||Bagaimana||
|-
|-
|Kêramas||Jamas||Kramas||Jamas||Keramas||
|Kêramas||Jamas||Keramas||
|-
|-
|Kêrasan / Bêtah||?||Krasan||Kraos||Betah||
|Kêrasan / Bêtah||Betah||
|-
|-
|Kêringet||Riwe||Kêringet||Riwe||Keringat||
|Kêringet||Riwe||Keringat||
|-
|-
|Kêris||?||Keris||Duwung||Keris||
|Kêris||?||Keris||
|-
|-
|Kêrtas||Delanceng||Kertas||Dalancang||Kertas|| Cirebonan : "Daluwang" (Kertas yang terbuat dari Kulit Kayu)
|Kêrtas||Kertas|| Cirebonan: "Daluwang" (Kertas yang terbuat dari Kulit Kayu)
|-
|-
|Kêtara||||Ketara||Ketawis||Jelas||
|Kêtara||?||Jelas||
|-
|-
|Kêtemu||Kêpanggih||Kêtemu||Kêpanggih||Bertemu||
|Kêtemu||Kêpanggih||Bertemu||
|-
|-
|?||?||Ora Karuan||Kêtowon||Percuma / tidak dilayani dengan baik||
|Kêtuwon||?||Percuma / tidak dilayani dengan baik||
|-
|-
|Kêyok||?||Kalah||Kawon||Kalah||Kekalahan (Cirebon : Kasoran)
|Kêyok||?||Kekalahan (Cirebon: Kasoran)
|-
|-
|Kien||Puniki / Kih||ênya /kie / Kien / Kih ||Puniki / Niki ||Ini||
|Kie||Puniki / Kih||Ini||
|-
|-
|Kijing||Sekaran||Kijing||Sekaran||Gilang Makam||
|Kijing||Sekaran||Gilang Makam||
|-
|-
|Kira||Kinten||Kira||Kinten||Kira (Perkiraan)||Kinten-Kinten (Kira-Kira)
|Kira||Kinten||Kira (Perkiraan)||Kinten-Kinten (Kira-Kira)
|-
|-
|Kirim||?||Kirim||Kintun||Kirim||
|Kirim||Kintun||Kirim||
|-
|-
|Klambi||Rasukan||Kêlambi||Rasukan||Pakaian||
|Klambi||Rasukan||Pakaian||
|-
|-
|Kongkon||Kengken||Kongkon||Kengken||Suruh||
|Kongkon||Kengken||Suruh||
|-
|-
|Kuburan|| Pasarean ||Kuburan|| Pasarean ||Kuburan||
|Kuburan|| Pasarean ||Kuburan||
|-
|-
|Kudu||Kedah||Kudu / Mesti ||Kedah||Harus||
|Kudu / Mesthi||Harus||
|-
|-
|Kuku||?||Kuku||Kenaka||Kuku||
|Kuku||?||Kuku||
|-
|-
|Kulon||Kulen||Kulon||Kulen / Kulwan||Barat||
|Kulon||Kulen / Kulwan||Barat||
|-
|-
|Kumat||||Kumat||Kimat||Kumat||
|Kumat||?||Kumat||
|-
|-
|||||Kumpul||Kêmpal||Kumpul||
|?||?||Kumpul||
|-
|-
|Kuna||Kina||Kuna||Kina / Kawi||Kuno||
|Kuno||Kina||Kuno||
|-
|-
|Kuning||Jener||Kuning||Jenar||Kuning||
|Kuning||Jener||Kuning||
|-
|-
|Kuping||Talinga||Kuping||Talingan||Telinga||
|Kuping||Talinga||Telinga||
|-
|-
|Kurang||Kirang||Kurang||Kirang||Kurang||
|Kurang||Kirang||Kurang||
|-
|-
|Kuwasa||?||Kuwasa||Kuwaos||Kuasa||
|Kuwasa||?||Kuwaos||Kuasa||
|-
|-
|?||?||Kuwatir||Kuwaos||Khawatir||
|?||?||Khawatir||
|-
|-
|Kuwayang||?||Kebayang|| Kewayang||Terbayang||
|Kuwayang||?||Terbayang||
|-
|-
|Kuwe||Kuh / Puniku||Kuwen||Kuh / Puniku||Itu|| (Jauh dari si pembicara)
|Kuwe||Kuh / Puniku||Itu|| (Jauh dari si pembicara)
|-
|-
|Lahiran||?||Bayian / Lairan / Mbrojol||?||Melahirkan||
|Lahiran||?||Melahirkan||
|-
|-
| Lain || Dudu / Sanes || Dudu ||Sanes ||Bukan||
| Lain || Dudu / Sanes ||Bukan||
|-
|-
|Laka||Botên wêntên||Langka / Laka / Ora ana ||Mbotên wêntên / Mboten Wontên ||Tidak Ada||
|Laka||Botên wêntên||Tidak Ada||
|-
|-
|Laki|| ? ||Laki||Jalih||Suami||
|Laki||Jali||Suami||
|-
|-
|Lama||Dangu||Lawas / Suwe|| Lami / Dangu || Lama||
|Lama||Dangu|| Lama||
|-
|-
|Lamun||Bilih||Lamon / Yen||Bilih ||Seandainya||
|Lamun||Bilih||Seandainya||
|-
|-
|Lamun||?||Lamona||Umpami||Umpama||
|Lamun||Umpami||Umpama||
|-
|-
|Lanang||Jali / Jaler||Lanang ||Jaler ||Laki-laki||
|Lanang||Jali||Laki-laki||
|-
|-
|Larang||Hawis|| Larang ||Awis ||Mahal||
|Larang||Hawis||Mahal||
|-
|-
|Lenga|| ||Lenga||Lisa||Minyak||
|Lenga||Lisa||Minyak||
|-
|-
|Lenga Latung||?||Lenga Lantung||Lisa Lantung||Minyak tanah||
|Lenga Latung||Lisa latung||Minyak tanah||
|-
|-
|Lêwih||Langkung||Luwih||Langkung ||Lebih||
|Lêwih||Langkung||Lebih||
|-
|-
|Lima||Gangsal||Lima||Gangsal||Lima||
|Lima||Gangsal||Lima||
|-
|-
|Lunga|| ? ||Lunga / Melaku / Miyang ||Kesah||Pergi||
|Lunga||Kesah||Pergi||
|-
|-
|Lupa||Lêpat||Klalen / Ora Kelingan||Kesupen||Lupa||
|Lupa||Lêpat||Lupa||
|-
|-
|Luru||?||Luruh||Ngilari||Cari||
|Luru||Ngilari||Cari||
|-
|-
|Luru||Nggulati||Luru / Goleti ||Nggelati ||Cari||
|Luru||Nggulati||Cari||
|-
|-
|Mabok||Mêndhêm||êndhêm||Mêndhêm||Mabuk||
|Mabok||Mêndhêm||Mabuk||
|-
|-
|Maca||?||Maca||Maos||Baca||
|Maca||Maos||Baca||
|-
|-
|Manfaat / Faedah||Guna||Manfaat / Faedah /Meguna ||Gina||Manfaat||
|Manfaat / Faedah||Guna||Manfaat / Faedah ||Gina||Manfaat||
|-
|-
|Mangan||Dahar||Mangan||Maem ||Makan||
|Mangan||Dahar||Makan||
|-
|-
|Mangkat||?||Mangkat / Miyang ||Tindak / Tumindak||Berangkat||
|Mangkat||Tindak||Berangkat||
|-
|-
|Maning||?||Maning / Mênêh ||Malih ||Lagi||
|Maning||Malih||Lagi||
|-
|-
|Manjing||?||Mlêbu / Manjing||Mlebet||Masuk||
|Manjing||Mlebet||Masuk||
|-
|-
|Mata||?||Mata||Soca||Mata||
|Mata||Soca||Mata||
|-
|-
|Mati||Pejah||Modhar / Mati||Pejoh||Mati||
|Mati||Pejah||Mati||
|-
|-
|Mayid||Laywan||Jisim||Layon||Jenazah||
|Mayid||Laywan||Jenazah||
|-
|-
|Melu||?||Melu||Milet||Ikut||
|Melu||Milet||Ikut||
|-
|-
|Mencleng||?||Nganclêng||Nganclêng ||Lompat||
|Mencleng||?||Lompat||
|-
|-
|Mêngana||Mrika||Mêngana / Mana / Mrana||Mêrika||Kesana||
|Mêngana||Mrika||Kesana||
|-
|-
|Mênê||?||Mrêne / Mênê||Mêriki||Kesini||
|Mênê||Mriki||Kesini||
|-
|-
|Mêngkonon||?||Mêngkonon / Mêngkono||Mèngkontên/Mêkotên||Begitu||
|Mêngkonon||Mêngkotên||Begitu||
|-
|-
|Mêtu||Medal||Mêtu / Mbudal || Mbêdhal||Keluar||
|Mêtu||Medal||Keluar||
|-
|-
|Mlaku || ? ||Mlaku||Mlampah ||Berjalan ||
| Mlaku || Mlampah ||Berjalan ||
|-
|-
|Mlayu||?||Mêlayu ||Mêlajeng ||Lari||
|Mlayu||Mlajeng||Lari||
|-
|-
|Mungkin||?||Sokat||Sokat ||Mungkin||
|Mungkin||?||Mungkin||
|-
|-
|Nang / Ning||Teng||Ning|| Teng / Ing||Di (Tempat)||
|Nang / Ning||Teng||Di (Tempat)||
|-
|-
|Nang Arep||?||Ning Arep ||Ing Lajeng ||Di Depan||
|Nang Arep||Teng Ajeng||Di Depan||
|-
|-
|Nang Isor||Teng Andap||Ning Isor ||Teng Andap / Ing Andap ||Di Bawah||
|Nang Isor||Teng Andap||Di Bawah||
|-
|-
|Nang kana ||Teng Riku|| Ning Kono || Teng Kono / Ing Kono ||Di situ||
|Nang kana ||Teng Riku||Di situ||
|-
|-
|Nang Mendhi||Teng Pundi||Ning êndi ||Teng Pundi / Ing Pundi ||Dimana||
|Nang Mendhi||Teng Pundi||Dimana||
|-
|-
|Nini||?||Nini||Bude||Nenek||
|Nini||?||Nenek||
|-
|-
|Ngaji||?||Ngaji||Ngaos||Mengaji||
|Ngaji||Ngaos||Mengaji||
|-
|-
|Nginum||Ngombe||Nginung / Ngombeh || ||Minum||
|Nginum||Ngombe||Minum||
|-
|-
|Nguyu||?||Nguyu ||Nyeni||Kencing||
|Nguyu||Nyeni||Kencing||
|-
|-
|Olih||?||Olih||Angsal ||Mendapat||
|Olih||Angsal||Mendapat||
|-
|-
|Omong||Gunêm||Catur||Ngendika / Gunêm||Bicara||
|Omong||Gunêm||Bicara||
|-
|-
|Pada||?||Pada||Sami||Sama||
|Pada||Sami||Sama||
|-
|-
|Pada bae||?||Pada bae||Sami mawon ||Sama saja||
|Pada bae||Sami mawon||Sama saja||
|-
|-
|Pancal||?|| || ||Tendang||
|Pancal||?||Tendang||
|-
|-
|Papat||?||Papat||Sêkawan||Empat||
|Papat||Sêkawan||Empat||
|-
|-
|Parêk||?||Parêk / Cêdhak||Cakêt ||Dekat||
|Parêk||Cakêt||Dekat||
|-
|-
|Pasar||Pêkên||Pasar||Pêken||Pasar||
|Pasar||Pêkên||Pasar||
|-
|-
|Pate||Padem||Paten||Padêm||Padam||
|Pate||Padem||Padam||
|-
|-
|Pati||?||Nemen / Pati||Patos||Terlalu||Beli Pati Doyan (Tidak Terlalu Suka)
|Pati||Patos||Terlalu||Beli Pati Doyan (Tidak Terlalu Suka)
|-
|-
|Payung||?||Payung||Pajeng||Payung||
|Payung||Pajeng||Payung||
|-
|-
|Pêrabot||Pêranti||Abah||Pirantos||Perabotan||
|Pêrabot||Pêranti||Perabotan||
|-
|-
|Pêrcaya||Pêrcantên||Pêrcaya ||Pêrcayanipun||Percaya||
|Pêrcaya||Pêrcantên||Percaya||
|-
|-
|Lawang||Kontên||Lawang||Kontên||Pintu|| Lawang arep (Pintu Depan), Lawang Gada (Pintu Gerbang)keramas
|Lawang||Kontên||Lawang||Kontên||Pintu|| Lawang arep (Pintu Depan), Lawang Gada (Pintu Gerbang)keramas
|-
|-
|Pira||?||Pira||Pintên||Berapa||
|Pira||Pintên||Berapa||
|-
|-
|Piring||?||Ajang||Ambeng||Piring||
|Piring||?||Piring||
|-
|-
|Polah||?||Akeh polah|| Sêlêwa||oleh / laku|| akeh polah (banyak perlakuan, banyak tingkah)
|Polah||?||oleh / laku|| akeh polah (banyak perlakuan, banyak tingkah)
|-
|-
|Punten||Hampura|| Sêpurane / Ngapurane ||Nyuwun Pangapuntên ||Maaf||
|Punten||Hampura||Maaf||
|-
|-
|Purun||?||Arep / Purun ||Lajeng ||Mau||Panjenengan purun?(kamu mau?)
|Purun||?||Mau||Panjenengan purun?(kamu mau?)
|-
|-
|Putih||Pethak||Putih ||Pethak||Putih||
|Putih||Pethak||Putih||
|-
|-
|Rabi / Kurên||Istri||Bojo||Sekurên||Istri||Sekurên = Sejodoh
|Rabi / Kurên||Istri||Sekurên = Sejodoh
|-
|-
|Rada||Rabi||Rada||?||Agak||Rada Manis (agak manis)
|Rada||Rabi||Agak||Rada Manis (agak manis)
|-
|-
|Rewel||?||Rewel||?||Cerewet||
|Rewel||?||Cerewet||
|-
|-
|Ro / Rua||Kalih||Loro||Kalih||Dua||
|Ro / Rua||Kalih||Dua||
|-
|-
|Rungu||Pireng||Ngêrungu||Mireng / Midhanget||Dengar|| Ngrungu, Mireng (Mendengar)
|Rungu||Pireng||Dengar|| Ngrungu, Mireng (Mendengar)
|-
|-
|Sabên||?||Sabên||Unggal||Setiap||
|Sabên||Unggal||Setiap||
|-
|-
|Salah||?||Salah||Sawon||Salah||
|Salah||Salah||Salah||
|-
|-
|Sambut||Sambêt||Nyelang ||Sambat ||Pinjam||
|Sambut||Sambêt||Pinjam||
|-
|-
|Sapa||?||Sapa||Sinten||Siapa|| (Kaliyan Sinten? "Sama Siapa?")
|Sapa||Sintên||Siapa|| (Kaliyan Sinten? "Sama Siapa?")
|-
|-
|Sawah||?||Sawah||Sabin||Sawah||
|Sawah||Sabin||Sawah||
|-
|-
|Sedang||Siweg||Nglakoni ||Siweg||Sedang (Melakukan)|| (Siweg Punapa? "Sedang Apa")
|Sedang||Siweg||Sedang (Melakukan)|| (Siweg Punapa? "Sedang Apa")
|-
|-
|Sega||Sêkul||Sega||Sêkul||Nasi||
|Sega||Sêkul||Nasi||
|-
|-
|Sejen||Liya||Sejên||Liya||Lain|| (Mangga diterasken Liya-liya ae = "Silahkan diteruskan lain-lainnya")
|Sejen||Liya||Lain|| (Mangga diterasken Liya-liya ae = "Silahkan diteruskan lain-lainnya")
|-
|-
|Sekien||Sêniki|| Sekiên || Sêniki ||Sekarang||
|Sekien||Sêniki||Sekarang||
|-
|-
|Sekiki||Benjing||Sukiki / Sêsuk / Mbesuk||Benjing ||Besok||
|Sekiki||Benjing||Besok||
|-
|-
|Senajan / Ari||Menawi||Senajan||Menawa /Menawi||Walau||
|Senajan / Ari||Menawi||Walau||
|-
|-
|Seneng||Bungah||Seneng / Berag||Bingah / Bungah||Senang||
|Seneng||Bungah||Senang||
|-
|-
|Setitik||Sakedik||Setitik||Sêkedik ||Sedikit||
|Setitik||Sakedik||Sedikit||
|-
|-
|Siji||Tunggal||Siji||Sêtunggal ||Satu||
|Siji||Sêtunggal||Satu||
|-
|-
|Sira||Panjenengan||Slira / Sira / Sampêyan ||Panjênêngan ||Anda||
|Sira||Sampeyan||Anda||
|-
|-
|Sira||Panjênêngan|| Kowe / Slira || Sampeyan / Panjênêngan ||Kamu||
|Sira||Sampeyan||Kamu||
|-
|-
|Srog||Mangga||mangga||Sumangga||Silahkan Ambil|| Cirebonan : "Ya Asrog (Silahkan Ambil)"
|Srog||Mangga||Silakan Ambil|| Cirebonan: "Ya Asrog (Silahkan Ambil)"
|-
|-
| Suwe ||?|| Suwe || Lami || Lama ||
| Suwe ||?|| Lama ||
|-
|-
|Ya||Mangga||êndhang / Mangga ||Sumangga||Silahkan|| Cirebon : "Ya Asrog (Silahkan Ambil)"
|Ya||Mangga||Silakan|| Cirebon: "Ya Asrog (Silahkan Ambil)"
|-
|-
|Taken||Dangu||Takon||Taken / Dangu||Tanya||Andangu (Bertanya)
|Taken||Dangu||Takon||Taken||Tanya||Andangu (Bertanya)
|-
|-
|Tamu||?||Tamu||Sema||Tamu||
|Tamu||Sema||Tamu||
|-
|-
|Tanduk||Singat||Tanduk||Singat||Tanduk||
|Tanduk||Singat||Tanduk||
|-
|-
|Teka||Dugi||Teka||Dugi||Tiba||
|Teka||Dugi||Tiba||
|-
|-
|Telu||?||Telu||Tiba||Tiga||
|Telu||Tiba||Tiga||
|-
|-
|Terus||Teras||Teruskan||
|?||?||Panggon||Panggen||Tempat||
|-
|-
|Tua||Sepuh||Tua||
|Terus||Teras||Nutugna||Nêrusêna ||Teruskan||
|-
|-
|Tuku||Tumbas||Beli||
|?||?||Genah||Tilari||Tinggal||
|-
|-
|Tua||Sepuh||Tua||Sepuh||Tua||
|Tur||Tunten||Selanjutnya||
|-
|-
|Turu||Kilem / Tilem / Kulem||Tidur||
|Tuku||?||Tuku||Tumbas||Beli||
|-
|-
|Umah||Griya||Rumah||
|Tur||Tunten||Bacut||Lajeng||Selanjutnya||
|-
|-
|Untap||?||Durhaka||
|Turu||Kilem / Tilem / Kulem ||Turu ||Sare / Tilem ||Tidur||
|-
|-
|Upai||Sukani||Beri|| Ngupai, Nyukani (Memberi)
|Umah||Griya||Umah||Griya||Rumah||
|-
|-
|Urip||Gesang||Hidup||
|Untap||?||Dêlagdag||Nguntap ||Durhaka||
|-
|-
| Uwis || Sampun ||Sudah ||
|Upai||?||ngupai / Upai||Sukani||Beri|| Ngupai, Nyukani (Memberi)
|-
|-
|Wadon||Istri||Perempuan||
|Urip||?|| Urip ||Gesang||Hidup||
|-
|-
|Waktu||Sela||Waktu||
|Uwis || Sampun ||Uwis / Pêragat|| Sampun ||Sudah ||
|-
|-
|Wanci||Wayah||Saat||
|Wadon||Istri||Wadon||Wanoja | Istri||Perempuan||
|-
|-
|Wareg||Tuwuk||Kenyang||
|Waktu||Sela||Waktu / Sela Wektu ||Waktos / Wentos||Waktu||
|-
|-
|Wong||Tiyang||Orang||
|Wanci||Wayah||Wanci ||Wayah||Saat||
|-
|-
|Wulan||Sasi||Bulan||
|Wareg||Tuwuk||Wareg ||Tuwuk||Kenyang||
|-
|-
|?||Kajaba||?||Kecuali||
|Wong||Tiyang||Uwong / Menungsa ||Tiyang||Orang||
|-
|-
|Wulan||Sasi||Wulan||Sasi||Bulan||
|?||Lan||Dan||
|-
|-
|?||Kajaba||?||Kajaba||Kecuali||
|?||Jentik||Kelingking||
|-
|-
|?||Leb||Tutup||"Dileb = Ditutup" (Penggunaan Pada "Pintu")
|?||Lan||Lan / Ambi|| Marang / Dhumateng ||Dan||
|-
|-
|?||Maksad||Maksud|| (Maksadipun = Maksudnya)
|?||Jentik||Jentik||Jentik ||Kelingking||
|-
|-
|?||Wiraos||Bicara||
|?||Leb|| ||Ditutup ||Dileb||"Dileb = Ditutup" (Penggunaan Pada "Pintu")
|-
|-
|Belajar||Sinau / Ginau||Belajar||
|?||Maksad||Maksude||Maksadipun||Maksud|| (Maksadipun = Maksudnya)
|-
|-
|?||Kah||Itu || (dekat dari si pembicara)
|?||Wiraos||Ngomong ||Wiraos||Bicara||
|-
|-
|?||Waras||Sehat||
|Belajar||Sinau / Ginau||Belajar||Sinau / Genau / Ginau||Belajar||
|-
|-
|?||Bethek||Menanak Nasi||
|?||Kah||Iku||Meriku||Itu || (dekat dari si pembicara)
|-
|-
|?||Waras||Bregas||Waras||Sehat||
|?||Serat||Serabut / Serat||
|-
|-
|?||?||Bantal||
|?||Bethek||Adang||Bethak||Menanak Nasi||
|-
|?||Serat||Jungkat||Serat||Serabut / Serat||
|-
|?||?||Kengulu||Kajang||Bantal||
|}
|}
<br />


== Ragam dialek Bahasa Cirebon ==
== Bahasa Jawa Di Cirebon ==

Menurut Bapak Nurdin M. Noer Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon, Bahasa Cirebon memiliki setidaknya ada beberapa dialek, yakni Bahasa Cirebon{{fact}} atau yang dikenal Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) atau Bahasa Jawa Separuh (Kosa Kata Jawa dan Sunda).

Untuk wilayah Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara) sebenarnya bahasa penduduk Gegesik menggunakan Bahasa Dermayon atau pengaruh dari [[Indramayu]] wangsa Kesultanan Demak pada 1526 Masehi. Sedangkan menurut Bapak Sugeng selaku penyurvei asal Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta pada tahun 2004.

Bahasa Dermayon adalah bahasa Induk dari Bahasa Jawa Cirebon.
Sejarahnya Bahasa Jawa masuk ke Cirebon pada pertengahan abad ke 16 Masehi terutama pada era kepemimpinan Sultan Trenggono, yang mana pada saat Prajurit Perang Kesultanan Demak paling banyak dari daerah Dermayon [[Indramayu]] di Migrasi ke [[Cirebon]], [[Karawang]], [[Banten]] dan [[Lampung]].


Sedangkan jika di lihat dari sejarah lewat catatan naskah Kuno yang disimpan di daerah [[Tukdana]], [[Indramayu]] yang sekarang di simpan di Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta.
Menurut Bapak Nurdin M. Noer Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon, Bahasa Cirebon memiliki setidaknya ada beberapa dialek, yakni Bahasa Cirebon dialek Dermayon atau yang dikenal sebagai Bahasa Indramayuan, Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) atau Bahasa Jawa Separuh, Bahasa Cirebon dialek Plered dan dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara){{fact}}. Sedangkan menurut Dini Zahrotud Diniyah, bahasa Cirebon yang dituturkan di Kota Cirebon memiliki beberapa dialek, diantaranya Bahasa Cirebon dialek Arjawinangun, Bahasa Cirebon dialek Dermayon, Bahasa Cirebon dialek Campuran, dan Bahasa Cirebon dialek Kuningan <ref name=":0">{{Cite journal|last=Diniyah|first=Dini Zahrotud|year=2016|title=VISUALISASI SPASIAL BAHASA DAN DIALEK DI KOTA CIREBON JAWA BARAT|url=http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/viewFile/854/827|journal=Jurnal Bumi Indonesia|volume=5|issue=4|pages=|doi=}}</ref>. Sebesar 59% masyarakat Kota Cirebon menggunakan Bahasa Cirebon dialek Arjawinangun, sebanyak 16% menggunakan Bahasa Cirebon dialek Campuran, sebanyak 6% menggunakan Bahasa Cirebon dialek Dermayon dan dialek Kuningan. Dari 47 penutur bahasa Cirebon, 32 diantaranya adalah pengguna dialek Arjawinangun. Selebihnya sebanyak 15 orang adalah penutur dialek Dermayon, Campuran dan Kuningan.
Daerah [[Indramayu]] adalah wilayah dari [[Kerajaan Majapahit]] yang sekaligus berpenduduk Jawa, tapi tidak meliputi Cirebon. Pada wangsa [[Sunan Gunung Jati]] daerah [[Cirebon]] masih berpenduduk Sunda dan oleh sebab itu masuknya Demak ke [[Cirebon]] atas dasar Politik Sultan Trenggono yang bertujuan menduduki wilayah-wilayah Kadhipaten yang ada di daerah Pasundan [[Jawa Barat]] wangsa Kesultanan Demak.
Jadi tidak bisa dikatakan dengan mudah karena catatan sejarah yang lurus dari pada pembuatan sejarah yang imajinatif (Karangan).


Bahasa Cirebon belum bisa diakui sebagai bahasa Induk, dikarenakan bahasa Jawa Cirebon bukan akar dari setiap daerah seperti [[Majalengka]], [[Kuningan]], [[Subang]], [[Brebes]], [[Indramayu]] dan [[Karawang]].
Hendrik Blink dalam bukunya yang berjudul ''Nederlandsch Oost- en West-Indië, geographisch, ethnographisch en economisch beschreven'' menjelaskan bahwa Bahasa Cirebon yang ketika itu disebut sebagai ''Cheribonsch Javansch" menguasai wilayah penuturan yang sangat luas bahkan hingga jauh ke timur, sedangkan Hendrik Blink mengkategorikan wilayah Indrmayu sebagai wilayah percampuran bahasa dimana wilayah Indrmayu diapit oleh wilayah bahasa Sunda dan bahasa Cirebon<ref name=blink>Blink, Hendrik. 1905. Nederlandsch Oost- en West-Indië, geographisch, ethnographisch en economisch beschreven 1852. [[Leiden]] : BRILL</ref>

bahasa Cirebon yang dituturkan di Kota Cirebon memiliki beberapa dialek, diantaranya Bahasa Jawa Dermayon dialek Arjawinangun dan Dialek Plered. Bahasa Cirebon dialek Campuran.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Diniyah|first=Dini Zahrotud|year=2016|title=VISUALISASI SPASIAL BAHASA DAN DIALEK DI KOTA CIREBON JAWA BARAT|url=http://lib.geo.ugm.ac.id/ojs/index.php/jbi/article/viewFile/854/827|journal=Jurnal Bumi Indonesia|volume=5|issue=4|pages=|doi=}}</ref> Peneliti


=== Bahasa Cirebon dialek Indramayu (Dermayon) ===


Hendrik Blink mengkategorikan wilayah Indrmayu sebagai wilayah percampuran bahasa dimana wilayah Indramayu diapit oleh wilayah bahasa Sunda dan bahasa Cirebon<ref name=blink/>, berkenaan dengan perbedaan kosakata diantara Bahasa Cirebon dengan dialek Indramayu menurut Ajip Rosidi (seorang budayawan Cirebon) perbedaan tersebut tidak mencapai 30% sehingga dalam kajian kebahasaan sebenarnya ragam Bahasa Cirebon yang ada di Indramayu belum bisa dikatakan sebagai sebuah dialek<ref name=ajip30>Rosidi, Ajip. 2011. Badak Sunda dan Harimau Sunda: Kegagalan Pelajaran Bahasa. [[Jakarta]] : Dunia Pustaka Jaya</ref>.


=== Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) ===
=== Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) ===


Dialek Jawareh atau disebut juga sebagai Jawa Sawareh (separuh) merupakan dialek dari Bahasa Cirebon yang berada disekitar perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Brebes, atau sekitar Perbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kuningan. Dialek Jawareh ini merupakan gabungan dari Bahasa Cirebon yang tercampur separuh Bahasa Jawa dan separuh bahasa Sunda.<ref name=nieza>Nieza. "Jalan-Jalan Ke Cirebon Sega Jamblang Sampai Batik Trusmian": PT Gramedia Pustaka Utama</ref>
Dialek Jawareh atau disebut juga sebagai Jawa Sawareh (separuh) merupakan dialek dari Bahasa Cirebon{{fact}} yang berada disekitar perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Brebes. Contohnya bagian utara yakni di Kecamatan Losari bagian utara dan Gebang bagian utara, merupakan gabungan dari separuh Bahasa Jawa Cirebon dan separuh bahasa Jawa Tegal. Sedangkan sekitar Perbatasan dengan Kabupaten Brebes bagian selatan seperti di Kecamatan Losari bagian selatan dan Kecamatan Ciledug, dan sekitar perbatasan Majalengka dan Kuningan merupakan gabungan dari Bahasa Jawa Cirebon dengan Bahasa Sunda. Dialek Jawareh .<ref name=nieza>Nieza. "Jalan-Jalan Ke Cirebon Sega Jamblang Sampai Batik Trusmian": PT Gramedia Pustaka Utama</ref>


=== Bahasa Cirebon dialek Arjawinagun ===
=== Bahasa Cirebon dialek Arjawinagun ===

Dialek Arjawinangun merupakan dialek yang dituturkan oleh masyarakat Cirebon di daerah sekitar Desa Arjawinangun, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Dialek ini cenderung masih asli dan tidak terpengaruh bahasa lain meskipun tidak bisa dikategorikan sebagai bahasa Cirebon yang baku. Dialek ini juga merupakan dialek yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kota Cirebon.<ref name=":0" />
Dialek Arjawinangun merupakan dialek yang dituturkan oleh masyarakat Cirebon di daerah sekitar Desa Arjawinangun, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Dialek ini cenderung masih asli dan tidak terpengaruh bahasa lain meskipun tidak bisa dikategorikan sebagai bahasa Cirebon yang baku. Dialek ini juga merupakan dialek yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kota Cirebon.<ref name=":0" />


=== Bahasa Cirebon dialek Plered, Panguragan dan Cirebon Lor (Cirebon Barat dan Utara) ===
=== Bahasa Jawa Cirebon dialek Plered, Panguragan dan Cirebon Lor (Cirebon Barat dan Utara) ===


Dialek Plered dan Lor merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan di wilayah sebelah barat dan utara [[Kabupaten Cirebon]], serta [[Krangkeng, Indramayu]]. Dialek ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang kental, misalkan pada Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira", dialek Kabupaten Cirebon bagian Barat dan Utara ([[Kapetakan, Cirebon|Kapetakan]],[[Suranenggala, Cirebon|Suranenggala]]) dan [[Krangkeng, Indramayu]] ini menggunakan kata "Siro" untuk mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo", Ora menjadi "Oro", Gawa (membawa) menjadi "Gawo", Sapa menjadi "Sapo", dan Jendela menjadi "Jendelo". Penutur dialek yang menempati kawasan barat dan Utara [[Kabupaten Cirebon]] ini lebih mengekspresikan dirinya dengan sebutan '''''"Wong Cirebon"''''', berbeda dengan Penduduk Kota Cirebon yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira) yang menyebut diri mereka sebagai '''''"Tiang Grage"''''', walaupun antara "Wong Cirebon" dan "Tiang Grage" memiliki arti yang sama, yaitu "Orang Cirebon"<ref name=nieza />
Dialek Plered dan Lor merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan di wilayah sebelah barat dan utara [[Kabupaten Cirebon]]. Dialek ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang kental, misalkan pada Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira", dialek Kabupaten Cirebon bagian Barat dan Utara ([[Kapetakan, Cirebon|Kapetakan]],[[Suranenggala, Cirebon|Suranenggala]]) ini menggunakan kata "Siro" untuk mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo", Ora menjadi "Oro", Gawa (membawa) menjadi "Gawo", Sapa menjadi "Sapo", dan Jendela menjadi "Jendelo". Penutur dialek yang menempati kawasan barat dan Utara [[Kabupaten Cirebon]] ini lebih mengekspresikan dirinya dengan sebutan '''''"Wong Cirebon"''''', berbeda dengan Penduduk Kota Cirebon yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira) yang menyebut diri mereka sebagai '''''"Tiang Grage"''''', walaupun antara "Wong Cirebon" dan "Tiang Grage" memiliki arti yang sama, yaitu "Orang Cirebon"<ref name=nieza />


==== Parikan Cirebon dialek Plered (Pantun Cirebon) ====
==== Parikan Cirebon dialek Plered (Pantun Cirebon) ====
Baris 1.399: Baris 1.308:
Berbalas pantun atau Parikan dalam Bahasa Cirebon dialek Plered antara Widudung Hamdan, Sipo dan Wahyu Pawaka
Berbalas pantun atau Parikan dalam Bahasa Cirebon dialek Plered antara Widudung Hamdan, Sipo dan Wahyu Pawaka


'''Widudung Hamdan :'''
'''Widudung Hamdan:'''
<br />Uwoh srikayo di paih tawas...
<br />Uwoh srikayo di paih tawas...
<br />Sambel trasi enak di pangan..
<br />Sambel trasi enak di pangan..
Baris 1.407: Baris 1.316:
''<br />maso iyo, digawo-gawo menggawe''
''<br />maso iyo, digawo-gawo menggawe''


'''Sipo :'''
'''Sipo:'''
<br />Angon wedus ning jagat dermayu
<br />Angon wedus ning jagat dermayu
<br />Pengen adus mung sayang langko banyu
<br />Pengen adus mung sayang langko banyu
Baris 1.417: Baris 1.326:
<br />Daripado rabi bli ngengumbo..
<br />Daripado rabi bli ngengumbo..


'''Wahyu Pawaka :'''
'''Wahyu Pawaka:'''
<br />Isuk-isuk tuku srabi...
<br />Isuk-isuk tuku srabi...
<br />Tukue bari ngajar layangan...
<br />Tukue bari ngejer layangan...
<br />Usuk-isuk ngobrol rabi...
<br />Usuk-isuk ngobrol rabi...
<br />Gawe kesirian wong bujangan...
<br />Gawe kesirian wong bujangan...
Baris 1.431: Baris 1.340:
<br />''adaaaaauuw...''
<br />''adaaaaauuw...''


'''Wahyu Pawaka :'''
'''Wahyu Pawaka:'''
<br />Uler gendon ngereketi pelem...
<br />Uler gendon ngereketi pelem...
<br />Olih berkat olih apem...
<br />Olih berkat olih apem...
Baris 1.450: Baris 1.359:
<br />''akaka...''
<br />''akaka...''


=== Bahasa Cirebon dialek Gegesik ===
=== Bahasa Cirebon dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara) ===


Dialek Gegesik merupakan dialek yang digunakan di wilayah Cirebon Barat wilayah Utara disekitar Kecamatan Gegesik, Bahasa Cirebon dialek Gegesik sering digunakan dalam bahasa pengantar Pewayangan oleh Dalang dari Cirebon dan kemungkinan dialek ini lebih halus ketimbang dialeknya "wong cirebon" sendiri.<ref>Noer, Nurdin M. "Wayang Kulit Di Mata Matthew Isaac Cohen": Pikiran Rakyat</ref>
Dialek Gegesik merupakan dialek yang digunakan di wilayah Cirebon Barat wilayah Utara disekitar Kecamatan Gegesik, Bahasa Cirebon dialek Gegesik sering digunakan dalam bahasa pengantar Pewayangan oleh Dalang dari Cirebon dan kemungkinan dialek ini lebih halus ketimbang dialeknya "wong cirebon" sendiri.<ref>Noer, Nurdin M. "Wayang Kulit Di Mata Matthew Isaac Cohen": Pikiran Rakyat</ref>


=== Perbandingan Dialek Bahasa Cirebon ===

{| class="wikitable sortable"
|-
! Bahasa Cirebon Baku
!Dialek Arjawinangun!! Dialek Indramayu !! Dialek Plered !!Dialek Gegesik!!Dialek Pekaleran*!!Indonesia
|-
|Ana (Bagongan)
|Ana||Ana||Ano||Ana||Ana||Ada
|-
|Apa (Bagongan)
|Apa||Apa||Apo||Apa||Apa||Apa
|-
|Bapak (Bagongan)
|Bapa/Mama||Bapak||Mama||Bapa / Mama||Bapak ||Bapak
|-
|Bli (Bagongan)
|Bli|| Ora |Bli||Bli / Oro||Bli/ora||Tidak
|Tidak
|-
|Dulang (Bagongan)
|Dulang||Dulang||Dulang||Muluk||Suap||Suap (Makan)
|-
|Elok (Bagongan)
|Lok|| Sokat|| Lok||Sok||Ilok ||Pernah
|-
|Isun (Bagongan)
|Isun/Kita||Reang||Isun/Kito||Isun / Kita||Nyong / Kita||Saya
|-
|Kula (Bebasan)
|Kula||Kula||Kulo||Kula||Kula||Saya
|-
|Lagi apa? (Bagongan)
|Lagi apa?||Lagi apa?||Lagi apo?||Lagi Apa||Lagi Apa||Sedang apa?
|-
|Laka (Bagongan)
|Laka/Langka||Laka||Langko||Laka||Laka / langka ||Tidak ada
|-
|Mamang (Bagongan)
|Mamang||Mamang||Mang|| Mang ||Mamang ||Paman
|-
|Salah (Bagongan)
|Salah||Salah||Salo|| Salah||Salah ||Salah
|-
|Sewang (Bagongan)
|Sewong||Sewong||Sewong||-||Sewang / Ewang ||Seorang (Masing-masing)
|-
|Sokiki (Bagongan)
|Kiki/Sokiki
| -
|Kiki/Sokiki
|Mengke
| -
|Besok
|}


* Dialek Pekaleran digunakan di wilayah Kabupaten Majalengka wilayah Utara, oleh karenanya disebut Pekaleran (Sebelah Utara), wilayah utama penggunanya ada di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, sementara wilayah sekitarnya seperti Kecamatan Leuwimunding, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Sukahaji dan Sindang merupakan wilayah percampuran antara Bahasa Sunda dialek Majalengka dengan Bahasa Cirebon dan Banyumasan yang dikenal dengan Bahasa Jawareh (Jawa Sewareh) atau Jawa Setengah.{{fact}}
* Dialek Pekaleran digunakan di wilayah Kabupaten Majalengka wilayah Utara, oleh karenanya disebut Pekaleran (Sebelah Utara), wilayah utama penggunanya ada di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, sementara wilayah sekitarnya seperti Kecamatan Leuwimunding, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Sukahaji dan Sindang merupakan wilayah percampuran antara Bahasa Sunda dialek Majalengka dengan Bahasa Cirebon dan Banyumasan yang dikenal dengan Bahasa Jawareh (Jawa Sewareh) atau Jawa Setengah.{{fact}}


[== Tata Bahasa Cirebon (Wyakarana Basa Cirebon)<ref name=salana/> ==
== Tata Bahasa Cirebon (Wyakarana Basa Cirebon)<ref name=salana/> ==


=== Kata Ganti (Purusa) ===
=== Kata Ganti (Purusa) ===
Baris 1.719: Baris 1.573:
[[Kategori:Cirebon]]
[[Kategori:Cirebon]]
[[Kategori:Bahasa di Jawa]]
[[Kategori:Bahasa di Jawa]]
[[Kategori:Bahasa Jawa]]

Revisi per 26 Mei 2022 12.57

Bahasa Jawa Cirebon
BPS: 0084 2
ꦧꦱꦗꦮꦕꦼꦂꦧꦺꦴꦤꦤ꧀
Båså Jawa Cerbonan
Dituturkan diIndonesia
Wilayah
Penutur
2.086.721 [butuh rujukan] (2010)[1]
Status resmi
Diatur olehLembaga Basa lan Sastra Cirebon
Kode bahasa
ISO 639-1-
ISO 639-2-
ISO 639-3-
Glottologcire1240[2]
BPS (2010)0084 2
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Jawa Cirebon (Jawa: ꦧꦱꦗꦮꦕꦼꦂꦧꦺꦴꦤꦤ꧀, translit. Båså Jawa Cerbonan) adalah sebuah dialek bahasa jawa yang dituturkan di Cirebon Jawa Barat.

Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, bahasa Jawa Cirebon dituturkan oleh 2.086.721 jiwa penduduk Indonesia usia 5 tahun ke atas. Ia menduduki peringkat ke-11[butuh rujukan] bahasa yang paling banyak dituturkan oleh penduduk Indonesia setelah bahasa Indonesia, bahasa Jawa umum, bahasa Sunda, bahasa Melayu, bahasa Madura, bahasa Minangkabau, bahasa Banjar, bahasa Bugis, bahasa Bali, dan bahasa Batak.[1] Pengembangan bahasa Jawa Cirebon dilakukan oleh Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC).

Pengaruh

Pada abad ke-15-17 M, bahasa Jawa dialek Cirebon telah digunakan dalam tuturan warga pesisir utara Pulau Jawa bagian barat, di wilayah yang sekarang menjadi Kabupaten dan Kota Cirebon, yang saat itu merupakan salah satu pelabuhan utama di Pulau Jawa. Bahasa Jawa Cirebon dipengaruhi oleh bahasa Sunda karena keberadaannya yang berbatasan langsung dengan kebudayaan Sunda, khususnya kebudayaan Sunda di Kuningan dan di Majalengka, bahasa Jawa Cirebon juga menyerap kosakata dari bahasa-bahasa asal Tiongkok, Timur Tengah, dan Eropa. Contoh kosakata serapannya antara lain: taocang ('kuncir') dari bahasa Tionghoa, bakda ('setelah') dari bahasa Arab, dan sonder ('tanpa')[3] dari bahasa Belanda. Dialek Cirebon mempertahankan bentuk-bentuk kuno bahasa Jawa seperti ingsun (saya) dan sira (kamu) dalam bahasa sehari-hari.

Sastra Cirebonan merupakan bagian dari Sastra Pesisiran yang berkembang di sepanjang pantai utara pulau Jawa. Beberapa ahli[siapa?] percaya bahwa Sastra Cirebonan dalam bentuk tulisan telah ada sejak zaman Hindu Awal, dan telah mempengaruhi kebudayaan masyarakat di Jawa[butuh rujukan]. Sebagai pengaruh budaya Hindu, dapat ditemui dua macam karya Sastra Cirebonan, yang disebut tembang gedhé dan tembang tengahan. Setelah Cirebon menjadi pusat penyebaran agama Islam oleh walisanga sekitar abad ke-14-15 M, muncul tembang cilik, yang oleh kebanyakan orang disebut tembang macapat. Setelah beberapa hasil karya sastra telah selesai ditulis, banyak cerita sejarah atau legenda menyebar ke masyarakat melalui komunikasi (tatap muka).[4]

Pada masa lalu[butuh rujukan], di kota Cirebon padatnya aktivitas pelabuhan menarik banyaknya urbanisasi kelompok masyarakat dari wilayah sekitarnya termasuk dari Losari dan Brebes yang notabene sebagiannya merupakan wilayah suku Sunda dan suku Jawa selain itu di sekitar pelabuhan Cirebon juga dapat ditemukan kelompok-kelompok masyarakat suku Madura, pendatang China dan warga keturunan Arab yang pada akhirnya telah menjadikan wilayah ini beragam secara adat maupun bahasa, pada pola kehidupan di sekitar pelabuhan, bahasa Jawa Cirebon telah menjadi bahasa ater-ater (bahasa Indonesia: bahasa pengantar) pada pergaulan di berbagai kalangan masyarakatnya, bahkan ketika terjadi penurunan aktivitas pelabuhan Cirebon pada era modern dengan tidak lagi berhentinya kapal Pelni di pelabuhan Cirebon dan pelabuhan hanya dijadikan tempat bongkar batubara dari Kalimantan saja yang notabene menurunkan tingkat interaksi berbagai kelompok masyarakat yang ada, bahasa Cirebon tetap dan telah menjadi bahasa ater-ater yang dominan pada wilayah tersebut.[5]

Bahasa Jawa Cirebon adalah sebuah dialek dari Bahasa Jawa

Bahasa Jawa dialek Cirebon.

Bahasa Cirebon sebagai sebuah dialek bahasa Jawa

Penelitian menggunakan 2.400 kuesioner sebagai indikator pembanding, seperti kosakata anggota tubuh dan budaya dasar ("makan", "minum", dan sebagainya) berlandaskan metode Guiter menunjukkan perbedaan kosakata Bahasa Cirebon dengan Bahasa Jawa di Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mencapai 24%, sementara perbedaannya dengan dialek di Jawa Timur mencapai 25%. Sedangkan persamaan dengan Jawa Tengah & Yogyakarta sebesar 76%, dengan Jawa Timur berkisar 75%. Untuk diakui sebagai sebuah bahasa tersendiri, suatu bahasa setidaknya membutuhkan sekitar 80% perbedaan dengan bahasa terdekatnya.

Kosakata

Sebagian besar kosakata asli dari bahasa Cirebon memiliki kesamaan dengan bahasa Jawa Dialek Dermayon, Tegal-Brebes maupun Bahasa Jawa Banyumasan baik secara morfologi maupun fonetik, memang bahasa Cirebon yang dipergunakan di Cirebon itu meskipun oleh sebagian orang dikatakan sebagai bagian dari bahasa Jawa namun mempunyai perbedaan dengan “bahasa Jawa baku (Surakarta-Yogyakarta)”, yaitu bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah yang berpegang kepada bahasa Jawa Solo. Dengan demikian, sebelum 1970-an, buku-buku pelajaran dari Solo tak dapat digunakan karena terlalu sukar bagi para murid (dan mungkin juga gurunya). Oleh karena itu, pada 1970-an, buku pelajaran itu diganti dengan buku pelajaran bahasa Sunda yang dianggap akan lebih mudah dimengerti karena para pemakai bahasa Sunda “lebih dekat”. Akan tetapi, ternyata kebijaksanaan itu pun tidak tepat sehingga muncul gerakan untuk menggantinya dengan buku dalam bahasa yang digunakan di wilayahnya, yaitu Bahasa Cirebon (pada era tahun 1970-an masih disebut sebagai bahasa Jawa dialek Cirebon).[6]

Perbandingan bahasa Cirebon Bagongan (bahasa rakyat)

Berikut merupakan perbandingan antara bahasa Jawa Cirebon dengan Dialek lainnya yang dianggap serumpun, yaitu bahasa Jawa Banten,[7] Bahasa Jawa dialek Dermayon, dialek Tegal dan Pemalangan serta Bahasa Jawa Baku (dialek Surakarta - Yogyakarta) dalam level Bagongan atau Bahasa Rakyat.

Banten Utara Cirebonan[8] Dermayonan Banyumasan Tegal, Brebes Pemalang Solo/Jogja Kediri - Madiun Surabaya (arekan) Sunda Priangan Indonesia
Ateng Adi / kacung Adi Adi Adi Adi Adhi Adek Adek Dede Adik Laki-laki
Nong Nok Denok / Senok Senok Gendhuk Genduk Níng, Yuk Enèng Adik Perempuan
kita kita reang/isun/inyong (Cilamaya dan Subang) inyong/nyong inyong/nyong nyong aku aku, awakku aku urang aku/saya
sire sira/ko (Subang) slira/dika rika/ko kowen koe kowé awakmu, kowé koen, riko, peno maneh kamu
pisan pisan nemen/temên/pisan pisan nemen/temen/pisan nemen/temen/teo tenan tenan temèn pisan sangat
keprimen keprewe/keprewen/prime/primen kepriben/kepripun/keprimen/pribe kepriwe kepriben/priben/pribe keprimen/kepriben/primen/prime/priben/pribe piyé/kepiyé gek piyé, piyé ya'opo kumaha bagaimana
ore ora/beli ora/belih ora ora/belih ora ora ora, ogak gak henteu tidak
manjing manjing manjing/mlebu mlebu manjing/mlebu manjing/mlebu mlebu mlebu (masuk ruangan) , manjing (masuk kerja) mlebu asup masuk
arep arep/pan arep/arepan arep pan pan/pen/ape/pak arep arepan, arep, arepe katene, apene arek akan
sake sing sing / saka kang sing kadi/kading såkå tekå tekå ti dari
kelambi Kelambi kelambi Kelambi Kelambi Kelambi Klambi Klambi Klambi Acuk Pakaian
Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Kulon Barat
Tuku Tuku Tuku Tuku Tuku Tuku Tuku Tuku Tuku Meuli Beli
Durung Durung Durung Urung Durung Durung Durung Durung, Urung Durung, Gurung Acan Belum
Kependak Ketemu Ketemu/Kepethuk Ketemu Ketemu Ketemu Kepetuk/Ketemu Petukan Ketemu Kapendak Bertemu
Bise Bisa Bisa Teyeng Bisa Bisa Bisa Isa Isa Bisa Bisa
Lan Lan Lan Lan Lan Lan Lan Lan Lan Jeung Dan
Teke Teka Teka Teka, Gutul Teka, Anjog Teka Teka Teka Totok, Teka Dongkap Datang
Kare Karo Karo Karo Karo Karo Karo Karo kambik Sareng Dengan
Entek Entok Entok / Entek Entong Enténg Entek/Enténg Entek Entek Entek Séép Habis (* kasepan = kehabisan barang karena terlambat datang)

Perbandingan bahasa Cirebon Bebasan (bahasa halus)

Berikut ini adalah perbandingan antara bebasan (Bahasa Halus) Cirebon, bebasan Dermayonan, bebasan Pemalangan, dengan bebasan Banten[7]

Banten Utara Cirebonan[3] Dermayonan Pemalangan/Tegalan Sunda Priangan Indonesia
Kasih Jeneng Jeneng/wasta/nami/asmi/asma Jeneng/nami/asmi Nami Nama
Boten Boten Mboten Mboten Henteu Tidak
Teteh Rara Mbayu mbokayu Teteh Kakak perempuan (mbak)
Koh/iku/puniku Kuh/puniku Niku/Mèriku/Puniku Puniku/niku Eta Itu
Kepetuk Kepanggih Kepanggih Kepanggih Kapendak Ketemu
Iki Niki Niki Niki Ieu Ini
nggih Inggih Inggih/ènggeh Inggih/nggih Muhun Ya
Ugi Ugi Ugi Ugi Oge Juga
Kelipun Punapa Punapa Punåpå Naha Kenapa
Hampura Hampura Nyuwun Pangapunten / Nyuwun Ngapura Ngampunten, Ngampura Hapunten Maaf
Sege Sekul Sekul Sekul Sangu Nasi
Linggar Kesah Tindak/kesah Tindak/kesah Angkat Pergi
Darbe Gadah Gadah Gadah Gaduh Punya
Seniki Seniki Saniki Sakniki Dinten ieu Sekarang
Matur nuhun Matur kesuwun/kesuwun Matur nuwun / Matur Subanuwun Matur nuwun Hatur nuhun Terima kasih
Ayun ning pundi Bade teng pundi Lajeng teng pundi / Bade teng pundi Bade teng pundi Bade kamana Mau ke mana?
Pasar Peken Peken Peken Pasar Pasar
Salah Salah Sawon Salah Salah Salah
Kule Ingsun Kula Kulå Kuring Saya
Uning Uning Ngertos/Sumerep Ngertos/Sumerep Ngartos Tahu
Bangkit Saged Saged Saged Tiasa Bisa
Napik Sampun/mpun Ampun Ampun Ulah Jangan
Nire Sampeyan Panjenengan Panjenengan Anjeun Anda
Cepe Cape Cape Cape Saur Kata
Gelem Bade Bade Bade Bade Mau
Sare Kulem Sare/Tilem Sare/Tilem Kulem Tidur
Mantuk Wangsul Wangsul/Mantog Wangsul/Mantuk Wangsul Pulang
Saus Mawon Mawon Mawon Wae/Bae Saja
Wau Wau Wau Wau Tadi Tadi
Maler Maksih Taksih/Tesih Taksih/Tesih Masih Masih

Kamus bahasa Indonesia - Cirebon

Berikut adalah Kamus yang berisi kosakata bahasa Cirebon Bagongan dan Bahasa Cirebon Bebasan.

Cirebon Bagongan Cirebon Bebasan Bahasa Indonesia Penjelasan
Abad ? Abad
Abang Abrit Merah
Abot ? Berat
Adi ? Adik (Secara Umum Laki-Laki dan Perempuan)
Nang / Enang Ayi Adik (Laki-Laki)
Adoh Tebih Jauh
Adol Sadean Dagang
Adu Aben
Adus Siram Mandi
Adhem ? Sejuk
Agama Agami Agama
Aja Sampun Jangan (Sampun teng Riku! = "Jangan Disitu!"
Akeh Katah Banyak
Kakang Raka Kakak Laki-Laki
Aki Ki Kakek
Aku Akên Aku (Mengaku) ngaken (mengaku)
Alas / Luwung Wana Hutan
Alih ? Pindah (Ingsun sampun ngalih teng Kuningan = Saya sudah pindah ke Kuningan)
Amarga Amargi Akibat (amargi ingsun mboten uning kepripun pakemipun basa Bebasan Cirebon ingkang leres = akibatnya saya tidak tahu bagaimana peraturan bahasa Bebasan Cirebon yang benar)
Aig / Age Aglis Segera
Amba Wiwir Luas
Ambir Supadon Biar
Amit /Permisi ? Permisi
Ana Wonten Ada
Angel Sesah Susah
Angon Angen Gembala Ngangon Kebo (Menggembala Kerbau)
Angot ? Kambuh
Antarane Antawise Antaranya
Apa Punapa Apa
Apik Sae Baik
Aran Jeneng/wasta/

nami/asmi

Nama
Arep Ajeng Akan
Garep mendhi Bade pundi Mau ke mana?
Asli ? Asli
Asu ? Anjing
Ati Manah Hati
Aturan Pakem Aturan
Awan Siyang Siang
Awak Selira / Badan Badan
Ayam Sawung Ayam
Bae Mawon Saja
Bagen Sanggine Biarkan
Bagus Sae Bagus
Baka Menawi Kalau
Balik Wangsul Pulang
Banyu Toya Air
Bapak Rama Bapak
Batur Rencang Kawan
Banyu Toya Air
Bari Kaliyan Bersama
Bawi ? Babi
Bebek ? Bebek
Belah Palih Sepalih (sebelah)
Beli / Ora Boten Tidak
Bênêr Lêrês Benar
Bendrongan ? Main Musik (Main Musik Dengan Alat Seadanya disebut "Bendrongan"
Bêngên Rumiyen Dahulu
Bêngi Dalu Malam
Beras Uwos Beras
Bobad ? Bohong
Bocah / Anak Lare Anak
Bokat ? Takut / Barangkali "aja ning ngerep nok..!!, bokat ketendang!" (jangan di depan nak!! (perempuan), Takut tertendang!)

"isun arep ngulur batur-batur nang alun-alun, bokat bae ana mengkana" (saya hendak mencari anak-anak di alun-alun, barangkali saja ada di sana)

Bonggan ? Awas! Digunakan ketika kesal pada sesuatu atau Menantang
Brêsi Rêsik Bersih
Bubar Bibar Bubar
Bulit ? Curang
Buri Wingking Belakang Nang Buri, Teng Wingking (Di Belakang)
Buru-Buru Kêsusu Tergesa-gesa
Buwang Bucal Buang / Melemparkan
Cangkêm Lêsan Mulut
Caos Seba Menghadap / Menemui
Carita ? Cerita
Cêg ? Pegang Cêgcêgan (Pegangan)
Cilik Alit Kecil
Coba Cobi Coba
Cungur / Irung ? Hidung
Cukur Paras Cukur
Dadi Dados Jadi
Dagang Sadean Dagang
Dake Gadah Punya (Dapat)
Dalan Dêrmagi Jalan
Dandan ? Berhias
Dawuk ? Dewasa
Dêlêng Ningali Melihat
Dhadha Jaja Dada
Damar Pandhêm Lampu
Dêmên Tresna Cinta
Dêmplon ? Seksi
Dêngkul / Tur ? Lutut
Dewek ? Sendiri
Di Di Di (Imbuhan) Cirebon Bebasan: "Dibarokahi", Basa Dermayon Krama: "Dipun Barokahi"
Dina Dintên Hari (Sedinten-dinten = Sehari-hari)
Dolan ? Main
Dom Jarum Jarum
Doyan Purun / Kersa Suka / Mau
Duit Yatra Uang
Dulung Ndahari Suap (Makan)
Durung Dêrêng Belum
Duwe Gadah Punya
Duwur Inggil Tinggi
êling êmut Ingat
êmbah êyang Kakek-Nenek
Embuh Wikan Tidak Tahu
? ? Embun-embun
Emong Boten Tidak Mau
Enak Eca Enak
êndas Sirah Kepala
êndhêp êndhap Pendek
êndi Pundi Mana
êndog Tigan Telur
êngko Ajeng Nanti
ênom ênêm Muda
êntêk Têlas Habis
Enteni ? Menunggu
Erti Ertos Arti (Ngertos = Mengerti) (Basa Iku alat Komunikasi, Umpami panjenengan ngertos ya leres! = Bahasa itu alat komunikasi kalau anda mengerti ya bagus!)
Esuk Enjing Pagi
Etung Etang Hitung
Gajah Liman Gajah
Gampang Gampil Mudah
Ganti Gantos Ganti
Gawa Bakta Bawa mbakta (Membawa), Gawaan / bektan (Barang Bawaan)
Gawe Damel Kerja
Gedang Pisang Pisang
Gede Ageng Besar
Gêlêm Purun Mau
Gelang Binggel Gelang
Gelung Ukel Gulung
Gemuyu Gemujeng Tertawa
Gen Ugi Juga
Genap Jangkep Lengkap
Geni Brama Api
Gering / Kuru /Pêyang ? Kurus
Getek ? Geli
Getih Rah Darah
Gigir Pêngkêran Punggung
Godhong Ron Daun
Golek ? Wayang Kayu (Golek)
Gugah Wungu Bangun
Gula Gêndis Gula
Gulu Jangga Leher
Gawean Damelan Pekerjaan
Guyon Gujêng Bercanda Gegujengan (Bercandaan)
Idêp Ibing Bulu Mata
Idu Kecoh Ludah
Iga ? Iga
Ijo Ijêm Hijau
Ilang Ical Hilang
Ilat Lidah Lidah
Imbuh ? Tambahan
Inep ? Bermalam
Ingu Ingah Pelihara
Irêng Cêmêng Hitam
Isor Andhap Bawah
Isin Lingsem Malu
Isun Ingsun / Kula Saya
Iwak Ulam Ikan
Iya Inggih Ya
Jaga Raksa Menjaga
Jago Sawung Ayam Jago
Jagong Linggih Duduk
Jala Jambêt Jala
Jalir ? Pelacur
Jaluk Pundhut Ambil
Jamu Jampi Jamu
Jaran ? Kuda
Jare Cape Kata (Ucap) Cirebonan: "Cape sinten?" (Kata (ucap) siapa?)
Jenggot ? Jenggot
Jêriji ? Jari
Jero Lebet Dalam
Jingkat ? Terkejut
Joget ? Goyang
Kabar / Warta Wartos Berita
Kabeh Sedantên Semua
Kabênêran Kalêrêsan Kebetulan
Kaca Kaca
Kae Punika Itu (Dekat dengan si Pembicara)
Kali / Lêpên Benawi Sungai
Kalung ? Kalung Kalung
Kandha ? Sanjang Bercerita
Kanggo Kangge Untuk
Karang Kawis Karang
Karena Kêrantên Karena
Kari Kantun Sisa (Tinggal Terakhir) / Tertinggal / Terakhir Kantun-kantun (akhirnya)
Karo Kaliyan Bersama Teng bioskop kalian sinten inggih? (Di bioskop bersama siapa, ya?)
Karo Sareng Dengan (Garam sareng Gendhis dicampur mawon Kang! = "Garam dengan Gula dicampur aja Kang!")
Katon Kêtingal Dapat dilihat
Katok / Cangcut Lancing Celana dalam
Kaweruh ? Pengetahuan
Kaya / ala-ala Kados Seperti (Kados Mekoten = Sepeti Begitu / Seperti Itu)
Kayu Kajeng Kayu
Kebanjur ? Tersiram
Kêbo ? Kerbau
Kêdêr Ewed Bingung
Kelanjutan Kelanjêngan Kelanjutan
Kelapa Kerambil Kelapa
? ? Keliru
Kembang Sekar Bunga
Kêmit ? Kèmit Kuncên Jaga (Tugas Jaga) Kêmit Desa (Orang yang menjaga Desa)
Kêmul Singep Selimut
Kên / Kahin / Jarit / Tapih ? Kain
Kene Riki Sini
Kêponakan Kêpênakan Keponakan
Kêpriben Kêpripun Bagaimana
Kêramas Jamas Keramas
Kêrasan / Bêtah Betah
Kêringet Riwe Keringat
Kêris ? Keris
Kêrtas Kertas Cirebonan: "Daluwang" (Kertas yang terbuat dari Kulit Kayu)
Kêtara ? Jelas
Kêtemu Kêpanggih Bertemu
Kêtuwon ? Percuma / tidak dilayani dengan baik
Kêyok ? Kekalahan (Cirebon: Kasoran)
Kie Puniki / Kih Ini
Kijing Sekaran Gilang Makam
Kira Kinten Kira (Perkiraan) Kinten-Kinten (Kira-Kira)
Kirim Kintun Kirim
Klambi Rasukan Pakaian
Kongkon Kengken Suruh
Kuburan Pasarean Kuburan
Kudu / Mesthi Harus
Kuku ? Kuku
Kulon Kulen / Kulwan Barat
Kumat ? Kumat
? ? Kumpul
Kuno Kina Kuno
Kuning Jener Kuning
Kuping Talinga Telinga
Kurang Kirang Kurang
Kuwasa ? Kuwaos Kuasa
? ? Khawatir
Kuwayang ? Terbayang
Kuwe Kuh / Puniku Itu (Jauh dari si pembicara)
Lahiran ? Melahirkan
Lain Dudu / Sanes Bukan
Laka Botên wêntên Tidak Ada
Laki Jali Suami
Lama Dangu Lama
Lamun Bilih Seandainya
Lamun Umpami Umpama
Lanang Jali Laki-laki
Larang Hawis Mahal
Lenga Lisa Minyak
Lenga Latung Lisa latung Minyak tanah
Lêwih Langkung Lebih
Lima Gangsal Lima
Lunga Kesah Pergi
Lupa Lêpat Lupa
Luru Ngilari Cari
Luru Nggulati Cari
Mabok Mêndhêm Mabuk
Maca Maos Baca
Manfaat / Faedah Guna Manfaat / Faedah Gina Manfaat
Mangan Dahar Makan
Mangkat Tindak Berangkat
Maning Malih Lagi
Manjing Mlebet Masuk
Mata Soca Mata
Mati Pejah Mati
Mayid Laywan Jenazah
Melu Milet Ikut
Mencleng ? Lompat
Mêngana Mrika Kesana
Mênê Mriki Kesini
Mêngkonon Mêngkotên Begitu
Mêtu Medal Keluar
Mlaku Mlampah Berjalan
Mlayu Mlajeng Lari
Mungkin ? Mungkin
Nang / Ning Teng Di (Tempat)
Nang Arep Teng Ajeng Di Depan
Nang Isor Teng Andap Di Bawah
Nang kana Teng Riku Di situ
Nang Mendhi Teng Pundi Dimana
Nini ? Nenek
Ngaji Ngaos Mengaji
Nginum Ngombe Minum
Nguyu Nyeni Kencing
Olih Angsal Mendapat
Omong Gunêm Bicara
Pada Sami Sama
Pada bae Sami mawon Sama saja
Pancal ? Tendang
Papat Sêkawan Empat
Parêk Cakêt Dekat
Pasar Pêkên Pasar
Pate Padem Padam
Pati Patos Terlalu Beli Pati Doyan (Tidak Terlalu Suka)
Payung Pajeng Payung
Pêrabot Pêranti Perabotan
Pêrcaya Pêrcantên Percaya
Lawang Kontên Lawang Kontên Pintu Lawang arep (Pintu Depan), Lawang Gada (Pintu Gerbang)keramas
Pira Pintên Berapa
Piring ? Piring
Polah ? oleh / laku akeh polah (banyak perlakuan, banyak tingkah)
Punten Hampura Maaf
Purun ? Mau Panjenengan purun?(kamu mau?)
Putih Pethak Putih
Rabi / Kurên Istri Sekurên = Sejodoh
Rada Rabi Agak Rada Manis (agak manis)
Rewel ? Cerewet
Ro / Rua Kalih Dua
Rungu Pireng Dengar Ngrungu, Mireng (Mendengar)
Sabên Unggal Setiap
Salah Salah Salah
Sambut Sambêt Pinjam
Sapa Sintên Siapa (Kaliyan Sinten? "Sama Siapa?")
Sawah Sabin Sawah
Sedang Siweg Sedang (Melakukan) (Siweg Punapa? "Sedang Apa")
Sega Sêkul Nasi
Sejen Liya Lain (Mangga diterasken Liya-liya ae = "Silahkan diteruskan lain-lainnya")
Sekien Sêniki Sekarang
Sekiki Benjing Besok
Senajan / Ari Menawi Walau
Seneng Bungah Senang
Setitik Sakedik Sedikit
Siji Sêtunggal Satu
Sira Sampeyan Anda
Sira Sampeyan Kamu
Srog Mangga Silakan Ambil Cirebonan: "Ya Asrog (Silahkan Ambil)"
Suwe ? Lama
Ya Mangga Silakan Cirebon: "Ya Asrog (Silahkan Ambil)"
Taken Dangu Takon Taken Tanya Andangu (Bertanya)
Tamu Sema Tamu
Tanduk Singat Tanduk
Teka Dugi Tiba
Telu Tiba Tiga
Terus Teras Teruskan
Tua Sepuh Tua
Tuku Tumbas Beli
Tur Tunten Selanjutnya
Turu Kilem / Tilem / Kulem Tidur
Umah Griya Rumah
Untap ? Durhaka
Upai Sukani Beri Ngupai, Nyukani (Memberi)
Urip Gesang Hidup
Uwis Sampun Sudah
Wadon Istri Perempuan
Waktu Sela Waktu
Wanci Wayah Saat
Wareg Tuwuk Kenyang
Wong Tiyang Orang
Wulan Sasi Bulan
? Kajaba ? Kecuali
? Lan Dan
? Jentik Kelingking
? Leb Tutup "Dileb = Ditutup" (Penggunaan Pada "Pintu")
? Maksad Maksud (Maksadipun = Maksudnya)
? Wiraos Bicara
Belajar Sinau / Ginau Belajar
? Kah Itu (dekat dari si pembicara)
? Waras Sehat
? Bethek Menanak Nasi
? Serat Serabut / Serat
? ? Bantal

Bahasa Jawa Di Cirebon

Menurut Bapak Nurdin M. Noer Ketua Lembaga Basa lan Sastra Cirebon, Bahasa Cirebon memiliki setidaknya ada beberapa dialek, yakni Bahasa Cirebon[butuh rujukan] atau yang dikenal Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh) atau Bahasa Jawa Separuh (Kosa Kata Jawa dan Sunda).

Untuk wilayah Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara) sebenarnya bahasa penduduk Gegesik menggunakan Bahasa Dermayon atau pengaruh dari Indramayu wangsa Kesultanan Demak pada 1526 Masehi. Sedangkan menurut Bapak Sugeng selaku penyurvei asal Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta pada tahun 2004.

Bahasa Dermayon adalah bahasa Induk dari Bahasa Jawa Cirebon. Sejarahnya Bahasa Jawa masuk ke Cirebon pada pertengahan abad ke 16 Masehi terutama pada era kepemimpinan Sultan Trenggono, yang mana pada saat Prajurit Perang Kesultanan Demak paling banyak dari daerah Dermayon Indramayu di Migrasi ke Cirebon, Karawang, Banten dan Lampung.

Sedangkan jika di lihat dari sejarah lewat catatan naskah Kuno yang disimpan di daerah Tukdana, Indramayu yang sekarang di simpan di Sleman, Daerah Istimewah Yogyakarta. Daerah Indramayu adalah wilayah dari Kerajaan Majapahit yang sekaligus berpenduduk Jawa, tapi tidak meliputi Cirebon. Pada wangsa Sunan Gunung Jati daerah Cirebon masih berpenduduk Sunda dan oleh sebab itu masuknya Demak ke Cirebon atas dasar Politik Sultan Trenggono yang bertujuan menduduki wilayah-wilayah Kadhipaten yang ada di daerah Pasundan Jawa Barat wangsa Kesultanan Demak. Jadi tidak bisa dikatakan dengan mudah karena catatan sejarah yang lurus dari pada pembuatan sejarah yang imajinatif (Karangan).

Bahasa Cirebon belum bisa diakui sebagai bahasa Induk, dikarenakan bahasa Jawa Cirebon bukan akar dari setiap daerah seperti Majalengka, Kuningan, Subang, Brebes, Indramayu dan Karawang.

bahasa Cirebon yang dituturkan di Kota Cirebon memiliki beberapa dialek, diantaranya Bahasa Jawa Dermayon dialek Arjawinangun dan Dialek Plered. Bahasa Cirebon dialek Campuran.[9] Peneliti


Bahasa Cirebon dialek Jawareh (Jawa Sawareh)

Dialek Jawareh atau disebut juga sebagai Jawa Sawareh (separuh) merupakan dialek dari Bahasa Cirebon[butuh rujukan] yang berada disekitar perbatasan Kabupaten Cirebon dengan Brebes. Contohnya bagian utara yakni di Kecamatan Losari bagian utara dan Gebang bagian utara, merupakan gabungan dari separuh Bahasa Jawa Cirebon dan separuh bahasa Jawa Tegal. Sedangkan sekitar Perbatasan dengan Kabupaten Brebes bagian selatan seperti di Kecamatan Losari bagian selatan dan Kecamatan Ciledug, dan sekitar perbatasan Majalengka dan Kuningan merupakan gabungan dari Bahasa Jawa Cirebon dengan Bahasa Sunda. Dialek Jawareh .[10]

Bahasa Cirebon dialek Arjawinagun

Dialek Arjawinangun merupakan dialek yang dituturkan oleh masyarakat Cirebon di daerah sekitar Desa Arjawinangun, Kecamatan Arjawinangun, Kabupaten Cirebon. Dialek ini cenderung masih asli dan tidak terpengaruh bahasa lain meskipun tidak bisa dikategorikan sebagai bahasa Cirebon yang baku. Dialek ini juga merupakan dialek yang paling banyak digunakan oleh masyarakat di Kota Cirebon.[9]

Bahasa Jawa Cirebon dialek Plered, Panguragan dan Cirebon Lor (Cirebon Barat dan Utara)

Dialek Plered dan Lor merupakan dialek Bahasa Cirebon yang digunakan di wilayah sebelah barat dan utara Kabupaten Cirebon. Dialek ini dikenal dengan cirinya yaitu penggunaan huruf "o" yang kental, misalkan pada Bahasa Cirebon standar menggunakan kata "Sira", dialek Kabupaten Cirebon bagian Barat dan Utara (Kapetakan,Suranenggala) ini menggunakan kata "Siro" untuk mengartikan "Kamu", kata "Apa" menjadi "Apo", Ora menjadi "Oro", Gawa (membawa) menjadi "Gawo", Sapa menjadi "Sapo", dan Jendela menjadi "Jendelo". Penutur dialek yang menempati kawasan barat dan Utara Kabupaten Cirebon ini lebih mengekspresikan dirinya dengan sebutan "Wong Cirebon", berbeda dengan Penduduk Kota Cirebon yang menggunakan Bahasa Cirebon standar (Sira) yang menyebut diri mereka sebagai "Tiang Grage", walaupun antara "Wong Cirebon" dan "Tiang Grage" memiliki arti yang sama, yaitu "Orang Cirebon"[10]

Parikan Cirebon dialek Plered (Pantun Cirebon)

Berbalas pantun atau Parikan dalam Bahasa Cirebon dialek Plered antara Widudung Hamdan, Sipo dan Wahyu Pawaka

Widudung Hamdan:
Uwoh srikayo di paih tawas...
Sambel trasi enak di pangan..
Kayo kayo atine kulo keloas.
Inget rabi langko ning iringan..


maso iyo, digawo-gawo menggawe

Sipo:
Angon wedus ning jagat dermayu
Pengen adus mung sayang langko banyu

Widudung Hamdan:
ano sego dimot ning kardus..
Tuku srabi oline combo..
Ang sipo bli usoh adus..
Daripado rabi bli ngengumbo..

Wahyu Pawaka:
Isuk-isuk tuku srabi...
Tukue bari ngejer layangan...
Usuk-isuk ngobrol rabi...
Gawe kesirian wong bujangan...

Widudung Hamdan:
Miyang meng grage tuku penganan..
Olih berkat iwak cemplunge ano sing ngicipi..
Mulane gen gage kawinan..
Engko mangkat menggawe ano sing ngambunge pipi...


adaaaaauuw...

Wahyu Pawaka:
Uler gendon ngereketi pelem...
Olih berkat olih apem...
Nonton wayang langka tarube...
Bocah wadon durung ana kang gelem...
Bokat ana kang gelem...
Hayuh miyang ning pak lebe...


hehee...

Widudung Hamdan:
Gawe adon-adon kanggo gawe apem..
Tukuh sarung plekat larang regane..
Duduh saking wadon bli gelem..
Saking durung niat bae lanange..


glegek ndipit...
akaka...

Bahasa Cirebon dialek Gegesik (Cirebon Barat wilayah Utara)

Dialek Gegesik merupakan dialek yang digunakan di wilayah Cirebon Barat wilayah Utara disekitar Kecamatan Gegesik, Bahasa Cirebon dialek Gegesik sering digunakan dalam bahasa pengantar Pewayangan oleh Dalang dari Cirebon dan kemungkinan dialek ini lebih halus ketimbang dialeknya "wong cirebon" sendiri.[11]


  • Dialek Pekaleran digunakan di wilayah Kabupaten Majalengka wilayah Utara, oleh karenanya disebut Pekaleran (Sebelah Utara), wilayah utama penggunanya ada di Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, sementara wilayah sekitarnya seperti Kecamatan Leuwimunding, Palasah, Jatiwangi, Dawuan, Kasokandel, Sukahaji dan Sindang merupakan wilayah percampuran antara Bahasa Sunda dialek Majalengka dengan Bahasa Cirebon dan Banyumasan yang dikenal dengan Bahasa Jawareh (Jawa Sewareh) atau Jawa Setengah.[butuh rujukan]

Tata Bahasa Cirebon (Wyakarana Basa Cirebon)[8]

Kata Ganti (Purusa)

Kata Ganti Orang Pertama (Utama Purusa)

  • Sun (artinya Saya, jika ditambahkan awalan "re/ra" menjadi "resun" maka artinya "saya adalah orang yang terhormat")
  • Isun (artinya Saya, jika kata isun bertemu dengan kata kerja maka "isun" berubah menjadi "tak' atau "tek")
  • Ngwang (artinya Saya, jika ditambahkan kata "sang" menjadi "sangwang" maka maknanya menjadi lebih terhormat dari kata "ngwang")
  • Pwanghulun (artinya Saya adalah seorang Hamba)
  • Nghulun (artinya Saya adalah seorang Hamba, jika ditambahkan kata "Pinaka" menjadi "Pinaka nghulun" maka artinya "diperhamba" dan jika ditambahkan kata "sang" menjadi "sanghulun" maka maknanya menjadi terhormat daripada "nghulun")
  • Pinun (artinya Saya adalah milik Tuan)
  • Manehta (artinya Saya adalah hamba tuanku, khusus digunakan untuk perempuan)
  • Bujangga Mpu (artinya Saya adalah orang yang terpelajar dan alim, biasa digunakan oleh kaum agamawan)

Kata Ganti Orang Kedua (Madyatama Purusa)

  • Ko (artinya Anda)
  • Twa / Ta (artinya Anda)
  • Kamu (artinya Anda, bisa digunakan untuk menyatakan lebih dari satu orang)
  • Kita (artinya Anda atau Tuan. Kata ini lebih terhormat dibandingkan "Ko","Twa/Ta","Kamu")
  • Ngcarira (artinya Anda (secara umum), kata ini lebih terhormat dibandingkan "Ko","Twa/Ta","Kamu")
  • Sira (artinya Anda, namun penggunaan kata ini ditujukan pada Sultan untuk Bawahan atau Pejabat untuk Bawahan yang makna tingkatannya lebih rendah)
  • Kanyu (artinya Anda, kata ini setara dengan "Ko")
  • Rahadyan Sanghulun (artinya anda adalah tuanku, dipergunakan oleh Pekerja kepada Majikannya)

Kata Ganti Orang Ketiga (Pratama Purusa)

  • Ya (artinya Dia)
  • Sira (artinya Dia, jika ditambahkan kata "hana" menjadi "hana sira" yang artinya "ada seseorang")
  • Rasiki (artinya Dia)

Kata Ganti Milik (Empunya)

Kata Ganti Milik Orang Pertama

  • Ku atau Ngku (artinya milik -ku)
  • Mami (artinya milik -kami)
  • i ngwang (artinya milik -ngwang)
  • i nghulun (artinya milik -nghulun)
  • i sanghulun (artinya milik -sanghulun)
  • Pinaka hulun (artinya milik -pinaka hulun)
  • Bujangga Mpu (artinya milik -bujangga mpu)

Kata Ganti Milik Orang Kedua

  • Mu (artinya milik -kamu)
  • Nta / Ta (artinya milik -kita)
  • Nyu (artinya milik -kanyu)
  • Rahadian Sanghulun (artinya milik -rahadian sanghulun)

Kata Ganti Milik Orang Ketiga

  • Nya (artinya milik -ya)
  • Nira / ira (artinya milik -sira)
  • Rasika (artinya milik -rasiki)

Kongres Bahasa Cirebon

(artikel ini merupakan bagian dari artikel Kongres Bahasa Cirebon)

Kongres Bahasa Cirebon pertama kali dicetuskan secara resmi oleh sekitar 70-an orang yang terdiri dari para budayawan, pakar dan pengajar bahasa, seniman dan kaum intelektual yang menghadiri seminar sehari "Dialog Interaktif Bahasa Cirebon" yang diselenggarakan di kota Cirebon atas kerjasama Pikiran rakyat, Mitra Dialog dan Forum Dialog Budaya Cirebon (FDBC), Wali kota Cirebon yang pada saat itu dijabat oleh bapak Subardi segera menyatakan dukungan penuh terhadap rencana penyelenggaraan Kongres Bahasa Cirebon.

Dalam seminar sehari tersebut di antaranya dihadiri oleh ;

  • Dr. H. Dadang Dally, M.Si (Kadisdik Jawa Barat)
  • Drs. H. Zakaria Mahmud (Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati - UNSWAGATI)
  • Drs. H. Wahyo, M.Pd (Kadisdik kota Cirebon)
  • Drs. H. Zaenal Abidin, M.Si (Kadisdik kabupaten Cirebon)
  • Ahmad Sybubanuddin Alwi (Budayawan)
  • Saptaguna (Budayawan)
  • H. Nurdin M. Noer (Kepala Balitbang Mitra Dialog)
  • Drs. Made casta, M.Pd (Budayawan dan Karikaturis)
  • Drs. Wasikin Marzuki atau Ki Jatira (Pemimpin Mitra Dialog)

Rektor Universitas Swadaya Gunung Jati (UNSWAGATI) Drs. Zakaria Mahmud merupakan orang pertama yang mula-mula mengemukakan usulan diadakannya Kongres Bahasa Cirebon.

Wali kota Cirebon bapak Subardi yang mendukung ide ini kemudian menyatakan,

Disela-sela dukungan yang ada, Drs. Made Casta M.Pd juga angkat bicara mengenai fenomena kebahasaan ini, di mana telah terjadi pembunuhan bahasa (linguacide) oleh bahasa Indonesia yang merupakan bahasa lingua-franca yang ditetapkan secara politis terhadap bahasa-bahasa daerah, termasuk bahasa Cirebon yang jika tidak dilestarikan akan segera menemui kepunahannya.

Pada acara "Dialog Interaktif Bahasa Cirebon" tersebut disepakati bahwa Kongres Bahasa Cirebon pertama akan diadakan pada tahun 2006.[12]

Kongres Bahasa Cirebon pertama

Kongres Bahasa Cirebon pertama (KBC I) dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari hasil kesepakatan seminar sehari "Dialog Interaktif Bahasa Cirebon" yang diselenggarakan di kota Cirebon.

Kongres Bahasa Cirebon pertama bertujuan untuk memperkuat posisi bahasa Cirebon dan mendukung upaya-upaya pelestariannya.

Kongres Bahasa Cirebon kedua

Kongres Bahasa Cirebon kedua (KBC II) diadakan selama tiga hari yang sejak tanggal 26 - 28 Juni 2013 di Hotel Prima kota Cirebon dengan tema Dedangdan basa, mengkuhaken budaya (memperbaiki bahasa, memperkokoh budaya)

[13]

Pra-Kongres Bahasa Cirebon kedua

Sebelum diadakanya Kongres Bahasa Cirebon kedua, pada tanggal 3 - 4 Desember 2012 diadakan terlebih dahulu pra-Kongres Bahasa Cirebon yang berbentuk saresehan (acara silaturahmi), dalam teks sambutan, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan menyatakan bahwa ia sangat menghargai dan mengapresiasi masyarakat yang masih peduli untuk memelihara, melestarikan dan mengembangkan bahasa Cirebon dalam kehidupannya pada era globalisasi ini.[14]

Sementara, Prof. Dr. H. Wahyudin Zarkasih yang merupakan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dalam makalah bahasa Cirebon miliknya yang berjudul Melu Ngurip-urip lan Ngembangaken Basa Cerbon menyatakan, kebijaksanaan pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam hal mengembangkan dan memelihara bahasa Cirebon itu merupakan landasan untuk menyusun program dan kegiatan yang intinya perencanaan strategis Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan tugas pokok, fungsi, rincian tugas Balai Pengembangan Bahasa Daerah dan Kesenian sebagai UPTD Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat.

Tim perumus pra-Kongres Bahasa Cirebon di antaranya merekomendasikan untuk melaksanakan Kongres Bahasa Cirebon kedua (KBC II) pada tahun 2013 agar lebih bermanfaat bagi perkembangan bahasa Cirebon.[15]

Peserta kongres Bahasa Cirebon kedua

Peserta Kongres Bahasa Cirebon kedua diikuti sekitar 150 orang yang berasal dari unsur seperti guru, dosen, ustad, seniman, budayawan, jurnalis, legislatif, eksekutif dan penggiat bahasa Cirebon.

Selain dari wilayah kota dan kabupaten Cirebon serta kabupaten Indramayu, para peserta juga datang dari wilayah utara kabupaten Majalengka yang dikenal dengan nama pakaleran, wilayah kabupaten Subang dan kabupaten Karawang.

Narasumber yang hadir pada Kongres Bahasa Cirebon kedua di antaranya ;

  • Ajip Rosidi (Budayawan)
  • Hj. Anna Sophanah (Bupati Indramayu)
  • Drs. H. Ano Sutrisno, M.Si (Wali kota Cirebon)
  • Drs. H. Dedi Supardi, M.M (Bupati Cirebon)
  • Prof. Dr. H. Wahyudin Zarkasyi, CPA (Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat)

Rekomendasi Kongres Bahasa Cirebon kedua

Kongres Bahasa Cirebon kedua yang diselenggarakan pada tanggal 26 - 28 Juni 2013 menghasilkan keputusan dua belas butir rekomendasi yang dirumuskan oleh tim perumus yang beranggotakan Made Casta (ketua), Raffan Hasyim (sekretaris), Adin Imadudin (anggota), Nurdin M. Noer (anggota)dan Supali Kasim (anggota sekaligus budayawan indramayu)terkait upaya-upaya pelestarian dan pengembangan bahasa Cirebon, butir-butir rekomendasi tersebut ditulis dengan bahasa Cirebon, berikut rekomendasinya[16].[17]

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu nglakukaken pamengkuhan status basa Cerbon ngliwati penetepan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Wali kota lan Keputusan Bupati/Wali kota perkawis pelanggengan basa, sastra lan carakan.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu melakukan penguatan terhadap status bahasa Cirebon melalui penetapan Peraturan Daerah, Peraturan Bupati/Wali kota dan Keputusan Bupati/Wali kota berkenaan upaya pelestarian bahasa, sastra dan aksara carakan Cirebon)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu madahi plaksanan penelitiyan-penelityan perkawis basa, sastra lan carakan Cerbon kanggé mantepaken keajegan basa Cerbon kanggé ngangsalaken legitimasi ilmiyah minangka wujud prancanan sumber data pelanggengan lan ngembangaken basa Cerbon.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu mewadahi pelaksanaan penelitian-penelitian berkenaan bahasa, sastra dan aksara carakan Cirebon untuk menguatkan posisi bahasa Cirebon guna mendapatkan legitimasi ilmiah sebagai wujud perencanaan sumber data pelestarian sekaligus menyembangkan bahasa Cirebon)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu netepaken basa Cerbon, minangka basa padinan/bagongan lan bebasan.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu menetapkan bahasa Cirebon sebagai bahasa sehari-hari/bagongan dan bebasan)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu swagata (menjamin) kalaksanané piwulangan basa Cerbon, teng kubengan kaluwarga, masyarakat lan sekolah awit undagan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA kelayan nganggé kecaketan budaya, boten nganggé kecaketan wewengkon pulitik (geopolitik) ingkang bakal nrubusaken rasa ingkang boten adil.

(pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu secara bersama-sama menjamin pelaksanaan pengajaran bahasa Cirebon di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah mulai dari tingkatan SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA secara bersinergi guna menumbuhkan kedekatan budata, tidak untuk menumbuhkan kedekatan wilayah politik (geopolitik) yang akan memunculkan rasa tidak adil)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu swagata (menjamin) kasediyaané buku teks lan buku penunjang piwulangan basa Cerbon ingkang selaras sareng kebutuhan.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu secara bersama-sama menjadim tersedianya buku bacaan dan buku penunjang pengajaran bahasa Cirebon yang selaras dengan kebutuhan)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu netepaken lan megaraken sarta nrubusaken bebasaan Cerbon, pamberdayan waktos-waktos bebasaan basa Cerbon lan nyukani pengajénan dumateng pelanggeng, pegiyat minangka piyambek utawi lembaga lan seniman ingkang nggadahi prestasi.

(Pemenrintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu menetapkan dan menghidupkan kembali serta memunculkan bahasa cirebon tingkat bebasan, mengadakan waktu-waktu wajib berbahasa Cirebon dan memberikan apresiasi terhadap para pelestari, penggiat perorangan atau lembaga dan seniman yang memiliki prestasi)

Pemréntah Propinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon lan Indramayu nyambungaken pamengkuhan Lembaga Basa lan Sastra Cerbon (LBSC) saking aspek organisasi kelembagaan lan program-program dedamelan.

(Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Kabupaten/Kota Cirebon dan Indramayu melanjutkan penguatan Lembaga Basa lan Sastra Cirebon (LBSC) dari aspek-aspek organisasi kelembagaan hingga program-program kerja)

Unggal pengguron inggil (perguruan tinggi) lan lembaga penelitiyan/kajiyan ngembangaken peran Tri Dharmanipun kanggé mundhakaken aji basa Cerbon sacara kaélmuwan ngliwati pinten-pinten dedamelan ingkang selaras.

(Setiap perguruan tinggi dan lembaga penelitian/kajian mengembangkan peran Tri Darma-nya untuk memuliakan nilai luhur bahasa Cirebon secara keilmuan melalui berbagai program kerja yang selaras)

Media massa ambika rubrik lan madetaken rubrikasi, program utawi dedamelan pelanggengan lan pangembangan basa Cerbon.

(Media massa menyediakan rubik dan memperkaya rubrikasi, program atau usaha pelestarian dan pengembangan bahasa Cirebon)

Masyarakat penganggé basa Cerbon kedah mundhakaken rasa anderbéni lan tanggungjawab dumateng pelanggengan lan pangembangan basa Cerbon, teng kubengan kluwarga lan tundunan sosial budaya masyarakat.

(Masyarakat pengguna bahasa Cirebon harus meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap pelestarian dan pengembangan bahasa Cirebon di lingkungan keluarga dan dilingkungan pergaulan sosial budaya masyarakat)

Pesantrén-pesantrén kedah ngunggulaken penganggéyan basa Cerbon teng selebeté komunikasi lan basa ater-ater piwulangan.

(Pesantren-pesantren harus menguatamakan penggunaan bahasa Cirebon di dalam berkomunikasi dan sebagai bahasa pengantar dalam pengajaran)

Keraton-keraton Cirebon ngutamakaken pengayoman, bedaran lan pangembangan naskah-naskah, kempalan-kempalan sosial minangka wujud pelanggengan pangembangan basa Cerbon.

(keraton-keraton Cirebon harus mengutamakan upaya perlindungan, penelitian dan pengembangan naskah-naskah, tempat berkumpul masyarakat sebagai wujud pelestarian pengembangan bahasa Cirebon)

Pengembangan dan Pelestarian

Pengembangan dan pelestarian bahasa Cirebon menurut Imam Miftahul Jannah (aktifis bahasa Cirebon) dikatakan masih minim, sebagai contohnya adalah hanya diberikannya waktu satu jam bagi muatan lokal bahasa Cirebon sementara pelajaran bahasa Inggris diberikan waktu lebih banyak ketimbang bahasa Cirebon yang merupakan bahasa ibu.[18]

Pelestarian Era Digital dan Media Sosial

Bahasa Cirebon pada setiap masanya memiliki model pelestarian yang beragam, termasuk pada era digital dan media sosial. Salah satu yang cukup menonjol adalah apa yang dilakukan oleh situs kamuscirebon.com. Selain fungsi utamanya sebagai kamus (investasi kosakata) di dalamnya juga menambahkan blog sebagai penjang informasi terkait dengan bahasa cirebon. Menariknya kamus cirebon online ini menancapkan satu tujuan utama adalah untuk membantu siapapun yang ingin bersentuhan langsung dengan Bahasa Cirebon, baik untuk kebutuhan akademis ataupun hanya sebagai tambahan kosa-kata dalam komunikasi sehari-hari.[19]

Selain bentuk kamus digital, pelestarian bahasa Cirebon juga dilakukan secara digital dengan pembuatan aplikasi permainan berwawasan tebakan kosakata-kosakata dalam bahasa Cirebon, aplikasi tersebut dinamakan Badekan basa Cerbon dan dibuat oleh Muhammad Anis Al Hilmi dan tim[20][21]

Catatan kaki

Referensi

Catatan