Kabupaten Pemalang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 2: Baris 2:
|provinsi=[[Jawa Tengah]]
|provinsi=[[Jawa Tengah]]
|ibukota=[[Pemalang (kota)|Kota Pemalang]]
|ibukota=[[Pemalang (kota)|Kota Pemalang]]
|luas=996.09
|luas=996.09
|penduduk=1261049
|penduduk=1261049
|penduduktahun=(2010)
|penduduktahun=(2010)
Baris 17: Baris 17:
|dasar hukum=UU No. 13 Tahun 1950
|dasar hukum=UU No. 13 Tahun 1950
|hari jadi=24 Januari 1575
|hari jadi=24 Januari 1575
|motto=Pemalang IKHLAS<br />(Indah, Komunikatif, Hijau, Lancar, Aman, Sehat)
|motto=Pemalang IKHLAS<br />(Indah, Komunikatif, Hijau, Lancar, Aman, Sehat)
|kepala daerah=[[Bupati]]
|kepala daerah=[[Bupati]]
|nama kepala daerah= H. [[Junaedi]], S.H.,M.M.
|nama kepala daerah= H. [[Junaedi]], S.H.,M.M.
Baris 30: Baris 30:
== Sejarah ==
== Sejarah ==
=== Masa prasejarah ===
=== Masa prasejarah ===
Keberadaan manusia pada masa prasejarah di Pemalang dapat dibuktikan dengan berbagai temuan arkeologis. Di Kabupaten Pemalang bagian barat ditemukan situs-situs megalitik,<ref>
Keberadaan manusia pada masa prasejarah di Pemalang dapat dibuktikan dengan berbagai temuan arkeologis. Di Kabupaten Pemalang bagian barat ditemukan situs-situs megalitik,<ref>{{cite book
{{cite book
|url = https://books.google.co.id/books?id=HvEMAQAAMAAJ&q=pemalang+prasejarah&dq=pemalang+prasejarah&hl=en&sa=X&ei=XsS3VNGlEtGcugSU_YGgDA&ved=0CCQQ6AEwAQ
|url = https://books.google.co.id/books?id=HvEMAQAAMAAJ&q=pemalang+prasejarah&dq=pemalang+prasejarah&hl=en&sa=X&ei=XsS3VNGlEtGcugSU_YGgDA&ved=0CCQQ6AEwAQ
|page = 765
|page = 765
Baris 38: Baris 37:
|publisher = Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia
|publisher = Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia
|year = 2008
|year = 2008
}}</ref><!-- (sembunyikan sementara sebelum ditemukan rujukannya - Naval Scene) Temuan itu berupa punden berundak dan pemandian di sebelah Barat Daya Kecamatan [[Moga]].--> sedangkan sebuah [[nekara]] perunggu ditemukan di Desa [[Kabunan, Taman, Pemalang|Kabunan]].<ref>{{cite book
}}</ref><!-- (sembunyikan sementara sebelum ditemukan rujukannya Naval Scene) Temuan itu berupa punden berundak dan pemandian di sebelah Barat Daya Kecamatan [[Moga]].--> sedangkan sebuah [[nekara]] perunggu ditemukan di Desa [[Kabunan, Taman, Pemalang|Kabunan]].<ref>{{cite book
|title = Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Prasejarah di Indonesia
|title = Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Prasejarah di Indonesia
|first1 = Marwati Djoened|last1 = Poesponegoro
|first1 = Marwati Djoened|last1 = Poesponegoro
|first2 = Nugroho|last2 = Notosusanto
|first2 = Nugroho|last2 = Notosusanto
|url = https://books.google.co.id/books?id=bZ7T7OJiVnEC&pg=PA335&dq=pemalang+prasejarah&hl=en&sa=X&ei=XsS3VNGlEtGcugSU_YGgDA&ved=0CB0Q6AEwAA#v=onepage&q=pemalang%20prasejarah&f=false
|url = https://books.google.co.id/books?id=bZ7T7OJiVnEC&pg=PA335&dq=pemalang+prasejarah&hl=en&sa=X&ei=XsS3VNGlEtGcugSU_YGgDA&ved=0CB0Q6AEwAA#v=onepage&q=pemalang%20prasejarah&f=false
Baris 49: Baris 48:
|id = ISBN 978-979-407-407-7, 9794074071
|id = ISBN 978-979-407-407-7, 9794074071
|accessdate = 15 Januari 2015
|accessdate = 15 Januari 2015
}}</ref> Bukti arkeologis adanya unsur kebudayaan Hindu-Buddha di Pemalang antara lain ditemukannya patung [[Ganesha]], lingga, kuburan, ambang pintu, dan batu nisan<!-- (sembunyikan sementara sebelum ditemukan rujukannya - Naval Scene) di desa Keropak.--> di Desa [[Lawangrejo, Pemalang, Pemalang|Lawangrejo]] dan Desa [[Banyumudal, Moga, Pemalang|Banyumudal]].<ref>{{cite book
}}</ref> Bukti arkeologis adanya unsur kebudayaan Hindu-Buddha di Pemalang antara lain ditemukannya patung [[Ganesha]], lingga, kuburan, ambang pintu, dan batu nisan<!-- (sembunyikan sementara sebelum ditemukan rujukannya Naval Scene) di desa Keropak.--> di Desa [[Lawangrejo, Pemalang, Pemalang|Lawangrejo]] dan Desa [[Banyumudal, Moga, Pemalang|Banyumudal]].<ref>{{cite book
|title = Candi, Space and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains
|title = Candi, Space and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains
|first = Véronique|last = Degroot
|first = Véronique|last = Degroot
Baris 58: Baris 57:
|page = 415
|page = 415
|accessdate = 15 Januari 2015
|accessdate = 15 Januari 2015
}}</ref> Selain itu, ada pula bukti arkeologis unsur kebudayaan Islam berupa makam-makam para penyebar agama, antara lain [[Syeikh Maulana Maghribi]] di Kawedanan Comal, Rohidin, dan Sayyid Ngali Murtala yaitu salah seorang kerabat [[Sunan Ampel|Sunan Ngampel]].<ref>
}}</ref> Selain itu, ada pula bukti arkeologis unsur kebudayaan Islam berupa makam-makam para penyebar agama, antara lain [[Syeikh Maulana Maghribi]] di Kawedanan Comal, Rohidin, dan Sayyid Ngali Murtala yaitu salah seorang kerabat [[Sunan Ampel|Sunan Ngampel]].<ref>{{cite book
|first1 = W.A.L.|last1 = Stokhof
{{cite book
|first1 = W.A.L.|last1 = Stokhof
|first2 = N.J.G.|last2 = Kaptein
|publisher = Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies
|first2 = N.J.G.|last2 = Kaptein
|title = Makalah-makalah yang disampaikan dalam rangka kunjungan Menteri Agama R.I.H. Munawir Sjadzali, M.A. ke Negeri Belanda, 31 Oktober-7 November 1988: Kumpulan Karangan
|publisher = Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies
|url = https://books.google.co.id/books?id=UgseAAAAMAAJ&q=sayyid+ngali&dq=sayyid+ngali&hl=id&sa=X&ei=QizHVPv_KY-B8gXC4oKgCA&redir_esc=y
|title = Makalah-makalah yang disampaikan dalam rangka kunjungan Menteri Agama R.I.H. Munawir Sjadzali, M.A. ke Negeri Belanda, 31 Oktober-7 November 1988: Kumpulan Karangan
|url = https://books.google.co.id/books?id=UgseAAAAMAAJ&q=sayyid+ngali&dq=sayyid+ngali&hl=id&sa=X&ei=QizHVPv_KY-B8gXC4oKgCA&redir_esc=y
|volume = 6
|volume = 6
|year = 1990
|year = 1990
|id = ISBN 978-979-8116-06-3, 9798116062
|id = ISBN 978-979-8116-06-3, 9798116062
|pp = 127, 160
|pp = 127, 160
}}</ref><ref>
}}</ref><ref>{{cite book
{{cite book
|url = https://books.google.co.id/books?id=yeMdAAAAMAAJ&q=sayyid+ngali+murtala&dq=sayyid+ngali+murtala&hl=id&sa=X&ei=mTfHVNAo1uDwBfHNgrgF&ved=0CCkQ6AEwAg
|url = https://books.google.co.id/books?id=yeMdAAAAMAAJ&q=sayyid+ngali+murtala&dq=sayyid+ngali+murtala&hl=id&sa=X&ei=mTfHVNAo1uDwBfHNgrgF&ved=0CCkQ6AEwAg
|title = Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama Di Jawa: Kajian Sejarah Politik Abad Ke-15 Dan Ke-16
|title = Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama Di Jawa: Kajian Sejarah Politik Abad Ke-15 Dan Ke-16
Baris 81: Baris 78:


=== Pra Mataram ===
=== Pra Mataram ===
Eksistensi Pemalang telah disebutkan dalam ''[[Bujangga Manik]]'', sebuah naskah kuno ber[[bahasa Sunda]] yang diperkirakan ditulis pada akhir [[abad ke-15|abad XV]].<ref>[https://books.google.co.id/books?id=giGyf60gSRUC&pg=PA147&dq=bujangga+manik+pemalang&hl=id&sa=X&ei=o4-8VIXSOoW48gXOt4HgCw&ved=0CB8QuwUwAA#v=onepage&q=bujangga%20manik%20pemalang&f=false Lombard, hlm. 147]</ref> Pada [[abad ke-16|abad XVI]], catatan [[Rijkloff van Goens]] dan data buku [[W. Fruin Mees]] menyatakan bahwa pada tahun [[1575]] Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di [[Pulau Jawa]], yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja.<ref name="Lombards"/> Dalam perkembangan kemudian, [[Panembahan Senopati]] dan [[Mas Jolang|Panembahan Seda Krapyak]] dari [[Mataram]] menaklukkan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal.
Eksistensi Pemalang telah disebutkan dalam ''[[Bujangga Manik]]'', sebuah naskah kuno ber[[bahasa Sunda]] yang diperkirakan ditulis pada akhir [[abad ke-15|abad XV]].<ref>[https://books.google.co.id/books?id=giGyf60gSRUC&pg=PA147&dq=bujangga+manik+pemalang&hl=id&sa=X&ei=o4-8VIXSOoW48gXOt4HgCw&ved=0CB8QuwUwAA#v=onepage&q=bujangga%20manik%20pemalang&f=false Lombard, hlm. 147]</ref> Pada [[abad ke-16|abad XVI]], catatan [[Rijkloff van Goens]] dan data buku [[W. Fruin Mees]] menyatakan bahwa pada tahun [[1575]] Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di [[Pulau Jawa]], yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja.<ref name="Lombards" /> Dalam perkembangan kemudian, [[Panembahan Senopati]] dan [[Mas Jolang|Panembahan Seda Krapyak]] dari [[Mataram]] menaklukkan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal.


Pemalang dan [[Kendal]] pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan [[Tegal]], [[Pekalongan]] dan [[Semarang]]. Karena itu jalan raya yang menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi Pemalang dan [[Wiradesa, Pekalongan|Wiradesa]] dianggap sebagai jalan paling tua yang menghubungkan dua kawasan tersebut.
Pemalang dan [[Kendal]] pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan [[Tegal]], [[Pekalongan]] dan [[Semarang]]. Karena itu jalan raya yang menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi Pemalang dan [[Wiradesa, Pekalongan|Wiradesa]] dianggap sebagai jalan paling tua yang menghubungkan dua kawasan tersebut.


Populasi penduduk sebagai pemukiman di pedesaan yang telah teratur muncul pada periode abad awal Masehi hingga [[abad ke-14|abad XIV]] dan [[Abad ke-15|XV]], dan kemudian berkembang pesat pada [[abad ke-16|abad XVI]], yaitu pada masa meningkatnya perkembangan [[Islam]] di Jawa di bawah Kerajaan [[Demak]], [[Cirebon]] dan kemudian [[Mataram]]. Pada masa itu daerah pantai sekitar Pemalang <!--berhasil membentuk pemerintahan tradisional pada sekitar tahun [[1575]].--> dan Comal telah menjadi tempat persinggahan dalam perjalanan antara Demak dan Cirebon.<ref>{{Cite book
Populasi penduduk sebagai pemukiman di pedesaan yang telah teratur muncul pada periode abad awal Masehi hingga [[abad ke-14|abad XIV]] dan [[Abad ke-15|XV]], dan kemudian berkembang pesat pada [[abad ke-16|abad XVI]], yaitu pada masa meningkatnya perkembangan [[Islam]] di Jawa di bawah Kerajaan [[Demak]], [[Cirebon]] dan kemudian [[Mataram]]. Pada masa itu daerah pantai sekitar Pemalang <!--berhasil membentuk pemerintahan tradisional pada sekitar tahun 1575.--> dan Comal telah menjadi tempat persinggahan dalam perjalanan antara Demak dan Cirebon.<ref>{{Cite book
|first1 = Hiroyoshi|last1 = Kanō|first2 = Frans|last2 = Hüsken|first2 = Djoko|last3 = Suryo
|first1 = Hiroyoshi|last1 = Kanō|first2 = Frans|last2 = Hüsken|first2 = Djoko|last3 = Suryo
|title = Di bawah asap pabrik gula: Masyarakat desa di pesisir Jawa sepanjang abad ke-20
|title = Di bawah asap pabrik gula: Masyarakat desa di pesisir Jawa sepanjang abad ke-20
|url = https://books.google.co.id/books?id=FmZxAAAAMAAJ&q=comal+mag%5Cribi&dq=comal+mag%5Cribi&hl=id&sa=X&ei=RdbJVLChGMb88QXAkYCgCw&redir_esc=y
|url = https://books.google.co.id/books?id=FmZxAAAAMAAJ&q=comal+mag%5Cribi&dq=comal+mag%5Cribi&hl=id&sa=X&ei=RdbJVLChGMb88QXAkYCgCw&redir_esc=y
|publisher = Akatiga & Gadjah Mada University Press
|publisher = Akatiga & Gadjah Mada University Press
|year = 1996
|year = 1996
|id = ISBN 978979420377, 9794203777
|id = ISBN 978979420377, 9794203777
|page = 293 }}
|page = 293 }}</ref>
Terdapat [[babad]] yang menceritakan bahwa [[Pangeran Benawa]], [[Kesultanan Pajang|Sultan Pajang]] yang ketiga (1586–1587), setelah tersingkir dari tahtanya lalu pergi membuka daerah pemukiman baru di sekitar wilayah Pemalang, dan menetap di sana hingga wafatnya.<ref name="Yudiono K.S.">{{Cite book
</ref>
Terdapat [[babad]] yang menceritakan bahwa [[Pangeran Benawa]], [[Kesultanan Pajang|Sultan Pajang]] yang ketiga (1586-1587), setelah tersingkir dari tahtanya lalu pergi membuka daerah pemukiman baru di sekitar wilayah Pemalang, dan menetap di sana hingga wafatnya.<ref name="Yudiono K.S.">{{Cite book
|last = K.S.
|last = K.S.
|first = Yudiono
|first = Yudiono
|title = Cerita Rakyat Dari Pemalang (Jawa Tengah)
|title = Cerita Rakyat Dari Pemalang (Jawa Tengah)
|publisher = Grasindo
|publisher = Grasindo
|date = 2005
|date = 2005
|url = http://books.google.co.id/books?id=x2o9H5lyAMsC&pg=PA9&dq=pangeran+benowo+di+pemalang&hl=id&sa=X&ei=HvHJT7PSI8GsiAeYjLzaBg&ved=0CDEQuwUwAA#v=onepage&q=pangeran%20benowo%20di%20pemalang&f=false
|url = http://books.google.co.id/books?id=x2o9H5lyAMsC&pg=PA9&dq=pangeran+benowo+di+pemalang&hl=id&sa=X&ei=HvHJT7PSI8GsiAeYjLzaBg&ved=0CDEQuwUwAA#v=onepage&q=pangeran%20benowo%20di%20pemalang&f=false
|isbn = 9797590976 }} Hlm. 9. Diaksés 2 Juni 2012.</ref> Berdasarkan kepercayaan penduduk setempat, Pangeran Benawa dimakamkan di pemakaman kuno di Desa [[Penggarit, Taman, Pemalang|Penggarit]], Kecamatan [[Taman, Pemalang]].<ref name="Yudiono K.S."/>
|isbn = 9797590976 }} Hlm. 9. Diaksés 2 Juni 2012.</ref> Berdasarkan kepercayaan penduduk setempat, Pangeran Benawa dimakamkan di pemakaman kuno di Desa [[Penggarit, Taman, Pemalang|Penggarit]], Kecamatan [[Taman, Pemalang]].<ref name="Yudiono K.S." />


=== Kadipaten bawahan Mataram ===
=== Kadipaten bawahan Mataram ===
Sejak sekitar 1622-1623, wilayah Pemalang sudah menjadi [[apanase]] (daerah kekuasaan) [[Pangeran Purbaya#Pangeran Purbaya dari Mataram|Pangeran Purbaya]] dari [[Mataram]], yang mana seorang ''Kyai Lurah'' mewakilinya sebagai pelaksana pemerintahan setempat (''stads houder'').<ref>
Sejak sekitar 1622–1623, wilayah Pemalang sudah menjadi [[apanase]] (daerah kekuasaan) [[Pangeran Purbaya#Pangeran Purbaya dari Mataram|Pangeran Purbaya]] dari [[Mataram]], yang mana seorang ''Kyai Lurah'' mewakilinya sebagai pelaksana pemerintahan setempat (''stads houder'').<ref>{{cite book
{{cite book
|title = Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta
|title = Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta
|author = Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah
|author = Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah
Baris 115: Baris 110:
}}</ref><ref>{{cite book
}}</ref><ref>{{cite book
|title = Sejarah Nasional Indonesia: Kemunculan Penjajahan di Indonesia
|title = Sejarah Nasional Indonesia: Kemunculan Penjajahan di Indonesia
|first1 = Marwati Djoened|last1 = Poesponegoro
|first1 = Marwati Djoened|last1 = Poesponegoro
|first2 = Nugroho|last2 = Notosusanto
|first2 = Nugroho|last2 = Notosusanto
|url = https://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&pg=PA66&dq=Purboyo+Pemalang&hl=en&sa=X&ei=u5-2VO36DJOQuASIx4FQ&redir_esc=y#v=onepage&q=Purboyo%20Pemalang&f=false
|url = https://books.google.co.id/books?id=N5jc0h1BktwC&pg=PA66&dq=Purboyo+Pemalang&hl=en&sa=X&ei=u5-2VO36DJOQuASIx4FQ&redir_esc=y#v=onepage&q=Purboyo%20Pemalang&f=false
Baris 126: Baris 121:
}}</ref>
}}</ref>


Seorang tokoh bernama Raden Maoneng diyakini masyarakat Pemalang sebagai salah seorang leluhur mereka.<ref name="SM">{{cite news
Seorang tokoh bernama Raden Maoneng diyakini masyarakat Pemalang sebagai salah seorang leluhur mereka.<ref name="SM">{{cite news
|first = Saiful|last = Bachri
|first = Saiful|last = Bachri
|title = Di Desa Bojongbata, Jalan Mulus Lampu Kencar-kencar
|title = Di Desa Bojongbata, Jalan Mulus Lampu Kencar-kencar
Baris 133: Baris 128:
|date = 10 Maret 2005
|date = 10 Maret 2005
|accessdate = 15 Januari 2015
|accessdate = 15 Januari 2015
}} Copyright© 1996-2004 Suara Merdeka.</ref> Makamnya di Dukuh Maoneng, Desa [[Bojongbata, Pemalang, Pemalang|Bojongbata]], di pinggir Kecamatan [[Pemalang, Pemalang|Pemalang]] sebelah selatan banyak dikunjungi peziarah.<ref name="SM"/> Beberapa sumber menyebutkan adanya tokoh bernama Tumenggung Mangun-Oneng, yaitu seorang panglima perang [[Sultan Agung]] yang memimpin pasukan Mataram dalam penaklukkan [[Surabaya]] pada tahun 1625.<ref>{{cite book
}} Copyright© 1996–2004 Suara Merdeka.</ref> Makamnya di Dukuh Maoneng, Desa [[Bojongbata, Pemalang, Pemalang|Bojongbata]], di pinggir Kecamatan [[Pemalang, Pemalang|Pemalang]] sebelah selatan banyak dikunjungi peziarah.<ref name="SM" /> Beberapa sumber menyebutkan adanya tokoh bernama Tumenggung Mangun-Oneng, yaitu seorang panglima perang [[Sultan Agung]] yang memimpin pasukan Mataram dalam penaklukkan [[Surabaya]] pada tahun 1625.<ref>{{cite book
|title = Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung
|title = Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung
|first = Hermanus Johannes|last = de Graaf
|first = Hermanus Johannes|last = de Graaf
|url = https://books.google.co.id/books?ei=t2m2VLnNDIipuwSqkYDYBg&hl=id&id=CaQeAAAAMAAJ&dq=Mangun+Oneng&focus=searchwithinvolume&q=Mangun+Oneng
|url = https://books.google.co.id/books?ei=t2m2VLnNDIipuwSqkYDYBg&hl=id&id=CaQeAAAAMAAJ&dq=Mangun+Oneng&focus=searchwithinvolume&q=Mangun+Oneng
|volume = 4
|volume = 4
|publisher = Grafitipers
|publisher = Grafitipers
|year = 1986
|year = 1986
Baris 152: Baris 147:
}}</ref>
}}</ref>


Pada masa [[Sunan Amangkurat I]] memerintah Mataram (1645-1677), Pemalang sudah berkembang menjadi salah satu dari kota-kota niaga maritim di pesisir utara Jawa, yang diatur dan diawasi dengan ketat oleh Mataram.<ref name="Lombards">
Pada masa [[Sunan Amangkurat I]] memerintah Mataram (1645–1677), Pemalang sudah berkembang menjadi salah satu dari kota-kota niaga maritim di pesisir utara Jawa, yang diatur dan diawasi dengan ketat oleh Mataram.<ref name="Lombards">{{cite book
|title = Nusa Jawa: Silang Budaya Jaringan Asia
{{cite book
|title = Nusa Jawa: Silang Budaya - Jaringan Asia
|url = https://books.google.co.id/books?id=CLF-Q44wza4C&pg=PA110&dq=Pemalang+Van+Goens&hl=en&sa=X&ei=01C2VKlS0Zy6BJT9gaAM&redir_esc=y#v=onepage&q=Pemalang%20Van%20Goens&f=false
|url = https://books.google.co.id/books?id=CLF-Q44wza4C&pg=PA110&dq=Pemalang+Van+Goens&hl=en&sa=X&ei=01C2VKlS0Zy6BJT9gaAM&redir_esc=y#v=onepage&q=Pemalang%20Van%20Goens&f=false
|first = Denys|last= Lombard
|first = Denys|last= Lombard
|id = ISBN 978-979-605-451-0, 9796054515
|id = ISBN 978-979-605-451-0, 9796054515
|publisher = PT Gramedia Pustaka Utama
|publisher = PT Gramedia Pustaka Utama
|volume = 2
|volume = 2
|year = 2005
|year = 2005
|page = 110
|page = 110
|accessdate = 14 Januari 2015
|accessdate = 14 Januari 2015
}}</ref> Catatan Belanda menyebutkan bahwa Mataram mengangkat para adipati (''stedehouders'') dan syahbandar (''sabandars of te tolmeesters'') di kota-kota tersebut, serta memiliki dua pejabat tinggi (''commissarissens'') pengawas pesisir khusus untuk memastikan monopoli Mataram atas kegiatan perdagangan mereka.<ref name="Lombards"/>
}}</ref> Catatan Belanda menyebutkan bahwa Mataram mengangkat para adipati (''stedehouders'') dan syahbandar (''sabandars of te tolmeesters'') di kota-kota tersebut, serta memiliki dua pejabat tinggi (''commissarissens'') pengawas pesisir khusus untuk memastikan monopoli Mataram atas kegiatan perdagangan mereka.<ref name="Lombards" />


Pada sekitar tahun 1652, [[Sunan Amangkurat II]] mengangkat [[Ingabehi Subajaya]] menjadi Bupati Pemalang setelah Amangkurat II memantapkan tahta pemerintahan di Mataram setelah pemberontakan [[Trunajaya]] dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun 1678.
Pada sekitar tahun 1652, [[Sunan Amangkurat II]] mengangkat [[Ingabehi Subajaya]] menjadi Bupati Pemalang setelah Amangkurat II memantapkan tahta pemerintahan di Mataram setelah pemberontakan [[Trunajaya]] dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun 1678.


=== Masa Perang Diponegoro ===
=== Masa Perang Diponegoro ===
Menurut catatan [[Belanda]] pada tahun 1820 Pemalang kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama [[Mas Tumenggung Suralaya]]. Pada masa ini Pemalang telah berhubungan erat dengan tokoh [[Kanjeng Swargi]] atau [[Kanjeng Pontang]]. Seorang Bupati yang terlibat dalam perang [[Diponegoro]]. Kanjeng Swargi ini juga dikenal sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil melarikan diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat diidentifikasikan sebagai makam kanjeng Swargi atau Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan antara tahun 1823-1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat. Catatan Belanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu pihak Belanda dalam perang Diponegoro di wilayah Pantai Utara Jawa hanyalah Bupati-bupati [[Tegal]], [[Kendal]] dan [[Batang]] tanpa menyebut Bupati Pemalang.
Menurut catatan [[Belanda]] pada tahun 1820 Pemalang kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama [[Mas Tumenggung Suralaya]]. Pada masa ini Pemalang telah berhubungan erat dengan tokoh [[Kanjeng Swargi]] atau [[Kanjeng Pontang]]. Seorang Bupati yang terlibat dalam perang [[Diponegoro]]. Kanjeng Swargi ini juga dikenal sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil melarikan diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat diidentifikasikan sebagai makam kanjeng Swargi atau Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan antara tahun 1823–1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat. Catatan Belanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu pihak Belanda dalam perang Diponegoro di wilayah Pantai Utara Jawa hanyalah Bupati-bupati [[Tegal]], [[Kendal]] dan [[Batang]] tanpa menyebut Bupati Pemalang.


Sementara itu pada bagian lain dari Buku [[P.J.F. Louw]] yang berjudul [[De Java Oorlog van 1825 -1830]] dilaporkan bahwa Residen [[Van den Poet]] mengorganisasi beberapa barisan yang baik dari Tegal, Pemalang dan [[Brebes]] untuk mempertahankan diri dari pasukan Diponegoro pada bulan September 1825 sampai akhir Januari 1826. Keterlibatan Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati Pemalang sampai tahun 1825. Dan besar kemungkinan peristiwa pengerahan orang Pemalang itu terjadi setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat.
Sementara itu pada bagian lain dari Buku [[P.J.F. Louw]] yang berjudul [[De Java Oorlog van 1825–1830]] dilaporkan bahwa Residen [[Van den Poet]] mengorganisasi beberapa barisan yang baik dari Tegal, Pemalang dan [[Brebes]] untuk mempertahankan diri dari pasukan Diponegoro pada bulan September 1825 sampai akhir Januari 1826. Keterlibatan Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati Pemalang sampai tahun 1825. Dan besar kemungkinan peristiwa pengerahan orang Pemalang itu terjadi setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat.


Pada tahun 1832 Bupati Pemalang yang Mbahurekso adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di daerah Pemalang. Seperti diketahui Pemalang merupakan penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang merupakan afdeling dan Kabupaten dari karisidenan Pekalongan. ''Afdeling'' Pemalang dibagi dua yaitu Pemalang dan [[Randudongkal]]. Dan Kabupaten Pemalang terbagi dalam 5 distrik. Jadi dengan demikian Pemalang merupakan nama kabupaten, distrik dan Onder Distrik dari Karisidenan Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.
Pada tahun 1832 Bupati Pemalang yang Mbahurekso adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di daerah Pemalang. Seperti diketahui Pemalang merupakan penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang merupakan afdeling dan Kabupaten dari karisidenan Pekalongan. ''Afdeling'' Pemalang dibagi dua yaitu Pemalang dan [[Randudongkal]]. Dan Kabupaten Pemalang terbagi dalam 5 distrik. Jadi dengan demikian Pemalang merupakan nama kabupaten, distrik dan Onder Distrik dari Karisidenan Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.
Baris 177: Baris 171:


=== Masa kolonial Belanda dan seterusnya ===
=== Masa kolonial Belanda dan seterusnya ===
Pada tahun 1918, di Pemalang berdiri organisasi pergerakan wanita ''Wanito Susilo'', yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan.<ref>{{Cite book
Pada tahun 1918, di Pemalang berdiri organisasi pergerakan wanita ''Wanito Susilo'', yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan.<ref>{{Cite book
|title = Meneladani Kepahlawanan Kaum Wanita
|title = Meneladani Kepahlawanan Kaum Wanita
|first = Edi|last = Warsid
|first = Edi|last = Warsid
Baris 183: Baris 177:
|publisher = Yudhistira Ghalia Indonesia
|publisher = Yudhistira Ghalia Indonesia
|id = ISBN 978-979-019-123-5, 9790191235
|id = ISBN 978-979-019-123-5, 9790191235
|page = 51
|page = 51
}}</ref>
}}</ref>


Kabupaten Pemalang mantap sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan Kolonial Belanda. Sejak tahun 1948, Pusat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Pemalang berkedudukan di [[Pemalang, Pemalang|Pemalang]].<ref>{{Cite book
Kabupaten Pemalang mantap sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan Kolonial Belanda. Sejak tahun 1948, Pusat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Pemalang berkedudukan di [[Pemalang, Pemalang|Pemalang]].<ref>{{Cite book
|title = Rencana induk Kota Pemalang tahun 1983-2003
|title = Rencana induk Kota Pemalang tahun 1983–2003
|url = https://books.google.co.id/books?id=jTMAAAAAMAAJ&q=pemalang+di+masa+belanda&dq=pemalang+di+masa+belanda&hl=id&sa=X&ei=9N3JVJjEJNLd8AXM94LoBw&ved=0CCEQ6AEwAQ
|url = https://books.google.co.id/books?id=jTMAAAAAMAAJ&q=pemalang+di+masa+belanda&dq=pemalang+di+masa+belanda&hl=id&sa=X&ei=9N3JVJjEJNLd8AXM94LoBw&ved=0CCEQ6AEwAQ
|publisher = Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Pemalang
|publisher = Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Pemalang
Baris 197: Baris 191:
Sebagai suatu penghomatan atas sejarah terbentuknya Kabupten Pemalang maka pemerintah daerah telah bersepakat untuk memberi atribut berupa Hari Jadi Pemalang. Hal ini selalu untuk memperingati sejarah lahirnya Kabupaten Pemalang juga untuk memberikan nilai-nilai yang bernuansa patriotisme dan nilai-nilai heroisme sebagai cermin dari rakyat Kabupaten Pemalang.
Sebagai suatu penghomatan atas sejarah terbentuknya Kabupten Pemalang maka pemerintah daerah telah bersepakat untuk memberi atribut berupa Hari Jadi Pemalang. Hal ini selalu untuk memperingati sejarah lahirnya Kabupaten Pemalang juga untuk memberikan nilai-nilai yang bernuansa patriotisme dan nilai-nilai heroisme sebagai cermin dari rakyat Kabupaten Pemalang.


Salah satu alternatif penetapan hari jadi Kabupaten Pemalang ialah pada saat diumumkannya pernyataan [[Pangeran Diponegoro]] untuk mengadakan perang terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggal [[20 Juli]] [[1823]]. Namun, berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh Tim Kabupaten Pemalang, hari jadi Pemalang adalah tanggal '''[[24 Januari]] [[1575]]''', atau bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon tanggal 1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Keputusan tersebut selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi Kabupaten Pemalang. Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkala ''Lunguding Sabda Wangsiting Gusti'' yang mempunyai arti harfiah : kearifan, ucapan/sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan mempunyai nilai 5751. Sedangkan tahun 1496 Je diwujudkan dengan Candra Sengkala ''Tawakal Ambuko Wahananing Manunggal'' yang mempunyai arti harfiah berserah diri, membuka, sarana/wadah/alat untuk, persatuan/menjadi satu dengan mempunyai nilai 6941.
Salah satu alternatif penetapan hari jadi Kabupaten Pemalang ialah pada saat diumumkannya pernyataan [[Pangeran Diponegoro]] untuk mengadakan perang terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggal [[20 Juli]] [[1823]]. Namun, berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh Tim Kabupaten Pemalang, hari jadi Pemalang adalah tanggal '''[[24 Januari]] 1575''', atau bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon tanggal 1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Keputusan tersebut selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi Kabupaten Pemalang. Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkala ''Lunguding Sabda Wangsiting Gusti'' yang mempunyai arti harfiah : kearifan, ucapan/sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan mempunyai nilai 5751. Sedangkan tahun 1496 Je diwujudkan dengan Candra Sengkala ''Tawakal Ambuko Wahananing Manunggal'' yang mempunyai arti harfiah berserah diri, membuka, sarana/wadah/alat untuk, persatuan/menjadi satu dengan mempunyai nilai 6941.


Adapun Sesanti Kabupaten Pemalang adalah ''Pancasila Kaloka Panduning Nagari'', dengan arti harfiah lima dasar, termashur/terkenal, pedoman/bimbingan, negara/daerah dengan mempunyai nilai 5751
Adapun Sesanti Kabupaten Pemalang adalah ''Pancasila Kaloka Panduning Nagari'', dengan arti harfiah lima dasar, termashur/terkenal, pedoman/bimbingan, negara/daerah dengan mempunyai nilai 5751


== Geografi ==
== Geografi ==
Kabupaten Pemalang terletak di pantai utara Pulau Jawa. Secara astronomis, kabupaten ini terletak antara 109°17'30" - 109°40'30" BT dan 6°52'30" - 7°20'11" LS. Luas wilayah kabupaten ini ialah sebesar 111.530&nbsp;km², dengan batas-batas wilayah:
Kabupaten Pemalang terletak di pantai utara Pulau Jawa. Secara astronomis, kabupaten ini terletak antara 109°17'30" 109°40'30" BT dan 6°52'30" 7°20'11" LS. Luas wilayah kabupaten ini ialah sebesar 111.530&nbsp;km², dengan batas-batas wilayah:
* sebelah Utara berbatasan dengan [[Laut Jawa]].
* sebelah Utara berbatasan dengan [[Laut Jawa]].
* sebelah Timur berbatasan dengan [[Kabupaten Pekalongan]].
* sebelah Timur berbatasan dengan [[Kabupaten Pekalongan]].
Baris 210: Baris 204:
Ibukota kabupaten ini adalah [[Pemalang (kota)|Kota Pemalang]], yang terletak di ujung barat laut wilayah kabupaten dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tegal. Kabupaten ini berjarak kira-kira 135&nbsp;km ke arah barat dari [[Kota Semarang|Semarang]], ibukota [[Provinsi Jawa Tengah]], atau jika ditempuh dengan kendaraan darat memakan waktu lebih kurang 3-4 jam. Kabupaten Pemalang berada di jalur [[pantura]] [[Jakarta]]-Semarang-[[Kota Surabaya|Surabaya]]. Selain itu terdapat pula [[jalan provinsi]] yang menghubungkan kabupaten ini dengan Kabupaten Purbalingga.
Ibukota kabupaten ini adalah [[Pemalang (kota)|Kota Pemalang]], yang terletak di ujung barat laut wilayah kabupaten dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tegal. Kabupaten ini berjarak kira-kira 135&nbsp;km ke arah barat dari [[Kota Semarang|Semarang]], ibukota [[Provinsi Jawa Tengah]], atau jika ditempuh dengan kendaraan darat memakan waktu lebih kurang 3-4 jam. Kabupaten Pemalang berada di jalur [[pantura]] [[Jakarta]]-Semarang-[[Kota Surabaya|Surabaya]]. Selain itu terdapat pula [[jalan provinsi]] yang menghubungkan kabupaten ini dengan Kabupaten Purbalingga.


Kabupaten Pemalang memiliki topografi bervariasi. Bagian utara merupakan dataran rendah, berupa daerah pantai dengan ketinggian berkisar antara 1-5 meter di atas permukaan laut. Bagian tengah merupakan dataran rendah yang subur dengan ketinggian 6–15 m di atas permukaan laut; sedangkan bagian selatan merupakan dataran tinggi berupa pengunungan yang subur serta berhawa sejuk dengan ketinggian 16–925 m di atas permukaan laut. Puncak tertingginya ialah [[Gunung Slamet]], yang berada di perbatasan dengan Kabupaten Tegal dan Kabupaten Purbalingga, dan merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah. Wilayah bagian selatan Pemalang biasa disebut [[Waliksarimadu]] yaitu singkatan Watukumpul, Belik, Pulosari, Moga, Warungpring dan Randudongkal. Wilayah tersebut juga sering disebut sebagai Pemalang Selatan.
Kabupaten Pemalang memiliki topografi bervariasi. Bagian utara merupakan dataran rendah, berupa daerah pantai dengan ketinggian berkisar antara 1-5 meter di atas permukaan laut. Bagian tengah merupakan dataran rendah yang subur dengan ketinggian 6–15&nbsp;m di atas permukaan laut; sedangkan bagian selatan merupakan dataran tinggi berupa pengunungan yang subur serta berhawa sejuk dengan ketinggian 16–925&nbsp;m di atas permukaan laut. Puncak tertingginya ialah [[Gunung Slamet]], yang berada di perbatasan dengan Kabupaten Tegal dan Kabupaten Purbalingga, dan merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah. Wilayah bagian selatan Pemalang biasa disebut [[Waliksarimadu]] yaitu singkatan Watukumpul, Belik, Pulosari, Moga, Warungpring dan Randudongkal. Wilayah tersebut juga sering disebut sebagai Pemalang Selatan.


Wilayah Kabupaten Pemalang dilintasi oleh tiga sungai besar, yaitu [[Sungai Comal]], Sungai Waluh, dan Sungai Rambut,<ref name="BPS Pemalang"/> yang menjadikannya sebagai daerah aliran sungai yang subur. Sungai Comal merupakan sungai terbesar, yang alirannya melalui tujuh wilayah kecamatan di kabupaten ini, dan bermuara ke Laut Jawa tepatnya di Ujung Pemalang.<ref name="BPS Pemalang">Kantor Statistik Kabupaten Pemalang (2008). ''[https://books.google.co.id/books?id=abLmAAAAMAAJ&q=sungai+comal&dq=sungai+comal&hl=id&sa=X&ei=p8HZVMKDGJO-uASv64AY&redir_esc=y Pemalang dalam Angka 2008]'', Pemerintah Kabupaten Daerah Tk. II Pemalang, BPS. Hlm. 246.</ref>
Wilayah Kabupaten Pemalang dilintasi oleh tiga sungai besar, yaitu [[Sungai Comal]], Sungai Waluh, dan Sungai Rambut,<ref name="BPS Pemalang" /> yang menjadikannya sebagai daerah aliran sungai yang subur. Sungai Comal merupakan sungai terbesar, yang alirannya melalui tujuh wilayah kecamatan di kabupaten ini, dan bermuara ke Laut Jawa tepatnya di Ujung Pemalang.<ref name="BPS Pemalang">Kantor Statistik Kabupaten Pemalang (2008). ''[https://books.google.co.id/books?id=abLmAAAAMAAJ&q=sungai+comal&dq=sungai+comal&hl=id&sa=X&ei=p8HZVMKDGJO-uASv64AY&redir_esc=y Pemalang dalam Angka 2008]'', Pemerintah Kabupaten Daerah Tk. II Pemalang, BPS. Hlm. 246.</ref>


Salah satu objek wisata terkenal di Kabupaten Pemalang adalah [[Pantai Widuri]].
Salah satu objek wisata terkenal di Kabupaten Pemalang adalah [[Pantai Widuri]].
Baris 239: Baris 233:


Kabupaten Pemalang kebanyakan merupakan suku Jawa. Di bagian barat dan selatan, penduduknya bertutur dalam bahasa Jawa [[dialek Tegal]], sedangkan di bagian timur seperti di Petarukan, Comal, Ulujami, Ampelgading dan Bodeh bertutur dalam bahasa Jawa [[dialek Pekalongan]].
Kabupaten Pemalang kebanyakan merupakan suku Jawa. Di bagian barat dan selatan, penduduknya bertutur dalam bahasa Jawa [[dialek Tegal]], sedangkan di bagian timur seperti di Petarukan, Comal, Ulujami, Ampelgading dan Bodeh bertutur dalam bahasa Jawa [[dialek Pekalongan]].

<!--
[[Berkas:Pembagian administratif kabupaten pemalang.png|250px|thumb|left|Pembagian administratif Kabupaten Pemalang]]
-->

== Industri Rumah Tangga ==
Perkalengan di dusun Pesayangan Wanarejan Selatan
* Sapu Glagah di [[Majalangu, Watukumpul, Pemalang|Majalangu]]
* [[Kerajinan kulit ular di Comal]]
* [[ATBM di Wanarejan]]
* [[Konveksi di Ulujami]]
* [[Bagregan asli Kubang]]
* Bordir di Bantar Bolang
* Ikan asin di Tanjung Sari

== Kuliner khas Pemalang ==
=== Masakan ===
Pemalang memiliki beberapa masakan khas, yaitu:
* [[Rajungan Asam Manis]]
* [[Kepiting Asam Manis]]
* [[Nasi grombyang]]
* [[Lontong dekem]]
* [[Sate loso]]
* [[Tauto]]
=== Jajanan ===
Pemalang memiliki beberapa jajanan khas, yaitu:
* [[Kamir]]
* [[Apem comal]], makanan kecil (kue) yang terbuat dari tepung beras dan gula merah. Makanan ini sudah cukup melegenda di perbatasan pemalang-pekalongan, makanan ini diproduksi di dukuh bantul desa kesesi pekalongan tetapi karena pemasarannya sejak dulu kala menyebar sampai ke kota comal maka banyak yang menyebut sebagai apem comal.

== Pariwisata ==
=== Wisata Alam ===
Tempat wisata alam di Kabupaten Pemalang adalah:
* [[Pantai Blendung]]''
* [[Water Park]] di [[Pantai Widuri]]
* [[Cempaka Wulung]] di dataran tinggi [[Moga]]
* [[Curug bengkawah]] dan Cilating di Belik
* Arung jeram di tegalarja warungpring
* Pemandian Moga
* Curug Sibedil di Dusun Karangbulu, Desa Sima, Kec. Moga.
* Telaga Silating di desa Sikasur, Kecamatan Belik
* Gunung Gajah di desa Gongseng Kecamatan Randudongkal<ref>{{Cite journal}}</ref>
* Goa Gunung Wangi di Bantarbolang
* Curug Dhuwur, Wanarata Bantarbolang
* Bukit Samoan
* Curug Sikidang
* Curug Sejajar
* Pantai Jokotingkir/nyamplung di Petarukan
* Bukit Mendelem
* Argo Wisata Kebun Teh Semugih

=== Wisata Belanja ===
Tempat wisata belanja di Kabupaten Pemalang adalah:
* [[Toserba Yogya Pemalang]]
* [[Basa Toserba]]
* [[Sirandu Mall]]
* [[Pemalang Permai Swalayan]]
* [[The Winner Mall]] (Matahari Departement Store dan Hypermart)

== Seni Budaya ==
Kesenian dan kebudayaan yang terkenal di Pemalang, yaitu:
* [[Baritan]]
* [[Kuntulan]]
* [[Sintren]]
* [[Tarling]]

== Tokoh terkenal ==
* Jenderal Polisi (Purn) Drs. [[Sutanto]], mantan [[Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia|Kapolri]] periode 8 Juli 2005 - 30 September 2008, kepala [[Badan Intelijen Negara]] 21 Oktober 2009 - 2011.
* [[Torro Margens]], aktor.
* [[Kristina]], penyanyi dangdut.
* [[Hendra Setiawan]], pebulu tangkis peraih emas di [[Olimpiade Beijing 2008]] bersama [[Markis Kido]].
* [[Muammar Z.A.]], [[Qari']] dan [[hafiz]] internasional.
* [[Dulmatin]], salah satu dalang [[Bom Bali]] tahun 2002, tewas dalam penggerebekan teroris di [[Pamulang]], [[Tangerang Selatan]].
* Rona Anggraeni, salah satu personil JKT48 generasi 2
* [[Udeh Nans]], stuntman
* [[Yan Kusyanto]], Program Keluarga harapan
* [[Sandy Permana]] pemain sepakbola
* [[Ika Dezta]] penyanyi dangdut dan mantan Juara 1 kontes dangdut D'Terong 2014.
* [[H.M. Machroes]] mantan Bupati Kabupaten Pemalang 2 periode
* [[Brigadir Jenderal TNI]] [[Nisan Setiadi, SE]]
Perwira Tinggi TNI AD


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 327: Baris 241:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* {{id}} [http://pemalang.t35.com Pemalang Membangun, karya pribumi Pemalang]
* {{id}} [http://pemalang.t35.com/ Pemalang Membangun, karya pribumi Pemalang]
* {{id}} [http://pemalang.biz Pemalang Blog]
* {{id}} [http://pemalang.biz/ Pemalang Blog]


{{Kabupaten Pemalang}}
{{Kabupaten Pemalang}}
{{Jateng}}
{{Jateng}}


[[Kategori:Kabupaten di Jawa Tengah|Pemalang]]
[[Category:Kabupaten di Jawa Tengah|Pemalang]]
[[Kategori:Kabupaten di Indonesia|Pemalang]]
[[Category:Kabupaten di Indonesia|Pemalang]]
[[Kategori:Kabupaten Pemalang| ]]
[[Category:Kabupaten Pemalang| ]]

Revisi per 28 April 2018 06.54

Kabupaten Pemalang
ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦼꦩꦭꦁ
Daerah tingkat II
Motto: 
Pemalang IKHLAS
(Indah, Komunikatif, Hijau, Lancar, Aman, Sehat)
Peta
Peta
Kabupaten Pemalang ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦼꦩꦭꦁ di Jawa
Kabupaten Pemalang ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦼꦩꦭꦁ
Kabupaten Pemalang
ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦼꦩꦭꦁ
Peta
Kabupaten Pemalang ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦼꦩꦭꦁ di Indonesia
Kabupaten Pemalang ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦼꦩꦭꦁ
Kabupaten Pemalang
ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦼꦩꦭꦁ
Kabupaten Pemalang
ꦑꦧꦸꦥꦠꦺꦤ꧀ꦦꦼꦩꦭꦁ (Indonesia)
Koordinat: 7°02′00″S 109°24′00″E / 7.0333°S 109.4°E / -7.0333; 109.4
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
Dasar hukumUU No. 13 Tahun 1950
Hari jadi24 Januari 1575
Ibu kotaKota Pemalang
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 14
  • Kelurahan: 222
Pemerintahan
 • BupatiH. Junaedi, S.H.,M.M.
Luas
 • Total996,09 km2 (38,459 sq mi)
Populasi
 ((2010))
 • Total1.261.049
 • Kepadatan1,325/km2 (3,430/sq mi)
Demografi
 • BahasaJawa, Indonesia
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3327
Kode area telepon0284
Kode Kemendagri33.27
DAURp. 931.426.998.000.-
Flora resmiSrigading
Fauna resmiBurung Kacer
Situs webwww.pemalangkab.go.id
Berkas:Pmlcitybranding.jpg
Logo Branding Kabupaten Pemalang

Pemalang (bahasa Jawa: ꦥꦼꦩꦭꦁ) adalah sebuah kabupaten di provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya adalah Kota Pemalang. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Pekalongan di timur, Kabupaten Purbalingga di selatan, serta Kabupaten Tegal di barat.

Sejarah

Masa prasejarah

Keberadaan manusia pada masa prasejarah di Pemalang dapat dibuktikan dengan berbagai temuan arkeologis. Di Kabupaten Pemalang bagian barat ditemukan situs-situs megalitik,[1] sedangkan sebuah nekara perunggu ditemukan di Desa Kabunan.[2] Bukti arkeologis adanya unsur kebudayaan Hindu-Buddha di Pemalang antara lain ditemukannya patung Ganesha, lingga, kuburan, ambang pintu, dan batu nisan di Desa Lawangrejo dan Desa Banyumudal.[3] Selain itu, ada pula bukti arkeologis unsur kebudayaan Islam berupa makam-makam para penyebar agama, antara lain Syeikh Maulana Maghribi di Kawedanan Comal, Rohidin, dan Sayyid Ngali Murtala yaitu salah seorang kerabat Sunan Ngampel.[4][5]

Pra Mataram

Eksistensi Pemalang telah disebutkan dalam Bujangga Manik, sebuah naskah kuno berbahasa Sunda yang diperkirakan ditulis pada akhir abad XV.[6] Pada abad XVI, catatan Rijkloff van Goens dan data buku W. Fruin Mees menyatakan bahwa pada tahun 1575 Pemalang merupakan salah satu dari 14 daerah merdeka di Pulau Jawa, yang dipimpin oleh seorang pangeran atau raja.[7] Dalam perkembangan kemudian, Panembahan Senopati dan Panembahan Seda Krapyak dari Mataram menaklukkan daerah-daerah tersebut, termasuk di dalamnya Pemalang. Sejak saat itu Pemalang menjadi daerah vasal Mataram yang diperintah oleh Pangeran atau Raja Vasal.

Pemalang dan Kendal pada masa sebelum abad XVII merupakan daerah yang lebih penting dibandingkan dengan Tegal, Pekalongan dan Semarang. Karena itu jalan raya yang menghubungkan daerah pantai utara dengan daerah pedalaman Jawa Tengah (Mataram) yang melintasi Pemalang dan Wiradesa dianggap sebagai jalan paling tua yang menghubungkan dua kawasan tersebut.

Populasi penduduk sebagai pemukiman di pedesaan yang telah teratur muncul pada periode abad awal Masehi hingga abad XIV dan XV, dan kemudian berkembang pesat pada abad XVI, yaitu pada masa meningkatnya perkembangan Islam di Jawa di bawah Kerajaan Demak, Cirebon dan kemudian Mataram. Pada masa itu daerah pantai sekitar Pemalang dan Comal telah menjadi tempat persinggahan dalam perjalanan antara Demak dan Cirebon.[8] Terdapat babad yang menceritakan bahwa Pangeran Benawa, Sultan Pajang yang ketiga (1586–1587), setelah tersingkir dari tahtanya lalu pergi membuka daerah pemukiman baru di sekitar wilayah Pemalang, dan menetap di sana hingga wafatnya.[9] Berdasarkan kepercayaan penduduk setempat, Pangeran Benawa dimakamkan di pemakaman kuno di Desa Penggarit, Kecamatan Taman, Pemalang.[9]

Kadipaten bawahan Mataram

Sejak sekitar 1622–1623, wilayah Pemalang sudah menjadi apanase (daerah kekuasaan) Pangeran Purbaya dari Mataram, yang mana seorang Kyai Lurah mewakilinya sebagai pelaksana pemerintahan setempat (stads houder).[10][11]

Seorang tokoh bernama Raden Maoneng diyakini masyarakat Pemalang sebagai salah seorang leluhur mereka.[12] Makamnya di Dukuh Maoneng, Desa Bojongbata, di pinggir Kecamatan Pemalang sebelah selatan banyak dikunjungi peziarah.[12] Beberapa sumber menyebutkan adanya tokoh bernama Tumenggung Mangun-Oneng, yaitu seorang panglima perang Sultan Agung yang memimpin pasukan Mataram dalam penaklukkan Surabaya pada tahun 1625.[13][14]

Pada masa Sunan Amangkurat I memerintah Mataram (1645–1677), Pemalang sudah berkembang menjadi salah satu dari kota-kota niaga maritim di pesisir utara Jawa, yang diatur dan diawasi dengan ketat oleh Mataram.[7] Catatan Belanda menyebutkan bahwa Mataram mengangkat para adipati (stedehouders) dan syahbandar (sabandars of te tolmeesters) di kota-kota tersebut, serta memiliki dua pejabat tinggi (commissarissens) pengawas pesisir khusus untuk memastikan monopoli Mataram atas kegiatan perdagangan mereka.[7]

Pada sekitar tahun 1652, Sunan Amangkurat II mengangkat Ingabehi Subajaya menjadi Bupati Pemalang setelah Amangkurat II memantapkan tahta pemerintahan di Mataram setelah pemberontakan Trunajaya dapat dipadamkan dengan bantuan VOC pada tahun 1678.

Masa Perang Diponegoro

Menurut catatan Belanda pada tahun 1820 Pemalang kemudian diperintah oleh Bupati yang bernama Mas Tumenggung Suralaya. Pada masa ini Pemalang telah berhubungan erat dengan tokoh Kanjeng Swargi atau Kanjeng Pontang. Seorang Bupati yang terlibat dalam perang Diponegoro. Kanjeng Swargi ini juga dikenal sebagai Gusti Sepuh, dan ketika perang berlangsung dia berhasil melarikan diri dari kejaran Belanda ke daerah Sigeseng atau Kendaldoyong. Makam dari Gusti Sepuh ini dapat diidentifikasikan sebagai makam kanjeng Swargi atau Reksodiningrat. Dalam masa-masa pemerintahan antara tahun 1823–1825 yaitu pada masa Bupati Reksadiningrat. Catatan Belanda menyebutkan bahwa yang gigih membantu pihak Belanda dalam perang Diponegoro di wilayah Pantai Utara Jawa hanyalah Bupati-bupati Tegal, Kendal dan Batang tanpa menyebut Bupati Pemalang.

Sementara itu pada bagian lain dari Buku P.J.F. Louw yang berjudul De Java Oorlog van 1825–1830 dilaporkan bahwa Residen Van den Poet mengorganisasi beberapa barisan yang baik dari Tegal, Pemalang dan Brebes untuk mempertahankan diri dari pasukan Diponegoro pada bulan September 1825 sampai akhir Januari 1826. Keterlibatan Pemalang dalam membantu Belanda ini dapat dikaitkan dengan adanya keterangan Belanda yang menyatakan Adipati Reksodiningrat hanya dicatat secara resmi sebagai Bupati Pemalang sampai tahun 1825. Dan besar kemungkinan peristiwa pengerahan orang Pemalang itu terjadi setelah Adipati Reksodiningrat bergabung dengan pasukan Diponegoro yang berakibat Belanda menghentikan Bupati Reksodiningrat.

Pada tahun 1832 Bupati Pemalang yang Mbahurekso adalah Raden Tumenggung Sumo Negoro. Pada waktu itu kemakmuran melimpah ruah akibat berhasilnya pertanian di daerah Pemalang. Seperti diketahui Pemalang merupakan penghasil padi, kopi, tembakau dan kacang. Dalam laporan yang terbit pada awal abad XX disebutkan bahwa Pemalang merupakan afdeling dan Kabupaten dari karisidenan Pekalongan. Afdeling Pemalang dibagi dua yaitu Pemalang dan Randudongkal. Dan Kabupaten Pemalang terbagi dalam 5 distrik. Jadi dengan demikian Pemalang merupakan nama kabupaten, distrik dan Onder Distrik dari Karisidenan Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah.

Pusat Kabupaten Pemalang yang pertama terdapat di Desa Oneng. Walaupun tidak ada sisa peninggalan dari Kabupaten ini namun masih ditemukan petunjuk lain. Petunjuk itu berupa sebuah dukuh yang bernama Oneng yang masih bisa ditemukan sekarang ini di Desa Bojongbata. Sedangkan Pusat Kabupaten Pemalang yang kedua dipastikan berada di Ketandan. Sisa-sisa bangunannya masih bisa dilihat sampai sekarang yaitu disekitar Klinik Ketandan (Dinas Kesehatan). Pusat Kabupaten yang ketiga adalah kabupaten yang sekarang ini (Kabupaten Pemalang dekat Alun-alun Kota Pemalang). Kabupaten yang sekarang ini juga merupakan sisa dari bangunan yang didirikan oleh Kolonial Belanda. Yang selanjutnya mengalami beberapa kali rehab dan renovasi bangunan hingga kebentuk bangunan joglo sebagai ciri khas bangunan di Jawa Tengah.

Masa kolonial Belanda dan seterusnya

Pada tahun 1918, di Pemalang berdiri organisasi pergerakan wanita Wanito Susilo, yang bergerak di bidang sosial dan pendidikan.[15]

Kabupaten Pemalang mantap sebagai suatu kesatuan administratif pasca pemerintahan Kolonial Belanda. Sejak tahun 1948, Pusat Pemerintahan Kabupaten Daerah Tingkat II Pemalang berkedudukan di Pemalang.[16]

Hari jadi dan sesanti

Sebagai suatu penghomatan atas sejarah terbentuknya Kabupten Pemalang maka pemerintah daerah telah bersepakat untuk memberi atribut berupa Hari Jadi Pemalang. Hal ini selalu untuk memperingati sejarah lahirnya Kabupaten Pemalang juga untuk memberikan nilai-nilai yang bernuansa patriotisme dan nilai-nilai heroisme sebagai cermin dari rakyat Kabupaten Pemalang.

Salah satu alternatif penetapan hari jadi Kabupaten Pemalang ialah pada saat diumumkannya pernyataan Pangeran Diponegoro untuk mengadakan perang terhadap Pemerintahan Kolonial Belanda, yaitu tanggal 20 Juli 1823. Namun, berdasarkan diskusi para pakar yang dibentuk oleh Tim Kabupaten Pemalang, hari jadi Pemalang adalah tanggal 24 Januari 1575, atau bertepatan dengan Hari Kamis Kliwon tanggal 1 Syawal 1496 Je 982 Hijriah. Keputusan tersebut selanjutnya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Kabupaten Pemalang Nomor 9 Tahun 1996 tentang Hari Jadi Kabupaten Pemalang. Tahun 1575 diwujudkan dengan bentuk Surya Sengkala Lunguding Sabda Wangsiting Gusti yang mempunyai arti harfiah : kearifan, ucapan/sabdo, ajaran, pesan-pesan, Tuhan, dengan mempunyai nilai 5751. Sedangkan tahun 1496 Je diwujudkan dengan Candra Sengkala Tawakal Ambuko Wahananing Manunggal yang mempunyai arti harfiah berserah diri, membuka, sarana/wadah/alat untuk, persatuan/menjadi satu dengan mempunyai nilai 6941.

Adapun Sesanti Kabupaten Pemalang adalah Pancasila Kaloka Panduning Nagari, dengan arti harfiah lima dasar, termashur/terkenal, pedoman/bimbingan, negara/daerah dengan mempunyai nilai 5751

Geografi

Kabupaten Pemalang terletak di pantai utara Pulau Jawa. Secara astronomis, kabupaten ini terletak antara 109°17'30" – 109°40'30" BT dan 6°52'30" – 7°20'11" LS. Luas wilayah kabupaten ini ialah sebesar 111.530 km², dengan batas-batas wilayah:

Ibukota kabupaten ini adalah Kota Pemalang, yang terletak di ujung barat laut wilayah kabupaten dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tegal. Kabupaten ini berjarak kira-kira 135 km ke arah barat dari Semarang, ibukota Provinsi Jawa Tengah, atau jika ditempuh dengan kendaraan darat memakan waktu lebih kurang 3-4 jam. Kabupaten Pemalang berada di jalur pantura Jakarta-Semarang-Surabaya. Selain itu terdapat pula jalan provinsi yang menghubungkan kabupaten ini dengan Kabupaten Purbalingga.

Kabupaten Pemalang memiliki topografi bervariasi. Bagian utara merupakan dataran rendah, berupa daerah pantai dengan ketinggian berkisar antara 1-5 meter di atas permukaan laut. Bagian tengah merupakan dataran rendah yang subur dengan ketinggian 6–15 m di atas permukaan laut; sedangkan bagian selatan merupakan dataran tinggi berupa pengunungan yang subur serta berhawa sejuk dengan ketinggian 16–925 m di atas permukaan laut. Puncak tertingginya ialah Gunung Slamet, yang berada di perbatasan dengan Kabupaten Tegal dan Kabupaten Purbalingga, dan merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah. Wilayah bagian selatan Pemalang biasa disebut Waliksarimadu yaitu singkatan Watukumpul, Belik, Pulosari, Moga, Warungpring dan Randudongkal. Wilayah tersebut juga sering disebut sebagai Pemalang Selatan.

Wilayah Kabupaten Pemalang dilintasi oleh tiga sungai besar, yaitu Sungai Comal, Sungai Waluh, dan Sungai Rambut,[17] yang menjadikannya sebagai daerah aliran sungai yang subur. Sungai Comal merupakan sungai terbesar, yang alirannya melalui tujuh wilayah kecamatan di kabupaten ini, dan bermuara ke Laut Jawa tepatnya di Ujung Pemalang.[17]

Salah satu objek wisata terkenal di Kabupaten Pemalang adalah Pantai Widuri.

Pembagian administratif

Kabupaten Pemalang terdiri atas 14 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dankelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kota Pemalang.

Di samping Pemalang, kota-kota kecamatan lainnya yang cukup signifikan adalah Comal, Petarukan, Ulujami, Randudongkal dan Moga.

Kecamatan di Kabupaten Pemalang yaitu:

  1. Bodeh
  2. Ulujami
  3. Comal
  4. Ampelgading
  5. Petarukan
  6. Taman
  7. Pemalang
  8. Bantarbolang
  9. Randudongkal
  10. Warungpring
  11. Moga
  12. Pulosari
  13. Watukumpul
  14. Belik

Kabupaten Pemalang kebanyakan merupakan suku Jawa. Di bagian barat dan selatan, penduduknya bertutur dalam bahasa Jawa dialek Tegal, sedangkan di bagian timur seperti di Petarukan, Comal, Ulujami, Ampelgading dan Bodeh bertutur dalam bahasa Jawa dialek Pekalongan.

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia (2008). Kumpulan makalah Pertemuan Ilmuah Arkeologi ke-IX, Kediri, 23-28 Juli 2002. Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia. hlm. 765. 
  2. ^ Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (2008). Sejarah Nasional Indonesia: Zaman Prasejarah di Indonesia. I. PT Balai Pustaka. hlm. 335. ISBN 978-979-407-407-7, 9794074071. Diakses tanggal 15 Januari 2015. 
  3. ^ Degroot, Véronique (2009). Candi, Space and Landscape: A Study on the Distribution, Orientation and Spatial Organization of Central Javanese Temple Remains. Sidestone Press. hlm. 415. ISBN 978-90-8890-039-6, 9088900396. Diakses tanggal 15 Januari 2015. 
  4. ^ Stokhof, W.A.L.; Kaptein, N.J.G. (1990). Makalah-makalah yang disampaikan dalam rangka kunjungan Menteri Agama R.I.H. Munawir Sjadzali, M.A. ke Negeri Belanda, 31 Oktober-7 November 1988: Kumpulan Karangan. 6. Indonesian-Netherlands Cooperation in Islamic Studies. hlm. 127, 160. ISBN 978-979-8116-06-3, 9798116062. 
  5. ^ de Graaf, Hermanus Johannes; Pigeaud, Theodore Gauthier Th. (1985). Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama Di Jawa: Kajian Sejarah Politik Abad Ke-15 Dan Ke-16. Grafitipers. hlm. 20. 
  6. ^ Lombard, hlm. 147
  7. ^ a b c Lombard, Denys (2005). Nusa Jawa: Silang Budaya – Jaringan Asia. 2. PT Gramedia Pustaka Utama. hlm. 110. ISBN 978-979-605-451-0, 9796054515. Diakses tanggal 14 Januari 2015. 
  8. ^ Kanō, Hiroyoshi; Hüsken, Djoko; Suryo (1996). Di bawah asap pabrik gula: Masyarakat desa di pesisir Jawa sepanjang abad ke-20. Akatiga & Gadjah Mada University Press. hlm. 293. ISBN 978979420377, 9794203777. 
  9. ^ a b K.S., Yudiono (2005). Cerita Rakyat Dari Pemalang (Jawa Tengah). Grasindo. ISBN 9797590976.  Hlm. 9. Diaksés 2 Juni 2012.
  10. ^ Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah (1976). Sejarah Daerah Istimewa Yogyakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Pusat Penelitian Sejarah dan Budaya, Proyek Penelitian dan Pencatatan Kebudayaan Daerah. hlm. 93. Diakses tanggal 14 Januari 2015. 
  11. ^ Poesponegoro, Marwati Djoened; Notosusanto, Nugroho (2008). Sejarah Nasional Indonesia: Kemunculan Penjajahan di Indonesia. IV. PT Balai Pustaka. hlm. 66. ISBN 978-979-407-410-7, 9794074101. Diakses tanggal 14 Januari 2015. 
  12. ^ a b Bachri, Saiful (10 Maret 2005). "Di Desa Bojongbata, Jalan Mulus Lampu Kencar-kencar". Suara Merdeka. Diakses tanggal 15 Januari 2015.  Copyright© 1996–2004 Suara Merdeka.
  13. ^ de Graaf, Hermanus Johannes (1986). Puncak Kekuasaan Mataram: Politik Ekspansi Sultan Agung. 4. Grafitipers. Diakses tanggal 15 Januari 2015. 
  14. ^ Olthof, H.R.; Sumarsono (2007). Babad Tanah Jawi Mulai dari Nabi Adam sampai Tahun 1647. Narasi. ISBN 978-979-16804-7-9, 9791680477. Diakses tanggal 15 Januari 2015. 
  15. ^ Warsid, Edi. Meneladani Kepahlawanan Kaum Wanita. Yudhistira Ghalia Indonesia. hlm. 51. ISBN 978-979-019-123-5, 9790191235. 
  16. ^ Rencana induk Kota Pemalang tahun 1983–2003. 3. Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Pemalang. 1983. 
  17. ^ a b Kantor Statistik Kabupaten Pemalang (2008). Pemalang dalam Angka 2008, Pemerintah Kabupaten Daerah Tk. II Pemalang, BPS. Hlm. 246.

Pranala luar