Pandemi Covid-19 di Thailand

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pandemi koronavirus di Thailand 2020-2021
Wilayah provinsi-provinsi Thailand yang terkonfirmasi maupun terduga kasus Covid-19 per 8 Maret 2020:
  Terkonfirmasi
  Diduga
PenyakitCOVID-19
Galur virusSARS-CoV-2
LokasiThailand
Kasus pertamaBangkok
Tanggal kemunculan13 January 2020
(4 tahun, 1 bulan, 1 minggu dan 5 hari)
AsalWuhan, Hubei, Tiongkok
Kasus terkonfirmasi75
Kasus sembuh35
Kematian
1
Situs web resmi
ddc.moph.go.th/viralpneumonia/eng

Pandemi koronavirus 2019-2021 di Thailand pertama kali dikonfirmasi pada tanggal 13 Januari 2020, menjadikannya sebagai negara pertama di luar Tiongkok yang mengonfirmasi kasus tersebut. Pada 12 Maret 2020, Menteri Kesehatan Thailand mengumumkan bahwa negaranya kini memasuki Tahap 3 pandemi koronavirus, per tanggal tersebut, tercatat ada 70 kasus positif Covid-19.[1]

Pandemi koronavirus adalah pandemi yang disebabkan koronavirus (COVID-19) dan menyerang sistem pernafasan. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kemudian mengumumkan pandemi koronavirus sebagai pandemi dunia pada tanggal 11 Maret 2020.[2]

Kronologi[sunting | sunting sumber]

Januari[sunting | sunting sumber]

  • 13 Januari, Kementerian Kesehatan mengonfirmasi kasus pertama infeksi COVID-19 di Thailand. Pasien merupakan wisatawan wanita asal Wuhan, Tiongkok berusia 61 tahun, ia dikonfirmasi belum pernah mengunjungi Pasar Boga Bahari Huanan yang merupakan titik awal penyebaran kasus ini maupun pasar lain sebelumnya. Ia mengunjungi Thailand bersama keluarganya dan telah merasakan gejala nyeri tenggorokan, demam, dan sakit kepala sejak sebelum keberangkatannya ke Thailand pada 8 Januari, ia kemudian dirawat dan 4 hari kemudian mendapati diagnosa COVID-19.[3]
  • 17 Januari, kasus kedua dikonfirmasi. Pasien merupakan wisatawan wanita asal Wuhan berusia 74 tahun.[4]
  • 21 Januari, kasus ketiga dikonfirmasi. Pasien merupakan wisatawan laki-laki asal Wuhan berusia 18 tahun, ia tiba di Chiang Mai dengan gejala demam tinggi, pada 31 Januari kondisinya membaik dan dinyatakan sembuh.[5][6]
  • 22 Januari, kasus keempat dikonfirmasi. Pasien adalah seorang perempuan warga negara Thailand berusia 73 tahun yang baru pulang dari Wuhan, ia sekaligus menjadi kasus infeksi COVID-19 pertama yang terjadi pada warga negara Thailand.[7][8]
  • 24 Januari, kasus kelima dikonfirmasi. Pasien adalah seorang perempuan warga negara Tiongkok berusia 33 tahun yang datang dengan putrinya yang berusia 7 tahun yang tidak terinfeksi.[9]
  • 26 Januari, ditemukan 8 kasus baru. 7 pasien merupakan warga negara Tiongkok dan satu orang warga negara Thailand dari Nakhon Pathom. Pada hari yang sama, 5 pasien pertama dinyatakan sembuh.[10]
  • 28 Januari, ditemukan 6 kasus baru. Semuanya merupakan warga negara Tiongkok, lima orang masih dalam satu keluarga yang berasal dari Wuhan dan satu orang lainnya berasal dari Chongqing, maraknya kasus COVID-19 yang dibawa pengunjung dari Tiongkok membuat pemerintah kemudian memberlakukan scanning pada semua wisatawan dari Tiongkok.[11]
  • 31 Januari, ditemukan 5 kasus baru. Salah satu pasien adalah seorang sopir taxi yang tidak pernah memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri sebelumnya, ia diindikasikan tertular oleh salah satu penumpang wisatawan asal Tiongkok, ia sekaligus kasus penularan manusia-ke-manusia pertama yang terjadi di Thailand.[12]

Februari[sunting | sunting sumber]

  • 2 Februari, seorang dokter dari Rajavithu Hospital memberi pengumuman mengejutkan bahwa ia berhasil mendorong kesembuhan pasien COVID-19 dengan mengombinasikan obat-obatan untuk flu (oseltamivir) dan obat HIV (lopinavir/ritonavir) dengan hasil yang dapat dilihat dalam 48 jam setelah pengobatan. Pernyataan ini kemudian banyak mengundang kontroversi dan belum ada konfirmasi penelitian ilmiah terhadap metode tersebut, dan cara tersebut juga tak bisa diterapkan dalam semua kasus infeksi COVID-19 yang terjadi.[13]
  • 4 Februari, 6 kasus baru dikonfirmasi termasuk sepasang warga negara Thailand yang baru pulang dari Jepang, tidak jelas apakah mereka tertular dalam perjalanannya di Jepang atau setelah pulang ke Thailand, dua kasus lainnya diderita oleh dua orang sopir taksi yang pernah menjemput rombongan wisatawan Tiongkok.[14] Pada hari yang sama pemerintah Thailand meminta maskapai penerbangan Thai AirAsia untuk menjemput 138 warga negaranya yang terjebak di kota Wuhan saat kuncitara kota tersebut diumumkan. Dalam proses evakuasi tersebut, 6 orang kemudian dirawat karena memiliki gejala demam tinggi, dan penumpang lainnya dikarantina di Sattahip Naval Base selama dua minggu. 3 orang tak dapat dievakuasi, yakni dua orang pelajar yang sedang dalam demam tinggi dan satu orang yang memutuskan tinggal lebih lama.
  • 8 Februari, 6 kasus baru dikonfirmasi termasuk 2 orang wisatawan asal Tiongkok, 1 orang yang ikut dalam proses evakuasi 4 hari sebelumnya, dan 2 orang lainnya adalah warga negara Thailand yang bekerja dalam industri pariwisata.[15]
  • 11 Februrai, 1 kasus baru dikonfirmasi dengan total 33 kasus aktif.
  • 15 Februari, 2 kasus baru dikonfirmasi dengan total 35 kasus aktif. Salah satu pasien adalah seorang wanita petugas kesehatan berusia 35 tahun sekaligus menjadi kasus pertama pada petugas kesehatan.[16]
  • 24 Februari, 2 kasus baru dikonfirmasi dengan total 37 kasus aktif.
  • 26 Februari, 3 kasus baru dikonfirmasi dengan total 40 kasus aktif, dua diantaranya adalah sepasang kakek dan nenek warga negara Thailand yang baru kembali dari Hokkaido, Jepang. Mereka diketahui telah menulari cucunya yang berusia 8 tahun sebelum akhirnya dirawat di rumah sakit, 101 orang yang pernah memiliki kontak langsung dengan mereka termasuk keluarga, rekan-rekan perjalanan, penumpang pesawat yang sama, petugas kesehatan, hingga teman-teman cucu mereka langsung menjalani tes.[17] Mereka dikritik karena tidak mau mengungkap riwayat perjalanan kepada dokter meski dia berpotensi menjadi penyebar super.[18]
  • 29 Februari, 2 kasus baru dikonfirmasi dengan total 42 kasus aktif.[19]

Maret[sunting | sunting sumber]

  • 1 Maret, Kementerian Kesehatan Thailand mengumumkan kasus kematian akibat infeksi COVID-19 pertamanya, ia merupakan warga negara Thailand berusia 35 tahun yang dirawat di sebuah rumah sakit swasta karena gejala demam tinggi pada akhir Januari, ia kemudian dipindah ke Bamrasnaradura Insitute setelah didiagnosa terinfeksi COVID-19 dan sempat membaik pada 16 Februari, namun kerusakan paru-paru yang telah dideritanya tak dapat sepenuhnya disembuhkan, ia meninggal setelah mengalami beberapa kegagalan organ pada 29 Februari.
  • 22 Maret, 188 kasus baru dikonfirmasi, angka ini adalah konfirmasi harian yang tertinggi sejak kasus pertama ditemukan.
  • 26 Maret, 111 kasus baru dikonfirmasi sekaligus untuk pertama kali jumlah kasus melampaui 1.000 dengan total 1.045 kasus aktif

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Limited, Bangkok Post Public Company (14 Maret 2020). "No 'Stage 3' despite spike in virus cases". Bangkok Post (dalam bahasa Inggris). 
  2. ^ "WHO Director-General's opening remarks at the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020". WHO (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-14. 
  3. ^ "Report: Thailand's coronavirus patient didn't visit outbreak market". CIDRAP (dalam bahasa Inggris). January 14, 2020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Maret 2020. 
  4. ^ Wee, Sui-Lee (2020-01-15). "Japan and Thailand Confirm New Cases of Chinese Coronavirus". The New York Times (dalam bahasa Inggris). ISSN 0362-4331. Diakses tanggal 2020-03-26. 
  5. ^ CityNews (22 Januari 2020). "New patient suspected of new corona virus found in Chiang Mai". Chiang Mai Citylife (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-03-26. 
  6. ^ "รพ.มหาราชนครเชียงใหม่ ยืนยันชาวจีนป่วยไวรัสโคโรนาอาการดีขึ้น". ThaiPBS (dalam bahasa Thai). 2020-01-31. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Maret 2020. 
  7. ^ Limited, Bangkok Post Public Company. "First Thai infected with coronavirus". Bangkok Post. Diakses tanggal 2020-03-26. 
  8. ^ Limited, Bangkok Post Public Company. "Govt confirms Thai coronavirus case". Bangkok Post. Diakses tanggal 2020-03-26. 
  9. ^ "สธ.ยืนยัน สาวจีนป่วย ไวรัสโคโรนาสายพันธุ์ใหม่ รายที่ 5 แล้วในไทย" [Ministry of Health confirms Chinese woman is infected with novel coronavirus, fifth case so far in Thailand]. Khaosod (dalam bahasa Thai). 2020-01-24. Diakses tanggal January 25, 2020. 
  10. ^ "สธ.ยืนยันพบผู้ป่วย "ไวรัสโคโรนา" 8 ราย" [Ministry of Health confirms eight cases of coronavirus patients]. PPTV HD 36 (dalam bahasa Thai). 26 Januari 2020. Diakses tanggal 27 Januari 2020. 
  11. ^ "Thailand confirms 6 more Wuhan virus infections, bringing total to 14 - CNA". CNA. 2020-01-28. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-26. 
  12. ^ "สธ.แถลง พบคนขับแท็กซี่ ติดไวรัสโคโรน่า เป็นคนไทยรายแรก ไม่มีประวัติไปจีน" [Ministry of Health announces taxi driver infected with coronavirus, first Thai with no records of travelling to China]. Thairath (dalam bahasa Thai). 2020-01-31. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-26. 
  13. ^ "Cocktail of flu, HIV drugs appears to help fight coronavirus: Thai doctors". Reuters (dalam bahasa Inggris). 2020-02-03. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-26. 
  14. ^ Thepgumpanat, Panarat; Tanakasempipat, Patpicha (2020-02-04). "Thailand evacuates 138 from virus-hit Wuhan". Reuters (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-03-26. 
  15. ^ Reuters. "Seven new virus cases found". Bangkok Post. Diakses tanggal 2020-03-26. 
  16. ^ Reuters. "First case of medical worker found". Bangkok Post. Diakses tanggal 2020-03-26. 
  17. ^ Turakij, Krungtep (27 Februari 2020). "ผลตรวจ 101 คน สัมผัส 'ปู่ย่าหลาน' ป่วย 'โควิด-19' ออกแล้ว!" [Lab results of 101 individuals who came into contact with 'grandparents-grandson' infected with 'COVID-19' are out!]. Bangkok Biz News (dalam bahasa Thai). Diakses tanggal 2020-03-26. 
  18. ^ Agencies and Online Reporters (February 26, 2020). "Thailand has 3 new coronavirus cases, urges travel disclosure". Bangkok Post. Diakses tanggal 2020-03-26. 
  19. ^ "New coronavirus infection in Thailand takes tally to 42". Reuters (dalam bahasa Inggris). 2020-02-29. Diakses tanggal 2020-03-26.