Lompat ke isi

Surat Paulus kepada Jemaat di Roma

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Rasul Paulus ditangkap di Roma

Surat Paulus Kepada Jemaat di Roma adalah salah satu surat yang terdapat di Alkitab Perjanjian Baru yang sangat diyakini sebagai tulisan asli Paulus.[1][2] Dalam surat ini terkesan bahwa tugas Paulus di kawasan Timur kekaisaran Romawi, antara lain untuk mengumpulkan dana bagi jemaat di Yerusalem, telah selesai.[3] Tampaknya surat ini merupakan surat terakhir Paulus yang ditulisnya di daerah Yunani.[2] Ada anggapan bahwa surat ini adalah sebuah ringkasan komprehensif dari seluruh teologi Paulus.[4] Hal ini disebabkan keadaan jiwa Paulus yang lebih reflektif ketika menulis surat ini daripada surat Galatia atau surat Korintus.[4] Surat Paulus kepada jemaat di Roma ini ditulis untuk mempersiapkan mereka terhadap kunjungan Paulus kepada mereka, dan selain itu, Paulus juga sedang memperhalus beberapa aspek pemikirannya yang ternyata disalahtafsirkan, sehingga hal ini menjadi prioritas Paulus saat itu.[4]

Ayat-ayat terkenal

[sunting | sunting sumber]
  • Roma 3:23–24: Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
  • Roma 6:23: Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.
  • Roma 8:28: Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Penulis surat ini adalah rasul Paulus, yang memperkenalkan dirinya di awal surat (Roma 1:1) dengan namanya ("Paulus"), identitasnya ("hamba") Yesus Kristus), tugas panggilannya ("rasul" atau apostolos) dan tujuan pekerjaannya ("dikuduskan untuk memberitakan Injil Allah").[5] Surat ini sendiri tidak ditulis tangan oleh Paulus, melainkan menggunakan jasa seorang sekretaris bernama Tertius, yang menyatakan dirinya pada ayat Roma 16:22. Paulus bukanlah pendiri jemaat di Roma, sehingga ia tidak mengetahui langsung keadaan jemaat ini, tetapi ia mendapat informasi dari orang-orang Kristen yang datang dari Roma ke Korintus, tempat ia membuat surat ini.[2] Sudah sejak lama Paulus ingin mengunjungi orang-orang Kristen di Roma, dan sangat ingin menyampaikan Injil di sana, tetapi keinginannya tersebut selalu terhalang, padahal sewaktu di Efesus, Paulus merencanakan untuk pergi melalui Akhaya dan Makedonia.[6] Keinginan Paulus bertambah besar ketika ia mengalami kesulitan di Yerusalem dan ia merasa kehidupannya seolah-olah akan segera berakhir, saat itu ia mendapatkan penglihatan bahwa Tuhan berdiri di sampingnya dan menguatkannya untuk dapat terus menguatkan hati sehingga Paulus dapat bersaksi juga di Roma.[6]

Sebutan Paulus untuk dirinya sendiri, yaitu sebagai hamba atau budak sahaya (doulos) Yesus Kristus dan juga sebagai "rasul" (apostolos) sama seperti di surat-suratnya yang lain.[7] Paulus merasa dirinya menjadi seorang hamba bukan karena keinginan dirinya sendiri tetapi karena kuasa Kristus Yesus.[2]

Tujuan surat

[sunting | sunting sumber]

Surat Paulus ini sudah pasti ditujukan kepada jemaat di Roma.[6] Jemaat Roma pada saat itu sedang mendapat banyak tekanan baik dari orang Yahudi maupun orang-orang Roma sendiri dan selain itu di dalam tubuh jemaat Roma sendiri sedang terjadi konflik.[2] Oleh karena itu Paulus mengirimkan surat ini untuk menasihati jemaat di Roma, bagaimana seharusnya bersikap terhadap keadaan mereka dan bagaimana sikap mereka kepada pemerintah.[2] Paulus menulis surat ini untuk menjelaskan pengertiannya tentang agama Kristen dan tuntutan-tuntutannya yang praktis untuk kehidupan orang-orang Kristen.[8] Sepanjang surat ini, Paulus menekankan bahwa hukum Taurat tidak lagi mengikat sebagai hukum, karena Taurat tersebut tidak lagi berlaku, kecuali sebagai sejarah kudus yang menceritakan bagaimana umat bisa sampai pada keadaan sekarang ini.[8] End menuliskan bahwa data mengenai makna penulisan Surat Roma yang dapat ditemukan dalam surat itu sendiri dapat diringkaskan sebagai berikut:[9]

(a) berkenalan dengan jemaat, yang tidak didirikan Paulus (1:11 dyb.).

(b) meminta dukungan keuangan dan penyediaan sarana untuk perjalanan ke Spanyol yang sedang direncanakan Paulus (15:24).

(c) meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan konfrontasi dengan orang Yahudi di Yerusalem (15:30-31).

(d) meminta doa syafaat jemaat Roma berhubung dengan ketidakpastian paulus mengenai sikap jemaat Kristen di Yerusalem terhadap sumbangan jemaat-jemaat di Makedonia dan Akhaya yang dibawa Paulus ke Yerusalem (15:30-31).

(e) Agaknya juga meredakan perselisihan yang sedang berlangsung dalam jemaat Roma (14:1-15:13).

Tempat Penulisan

[sunting | sunting sumber]

Informasi dari Surat 1 Korintus, Surat 2 Korintus, Surat Roma ini dan Kisah Para Rasul menunjukkan bahwa surat ini ditulis di Korintus sekitar waktu Paulus mengumpulkan uang untuk membantu jemaat di Yerusalem yang saat itu sangat miskin dan membutuhkan dana dari berbagai jemaat di sekitar Laut Tengah.[10] Ketika surat ini dibuat, Paulus sudah selesai mengumpulkan[11] dan sedang bersiap-siap untuk membawakan dana kepada jemaat di Yerusalem.[6] Diperkirakan bahwa Paulus menulis surat ini ketika tinggal di rumah Gayus di Korintus.[2] Tampaknya Paulus berniat naik kapal langsung dari Korintus ke Yudea. Pada waktu itu juga, Febe, seorang diaken perempuan yang melayani di Kengkrea,[12] akan berangkat dari Korintus ke Roma dan ialah pembawa surat Roma ini, sehingga Paulus meminta jemaat di sana menyambutnya dengan baik.[13]

Waktu penulisan

[sunting | sunting sumber]

Semua pelayaran di Laut Tengah praktis dihentikan setelah tanggal 11 November, karena cuaca buruk selama musim dingin, dan baru dimulai lagi tanggal 10 Maret setiap tahunnya, sehingga surat Roma rupanya ditulis sebelumnya, yaitu pada musim gugur tahun 57 M.[5] Robinson meyakini penulisannya pada musim semi (antara bulan Maret - Juni) tahun 57 M.[14] Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53-54,[15] atau tahun 53-56.[16]


Rencana Paulus sendiri berubah karena ancaman orang Yahudi, sehingga Paulus tidak jadi naik kapal dari Korintus, melainkan berjalan kaki ke Makedonia[17] dan berlayar ke Yerusalem dari Filipi pada musim semi tahun berikutnya (58 M).[18]. Paulus baru sampai di Roma setelah ditangkap dan diadili di Yudea.[19]

Struktur Surat Roma merupakan surat yang menyangkut banyak aspek dan hasil dari penyusunan yang sangat teliti.[6] Untuk memahaminya, surat ini dapat dibagi menjadi empat bagian:[6]

  • Pasal 1-8, mengenai masalah kebenaran
  • Pasal 9-11, berbicara mengenai masalah bangsa Yahudi
  • Pasal 12-15, mengenai masalah-masalah kehidupan yang praktis
  • Pasal 16, surat pengantar untuk Febe dan daftar nama orang-orang yang dikirimi salam oleh Paulus

Muatan teologis

[sunting | sunting sumber]

Injil sebagai kekuatan Allah yang menyelamatkan

[sunting | sunting sumber]

Dalam surat Roma ini, Paulus memberikan penjelasan mengenai Injil secara menyeluruh.[2] Ia menegaskan bahwa dirinya dipanggil dan diutus oleh Allah untuk memberitakan Injil dan menuntun bangsa-bangsa supaya percaya dan taat kepada Allah.[7] Paulus mendefinisikan Injil (euangelion) sebagai kekuatan Allah.[2] Ungkapan ini menunjukkan ciri Kristologi Paulus.[2] Injil menjadi kekuatan Allah yang menyelamatkan.[2] Injil menjadi representasi dari kuasa Allah yang menyelamatkan, bukan hanya sekadar menjadi informasi tentang penyelamatan Allah.[2] Tindakan penyelamatan Allah tersebut terjadi di dalam Injil dan bertujuan untuk menyelamatkan setiap manusia.[2] Injil menyelamatkan semua bangsa baik Yahudi maupun non Yahudi.[7]

Kutuk dan pembenaran Allah

[sunting | sunting sumber]

Paulus juga berbicara mengenai kutuk Allah.[2] Manusia yang hidup tanpa Kristus digambarkan seperti manusia yang hidup di dalam kutuk.[2] Menurut Paulus orang Yahudi maupun non Yahudi telah berdosa dan berada di bawah murka Allah.[2] Mereka gagal mengenal siapa Allah sesungguhnya dan menyembah berhala.[2] Paulus juga mengingatkan bahwa Hukum Taurat dan sunat memang baik dan suci tetapi tidak dapat dipakai untuk membenarkan manusia di hadapan Allah.[7] Bagi Paulus manusia dibenarkan bukan karena perbuatannya tetapi oleh iman.[2] Pembenaran cuma-cuma datang dari Allah melalui Kristus yang telah mati di kayu salib.[2] Menurut Udo Schnelle, dalam hal ini Paulus tidak setuju dengan pemahaman Yahudi yang meyakini bahwa seseorang dapat dibenarkan oleh perbuatan.[7]

Hidup dalam pengharapan

[sunting | sunting sumber]

Paulus menggambarkan orang beriman adalah orang yang mengalami penderitaan dan tetap memiliki pengharapan akan pemenuhan janji Allah.[2] Menurut Paulus ada tiga dasar pengharapan bagi orang beriman.[2]

  1. Kematian Kristus. Paulus menegaskan bahwa kematian Kristus merupakan inisiatif Allah untuk memenangkan dan mendamaikan manusia dengan Allah.[2]
  2. Kebangkitan Kristus. Paulus mendasarkan pengharapan orang percaya pada Kristus yang bangkit dan hidup.[2] Meskipun orang percaya akan mati karena dosa Adam tetapi akan dibangkitkan pada masa yang akan datang.[2]
  3. Pemberian Roh Kudus. Pemberian Roh Kudus merupakan tanda kasih Allah kepada orang beriman.[2] Ada jaminan yang diberikan kepada orang beriman bahwa sekalipun mengalami penderitaan, Allah tidak akan mengecewakan mereka.[2]

Di dalam surat ini, Paulus juga melukiskan pengharapan sebagai suatu hasrat yang besar dalam menantikan Allah yang akan menyatakan status orang beriman sebagai anak-anak Allah.[2] Status ini yang akan dinyatakan kepada manusia.[7]

Kesetiaan Allah kepada Israel

[sunting | sunting sumber]

Paulus juga membahas persoalan yang saat itu dihadapi yaitu masalah kepercayaan akan Kristus.[2] Banyak yang menganggap bahwa Allah tidak setia kepada umat pilihan-Nya Israel.[2] Paulus mencoba menegaskan hal ini bahwa Allah tetap setia kepada Israel.[2] Meskipun demikian, Allah adalah Allah yang Mahakuasa dan bebas menentukan pilihan-Nya.[2] Allah murka kepada orang-orang Yahudi karena mereka gagal melaksanakan hukum Taurat.[2] Allah memilih orang non-Yahudi menjadi umat-Nya untuk membuat orang-orang Yahudi iri.[20] Namun, tidak selamanya Allah akan murka kepada mereka.[2] Allah akan tetap setia kepada Israel dan bangsa-bangsa lain jika mereka takut akan Allah.[20] Pada akhirnya, Allah akan tetap menyelamatkan semua orang Israel baik Yahudi maupun non-Yahudi.[20]

Gereja sebagai tubuh Kristus

[sunting | sunting sumber]

Dalam surat ini Paulus juga menghimbau jemaat di Roma untuk mempersembahkan tubuh mereka sebagai persembahan yang hidup dan berkenan di hadapan Allah.[21] Untuk mewujudkan hal tersebut, sebagai manusia yang hidup di dalam dunia, Paulus mengingatkan jemaat di Roma agar tidak serupa dengan dunia ini melainkan harus berubah oleh pembaharuan akal budi.[2] Paulus mengingatkan bahwa sebagai sebuah persekutuan, jemaat harus hidup dalam kasih, dimana golongan yang kuat haruslah mengasihi golongan yang lemah dan golongan yang lemah harus menerima golongan yang kuat.[7] Kedua golongan yang ada di jemaat Roma saat itu diingatkan oleh Paulus untuk saling menerima dan mengasihi satu sama lain, supaya keutuhan persekutuan jemaat sebagai tubuh Kristus dapat dipertahankan.[2]

Kaitan dengan kitab-kitab lain dalam Alkitab

[sunting | sunting sumber]

Dalam surat ini, Paulus mengutip sejumlah ayat dari Alkitab Ibrani, termasuk dari Taurat, terutama dari Kitab Kejadian, dan Nevi'im, terutama dari Kitab Yesaya. Kaitan dengan kitab-kitab Injil terlihat jelas dari pengutipan kisah Kematian dan Kebangkitan Yesus. Disebutkan juga kota-kota lain yang pernah dikunjungi oleh Paulus dan dikirimi surat olehnya, seperti Korintus dan Efesus. Tidak terlihat kaitan langsung dengan surat-surat ataupun kitab (Wahyu kepada Yohanes) dari rasul-rasul lain (Yakobus, Simon Petrus, Yohanes, dan Yudas), meskipun sepakat dalam hal muatan iman Kristen.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
Surat Paulus kepada Jemaat di Roma
Didahului oleh:
Kisah Para Rasul
Perjanjian Baru
Alkitab
Diteruskan oleh:
Surat 1 Korintus

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Pengantar Alkitab Lembaga Alkitab Indonesia, 2002
  2. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai Samuel Benyamin Hakh. 2010, Perjanjian Baru: Sejarah, Pengantar dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. hlm. 201-210.
  3. ^ M.E. Duyverman. 1990, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 94-101.
  4. ^ a b c (Indonesia) John Drane. 2005, Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 369-372.
  5. ^ a b The Nelson Study Bible. Thomas Nelson, Inc. 1997
  6. ^ a b c d e f (Indonesia) William Barclay. 1986, Pemahaman Alkitab Setiap Hari - Roma. Jakarta: BPK Gunung Mulia. hlm. 9-21.
  7. ^ a b c d e f g (Inggris) Udo Schnelle. 2005, Apostle Paul, His Life and Theology. Grand Rapids Michigan: Baker Academic. hlm. 306-310.
  8. ^ a b Hadiwiyata, A.S. 2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yogyakarta: Kanisus.
  9. ^ Th. Van den End. 2003. Tafsiran Alkitab: Surat Roma. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hal. 4
  10. ^ 1 Korintus 16:1–3; 2 Korintus 8:1–9:1
  11. ^ Roma 15:22–29
  12. ^ Roma 16:1
  13. ^ Roma 16:2
  14. ^ John Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament". Westminster Press, 1976. 369 halaman. ISBN 10: 1-57910-527-0; ISBN 13: 978-1-57910-527-3
  15. ^ A. Harnack, Geschichte der altchristlichen Litteratur bis Eusehius, Leipzig 1893-7, vol. II.
  16. ^ W. G. Kummel, "Introduction to the New Testament" (Heidelberg 1963),ET 1966; 21975.
  17. ^ Kisah Para Rasul 20:3
  18. ^ Kisah Para Rasul 20:6
  19. ^ Kisah Para Rasul 28:17–31
  20. ^ a b c (Inggris) Frank Tielman. 2005, The Theology of the New Testament. Grand Rapids Michigan: Zondervan. hlm. 368-370.
  21. ^ Roma 12:1

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]