Lompat ke isi

Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Korintus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kuil Dewa Apollo di Korintus

Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Korintus merupakan salah satu dari ketiga surat (1 & 2 Korintus serta Roma) yang menempati posisi sentral dalam bagian Perjanjian Baru di Alkitab Kristen.[1] Adalah lanjutan dari surat pertama yang juga ditujukan untuk jemaat di kota Korintus, Yunani. Surat ini langsung ditulis oleh rasul Paulus.[2] Melalui surat ini Paulus ingin menerangkan mengapa ia melakukan perubahan rencana perjalanan ke Korintus.[2] Ia juga menyampaikan pujiannya kepada jemaat Korintus karena telah menaati pesan yang disampaikannya pada suratnya yang pertama.[2] Titus adalah orang yang ditunjuk Paulus untuk mengantarkan surat ini, dengan harapan agar surat yang kedua juga disambut dengan baik oleh jemaat di Korintus.[2]

Ayat-ayat terkenal

[sunting | sunting sumber]
  • 2 Korintus 3:17: Sebab Tuhan adalah Roh; dan di mana ada Roh Allah, di situ ada kemerdekaan.
  • 2 Korintus 4:6: Sebab Allah yang telah berfirman: "Dari dalam gelap akan terbit terang!", Ia juga yang membuat terang-Nya bercahaya di dalam hati kita, supaya kita beroleh terang dari pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Kristus.

Konteks Surat

[sunting | sunting sumber]

Surat ini berusaha menjawab permasalahan yang terjadi di Korintus.[3] Ketika itu terjadi pertikaian antara Paulus dan golongan orang yang memfitnahnya.[3] Mereka adalah rasul-rasul palsu yang memberitakan Yesus yang lain.[4] Akan tetapi, lawannya justru mengklaim Paulus sebagai rasul palsu sehingga kewenangannya sebagai rasul patut diragukan.[3] Tindakan Paulus meninggalkan mereka dengan terburu-buru akhirnya menjadi hal yang disesalinya dikemudian hari, karena tindakannya itu seolah-olah membuktikan kebenaran tuduhan yang dikenakan kepadanya.[3] Akhirnya orang-orang Kristen di Korintus ditinggalkan dalam keadaan yang kacau, di tengah-tengah pertikaian yang belum usai.[3]

Tempat Penulisan

[sunting | sunting sumber]

Surat ini dikirim setelah Paulus bertemu dengan Titus di Makedonia.[1] Titus kemudian diutus kembali ke Korintus untuk mengantarkan surat dari Paulus bagi jemaat di Korintus.[4]

Waktu Penulisan

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan waktu pertemuan dengan Titus, besar kemungkinan surat ini ditulis di Makedonia pada akhir tahun 56 M.[5] Robinson meyakini penulisannya pada awal tahun 56 M.[6] Pendapat lain memberi perkiraan tahun 53,[7] atau tahun 53-56.[8]

Maksud Penulisan

[sunting | sunting sumber]

Maksud penulisan surat ini terkait erat dengan pertikaian yang pernah terjadi sebelumnya.[4] Berdasarkan hal itu ia ingin membenarkan dirinya dari tuduhan yang sudah dikenakan pada dirinya, sekaligus menjelaskan bahwa ia adalah rasul yang sebenarnya dan bukan rasul palsu seperti yang mereka tuduhkan.[4] Surat ini juga mencatat ungkapan syukur Paulus karena segala sesuatu yang sudah dibenarkan, dan bahwa Tuhan selalu menghiburnya ketika mengalami masa-masa sulit, hal ini disampaikan untuk menghibur jemaat Korintus yang juga sedang mengalami masa-masa sulit (pasal 1-7).[2] Dalam surat ini Paulus juga menasehati mereka memenuhi janjinya untuk mengumpulkan uang yang nantinya akan diberikan kepada orang-orang kudus yang miskin di Yerusalem.[2] Surat ini juga menceritakan kesedihan Paulus karena tidak bisa datang ke Korintus untuk mengunjungi mereka, dengan ini Paulus berharap kalau mereka tahu kesedihan Paulus karena sangat mengasihi mereka.[5]

Struktur dan Isi

[sunting | sunting sumber]

Struktur dan isi Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Korintus, dapat dijabarkan sebagai berikut:[9]

  • Pembukaan Surat (1:1-11).
    • Salam (ay. 1, 2).
    • Ungkapan syukur (ay. 3-11).
  • Paulus membela diri di hadapan jemaat Korintus ( 1:12-7:16).
    • Pertanyaan mengenai perjalanan Paulus ke Korintus (1:12-2:13).
    • Paulus mempertahankan kerasulan (2:14-7:4).
      • Kesetiaan Rasul (2:14-3:6).
      • Keunggulan Rasul dalam Perjanjian Baru (3:7-4:6).
      • Kelemahan dan penderitaan Rasul (4:7-5:10).
        • Pengalamannya pada masa lalu dan masa sekarang (4:7-12).
        • Harapannya (4:13-5:10).
      • Rasul sebagai duta besar dan pelayan Allah (5:11-6:10).
      • Kesimpulan ganda (6:11-7:4).
    • Perjalanan Paulus berikutnya (7:5-16).
  • Pengumpulan uang untuk Gereja Yerusalem (8:1-9:15).
    • Rekomendasi untuk pengumpulan uang dan utusan-utusan (pasal 8).
    • Rekomendasi kedua (pasal 9).
  • Pertentangan pendapat dan pertahanan (10:1-13:10).
    • Paulus mempertahankan diri an pekerjaannya melawan tuduhan pribadi (pasal 10).
    • Sanjungan diri Paulus (11:1-12:18).
    • Pemberitahuan akhir (12:19-13:10).
  • Penutup Surat (13:11-13).

Tema-tema Teologis

[sunting | sunting sumber]

Penghiburan di Tengah Penderitaan

[sunting | sunting sumber]

Surat ini diawali dengan ucapan syukur kepada Allah karena telah membebaskan Paulus dari kesedihan dan penderitaan.[10] Penderitaan yang Paulus alami dalam pelayanannya sangatlah berat, sehingga ia merasa seperti dijatuhi hukuman mati.[10] Paulus memuji Allah karena penghiburan yang diberikan oleh-Nya di tengah penderitaan.[10] Penghiburan yang ia rasakan akhirnya menguatkannya dalam melakukan pelayanan, karena itulah ia pun akhirnya harus membagi penghiburan tersebut ke orang lain agar merekapun dapat merasakan penghiburan dari Allah.[10]

Hidup di Tengah Kesedihan

[sunting | sunting sumber]

Perubahan rencana Paulus untuk mengunjungi jemaat Korintus menimbulkan banyak tanggapan negatif dari lawan-lawannya di Korintus.[10] Perubahan rencana tersebut memojokkan Paulus, Paulus dituduh sebagai orang yang memiliki ketidakmampuan dan ketidakpedulian terhadap pelayanan di jemaat Korintus.[10] Di satu sisi memang benar kalau Paulus mengadakan perubahan rencana mengenai perjalanannya ke Korintus, tetapi di sisi lain tuduhan yang dikenakan padanya tidaklah benar.[10] Itulah sebabnya ia menulis surat kepada mereka dan menceritakan kesedihan yang ia rasakan supaya ketika ia datang lagi mereka akan bersukacita (2:3).[10] Surat ini justru ingin mengungkapkan bahwa Paulus mengasihi mereka.[10]

Hidup di Tengah Ancaman Kematian

[sunting | sunting sumber]

Bagian ini pun ingin menceritakan tentang penderitaan yang Paulus hadapi dalam melakukan pelayanan.[10] Penderitaan yang ia alami, membuat hidupnya seperti terancam dengan kematian.[10] Inilah hal yang membuat ia berserah penuh pada Allah sehingga ia dimampukan.[10]

Membantu yang Miskin sebagai Wujud Kasih Allah

[sunting | sunting sumber]

Sukacita yang ia alami tidak membuatnya lupa dengan keadaan jemaat lain yang sedang mengalami kesulitan.[10] Ia meminta agar jemaat Korintus mengumpulkan uang untuk membantu saudara-saudara seiman yang miskin di Yerusalem.[10] Pemberian persembahan ini merupakan wujud dari pembaharuan yang telah dilakukan Allah kepada mereka.[10] Tujuan lainnya adalah agar tercipta keseimbangan di antara umat Allah.[10]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
Surat Paulus yang Kedua kepada Jemaat di Korintus
Didahului oleh:
Surat 1 Korintus
Perjanjian Baru
Alkitab
Diteruskan oleh:
Surat Galatia

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b John Drane. 1996. Memahami Perjanjian Baru: Pengantar Historis-Teologis. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm.346-360.
  2. ^ a b c d e f J. Wesley Brill. 2003. Tafsiran Surat Korintus. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. Hlm 10-11.
  3. ^ a b c d e John Drane. 1996. Memahami Perjanjian Baru. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 360-361.
  4. ^ a b c d Drs. M.E. Duyverman. 1990. "Pembimbing ke Dalam Perjanjian Baru". Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hlm 110.
  5. ^ a b Bambang Subandrijo. 2010. "Menyingkap Pesan-pesan Perjanjian Baru 1". Bandung: Bina Media Informasi. Hlm 35.
  6. ^ John Arthur Thomas Robinson (1919-1983). "Redating the New Testament". Westminster Press, 1976. 369 halaman. ISBN 10: 1-57910-527-0; ISBN 13: 978-1-57910-527-3
  7. ^ A. Harnack, Geschichte der altchristlichen Litteratur bis Eusehius, Leipzig 1893-7, vol. II.
  8. ^ W. G. Kummel, "Introduction to the New Testament" (Heidelberg i963),ET 1966; 21975.
  9. ^ Ralph P. Martin. 1986. World Biblical commentary 2 Corintians. Texas: Word Books. viii.
  10. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p Samuel Benyamin Hakh. 2010. Perjanjian Baru: Sejarah dan Pokok-pokok Teologisnya. Bandung: Bina Media Informasi. Hlm 155-168.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]