Samanhudi: Perbedaan antara revisi
Kesalahan penulisan tanggal kematian. Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
k ←Suntingan 120.188.93.177 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh LaninBot Tag: Pengembalian |
||
Baris 7: | Baris 7: | ||
|birth_date={{birth date|1868|10|8|df=yes}} |
|birth_date={{birth date|1868|10|8|df=yes}} |
||
|birth_place=[[Laweyan]], [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]] |
|birth_place=[[Laweyan]], [[Surakarta]], [[Jawa Tengah]] |
||
|death_date={{death date and age|1956| |
|death_date={{death date and age|1956|8|28|1868|10|8|df=yes}} |
||
|death_place=[[Bandung]], [[Jawa Barat]], Indonesia |
|death_place=[[Bandung]], [[Jawa Barat]], Indonesia |
||
|occupation=Pendiri Sarekat Dagang Islam |
|occupation=Pendiri Sarekat Dagang Islam |
Revisi per 21 September 2019 02.45
Samanhudi | |
---|---|
Lahir | Kiai Haji Samanhudi 8 Oktober 1868 Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah |
Meninggal | 28 Agustus 1956 Bandung, Jawa Barat, Indonesia | (umur 87)
Pekerjaan | Pendiri Sarekat Dagang Islam |
Suami/istri | Clara Charlotte Deije Johanna Mussel Haroemi Wanasita |
Samanhudi atau sering disebut Kyai Haji Samanhudi (lahir di Laweyan, Surakarta, Jawa Tengah, 1868; meninggal di Klaten, Jawa Tengah, 28 Desember 1956) adalah pendiri Sarekat Dagang Islam, sebuah organisasi massa di Indonesia yang awalnya merupakan wadah bagi para pengusaha batik di Surakarta. Nama kecilnya ialah Sudarno Nadi.
Pondok Pesantren yang pernah ia menimba ilmu didalamnya adalah:
- Pontren KM Sayuthy (Ciawigebang),
- Pontren KH Abdur Rozak (Cipancur),paman ia,
- Pontren Sarajaya (Kab Cirebon),
- Pontren (di Kab Tegal, Jateng),
- Pontren Ciwaringin (Kab. Cirebon) dan
- Pontren KH Zaenal Musthofa (Tasikmalaya. )
Catatan : Ia sangat ta,zdim terhadap guru-gurunya . Terlebih terhadap Asysyahid K.H. Zainal Mushtofa (Pahlawan Nasional). Ia banyak bercerita tentang heroisme perjuangan gurunya yang satu ini ketika berjuang melawan penjajah Jepang hingga beliau gugur sebagai pahlawan kusuma bangsa di depan regu tembak serdadu Jepang ketika makbaroh gurunya ini telah dipindahkan ke Taman Pahlawan Sukamanah,T asikmalaya.
Dalam dunia perdagangan, Samanhudi merasakan perbedaan perlakuan oleh penguasa Hindia Belanda antara pedagang pribumi yang mayoritas beragama Islam dengan pedagang Tionghoa pada tahun 1905. Oleh sebab itu Samanhudi merasa pedagang pribumi harus mempunyai organisasi sendiri untuk membela kepentingan mereka. Pada tahun 1905, ia mendirikan Sarekat Dagang Islam untuk mewujudkan cita-citanya.
Ia dimakamkan di Banaran, Grogol, Sukoharjo.