Aksara Kawi: Perbedaan antara revisi
k namun (di tengah kalimat) → tetapi |
k Menghilangkan spasi sebelum tanda koma dan tanda titik dua |
||
Baris 27: | Baris 27: | ||
Sejumlah tanda baca mengubah vokal (layaknya harakat pada [[abjad Arab]]), dan menambahkan konsonan akhir. Beberapa tanda baca dapat digunakan bersama-sama, tetapi tidak semua kombinasi diperbolehkan. Tanda baca teks termasuk koma, titik, serta tanda untuk memulai dan mengakhiri bagian-bagian teks.<ref name=as>http://www.ancientscripts.com/kawi.html</ref> |
Sejumlah tanda baca mengubah vokal (layaknya harakat pada [[abjad Arab]]), dan menambahkan konsonan akhir. Beberapa tanda baca dapat digunakan bersama-sama, tetapi tidak semua kombinasi diperbolehkan. Tanda baca teks termasuk koma, titik, serta tanda untuk memulai dan mengakhiri bagian-bagian teks.<ref name=as>http://www.ancientscripts.com/kawi.html</ref> |
||
Aksara Kawi memiliki bentuk subskrip huruf yang digunakan untuk menulis tumpukan konsonan, setara dengan ''pasangan'' dalam [[aksara Jawa]] dan ''pangangge'' dalam [[aksara Bali]]. Namun beberapa inskripsi Aksara Kawi tidak menggunakan pasangan dalam penulisannya, seperti prasasti pada Candi Sukuh Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.<ref>[http://www.karanganyarkab.go.id/20110628/candi-sukuh/ Situs Resmi Kabupaten Karanganyar]</ref><ref>[http://www.merdeka.com/foto/peristiwa/238574/menelusuri-candi-sukuh-jejak-keruntuhan-kerajaan-majapahit-008-isn.html Situs Berita Merdeka]</ref> Berikut contoh penulisan aksara Kawi dengan sampel teks dari ''Kakawin Ramayana'' |
Aksara Kawi memiliki bentuk subskrip huruf yang digunakan untuk menulis tumpukan konsonan, setara dengan ''pasangan'' dalam [[aksara Jawa]] dan ''pangangge'' dalam [[aksara Bali]]. Namun beberapa inskripsi Aksara Kawi tidak menggunakan pasangan dalam penulisannya, seperti prasasti pada Candi Sukuh Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.<ref>[http://www.karanganyarkab.go.id/20110628/candi-sukuh/ Situs Resmi Kabupaten Karanganyar]</ref><ref>[http://www.merdeka.com/foto/peristiwa/238574/menelusuri-candi-sukuh-jejak-keruntuhan-kerajaan-majapahit-008-isn.html Situs Berita Merdeka]</ref> Berikut contoh penulisan aksara Kawi dengan sampel teks dari ''Kakawin Ramayana'':<br /> |
||
[[Berkas:Kawi sample.jpg|jmpl|650px|kiri|''Jahnī yāhning talaga kadi langit'' (air telaga jernih bagaikan langit). Cuplikan dari ''Kakawin Ramayana'', 16.31, (''Bhramara wilasita)]]{{clr}} |
[[Berkas:Kawi sample.jpg|jmpl|650px|kiri|''Jahnī yāhning talaga kadi langit'' (air telaga jernih bagaikan langit). Cuplikan dari ''Kakawin Ramayana'', 16.31, (''Bhramara wilasita)]]{{clr}} |
||
Baris 34: | Baris 34: | ||
Aksara Jawa Kuno berasal dari [[Aksara Pallawa]] yang mengalami penyederhanaan bentuk huruf pada sekira abad VIII. Aksara Pallawa itu sendiri merupakan turunan [[Aksara Brahmi]] dan berasal dari daerah India bagian selatan. Aksara Pallawa menjadi induk semua aksara daerah di Asia Tenggara (e.g. Aksara Thai, Aksara Batak, Aksara Burma). |
Aksara Jawa Kuno berasal dari [[Aksara Pallawa]] yang mengalami penyederhanaan bentuk huruf pada sekira abad VIII. Aksara Pallawa itu sendiri merupakan turunan [[Aksara Brahmi]] dan berasal dari daerah India bagian selatan. Aksara Pallawa menjadi induk semua aksara daerah di Asia Tenggara (e.g. Aksara Thai, Aksara Batak, Aksara Burma). |
||
Perbedaan terpenting antara Aksara Pallawa dengan Aksara Jawa Kuno antara lain adalah |
Perbedaan terpenting antara Aksara Pallawa dengan Aksara Jawa Kuno antara lain adalah: |
||
* Aksara Jawa Kuno memiliki vokal e pepet dan vokal e pepet panjang, sedangkan Aksara Pallawa tidak memiliki vokal e pepet atau vokal e pepet panjang. |
* Aksara Jawa Kuno memiliki vokal e pepet dan vokal e pepet panjang, sedangkan Aksara Pallawa tidak memiliki vokal e pepet atau vokal e pepet panjang. |
||
* Aksara Jawa Kuno cukup sering menggunakan tanda virama untuk menghilangkan vokal pada huruf konsonan, sedangkan Aksara Pallawa biasanya hanya menggunakan virama di akhir kalimat atau di akhir bait. |
* Aksara Jawa Kuno cukup sering menggunakan tanda virama untuk menghilangkan vokal pada huruf konsonan, sedangkan Aksara Pallawa biasanya hanya menggunakan virama di akhir kalimat atau di akhir bait. |
||
* Aksara Jawa Kuno memiliki bentuk karakter berbeda dibanding Aksara Pallawa, walaupun beberapa huruf masih ada kemiripan. |
* Aksara Jawa Kuno memiliki bentuk karakter berbeda dibanding Aksara Pallawa, walaupun beberapa huruf masih ada kemiripan. |
||
J. G. de Casparis (1975) mengelompokkan tahap-tahap perkembangan aksara Jawa Kuno, yaitu |
J. G. de Casparis (1975) mengelompokkan tahap-tahap perkembangan aksara Jawa Kuno, yaitu: |
||
* Aksara Jawa Kuno Awal / Aksara Kawi Awal (750 – 925 M) |
* Aksara Jawa Kuno Awal / Aksara Kawi Awal (750 – 925 M) |
||
** Bentuk Kuno |
** Bentuk Kuno: Contohnya terdapat pada Prasasti Dinoyo dari [[Malang]], Prasasti Sangkhara dari [[Sragen]], dan Prasasti Plumpungan dari [[Salatiga]]. |
||
** Bentuk Standar |
** Bentuk Standar: Contohnya terdapat pada prasasti-prasasti dari masa pemerintahan Rakai Kayuwangi dan Rakai Balitung; misalnya Prasasti Rukam dari [[Temanggung]], Prasasti Munduan dari Temanggung, dan Prasasti Rumwiga dari [[Bantul]]. |
||
* Aksara Jawa Kuno Akhir / Aksara Kawi Akhir (925 – 1250 M), dapat dilihat pada prasasti-prasasti dari zaman [[Kerajaan Medang]] di Jawa Timur dan [[Kerajaan Kediri]]; misalnya Prasasti Lemahabang dari [[Lamongan]], Prasasti Cibadak dari [[Sukabumi]], dan Prasasti Ngantang dari Malang. |
* Aksara Jawa Kuno Akhir / Aksara Kawi Akhir (925 – 1250 M), dapat dilihat pada prasasti-prasasti dari zaman [[Kerajaan Medang]] di Jawa Timur dan [[Kerajaan Kediri]]; misalnya Prasasti Lemahabang dari [[Lamongan]], Prasasti Cibadak dari [[Sukabumi]], dan Prasasti Ngantang dari Malang. |
||
* Aksara Majapahit (sekira antara 1250 – 1450 M) |
* Aksara Majapahit (sekira antara 1250 – 1450 M): Contohnya terdapat pada prasasti-prasasti dari zaman [[Kerajaan Majapahit]]; misalnya Prasasti Kudadu dari [[Mojokerto]], Prasasti Adan-adan dari [[Bojonegoro]], dan Prasasti Singhasari dari Malang. |
||
<!-- |
<!-- |
||
== Perkembangan == |
== Perkembangan == |
||
Aksara Jawa Kuno merupakan induk semua aksara daerah di Nusantara – kecuali mungkin aksara daerah di Pulau Sumatra (e.g. [[Aksara Batak]], [[Aksara Kerinci]], [[Aksara Lampung]]). Hal ini dikarenakan di Pulau Sumatra bentuk peralihan dari Aksara Pallawa ke aksara daerah tidak bisa dianggap sama dengan Aksara Jawa Kuno. Biasanya bentuk peralihan ini disebut dengan nama Aksara Proto-Sumatra atau Aksara Sumatra Kuno (Damais, 1955 & 1995). |
Aksara Jawa Kuno merupakan induk semua aksara daerah di Nusantara – kecuali mungkin aksara daerah di Pulau Sumatra (e.g. [[Aksara Batak]], [[Aksara Kerinci]], [[Aksara Lampung]]). Hal ini dikarenakan di Pulau Sumatra bentuk peralihan dari Aksara Pallawa ke aksara daerah tidak bisa dianggap sama dengan Aksara Jawa Kuno. Biasanya bentuk peralihan ini disebut dengan nama Aksara Proto-Sumatra atau Aksara Sumatra Kuno (Damais, 1955 & 1995). |
||
Seiring perubahan cara penulisan dan media penulisan maka sejak abad XVI – XVII Aksara Jawa Kuno berkembang menjadi beberapa aksara daerah, antara lain |
Seiring perubahan cara penulisan dan media penulisan maka sejak abad XVI – XVII Aksara Jawa Kuno berkembang menjadi beberapa aksara daerah, antara lain: |
||
* Turunan Aksara Kawi di Pulau Jawa |
* Turunan Aksara Kawi di Pulau Jawa: [[Aksara Buda]], [[Aksara Sunda Kuno]], [[Aksara Jawa|Aksara Jawa Baru]]. |
||
* Turunan Aksara Kawi di Pulau Sulawesi |
* Turunan Aksara Kawi di Pulau Sulawesi: [[Aksara Lontara]]. |
||
* Turunan Aksara Kawi di Pulau Bali |
* Turunan Aksara Kawi di Pulau Bali: [[Aksara Bali]]. |
||
--> |
--> |
||
== Huruf == |
== Huruf == |
||
Baris 77: | Baris 77: | ||
== Bacaan lanjutan == |
== Bacaan lanjutan == |
||
* Brandes, J. L. A., 1889, ''Een Oud-Javaansch Alphabet van Midden Java'', in Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, 1889, Vol. XXXII. |
* Brandes, J. L. A., 1889, ''Een Oud-Javaansch Alphabet van Midden Java'', in Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, 1889, Vol. XXXII. |
||
* De Casparis, J. G., 1975, ''Indonesian Palaeography |
* De Casparis, J. G., 1975, ''Indonesian Palaeography: A History of Writing in Indonesia from the beginnings to c. AD 1500'', Leiden & Koln. |
||
* Holle, K. F., 1882, ''Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten |
* Holle, K. F., 1882, ''Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten: Bijdrage tot de Palaeographie van Nederlansch Indie'', Batavia. |
||
== Pranala luar == |
== Pranala luar == |
Revisi per 7 Juni 2019 00.03
Aksara Kawi | |
---|---|
Jenis aksara | Abugida
|
Bahasa | Indonesia, Filipina, Malaysia |
Periode | abad ke-8 8th–abad ke-16 |
Aksara terkait | |
Silsilah | Menurut hipotesis hubungan antara abjad Aramea dengan Brahmi, maka silsilahnya sebagai berikut: |
Aksara kerabat | Bali Batak Baybayin Bugis Incung Jawa Lampung Makassar Rejang Sunda |
Brāhmī |
---|
Aksara Brahmi dan turunannya |
Aksara Kawi (bahasa Sanskerta: kavi yang berarti "pujangga")[1] atau Aksara Jawa Kuno adalah aksara Brahmi historis yang pernah digunakan di wilayah maritim Asia tenggara sekitar abad 8 hingga 16 Masehi. Aksara ini terutama digunakan di wilayah Jawa dan Bali, Indonesia, tetapi beberapa prasasti bertulis Kawi telah ditemukan sampai sejauh Filipina.[2] Aksara ini digunakan untuk menulis bahasa Sanskerta dan Jawa kuno.[1]
Aksara Kawi pada perkembangannya menjadi nenek moyang dari aksara-aksara tradisional Indonesia seperti aksara Jawa, Bali, Sunda, dn lain-lain.[1]
Ciri-ciri
Aksara Kawi adalah sebuah abugida. Tiap hurufnya merepresentasikan sebuah suku kata dengan vokal /a/yang dapat diubah dengan penggunaan tanda baca. Aksara ditulis tanpa spasi (scriptio continua). Aksara Kawi memiliki sekitar 47 huruf, tetapi terdapat sejumlah huruf yang bentuk dan penggunaannya tidak diketahui pasti karena sedikitnya contoh yang ditemukan dalam prasasti bertulis Kawi.[1]
Sejumlah tanda baca mengubah vokal (layaknya harakat pada abjad Arab), dan menambahkan konsonan akhir. Beberapa tanda baca dapat digunakan bersama-sama, tetapi tidak semua kombinasi diperbolehkan. Tanda baca teks termasuk koma, titik, serta tanda untuk memulai dan mengakhiri bagian-bagian teks.[2]
Aksara Kawi memiliki bentuk subskrip huruf yang digunakan untuk menulis tumpukan konsonan, setara dengan pasangan dalam aksara Jawa dan pangangge dalam aksara Bali. Namun beberapa inskripsi Aksara Kawi tidak menggunakan pasangan dalam penulisannya, seperti prasasti pada Candi Sukuh Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah.[3][4] Berikut contoh penulisan aksara Kawi dengan sampel teks dari Kakawin Ramayana:
Sejarah
Aksara Jawa Kuno berasal dari Aksara Pallawa yang mengalami penyederhanaan bentuk huruf pada sekira abad VIII. Aksara Pallawa itu sendiri merupakan turunan Aksara Brahmi dan berasal dari daerah India bagian selatan. Aksara Pallawa menjadi induk semua aksara daerah di Asia Tenggara (e.g. Aksara Thai, Aksara Batak, Aksara Burma).
Perbedaan terpenting antara Aksara Pallawa dengan Aksara Jawa Kuno antara lain adalah:
- Aksara Jawa Kuno memiliki vokal e pepet dan vokal e pepet panjang, sedangkan Aksara Pallawa tidak memiliki vokal e pepet atau vokal e pepet panjang.
- Aksara Jawa Kuno cukup sering menggunakan tanda virama untuk menghilangkan vokal pada huruf konsonan, sedangkan Aksara Pallawa biasanya hanya menggunakan virama di akhir kalimat atau di akhir bait.
- Aksara Jawa Kuno memiliki bentuk karakter berbeda dibanding Aksara Pallawa, walaupun beberapa huruf masih ada kemiripan.
J. G. de Casparis (1975) mengelompokkan tahap-tahap perkembangan aksara Jawa Kuno, yaitu:
- Aksara Jawa Kuno Awal / Aksara Kawi Awal (750 – 925 M)
- Bentuk Kuno: Contohnya terdapat pada Prasasti Dinoyo dari Malang, Prasasti Sangkhara dari Sragen, dan Prasasti Plumpungan dari Salatiga.
- Bentuk Standar: Contohnya terdapat pada prasasti-prasasti dari masa pemerintahan Rakai Kayuwangi dan Rakai Balitung; misalnya Prasasti Rukam dari Temanggung, Prasasti Munduan dari Temanggung, dan Prasasti Rumwiga dari Bantul.
- Aksara Jawa Kuno Akhir / Aksara Kawi Akhir (925 – 1250 M), dapat dilihat pada prasasti-prasasti dari zaman Kerajaan Medang di Jawa Timur dan Kerajaan Kediri; misalnya Prasasti Lemahabang dari Lamongan, Prasasti Cibadak dari Sukabumi, dan Prasasti Ngantang dari Malang.
- Aksara Majapahit (sekira antara 1250 – 1450 M): Contohnya terdapat pada prasasti-prasasti dari zaman Kerajaan Majapahit; misalnya Prasasti Kudadu dari Mojokerto, Prasasti Adan-adan dari Bojonegoro, dan Prasasti Singhasari dari Malang.
Huruf
Tabel Aksara Jawa Kuno di bawah merupakan tabel dengan bentuk huruf berdasarkan bentuk huruf standar dari abad VIII - abad X. Perbandingan bentuk huruf selama perkembangan Aksara Jawa Kuno dapat dilihat di Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten (Holle, 1882).
Galeri
-
Berbagai macam variasi bentuk aksara Kawi
-
Poster aksara Kawi yang telah dibakukan disertai bunyi dalam Alfabet Fonetis Internasional dan aksara Jawa
-
Reproduksi sebuah prasasti bertulis Kawi yang disimpan di Museum Budaya Batavia
-
Prasasti bertulis Kawi yang difoto di Sumatra
-
Prasasti bertuliskan aksara Kawi
-
Batu tulis Adityawarman di Pagaruyung
Lihat pula
Referensi
Bacaan lanjutan
- Brandes, J. L. A., 1889, Een Oud-Javaansch Alphabet van Midden Java, in Tijdschrift voor Indische Taal-, Land- en Volkenkunde, 1889, Vol. XXXII.
- De Casparis, J. G., 1975, Indonesian Palaeography: A History of Writing in Indonesia from the beginnings to c. AD 1500, Leiden & Koln.
- Holle, K. F., 1882, Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten: Bijdrage tot de Palaeographie van Nederlansch Indie, Batavia.
Pranala luar
- (Indonesia) Berkas Alih Aksara Prasasti Nusantara
- (Indonesia) Tabel Aksara Kawi Awal 01
- (Indonesia) Tabel Aksara Kawi Awal 02
- (Indonesia) Tabel Aksara Kawi Akhir 01
- (Indonesia) Tabel Aksara Kawi Akhir 02