Kali Angke
| Angke Cikeumeuh | |
|---|---|
| Lokasi | |
| Negara | |
| Provinsi | Jakarta |
| Ciri-ciri fisik | |
| Hulu sungai | |
| - lokasi | Bogor |
| Muara sungai | Teluk Jakarta, Laut Jawa |
| - lokasi | Cengkareng Drain |
| Panjang | 91,25 km |
| Daerah Aliran Sungai | |
| Sistem sungai | DAS Angke[1] |
| Luas DAS | 509,3 km2 (196,6 sq mi)[1] |
| Anak sungai | |
| - kiri | Sungai Maja[2] |
| Badan air | Situ Gintung, Situ Rawa Cipondoh, Situ Pamulang, Situ Ciledug[1] |
| Otoritas DAS/WS | BPDAS Citarum-Ciliwung;[1] BBWS Ciliwung-Cisadane[3] |
| Informasi lokal | |
| Zona waktu | WIB (UTC+7) |
| GeoNames | Kali Angke |
| KML Peta DAS Angke | |

Kali Angke atau Cikeumeuh adalah nama sebuah sungai di Jakarta, Indonesia. Sungai sepanjang 91,25 kilometer (56,70 mi) ini berhulu di daerah Bogor, melintasi wilayah Jawa Barat,[4] Banten dan Jakarta sampai bermuara di Laut Jawa dekat Muara Angke, Jakarta Barat[5] serta melalui Cengkareng Drain.[6]
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Nama Kali Angke diberikan setelah terjadinya peristiwa pembantaian etnis Tionghoa selama tiga hari oleh VOC di Batavia pada tanggal 9 Oktober 1740.[butuh rujukan] Angke sendiri sebenarnya berasal dari dialek Hokkian, yang berarti Kali Merah.[butuh rujukan] Dikatakan akibat peristiwa tersebut warna sungai berubah menjadi merah oleh darah etnis Tionghoa. Sejak itu namanya berubah menjadi Kali Angke.[butuh rujukan]
Pendapat yang lain beranggapan bahwa nama Angke berasal dari perkataan Hokkian ang kee dengan arti yang lain, yaitu 'sungai yang kerap banjir'. Di samping itu, diketahui pula adanya tokoh bernama Ratu Bagus Angke yang tinggal di dekat sungai ini kira-kira pada akhir abad-16, atau sekitar 150 tahun sebelum kejadian pembantaian besar-besaran di atas, yang mengisyaratkan kemungkinan bahwa nama Angke telah dikenal orang setidaknya pada saat itu atau bahkan pada waktu yang sebelumnya.[7]
Hidrologi
[sunting | sunting sumber]Sungai dengan panjang 91,25 kilometer (56,70 mi) ini berhulu di Kelurahan Menteng dan Cilendek Timur di Kota Bogor, Jawa Barat. Sungai ini selanjutnya melewati wilayah Tangerang Selatan, Kota Tangerang dan bermuara di Jakarta Utara di wilayah Muara Angke. Sungai ini tidak pernah kering selama musim kemarau, karena berhulu langsung di wilayah yang banyak berhujan di daerah Bogor, sebagaimana Kali Pesanggrahan dan Ciliwung. Curah hujan harian rata-rata sebesar 132 mm, dan debit puncak 290 m³.[6]
Seperti yang dicerminkan oleh namanya, setiap musim hujan Kali Angke meluap dan menimbulkan banjir, khususnya pada hari-hari dengan curah hujan yang tinggi. Daerah langganan banjir Kali Angke ini di antaranya adalah Pinang, Cipondoh, Ciledug, Joglo, Kembangan, Rawa Buaya, Duri Kosambi, dan Cengkareng.[8][9][10]
Daerah Aliran Sungai
[sunting | sunting sumber]Kali Angke merupakan aliran utama dalam sistem daerah aliran sungai yaitu DAS Angke (DAS Angke Pesanggrahan) yang memiliki luas daerah tangkapan air mencapai 509,3 km2 (196,6 sq mi) yang melingkupi beberapa wilayah di tiga provinsi yaitu; (dari hulu ke hilir) Jawa Barat (Kota Bogor dan Kabupaten Bogor), Banten (Kota Tangerang Selatan dan Tangerang) serta DKI Jakarta (Kota Jakarta Barat dan Jakarta Utara). DAS Angke diapit oleh beberapa DAS lain yang sama-sama bermuara di Laut Jawa. Bagian timur, berbatasan dengan DAS Ciliwung (zona hulu Ciliwung), DAS Krukut (zona tengah hingga hilir). Bagian Barat berbatasan dengan DAS Cisadane.[1]
Pengelolaan DAS
[sunting | sunting sumber]Dalam pengelolaan daerah aliran sungai terkait konservasi, DAS Angke masuk ke dalam wilayah kerja BPDAS Citarum-Ciliwung yang merupakan unit pelaksana teknis pada Ditjen PDASHL dibawah Kementerian Lingkungan Hidup.[11] Sedangkan dalam kaitannya dengan pengelolaan sumber daya air, DAS Angke merupakan bagian dari satuan wilayah sungai yaitu WS Ciliwung-Cisadane[12] dibawah otoritas BBWS Ciliwung-Cisadane.[3]
Degradasi DAS
[sunting | sunting sumber]Perubahan tutupan lahan dapat sangat memengaruhi hidrologi DAS dan kualitas air. Urbanisasi dan pembangunan dapat meningkatkan tutupan lahan kedap air, menyebabkan lebih banyak air mengalir di permukaan daripada meresap ke dalam tanah. Hal ini dapat mengurangi pengisian ulang air tanah dan aliran dasar sungai, atau aliran yang terjadi selama musim kemarau. Deforestasi dan pembukaan lahan pertanian di kawasan hulu seringkali disertai dengan peningkatan erosi tanah dan beban sedimen di kawasan hilir.[13][14][15] Jenis penggunaan lahan lainnya berkaitan dengan pencemaran air, misalnya, pertanian yang dapat meningkatkan beban pestisida dan nutrisi (nitrogen dan fosfor) dari pupuk. Urbanisasi dan industrialisasi di dalam DAS dapat menyebabkan kontaminasi dari berbagai macam bahan kimia yang digunakan di rumah tangga dan industri.[16]

Tempat bersejarah
[sunting | sunting sumber]
Benteng Angke dibangun oleh Vereenigde Oostindische Compagnie di pinggir Kali Angke di sebelah barat kota Jakarta pada tahun 1657[17] pada pertemuan Kali Mookervaart dan Kali Angke.[18] Nama benteng ini sering ditulis dalam berbagai bentuk: Anké, Anckee, Anke, Ankee.[19]
Geografi
[sunting | sunting sumber]Sungai ini mengalir di wilayah barat daya pulau Jawa yang beriklim hutan hujan tropis (kode: Af menurut klasifikasi iklim Köppen-Geiger).[20] Suhu rata-rata setahun sekitar 27°C. Bulan panas adalah Maret, dengan suhu rata-rata 30°C, and terdingin Mei, sekitar 26°C.[21] Curah hujan rata-rata tahunan adalah 3674 mm. Bulan dengan curah hujan tertinggi adalah Desember, dengan rata-rata 456 mm, dan yang terendah September, rata-rata 87 mm.[22]
Ekologi
[sunting | sunting sumber]Flora yang tumbuh di tepian sungai ini di antaranya adalah rengas (Gluta renghas), pandan kapur (Pandanus tectorius), bambu tali (Bambusa vulgaris), putat (Planchonia valida), pulai (Alstonia scholaris), kecapi (Sandoricum koetjape), waru (Hibiscus tiliaceus) dan sebagainya.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Daerah Aliran Sungai (DAS) di Indonesia
- Daftar daerah aliran sungai di Indonesia
- Daya rusak air
- Konservasi daerah aliran sungai
- Krisis air
- Manajemen sumber daya air
- Muara Angke, untuk asal-usul yang lain dari nama Angke
- Tionghoa-Indonesia
- Wilayah Sungai dan pembagiannya di Indonesia
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e "Peta Interaktif SIGAP Kementerian LHK - Klasifikasi DAS". Geoportal MenLHK. Diakses tanggal 2025-09-17.
- ^ Simanjuntak, T. P. Moan (16 July 2014). "Maja River in Pegadungan Strewn with Water Hyacinth and Mud". Berita Resmi Pemprov. Diarsipkan dari asli tanggal 18 March 2015.
- ^ a b "Peraturan Menteri LHK No.14 Tahun 2022" (PDF). JDIH Kehutanan. 2025. Diakses tanggal 2025-09-21.
- ^ Kali Angke in West Java- Geonames.org
- ^ Mouth of Kali Angke to Java Sea - Geonames.org
- ^ a b BBWS Ciliwung Cisadane. Pengendalian Banjir dan Perbaikan Sungai Ciliwung Cisadane (PBPS CC). Archived in Konservasi DAS Ciliwung - April 2012.
- ^ Horde, G. dkk. 2012. "Sejarah Kawasan Angke Di Batavia" Diarsipkan 2019-06-14 di Wayback Machine.. Artikel pada laman Budaya Tionghoa bertanggal 20 Maret 2012. Diakses 03/V/2017
- ^ Poskota: Kali Angke Meluap, Ciledug Indah Kebanjiran Diarsipkan 2017-09-02 di Wayback Machine.. Berita Jumat, 23 Januari 2015 - 13:59 WIB
- ^ Tribun News: Banjir di Kota Tangerang Disebabkan Kali Angke Meluap. Berita Senin, 14 November 2016 - 12:25 WIB
- ^ Okezone: Waduh! Rawa Buaya dan Duri Kosambi Terendam Banjir. Berita Kamis, 23 Maret 2017 - 09:39 WIB
- ^ "Peraturan Menteri LHK No.14 Tahun 2022" (PDF). JDIH Kehutanan. 2025. Diakses tanggal 2025-09-21.
- ^ ""PerMenPUPR No.04/PRT/M/2015 - Kriteria dan Penetapan Wilayah Sungai"". PERATURAN.GO.ID.
- ^ Babaremu, Kunle & Taiwo, Olalekan & Ajayi, Dickson. (2024). Impacts of Land Use and Land Cover Changes on Hydrological Response: A Review of Current Understanding and Implications for Watershed and Water Resources Management. 19. 256-267. 10.5281/zenodo.10049652#89.
- ^ Shiferaw, Natnael; Habte, Lulit; Waleed, Mirza (2025-02). "Land use dynamics and their impact on hydrology and water quality of a river catchment: a comprehensive analysis and future scenario". Environmental Science and Pollution Research International. 32 (7): 4124–4136. doi:10.1007/s11356-025-35946-y. ISSN 1614-7499. PMC 11835986. PMID 39862375.
- ^ Ridwan, Muhammad; Sarjito, Joko (2024-09-30). "Studi Kajian Dampak Perubahan Tutupan Lahan terhadap Kejadian Banjir di Daerah Aliran Sungai". ENVIRO: Journal of Tropical Environmental Research (dalam bahasa Indonesia). 26 (1): 38–45. doi:10.20961/enviro.v26i1.93145. ISSN 2963-1246. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
- ^ "Kementerian Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan : Dampak Pestisida Pada Lingkungan Akuatik". Diakses tanggal 2025-09-24.
- ^ "Angke, Fort" (dalam bahasa Indonesian). Jakarta City Administration. Diarsipkan dari asli tanggal 2016-11-07. Diakses tanggal July 6, 2011. Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
- ^ "Vijfhoek Redoute". Jakarta Encyclopedia. Department of Communication, Informatics and Public Relations of Jakarta Capital City. 1995–2012. Diarsipkan dari asli tanggal 2014-08-08. Diakses tanggal August 1, 2014.
- ^ "Anckee". Atlas of Mutual Heritage. AMH. 2014. Diakses tanggal August 1, 2014.
- ^ Peel, M C; Finlayson, B L; McMahon, T A (2007). "Updated world map of the Köppen-Geiger climate classification". Hydrology and Earth System Sciences. 11. doi:10.5194/hess-11-1633-2007. Pemeliharaan CS1: DOI bebas tanpa ditandai (link)
- ^ "NASA Earth Observations Data Set Index". NASA. 30 January 2016. Diarsipkan dari asli tanggal 2013-08-06. Diakses tanggal 2017-09-01.
- ^ "NASA Earth Observations: Rainfall (1 month - TRMM)". NASA/Tropical Rainfall Monitoring Mission. 30 January 2016. Diarsipkan dari asli tanggal 2019-04-19. Diakses tanggal 2017-09-01.


