Kota Tanjungpinang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Afandri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 18: Baris 18:
| kecamatan = 4
| kecamatan = 4
| kelurahan= 18
| kelurahan= 18
| penduduk = 210.153
| penduduk = 203.153
| kepadatan = 848
| kepadatan = 848
| penduduktahun=(2014)
| penduduktahun=(2014)
|pendudukref = <ref>{{cite web|url=http://www.penghubungkepri.org/index.php/id/profile-daerah/10-profile-daerah/49-tanjung-pinang|title=Profil Daerah Tanjungpinang|accessdate=2015-07-06}}</ref>
|pendudukref = <ref>{{cite web|url=http://www.penghubungkepri.org/index.php/id/profile-daerah/10-profile-daerah/49-tanjung-pinang|title=Profil Daerah Tanjungpinang|accessdate=2015-07-06}}</ref>
| suku = [[Melayu]], [[Jawa|Jawa]], [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]], [[ Sunda|Sunda]], [[Flores]],
| suku = [[Melayu]], [[Suku Jawa|Jawa]], [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]], [[Orang Minang|Minang]], [[Suku Batak|Batak]], [[Suku Sunda|Sunda]], [[Suku Bugis|Bugis]], [[Suku Laut|Orang Laut]]
| bahasa = [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Hokkien]], [[Bahasa Tiochiu]]
| bahasa = [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Jawa]], [[Bahasa Hokkien]], [[Bahasa Minang]], [[Bahasa Tiochiu]]
| agama = [[Islam]], [[Kristen]], [[Buddha]], [[Konghucu]], [[Hindu]]
| agama = [[Islam]], [[Kristen]], [[Buddha]], [[Konghucu]], [[Hindu]]
| zona = WIB
| zona = WIB
Baris 37: Baris 37:
*Pernah menjadi pusat pemerintahan [[Kesultanan Lingga|Kesultanan Riau-Lingga]].
*Pernah menjadi pusat pemerintahan [[Kesultanan Lingga|Kesultanan Riau-Lingga]].
}}
}}
'''Tanjungpinang''' atau '''Tanjung Pinang''' adalah [[ibu kota]] [[Kepulauan Riau]], [[Indonesia]]. Yang terletak di [[Pulau Bintan]] dengan koordinat 0º5' LU dan 104º27' BT.
'''Tanjungpinang''' atau '''Tanjung Pinang''' (disingkat '''Tg. Pinang''') adalah [[ibu kota]] [[Kepulauan Riau]], [[Indonesia]]. Yang terletak di [[Pulau Bintan]] dengan koordinat 0º5' LU dan 104º27' BT.


Kota ini memiliki banyak daerah pariwisata seperti [[Pulau Penyengat]] yang hanya berjarak kurang lebih 2 mil dari [[Pelabuhan Sri Bintan Pura]], [[Pantai Trikora]] dengan pasir putihnya terletak kurang lebih 65 km dari kota, dan Pantai Buatan yaitu [[Tepi Laut (Tanjungpinang)|Tepi Laut]] yang terletak di garis pantai pusat kota sebagai pemanis atau wajah kota (''waterfront city'').
Kota ini memiliki cukup banyak daerah pariwisata seperti [[Pulau Penyengat]] yang hanya berjarak kurang lebih 2 mil dari [[Pelabuhan Sri Bintan Pura]], [[Pantai Trikora]] dengan pasir putihnya terletak kurang lebih 65 km dari kota, dan Pantai Buatan yaitu [[Tepi Laut (Tanjungpinang)|Tepi Laut]] yang terletak di garis pantai pusat kota sebagai pemanis atau wajah kota (''waterfront city'').


Pelabuhan Laut Tanjungpinang di Sri Bintan Pura memiliki kapal-kapal jenis [[feri]] dan feri cepat (''speedboat'') untuk akses domestik ke pulau [[Batam]] dan pulau-pulau lain seperti [[Kepulauan Karimun]] dan [[Kundur]], serta kota-kota lain di Riau. Pelabuhan ini juga merupakan akses internasional ke [[Malaysia]] dan [[Singapura]].
Pelabuhan Laut Tanjungpinang di Sri Bintan Pura memiliki kapal-kapal jenis [[feri]] dan feri cepat (''speedboat'') untuk akses domestik ke pulau [[Batam]] dan pulau-pulau lain seperti [[Kepulauan Karimun]] dan [[Kundur]], serta kota-kota lain di Riau. Pelabuhan ini juga merupakan akses internasional ke [[Malaysia]] dan [[Singapura]].
Baris 45: Baris 45:
== Sejarah ==
== Sejarah ==
{{utama|Sejarah Kota Tanjungpinang}}
{{utama|Sejarah Kota Tanjungpinang}}
Berdasarkan [[Sulalatus Salatin]], Tanjungpinang merupakan bagian dari [[Kerajaan Melaka]]. Setelah jatuhnya [[Melaka]] ke tangan [[Portugal]], [[Mahmud Syah dari Melaka|Sultan Mahmud Syah]] menjadikan kawasan ini sebagai pusat pemerintahan [[Kesultanan Melaka]]. Kemudian menjadi pusat pemerintahan [[Kesultanan Johor]], sebelum diambil alih oleh [[Belanda]] setelah mereka menundukan perlawanan [[Raja Haji Fisabilillah]] tahun 1784 di [[Pulau Penyengat]].
Berdasarkan [[Sulalatus Salatin]], Tanjungpinang merupakan bagian dari [[Kerajaan Malaka]]. Setelah jatuhnya [[Malaka]] ke tangan [[Portugal]], [[Mahmud Syah dari Malaka|Sultan Mahmud Syah]] menjadikan kawasan ini sebagai pusat pemerintahan [[Kesultanan Malaka]]. Kemudian menjadi pusat pemerintahan [[Kesultanan Johor]], sebelum diambil alih oleh [[Belanda]] setelah mereka menundukan perlawanan [[Raja Haji Fisabilillah]] tahun 1784 di [[Pulau Penyengat]].


Pada masa [[Hindia Belanda]], Tanjungpinang merupakan pusat pemerintahan ''Karesidenan Riouw''. Kemudian di awal kemerdekaan [[Indonesia]], menjadi ibu kota [[Provinsi Riau]]. Setelah itu statusnya menjadi [[Kota Administratif]] hingga tahun 2000. Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2001, pada tanggal 21 Juni 2001 statusnya ditingkatkan menjadi Kota Tanjungpinang. Pusat pemerintahan yang semula berada di pusat Kota Tanjungpinang, kemudian dipindahkan ke [[Senggarang, Tanjung Pinang Kota, Tanjung Pinang|Senggarang]] (bagian utara kota).<ref>[http://www.tanjungpinangpos.co.id/2015/117188/dulu-terpisah-kini-jadi-pusat-pemerintahan/ Dulu Terpisah Kini Jadi Pusat Pemerintahan]</ref> Hal ini bertujuan untuk pemerataan pembangunan serta mengurangi kepadatan penduduk yang selama ini berpusat di Kota Lama (bagian barat kota).
Pada masa [[Hindia Belanda]], Tanjungpinang merupakan pusat pemerintahan ''Residentie Riouw''. Kemudian di awal kemerdekaan [[Indonesia]], menjadi ibu kota [[Kabupaten Kepulauan Riau]]. Pada tahun 1957, Tanjungpinang menjadi ibu kota [[Provinsi Riau]]. Namun dua tahun kemudian ibu kota propinsi itu dipindahkan ke [[Kota Pekanbaru|Pekanbaru]].<ref name="BPS 2015">Kota Tanjungpinang Dalam Angka 2015, Badan Pusat Statistik, 2015</ref> Setelah itu statusnya menjadi [[Kota Administratif]] hingga tahun 2000. Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2001, pada tanggal 21 Juni 2001 statusnya ditingkatkan menjadi Kota Tanjungpinang. Pusat pemerintahan yang semula berada di pusat Kota Tanjungpinang, kemudian dipindahkan ke [[Senggarang, Tanjung Pinang Kota, Tanjung Pinang|Senggarang]] (bagian utara kota).<ref>[http://www.tanjungpinangpos.co.id/2015/117188/dulu-terpisah-kini-jadi-pusat-pemerintahan/ Dulu Terpisah Kini Jadi Pusat Pemerintahan]</ref> Hal ini bertujuan untuk pemerataan pembangunan serta mengurangi kepadatan penduduk yang selama ini berpusat di Kota Lama (bagian barat kota). Pada tahun 2002, Kota Tanjungpinang kembali menjadi ibu kota provinsi, yakni Provinsi Kepulauan Riau.


== Pemerintahan ==
== Pemerintahan ==
Baris 77: Baris 77:
! Jumlah (%)
! Jumlah (%)
|-----
|-----
| [[Suku Melayu|Melayu]] || align="right" | 83 %
| [[Suku Melayu|Melayu]] || align="right" | 30,7
|-----
|-----
| [[Suku Jawa|Jawa]] || align="right" | 5 %
| [[Suku Jawa|Jawa]] || align="right" | 27,9
|-----
|-----
| [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] || align="right" | 10 %
| [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] || align="right" | 13,5
|-----
|-----
| [[Suku Sunda|Sunda]] || align="right" | 0,8 %
| [[Suku Minangkabau|Minangkabau]] || align="right" | 9,5
-----
[[Suku Flores ]] 0,5 %
|-----
|-----
| [[Suku Batak|Batak]] || align="right" | 6,6
|[[Lain-Lain]] 0,7%
|-----
| colspan="2" | <small>Sumber: Sensus Penduduk Tahun 2010<ref>Nicholas J. Long; Being Malay in Indonesia: Histories, Hopes and Citizenship in the Riau Archipelago, 2013</ref></small>
| [[Suku Sunda|Sunda]] || align="right" | 2,8
|-----
| [[Suku Bugis|Bugis]] || align="right" | 1,9
|-----
| Lain-lain || align="right" | 7,1
|-
| colspan="2" | <small>Sumber: Sensus Penduduk Tahun 2010<ref name="Nicholas J. Long">Nicholas J. Long; Being Malay in Indonesia: Histories, Hopes and Citizenship in the Riau Archipelago, 2013</ref></small>
|}
|}


Melayu merupakan penduduk asli dan kelompok suku bangsa yang dominan di Tanjungpinang. Disamping itu terdapat juga Bugis dan Tionghoa yang sudah ratusan tahun berbaur dengan Melayu, menjadi warga negara semenjak zaman [[Kesultanan Johor]] dan ''Karesidenan Riouw''.<ref>Long, Nicholas J., Being Malay in Indonesia: Histories, Hopes and Citizenship in the Riau Archipelago, National University of Singapore, 2013</ref> Bugis awalnya menetap di Kampung Bugis, Tionghoa menetap di Jalan Merdeka dan Senggarang. Jawa mulai ramai mendatangi Tanjungpinang sejak tahun 1960, pemukiman awal Jawa terletak di kampung jawa. Tanjungpinang mulai dibanjiri pendatang dari Sumatera Barat dan Sumatera Utara semenjak Kepulauan Riau dimekarkan menjadi provinsi di tahun 2002
[[Suku Melayu]] merupakan penduduk asli dan kelompok suku bangsa terbesar di Tanjungpinang. Disamping itu terdapat pula [[Suku Bugis]], [[Suku Minang]], [[Suku Laut|Orang Laut]] dan [[Tionghoa-Indonesia|Tionghoa]] yang sudah ratusan tahun berbaur dengan Suku Melayu dan menjadi penduduk tetap semenjak zaman [[Kesultanan Johor-Riau]] dan ''Residentie Riouw''.<ref name="Nicholas J. Long"/> Suku Bugis awalnya menetap di Kampung Bugis dan Suku Tionghoa banyak menempati Jalan Merdeka dan Pagar Batu. Setelah masa kemerdekaan, orang Jawa dan Minang mulai ramai mendatangi Tanjungpinang. Dimana orang Minang sebagian besar menempati pemukiman di sekitar pasar<ref>Novendra, Nov., Peranan Orang Minang Dalam Perekonomian Kota Administratif Tanjung Pinang, Depdikbud, 1999</ref>, sedangkan Suku Jawa banyak yang bermukim di Kampung Jawa.


[[Bahasa]] yang digunakan di Tanjung Pinang adalah [[Bahasa Melayu]] klasik. Logat dan Bahasa Melayu di kota ini sama dengan Bahasa Melayu yang digunakan di Singapura dan Johor. Sejak zaman pemerintahan Kesultanan Riau Lingga, Tanjungpinang sudah menjadi pusat budaya Melayu bersama Singapura. [[Bahasa Tiochiu]] dan [[Bahasa Hokkien|Hokkien]] juga banyak digunakan di Kota Tanjungpinang.
[[Bahasa]] yang digunakan di Tanjungpinang adalah [[Bahasa Melayu]] klasik. Bahasa Melayu di kota ini hampir sama dengan Bahasa Melayu yang digunakan di Singapura. Disamping itu, banyak pula yang menggunakan [[Bahasa Jawa]], [[Bahasa Minangkabau|Minangkabau]] dan [[Bahasa Batak|Batak]].<ref>U.U. Hamidy, Bahasa Melayu Riau: Sumbangan Bahasa Melayu Riau kepada Bahasa dan Bangsa Indonesia, Pustaka A.S., 1981</ref> Masyarakat Tionghoa yang dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan, sebagian masih menggunakan [[Bahasa Tiochiu]] dan [[Bahasa Hokkien|Hokkien]] dalam berkomunikasi.
[[Berkas:RIAU WEB.jpg|thumb|Perkampungan nelayan di Senggarang]]
[[Berkas:RIAU WEB.jpg|thumb|Perkampungan nelayan di Senggarang]]


== Transportasi ==
== Transportasi ==
Kota Tanjungpinang terdapat pelabuhan domestik dan internasional yaitu [[Pelabuhan Sri Bintan Pura]], terminal yaitu [[Terminal Sei Carang]] serta bandara internasional, [[Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah]].
Transportasi di Tanjungpinang sebagian besar masih mengandalkan transportasi laut. Di kota ini terdapat 24 pelabuhan domestik dan satu pelabuhan internasional yaitu [[Pelabuhan Sri Bintan Pura]].<ref name="BPS 2015"/> Untuk terminal angkutan kota, hanya ada satu yaitu [[Terminal Sei Carang]]. Sedangkan untuk pengangkutan udara, kota ini dilayani oleh [[Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah]] yang memiliki kapasitas 610.000 orang per tahun. Pada tahun 2014, penumpang yang datang melalui bandara ini berjumlah 135.797 penumpang, sedangkan yang berangkat sebanyak 132.735 orang.<ref name="BPS 2015"/>


== Perekonomian ==
== Perekonomian ==
Pada tahun 2001, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam membangun perekonomian kota Tanjungpinang yaitu sebesar 35,54% kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan 15,37%, sektor bangunan 13,29%, sektor jasa-jasa 12,51%, dan sektor pengangkutan dan komunikasi 10,82%. Sedangkan sektor lainnya meliputi sektor listrik, gas, dan air bersih, keuangan, pertanian,
Pada tahun 2001, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam membangun perekonomian kota Tanjungpinang yaitu sebesar 35,54% kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan 15,37%, sektor bangunan 13,29%, sektor jasa-jasa 12,51%, dan sektor pengangkutan dan komunikasi 10,82%. Sedangkan sektor lainnya meliputi sektor listrik, gas, dan air bersih, keuangan, pertanian, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 12,47%.<ref>ciptakarya.pu.go.id [http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/kep_riau/tanjung_pinang.pdf Profil Kota Tanjungpinang] (diakses pada 4 Februari 2012)</ref>
dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 12,47%.<ref>ciptakarya.pu.go.id [http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/kep_riau/tanjung_pinang.pdf Profil Kota Tanjungpinang] (diakses pada 4 Februari 2012)</ref>


== Pariwisata ==
== Pariwisata ==
Baris 107: Baris 111:
[[Pulau Penyengat]] merupakan salah satu kawasan wisata di Kota Tanjungpinang. Pulau seluas 3,5 km² ini berada di sebelah barat kota Tanjungpinang dan dapat ditempuh 15 menit dengan transportasi laut. Pada pulau ini terdapat banyak peninggalan lama dengan wujud bangunan dan makam yang telah dijadikan situs cagar budaya. Selain itu juga dijumpai kelenteng atau vihara di kawasan Kampung Bugis dan Senggarang yang sekaligus menjadi kawasan wisata religi. Wisata lainnya juga dapat ditemukan di [[Pantai Impian]], [[Tugu Pensil]], [[Tepi Laut (Tanjungpinang)|Tepi Laut]], [[Mall Ramayana Tanjung Pinang]], [[Bestari Mall]], [[Bintan Indah Mall]], Tanjungpinang City Center dan sebagainya.
[[Pulau Penyengat]] merupakan salah satu kawasan wisata di Kota Tanjungpinang. Pulau seluas 3,5 km² ini berada di sebelah barat kota Tanjungpinang dan dapat ditempuh 15 menit dengan transportasi laut. Pada pulau ini terdapat banyak peninggalan lama dengan wujud bangunan dan makam yang telah dijadikan situs cagar budaya. Selain itu juga dijumpai kelenteng atau vihara di kawasan Kampung Bugis dan Senggarang yang sekaligus menjadi kawasan wisata religi. Wisata lainnya juga dapat ditemukan di [[Pantai Impian]], [[Tugu Pensil]], [[Tepi Laut (Tanjungpinang)|Tepi Laut]], [[Mall Ramayana Tanjung Pinang]], [[Bestari Mall]], [[Bintan Indah Mall]], Tanjungpinang City Center dan sebagainya.


Pariwisata di kota Tanjungpinang ditunjang oleh adanya 13 hotel bintang, 43 hotel non bintang, 34 rumah makan dan pusat-pusat belanja yang terdiri dari 13 supermarket serta pertokoan yang tersebar di wilayah kota. Sementara jumlah kunjungan wisatawan didominasi dari negara [[Singapura]], [[Malaysia]] dan [[Belanda]]. Kota ini juga menawarkan sajian kuliner aneka hidangan laut, dan masakan Cina.<ref>www.bappedatanjungpinang.info [http://www.bappedatanjungpinang.info/sekilas-kota-tanjungpinang/ Sekilas Kota Tanjungpinang] (diakses pada 4 Februari 2012)</ref>
Pariwisata di Kota Tanjungpinang ditunjang oleh adanya 8 hotel berbintang, 32 hotel melati,<ref name="BPS 2015"/> 34 rumah makan dan pusat-pusat belanja yang terdiri dari 13 supermarket serta pertokoan yang tersebar di wilayah kota. Pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebagian besar berasal dari [[Singapura]] (71,39%) dan diikuti oleh [[Malaysia]] (13,71%). Wisatawan dari luar ASEAN terutama berasal dari [[China]] (3,31%), [[India]] (2,21%) dan [[Inggris]] (1,08%).<ref name="BPS 2015"/> Kota ini juga menawarkan sajian kuliner aneka hidangan laut dan masakan Cina.<ref>www.bappedatanjungpinang.info [http://www.bappedatanjungpinang.info/sekilas-kota-tanjungpinang/ Sekilas Kota Tanjungpinang] (diakses pada 4 Februari 2012)</ref>


== Galeri ==
== Galeri ==
Baris 120: Baris 124:
</gallery>
</gallery>


== [[Bahasa Indonesia|Referensi]]<ref /> ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}



Revisi per 11 Juli 2016 16.28

Kota Tanjungpinang
كوتا تنجوڠڤينڠ
Daerah tingkat II
Berkas:Tanjungpinang.jpg
Lambang resmi Kota Tanjungpinang كوتا تنجوڠڤينڠ
Motto: 
Jujur Bertutur Bijak Bertindak
Peta
Peta
Kota Tanjungpinang كوتا تنجوڠڤينڠ di Sumatra
Kota Tanjungpinang كوتا تنجوڠڤينڠ
Kota Tanjungpinang
كوتا تنجوڠڤينڠ
Peta
Kota Tanjungpinang كوتا تنجوڠڤينڠ di Indonesia
Kota Tanjungpinang كوتا تنجوڠڤينڠ
Kota Tanjungpinang
كوتا تنجوڠڤينڠ
Kota Tanjungpinang
كوتا تنجوڠڤينڠ (Indonesia)
Koordinat: 1°5′0″N 104°29′0″E / 1.08333°N 104.48333°E / 1.08333; 104.48333
Negara Indonesia
ProvinsiKepulauan Riau
Tanggal berdiri17 Oktober 2001
Ibu kotaSenggarang
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 4
  • Kelurahan: 18
Pemerintahan
 • BupatiH. Lis Darmansyah
 • Wakil BupatiH. Syahrul
Luas
 • Total239,5 km2 (92,5 sq mi)
Populasi
 ((2014))[1]
 • Total203,153
 • Kepadatan848/km2 (2,200/sq mi)
Demografi
 • AgamaIslam, Kristen, Buddha, Konghucu, Hindu
 • BahasaMelayu, Bahasa Jawa, Bahasa Hokkien, Bahasa Minang, Bahasa Tiochiu
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
29000
Kode BPS
2172
Kode Kemendagri21.72
Kode SNI 7657:2023TPG
DAURp. 252.716.560.000,-
Situs webwww.tanjungpinangkota.go.id

Tanjungpinang atau Tanjung Pinang (disingkat Tg. Pinang) adalah ibu kota Kepulauan Riau, Indonesia. Yang terletak di Pulau Bintan dengan koordinat 0º5' LU dan 104º27' BT.

Kota ini memiliki cukup banyak daerah pariwisata seperti Pulau Penyengat yang hanya berjarak kurang lebih 2 mil dari Pelabuhan Sri Bintan Pura, Pantai Trikora dengan pasir putihnya terletak kurang lebih 65 km dari kota, dan Pantai Buatan yaitu Tepi Laut yang terletak di garis pantai pusat kota sebagai pemanis atau wajah kota (waterfront city).

Pelabuhan Laut Tanjungpinang di Sri Bintan Pura memiliki kapal-kapal jenis feri dan feri cepat (speedboat) untuk akses domestik ke pulau Batam dan pulau-pulau lain seperti Kepulauan Karimun dan Kundur, serta kota-kota lain di Riau. Pelabuhan ini juga merupakan akses internasional ke Malaysia dan Singapura.

Sejarah

Berdasarkan Sulalatus Salatin, Tanjungpinang merupakan bagian dari Kerajaan Malaka. Setelah jatuhnya Malaka ke tangan Portugal, Sultan Mahmud Syah menjadikan kawasan ini sebagai pusat pemerintahan Kesultanan Malaka. Kemudian menjadi pusat pemerintahan Kesultanan Johor, sebelum diambil alih oleh Belanda setelah mereka menundukan perlawanan Raja Haji Fisabilillah tahun 1784 di Pulau Penyengat.

Pada masa Hindia Belanda, Tanjungpinang merupakan pusat pemerintahan Residentie Riouw. Kemudian di awal kemerdekaan Indonesia, menjadi ibu kota Kabupaten Kepulauan Riau. Pada tahun 1957, Tanjungpinang menjadi ibu kota Provinsi Riau. Namun dua tahun kemudian ibu kota propinsi itu dipindahkan ke Pekanbaru.[2] Setelah itu statusnya menjadi Kota Administratif hingga tahun 2000. Berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 2001, pada tanggal 21 Juni 2001 statusnya ditingkatkan menjadi Kota Tanjungpinang. Pusat pemerintahan yang semula berada di pusat Kota Tanjungpinang, kemudian dipindahkan ke Senggarang (bagian utara kota).[3] Hal ini bertujuan untuk pemerataan pembangunan serta mengurangi kepadatan penduduk yang selama ini berpusat di Kota Lama (bagian barat kota). Pada tahun 2002, Kota Tanjungpinang kembali menjadi ibu kota provinsi, yakni Provinsi Kepulauan Riau.

Pemerintahan

Pada tahun 2002 Dra. Hj. Suryatati A. Manan terpilih sebagai walikota pertama melalui pemilihan oleh DPRD Kota Tanjungpinang. Pada tahun 2007, ia terpilih kembali untuk menjadi Wali Kota Tanjungpinang. Kemudian pada tahun 2013, ia digantikan oleh H. Lis Darmansyah.

Wilayah administrasi pemerintahan Kota Tanjungpinang terbagi menjadi 4 kecamatan dan 18 kelurahan.

Kecamatan-kecamatan di Kota Tanjungpinang adalah:

Geografi

Sebagian wilayah Tanjungpinang merupakan dataran rendah, kawasan rawa bakau, dan sebagian lain merupakan perbukitan, sehingga lahan kota sangat bervariasi dan berkontur.

Iklim

Kota Tanjungpinang maupun Pulau Bintan keseluruhan beriklim tropis dengan temperatur 23 °C – 34 °C. Tekanan udaranya berkisar antara 1.010,2 mbs dan 1.013,7 mbs.

Musim

Secara resmi memiliki musim kemarau dan musim penghujan. Tidak ada perbedaan musim yang mencolok di daerah ini. Hujan dapat turun sepanjang tahun. Namun setiap akhir sampai dengan awal tahun terjadi "Angin Utara" yang sangat berbahaya dengan gelombang yang sangat kuat.

Kependudukan

Komposisi etnis Kota Tanjungpinang pada tahun 2010
Etnis Jumlah (%)
Melayu 30,7
Jawa 27,9
Tionghoa 13,5
Minangkabau 9,5
Batak 6,6
Sunda 2,8
Bugis 1,9
Lain-lain 7,1
Sumber: Sensus Penduduk Tahun 2010[4]

Suku Melayu merupakan penduduk asli dan kelompok suku bangsa terbesar di Tanjungpinang. Disamping itu terdapat pula Suku Bugis, Suku Minang, Orang Laut dan Tionghoa yang sudah ratusan tahun berbaur dengan Suku Melayu dan menjadi penduduk tetap semenjak zaman Kesultanan Johor-Riau dan Residentie Riouw.[4] Suku Bugis awalnya menetap di Kampung Bugis dan Suku Tionghoa banyak menempati Jalan Merdeka dan Pagar Batu. Setelah masa kemerdekaan, orang Jawa dan Minang mulai ramai mendatangi Tanjungpinang. Dimana orang Minang sebagian besar menempati pemukiman di sekitar pasar[5], sedangkan Suku Jawa banyak yang bermukim di Kampung Jawa.

Bahasa yang digunakan di Tanjungpinang adalah Bahasa Melayu klasik. Bahasa Melayu di kota ini hampir sama dengan Bahasa Melayu yang digunakan di Singapura. Disamping itu, banyak pula yang menggunakan Bahasa Jawa, Minangkabau dan Batak.[6] Masyarakat Tionghoa yang dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan, sebagian masih menggunakan Bahasa Tiochiu dan Hokkien dalam berkomunikasi.

Perkampungan nelayan di Senggarang

Transportasi

Transportasi di Tanjungpinang sebagian besar masih mengandalkan transportasi laut. Di kota ini terdapat 24 pelabuhan domestik dan satu pelabuhan internasional yaitu Pelabuhan Sri Bintan Pura.[2] Untuk terminal angkutan kota, hanya ada satu yaitu Terminal Sei Carang. Sedangkan untuk pengangkutan udara, kota ini dilayani oleh Bandar Udara Internasional Raja Haji Fisabilillah yang memiliki kapasitas 610.000 orang per tahun. Pada tahun 2014, penumpang yang datang melalui bandara ini berjumlah 135.797 penumpang, sedangkan yang berangkat sebanyak 132.735 orang.[2]

Perekonomian

Pada tahun 2001, sektor perdagangan, hotel, dan restoran memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam membangun perekonomian kota Tanjungpinang yaitu sebesar 35,54% kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan 15,37%, sektor bangunan 13,29%, sektor jasa-jasa 12,51%, dan sektor pengangkutan dan komunikasi 10,82%. Sedangkan sektor lainnya meliputi sektor listrik, gas, dan air bersih, keuangan, pertanian, dan sektor pertambangan dan penggalian sebesar 12,47%.[7]

Pariwisata

Pulau Penyengat dilihat dari Tanjungpinang

Pulau Penyengat merupakan salah satu kawasan wisata di Kota Tanjungpinang. Pulau seluas 3,5 km² ini berada di sebelah barat kota Tanjungpinang dan dapat ditempuh 15 menit dengan transportasi laut. Pada pulau ini terdapat banyak peninggalan lama dengan wujud bangunan dan makam yang telah dijadikan situs cagar budaya. Selain itu juga dijumpai kelenteng atau vihara di kawasan Kampung Bugis dan Senggarang yang sekaligus menjadi kawasan wisata religi. Wisata lainnya juga dapat ditemukan di Pantai Impian, Tugu Pensil, Tepi Laut, Mall Ramayana Tanjung Pinang, Bestari Mall, Bintan Indah Mall, Tanjungpinang City Center dan sebagainya.

Pariwisata di Kota Tanjungpinang ditunjang oleh adanya 8 hotel berbintang, 32 hotel melati,[2] 34 rumah makan dan pusat-pusat belanja yang terdiri dari 13 supermarket serta pertokoan yang tersebar di wilayah kota. Pada tahun 2014, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara sebagian besar berasal dari Singapura (71,39%) dan diikuti oleh Malaysia (13,71%). Wisatawan dari luar ASEAN terutama berasal dari China (3,31%), India (2,21%) dan Inggris (1,08%).[2] Kota ini juga menawarkan sajian kuliner aneka hidangan laut dan masakan Cina.[8]

Galeri

Referensi

  1. ^ "Profil Daerah Tanjungpinang". Diakses tanggal 2015-07-06. 
  2. ^ a b c d e Kota Tanjungpinang Dalam Angka 2015, Badan Pusat Statistik, 2015
  3. ^ Dulu Terpisah Kini Jadi Pusat Pemerintahan
  4. ^ a b Nicholas J. Long; Being Malay in Indonesia: Histories, Hopes and Citizenship in the Riau Archipelago, 2013
  5. ^ Novendra, Nov., Peranan Orang Minang Dalam Perekonomian Kota Administratif Tanjung Pinang, Depdikbud, 1999
  6. ^ U.U. Hamidy, Bahasa Melayu Riau: Sumbangan Bahasa Melayu Riau kepada Bahasa dan Bangsa Indonesia, Pustaka A.S., 1981
  7. ^ ciptakarya.pu.go.id Profil Kota Tanjungpinang (diakses pada 4 Februari 2012)
  8. ^ www.bappedatanjungpinang.info Sekilas Kota Tanjungpinang (diakses pada 4 Februari 2012)

Pranala luar