Pangkalan TNI Angkatan Udara Dominicus Dumatubun

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari PAU Langgur)
Pangkalan TNI AU Dominicus Dumatubun
Lambang Lanud
NegaraIndonesia Indonesia
Cabang TNI Angkatan Udara
Tipe unitPangkalan Udara Militer Tipe C
Bagian dariKomando Operasi Udara III
Moto"Prayatna Kerta Gegana"
Situs webwww.tni-au.mil.id
Pangkalan TNI AU Dominicus Dumatubun
Informasi
JenisMiliter
PengelolaTNI AU
LokasiLanggur, Kepulauan Kai, Indonesia
Ketinggian dpl3 mdpl
Situs webLanud D. Dumatubun
Landasan pacu
Arah Panjang Permukaan
kaki m
09/27 6,200 1,300 Beton
Sumber: World Aero Data[1]

Pangkalan TNI Angkatan Udara Dominicus Dumatubun atau disingkat menjadi Lanud Dominicus Dumatubun adalah pangkalan militer milik TNI AU tipe C, yang terletak di Langgur, Kabupaten Maluku Tenggara, Maluku. Pangkalan ini merupakan bagian dari Koopsau III. Sebagai pangkalan TNI AU tipe C, maka ia dipimpin oleh seorang perwira menengah berpangkat Letnan Kolonel.

Lanud ini memiliki ukuran landasan pacu berukuran 1.300 x 30 m. Pangkalan yang berjarak sekitar 3,5 km dari pusat kota, Tual, ini merupakan pangkalan strategis untuk pertahanan wilayah Timur Indonesia karena berdekatan dengan ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) III.

Lanud ini dibangun sejak zaman pendudukan tentara Jepang pada tahun 1942 sebagai salah satu basis pertahanannya di wilayah Timur. Pangkalan ini dan beberapa pangkalan lainnya sempat terbengkalai, dan dibangun kembali oleh TNI AU pada tahun 1951. Lanud ini pada tahun 1952 berstatus sebagai Perwakilan Kesatuan Penghubung Udara Langgur dibawah pengawasan PAU Laha.

Sejak 18 November 1969, Lanud ini diberi nama Pangkalan TNI Angkatan Udara Dominicus Dumatubun hingga sekarang. Lanud ini, sejak April 2023 dipimpin oleh Letkol Pas Muhammad Junaidi, S,H. hingga sekarang.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Jaman pendudukan Jepang[sunting | sunting sumber]

Pada saat Perang Dunia II, Jepang berusaha untuk bisa menjangkau seluruh daerah bekas jajahan Belanda, termasuk Maluku. Pada 12 Juli 1942, Jepang tiba di Pulau Dullah dan Pulau Kei Kecil. Mereka lalu mendatangkan alat-alat berat untuk membangun landasan pesawat udara karena daerah ini bernilai strategis.[2]

Lapangan terbang yang berhasil dibangun di Pulau Kei Kecil ada 4, yaitu:

  1. Lapangan terbang Langgur, yang berlokasi di antara desa Langgur dengan desa Kolser.[3]
  2. Lapangan terbang Faan, yang berlokasi di desa Faan.[3]
  3. Lapangan terbang Letwuan, yang berlokasi di antara desa Letwuan dan desa Ngabub.[3]
  4. Lapangan terbang Dullah Laut di Pulau Dullah Utara, Tual.[3]

Lapangan-lapangan terbang tersebut dipergunakan sebagai basis pertahanan diri dari serangan Sekutu, hingga akhirnya Jepang kalah dalam peperangan dan semua lapangan terbang ini ditinggalkan.[3]

1945 - 1950[sunting | sunting sumber]

Pada 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya dan di saat yang hampir bersamaan, Jepang menyerah kalah kepada sekutu. AURI sendiri, yang dikukuhkan pada 9 April 1946, belum melebarkan sayapnya hingga ke Maluku Tenggara hingga terbentuknya kabupaten dengan nama yang sama pada 22 Desember 1951 dengan ibukotanya, Tual. Dan satu-satunya pangkalan udara yang aktif disana, adalah Pangkalan Angkatan Udara (PAU) Laha berkedudukan di Pulau Ambon. PAU Laha sekarang lebih dikenal sebagai Bandar Udara Internasional Pattimura.[4]

1951 - 1968[sunting | sunting sumber]

Awal Desember 1951, utusan AURI, Kapten Udara Noerzain mengadakan kunjungan ke Maluku Tenggara untuk menjajagi kemungkinan penempatan perwakilannya di kabupaten yang baru terbentuk. Dari 4 lapangan terbang yang ditinjau, dipilihlah Lapangan Terbang Langgur dengan pertimbangan jarak dengan Tual sebagai ibukota kabupaten yang cukup dekat, berkisar 3,5 Km.[5]

Pada Januari 1952, korps Zeni TNI Angkatan Darat datang ke kabupaten ini untuk melakukan perbaikan di lapangan terbang tersebut. Ketika dalam proses pembangunan, Komisaris Besar Polisi Soekanto Tjokrodiatmodjo sedang mengadakan kunjungan kerja ke Tual dengan pesawat PBY Catalina yang bisa mendarat di perairan ataupun landasan darat. Namun karena landasan Langgur sudah siap dipergunakan, maka pesawat itu akhirnya mendarat di lapangan terbang Langgur.[5]

Lapangan terbang Langgur ditetapkan koordinatnya : 05.40° Lintang Selatan dan 132.43° Bujur Timur atau 05.40 S - 132.43 E. Lapangan terbang ini memiliki landasan dengan panjang 1.300 m, memanjang dari timur ke barat. Landasan ini memiliki lebar 30 m, utara ke selatan, dengan bahu landasan 60 meter di kedua sisinya. Pada 1 Maret 1952, lapangan ini diserahkan dari koprs Zeni TNI AD kepada AURI dan diterima oleh KASAU waktu itu, Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma dan disaksikan oleh kepala desa Langgur, Bapak Demianus Dumatubun. Dalam kesempatan itu, diberikan sebuah miniatur C-47 Dakota kepada kepala desanya, sebagai cendera mata.[5] Sarana perkantoran dan perumahan anggota berupa kontruksi semi-permanen dan ditempati oleh 10 orang pekerja harian dan satu orang anggota militer secara bergilir dari PAU Laha.[6]

Lapangan terbang ini, kemudian ditetapkan untuk berada di bawah pengawasan dari PAU Laha dengan sebutan Perwakilan Kesatuan Penghubung Udara Langgur, dimana Kepala Perwakilannya yang pertama adalah Letnan Muda Udara II Sukardi. Pada 19 Juli 1954, KASAU Soerjadi Soerjadarma beserta rombongan mendarat di Langgur dengan naik pesawat C-47 Dakota. Dalam penerbangan ini, mereka dikawal oleh sebuah pesawat pembom B-25 dengan penerbang Kolonel Udara Nordraven dalam rangka untuk pemeriksaan lapangan-lapangan udara di Maluku.[7]

Tanggal 15 Oktober 1955, lanud ini diubah namanya menjadi Kesatuan Penghubung Udara Langgur dengan Pembantu Letnan Muda Udara II (LMU II) J.N. Annakotta sebagai komandannya hingga Juni 1962.[8]

Pada 1 April 1957, KASAU saat itu, Soerjadi Soerjadarma, menerbitkan Surat Keputusan Nomor 61 Tahun 1957 dan baru berlaku pada 9 April 1957, yang menetapkan hal-hal sebagai berikut[8]:

  • Sebutan Pangkalan Udara menjadi Pangkalan Angkatan Udara
  • Sebutan Detasemen Udara menjadi Detasemen Angkatan Udara dengan catatan Detasemen M.B.A.U menjadi Pangkalan Angkatan Udara Jakarta
  • Sebutan Kesatuan Penghubung menjadi Detasemen Angkatan Udara

Sejak 9 April 1957 pangkalan ini menjadi Detasemen Angkatan Udara (Detasemen AU) Langgur dengan komandan yang sama sejak 15 Oktober 1955, dan dibawah pengawasan PAU Laha.[9]

Sejak awal tahun 1959, AURI bersama angkatan lainnya melaksanakan serangan secara fisik dalam rangka Operasi Trikora. Sebagai persiapan, dibukalah kembali beberapa lapangan terbang peninggalan tentara Jepang yang bernilai strategis di kawasan Timur Indonesia termasuk lapangan terbang Letfuan di Pulau Kei Kecil, Maluku Utara, berjarak 18 Km dari Detasemen AU Langgur.[10]

Pada 15 Mei 1959, dimulailah pekerjaan pembukaan lapangan terbang Letfuan dengan pembabatan semak belukar oleh personil militer Detasemen AU Langgur bersama-sama Pemerintah Negeri Letfuan. Pekerjaan ini berfokus pada pembangunan landasan pacu sepanjang 1.800 m membujur dari Timur ke Barat dengan lebar 100 m melintang dari Utara ke Selatan.[11][12]

Tanggal 15 April 1961 dilakukan uji coba pendaratan pertama di lapangan terbang Letfuan menggunakan pesawat C-47 Dakota dengan penerbang Letnan Udara 1 (LU. I) Hamzana dengan hasil baik. Pengelolaannya diserahkan kepada Detasemen AU Langgur, sehingga namanya menjadi Detasemen Angkatan Udara Letfuan/Langgur, dengan komandan masih LMU. I. J.N. Annakotta. Lapangan Terbang Langgur dan Letfuan, adalah dua tempat terpisah. Lapangan terbang Langgur terletak sekitar 3.5 Km dari Tual dan sekarang dikenal sebagai Pangkalan TNI AU Dominicus Dumatubun. Lapangan terbang Letfuan terletak 21,5 Km dari Tual, 18 Km arat Barat dari Langgur, dan sekarang sudah tidak dioperasikan lagi, walaupun masih di bawah pengawasan Pangkalan TNI AU Dominicus Dumatubun.[13]

Sejak bulan Juni 1961, komandannya adalah Kapten Udara S. Tjondronegoro. Pada 15 Juni 1963, Menteri/Panglima Angkatan Udara (Menpangau) - Laksamana Muda Udara Omar Dhani menerbitkan Surat Keputusan Menteri/Panglima Angkatan Udara nomor 24 tahun 1963 tentang klasifikasi dari Pangkalan Angkatan Udara. Pada lampirannya, Detasemen Angkatan Udara Letfuan/Langgur berada di bawah pengawasan Komando Regional Udara (KORUD) IV yang berkedudukan di Biak, sehingga namanya berubah menjadi Pangkalan Detasemen Letfuan/Langgur.[14]

Komandan pangkalan ini yang tercatat adalah :[15]

  1. Kapten Udara S. Tjondronegoro (Juni 1961 - November 1962)
  2. Letnan Udara II A, Zanarzan (November 1962 - Maret 1963)
  3. LMU I R.J. Hadisubroto (Maret 1963 - 28 Februari 1965)
  4. LMU I Capa J.N. Annakotta (1 Maret 1965 - November 1970)

Lanud ini memainkan peranan penting dalam operasi pembebasan Irian Barat atau yang dikenal dengan nama Operasi Trikora pada tahun 1961 - 1962. Dalam masa itu ditempatkan beberapa pesawat andalan TNI AU, yaitu:[16]

  1. Enam buah pesawat P-51 Mustang, dimana salah satu pilotnya adalah Mayor Udara Loely Wardiman.
  2. Beberapa pesawat B-25, salah satu penerbangnya adalah Mayor Udara Mudjio.
  3. Enam buah pesawat PBY Catalina dan UF-Albatros dengan komandan Mayor Udara Sunardi.

Pada 13 Januari 1962, dua pesawat C-130 Hercules dengan penerbang Mayor Udara Pribadi dan Mayor Udara M. Leod yang mendarat di Lapangan Terbang Letfuan. Kedua pesawat itu membawa Deputi Kepala Staf TNI Angkatan Laut, Komodor Laut Yos Sudarso, Assisten Operasi Kepala Staf TNI Angkatan Darat Kolonel Inf. Moerdjid dan Perwira Operasi AURI untuk Indonesia Timur, Kolonel Udara Sugoro dan perwira infiltrasi Mayor Inf. Roedjito.[17]

Landasan Lapangan Terbang Letfuan diperpanjang sejak Februari 1962 agar bisa didarati oleh pesawat-pesawat tempur Mikoyan-Gurevich MiG-17 dan pesawat pembom B-25.[18] Perpanjangan landasan dilaksanakan oleh Korps Zeni TNI-AD, dibawah pimpinan Kapten Zeni Toet Setjohadi dan juga dibantu oleh Letnan Czi Try Sutrisno (mantan Wapres RI). Landasan Letfuan itu terletak di 132.42 derajat Bujur Timur 05.46 derajat Lintang selatan. Landasan ini memilik panjang 2.100 meter (Timur-Barat) dan lebar 100 meter (Utara-Selatan) dengan ketinggian 15 feet dari permukaan laut. Sedangkan R/W Azimut adalah 11-29.[19]

Pada bulan Maret 1962, Angkatan Udara menempatkan peralatan radar di Langgur yang kemudian dipindahkan ke Letfuan. Radar itu berfungsi untuk Ground Control Interception (GCI), mendeteksi pergerakan pasukan musuh di darat. Radar itu juga difungsikan sebagai sistem peringatan dini (Early Warning System) dan saat itu dioperasikan oleh Letnan Muda Udara I (LMU I) Soenaryo yang juga pernah menjabat sebagai komandan pangkalan ini.[20]

Pangkalan ini juga pernah berfungsi sebagai:[21]

  1. Pertahanan Udara yang diperkuat dengan pesawat Mikoyan-Gurevich MiG-17.
  2. Pangkalan Pemburu Taktis, dengan pesawat P-51 Mustang
  3. Pangkalan Pesawat Pembom Sedang dan Ringan II dengan pesawat-pesawat North American B-25 Mitchell dan B-26.
  4. Pangkalan Pesawat Transpor dan SAR yang diperkuat dengan pesawat-pesawat C-130 Hercules, C-47 Dakota, PBY Catalina dan Albatros.

Pangkalan Udara Langgur dan Letfuan, dalam konsep operasi Angkatan Udara Mandala (AULA) merupakan daerah depan atau dikenal juga dengan pangkalan aju. Pada 29 Juni 1962, dilaksanakan operasi pengintaian terhadap kapal-kapal di sekitar 12 mil dari perairan Tual, Langgur dan Letfuan. Namun pada hari itu terjadi kecelakaan dalam penerbangan yang dipimpin oleh Flight Leader (pilot pemimpin) pesawat P-51 Mustang, Kapten Udara Gunadi, yang mengalami kegagalan tinggal landas dari Langgur, jatuh terbakar ketika menabrak sebuah bukit kecil yang terletak beberapa ratus meter di ujung landasan. Dalam peristiwa ini, pilotnya, gugur di tempat, dan sedang disaksikan oleh Panglima Mandala Mayor Jenderal Soeharto yang sedang berada di lapangan terbang Letfuan.[22][23][24]

1969 - sekarang[sunting | sunting sumber]

Tanggal 22 September 1969, Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong (DPR-GR) Kabupaten Maluku Tenggara mengeluarkan pernyataan nomor 3/DPR-GR/69 yang ditujukan kepada KASAU, Panglima Komando Wilayah Udara III (PANGKOWILU III) di Makassar berisikan bahwa nama almarhum Letnan Udara II Penerbang Dominicus Dumatubun, putra asli daerah Langgur, untuk bisa diabadikan sebagai nama Pangkalan Angkatan Udara Letfuan/Langgur.[25]

Pangkowilu III Makassar, pada 1 November 1969 mengeluarkan Radiogram Nomor 1791 dengan isi permohonan untuk mengabadikan nama Letnan Udara II Penerbang Dominicus Dumatubun sebagai nama Pangkalan Angkatan Udara Letfuan/Langgur.[26]

Pada 18 November 1969, berdasarkan Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor 65 tahun 1969, maka lanud ini diberi nama Lanud Dominicus Dumatubun sebagai penghargaan kepada pahlawan TNI AU, Letnan Udara Dua Dominicus Dumatubun yang gugur pada 22 Mei 1960 ketika melaksanakan tugas latihan terbang malam.[27] Upacara peresmian perubahan nama dari PAU Letfuan/Langgur menjadi Lanud Dominicus Dumatubun dihadiri oleh Pangkodau VII, Kasrem Trikora, Almarhum Kolonel Infanteri Gerald Dumatubu, yang juga kakak kandung dari Dominicus Dumatubun.[28]

Pada 9 Mei 2018, berdasarkan peraturan KASAU Nomor 13 tahun 2018 tentang penetapan dan pengesahan organisasi Komando Operasi Angkatan Udara III dan berdasarkan telegram KASAU Nomor T/19/2018 tanggal 14 Mei 2018 tentang Serah Terima Tanggung Jawab 8 Lanud dari Wilayah Tanggung Jawab Kooopsau II ke Koopsau III maka lanud ini termasuk lanud yang beralih wilayah ke Koopsau III. Dan sejak itu, maka lanud ini berubah dari tipe D ke tipe C.[29]

Sebagai pangkalan yang terletak berdekatan dengan jalur ALKI (Alur Laut Kepulauan Indonesia) III, maka lanud ini memiliki posisi strategis untuk pertahanan di wilayah Timur Indonesia yang rawan akan pelanggaran.[30][31]

Maskapai penerbangan dan tujuan[sunting | sunting sumber]

MaskapaiTujuan
Aviastar Larat, Saumlaki
Garuda Indonesia Ambon
Trigana Air Service Ambon, Dobo, Saumlaki
Wings Air Ambon

Terminal[sunting | sunting sumber]

  • Terminal A Dikhususkan untuk maskapai Garuda Indonesia.
  • Terminal B Dikhususkan untuk untuk Maskapai Umum.

Panjang Landasan[sunting | sunting sumber]

  • landas pacu meter menjadi 2.350 x 45 meter (7.710 ft × 148 ft) meter permukaan Beton akan mendarat pesawat berbadan lebar.

Komandan[sunting | sunting sumber]

Era Perwakilan Kesatuan Penghubung Udara Langgur[sunting | sunting sumber]

  1. Letnan Muda Udara II Sukardi (1 Maret 1952–14 Oktober1955)

Era Lanud Dominicus Dumatubun[sunting | sunting sumber]

  1. LU II J.N. Annakotta (1969–1970)[28]
  2. LMU II B. Bedatupen (1970–1971)[28]
  3. Letda POM J. Renwarin (1971–1972)[28]
  4. Lettu Lek F.X. Soedjoko (1974–1976)[32]
  5. Mayor PJ Seogito (1976–1981)[32]
  6. Mayor PLLU Sunaryo (1981–1985)[32]
  7. Mayor Soewarto (1985–1987)[32]
  8. Kapten Psk Sabar J.S. (1987–1987)[32]
  9. Mayor Psk Suyitno (1987–1991)[32]
  10. Letkol Psk R.E. Hasibuan (1991–1995)[32]
  11. Mayor Psk Soegiyo (1995–1999)[32]
  12. Mayor Psk Puguh Sudiono (1999–2001)[32]
  13. Mayor Lek A. Laksono (2001–2004)[32]
  14. Mayor Pnb Yulianta (2004–2005)[32]⭐⭐
  15. Mayor Psk Anis N (2005–2007)[32]
  16. Mayor Nav Anang S (2007–2009)[33]
  17. Mayor Nav Irman F (2009–2011)[33]
  18. Mayor Nav Ego Mustafa T. (2011–2013)[33]
  19. Letkol Pnb I Ketut A.A. (2013–2015)[33]
  20. Letkol Pnb H.E. Sasmoyo (2015–2017)[33]
  21. Letkol Pnb Rony Widodo (2017–2018)[33]
  22. Letkol Pnb Sonny Irawan, S.E., M.M., (2018–05 Januari 2020)
  23. Letkol Pnb Yulianto Nurcahyo (8 Januari 2020–2021)[34][35]
  24. Letkol Pnb Ruli Surya P.S.[35] (2021-2023)
  25. Letkol Pas Muhammad Junaidi, S.H. (2023-Sekarang)

Referensi[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Informasi bandar udara World Aero Data untuk WAPL
  2. ^ Irawan 2019, hlm. 14.
  3. ^ a b c d e Irawan 2019, hlm. 15.
  4. ^ Irawan 2019, hlm. 16-17.
  5. ^ a b c Irawan 2019, hlm. 19-20.
  6. ^ Irawan 2019, hlm. 52.
  7. ^ Irawan 2019, hlm. 22.
  8. ^ a b Irawan 2019, hlm. 23.
  9. ^ Irawan 2019, hlm. 24.
  10. ^ Irawan 2019, hlm. 26.
  11. ^ Irawan 2019, hlm. 27.
  12. ^ Suyitno 1989, hlm. 8.
  13. ^ Irawan 2019, hlm. 28-29.
  14. ^ Irawan 2019, hlm. 30.
  15. ^ Irawan 2019, hlm. 31.
  16. ^ Irawan 2019, hlm. 40.
  17. ^ Irawan 2019, hlm. 41.
  18. ^ Djati 1996, hlm. 29.
  19. ^ Irawan 2019, hlm. 42.
  20. ^ Irawan 2019, hlm. 43.
  21. ^ Irawan 2019, hlm. 44.
  22. ^ Irawan 2019, hlm. 45-46.
  23. ^ Penerangan TNI AU, Dinas (09 Agustus 2016). "Monumen Kapten Udara Gunadi Di Lanud Dominicus Dumatubun". TNI Angkatan Udara. Diakses tanggal 24 Januari 2020. 
  24. ^ Djati 1989, hlm. 79 dan 230.
  25. ^ Irawan 2019, hlm. 33.
  26. ^ Irawan 2019, hlm. 34.
  27. ^ Irawan 2019, hlm. 7.
  28. ^ a b c d Irawan 2019, hlm. 35.
  29. ^ Irawan 2019, hlm. 9-10.
  30. ^ "Perkuat Pertahanan Indonesia Timur, TNI AU Bangun 2 Skuadron". CNN Indonesia. 13 Juni 2019. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  31. ^ Ayal, Jimmy (13 Juni 2019). "Kasau : Lanud Dumatubun strategis untuk pertahanan". Antara News. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  32. ^ a b c d e f g h i j k l Irawan 2019, hlm. 36.
  33. ^ a b c d e f Irawan 2019, hlm. 37.
  34. ^ Koopsau III, Penerangan (09 Januari 2020). "Pelantikan Serah Terima Jabatan Komandan Lanud D.Dumatubun". TNI Angkatan Udara. Diakses tanggal 18 Januari 2020. 
  35. ^ a b Koopsau III, Penerangan (30 Agustus 2021). "Serah Terima Jabatan Komandan Lanud Dominicus Dumatubun". TNI Angkatan Udara. Diakses tanggal 31 Oktober 2021. 

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  1. Djati, Marsma TNI Poengky Poernomo (1996). Perjuangan AURI dalam Trikora. Jakarta: Markas Besar TNI Angkatan Udara. 
  2. Irawan, Letkol Pnb. Sonny; S.E., M.M. (2019). Warisan Perjuangan | Pangkalan TNI AU D. Dumatubun. GMB-Indonesia. ISBN 978-602-476-311-4. 
  3. Suyitno, Kapten Psk (1989). Sejarah Pangkalan TNI AU Dumatubun dan Pangkalan TNI AU Letfuan. Lanud Dumatubun. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]