Kepulauan Kapoposang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kepulauan Kapoposang
Nama lokal:

ᨄᨘᨒᨚᨄᨘᨒᨚ ᨀᨄᨘᨄᨘᨔ (Bugis)
ᨒᨗᨕᨘᨒᨗᨕᨘᨀ ᨀᨄᨘᨄᨘᨔ (Makassar)
Perairan bawah laut di Kepulauan Kapoposang
Kepulauan Kapoposang di Sulawesi Selatan
Kepulauan Kapoposang
Kepulauan Kapoposang
Kepulauan Kapoposang di Sulawesi
Kepulauan Kapoposang
Kepulauan Kapoposang
Kepulauan Kapoposang di Indonesia
Kepulauan Kapoposang
Kepulauan Kapoposang
Kepulauan Kapoposang di Asia Tenggara
Kepulauan Kapoposang
Kepulauan Kapoposang
Etimologidari bahasa Bugis dan bahasa Makassar dialek Tupabbiring, yakni "Kapuppusang" (kata dasar puppu' dalam bahasa Bugis/puppusu' dalam bahasa Makassar) yang bermakna "yang terakhir, penghabisan, ujung".
Geografi
LokasiSelat Makassar
Asia Tenggara
Samudra Hindia
Koordinat4°42′1.550″S 119°1′43.340″E / 4.70043056°S 119.02870556°E / -4.70043056; 119.02870556
KepulauanKepulauan Spermonde, Kepulauan Sunda Besar (Pulau Sulawesi dan Pulau-pulau Kecil Sekitarnya), Kepulauan Indonesia
Dibatasi olehSelat Makassar
Jumlah pulau6 (enam)
Pulau besarKapoposang, Pandangang, Gondong Bali
Luas50.000 hektare (500 km2) km2[1]
Pemerintahan
Negara Indonesia
Provinsi Sulawesi Selatan
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan
KecamatanLiukang Tupabbiring
DesaMattiro Matae
Mattiro Ujung
Kependudukan
Penduduk2.141 jiwa (2018)
BahasaBugis, Makassar, Mandar
Kelompok etnikBugis, Makassar, Mandar
Info lainnya
Zona waktu
Peta wilayah kawasan Kepulauan Kapoposang
Pulau Kapoposang merupakan pulau terbesar di gugusan Kepulauan Kapoposang yang terletak di bagian paling barat kepulauan tersebut
Nomor 40–45 menunjukkan lokasi pulau-pulau di gugusan Kepulauan Kapoposang

Kepulauan Kapoposang atau Pulau-pulau Kapoposang (Bugis: ᨄᨘᨒᨚᨄᨘᨒᨚ ᨀᨄᨘᨄᨘᨔ, translit. Pulo-pulo Kapuppusang, har. 'Kepulauan Yang Terakhir, Penghabisan, Ujung' ; Makassar: ᨒᨗᨕᨘᨒᨗᨕᨘᨀ ᨀᨄᨘᨄᨘᨔ, translit. Liu'-liukang Kapuppusang, har. 'Kepulauan Yang Terakhir, Penghabisan, Ujung') adalah nama sebuah kepulauan atau sekelompok pulau di Indonesia, subbagian dari Kepulauan Spermonde, yang secara geografis terletak di perairan Selat Makassar dengan gugusan pulau-pulau kecil berjumlah enam baik berpenghuni maupun tidak berpenghuni. Luas kepulauan ini adalah sekitar 50 ribu hektare.

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Nama "Kapoposang" berasal dari bahasa Bugis dan bahasa Makassar dialek Tupabbiring, yakni "Kapuppusang" (kata dasar puppu' dalam bahasa Bugis/puppusu' dalam bahasa Makassar) yang bermakna "yang terakhir, penghabisan, ujung". Hal ini tidak terlepas dari wilayah kepulauan tersebut terletak di luar atau wilayah terakhir yang berbatasan langsung dengan perairan di wilayah Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan.

Batas-batas kawasan[sunting | sunting sumber]

No. Koordinat Letak Astronomis Luas Kawasan (Ha)
Lintang Selatan (X) Bujur Timur (Y)
1 04°39'60" 118°54'25" 50.000
2 04°39'50" 119°05'49"
3 04°37'26" 119°08'27"
4 04°40'17" 119°10'27"
5 04°46'30" 119°06'10"
6 04°52'08" 119°06'12"
7 04°52'09" 118°57'58"
8 04°48'20" 118°57'32"
9 04°52'09" 118°57'58"

Pulau-pulau[sunting | sunting sumber]

Terdapat enam buah pulau dalam wilayah Kepulauan Kapoposang dengan rincian sebagai berikut:

No. Nama Luas daratan (km²), sumber BPN RI Kependudukan Wilayah administrasi
1. Pulau Gondong Bali 0,182 berpenghuni Desa Mattiro Matae
2. Pulau Kapoposang 0,483 berpenghuni Dusun Pulau Kapoposang, Desa Mattiro Ujung
3. Pulau Pammanggangang 0,054 tidak berpenghuni Desa Mattiro Matae
4. Pulau Pandangang 0,167 berpenghuni Dusun Pulau Pandangang, Desa Mattiro Ujung
5. Pulau Saranti 0,033 tidak berpenghuni Desa Mattiro Matae
6. Pulau Tambakulu 0,104 tidak berpenghuni Desa Mattiro Matae

Aksesibilitas[sunting | sunting sumber]

Peta aksesibilitas dari daratan Sulawesi Selatan menuju ke wilayah Kepulauan Kapoposang dan sebaliknya

Kawasan Kepulauan Kapoposang berjarak 68,70 km (37,10 mil laut) dengan baringan kompas 313° arah barat laut Kota Makassar. Kepulauan ini dapat dicapai dengan menggunakan perahu motor jenis jolloro' atau kapal reguler yang berkapasitas 30 orang selama 5 jam dari Pelabuhan Paotere Kota Makassar, 4 jam dari Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Dermaga Maccini Baji Kecamatan Labakkang, Pangkep), dan 3,5 jam dari Pulau Balang Lompo (ibu kota Kecamatan Liukang Tupabbiring).[2][3] Alat transportasi tersebut disewa dengan harga terjangkau sesuai dengan kesepakatan penyewa. Harga sewa perahu/kapal berkisar Rp500 ribu, sehingga kamu perlu mengajak beberapa orang agar lebih hemat.[4]

Taman wisata perairan[sunting | sunting sumber]

Saat ini Kepulauan Kapoposang telah dijadikan sebagai taman wisata perairan dengan nomenklatur "Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya". TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya merupakan salah satu Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang sebelumnya ditetapkan berdasarkan SK Menhut No.588/Kpts-VI/1996 sebagai Taman Wisata Alam. Berdasarkan Berita Acara Serah terima Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam dari Departemen Kehutanan Kepada Departemen Kelautan dan Perikanan Nomor: BA.01/Menhut-IV/2009-BA 108/MEN.KP/III/2009 tanggal 4 Maret, pengelolaan Kawasan Konservasi Perairan ini diserahkan ke Kementerian Kelautan dan Perikanan dan ditetapkan menjadi Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan KEP.66/MEN/2009. Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya memiliki luas 50.000 ha. Sedangkan luas masing-masing pulau yang ada di dalam TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya adalah Pulau Kapoposang ± 42 ha, Pulau Papandangang ± 13 ha, Pulau Gondong Bali ± 15 ha, Pulau Tambakulu ± 7 ha, Pamanggangang ± 8 ha, dan Pulau Saranti ± 2,4 ha.

Secara geografis, Kawasan konservsi Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya terletak pada koordinat 4°37'00 sampai 4°52'00 Lintang Selatan dan 118°54'00 sampai 119°10'00 Bujur Timur. Secara administratif, Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya termasuk dalam wilayah Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan. Kawasan ini terbagi atas 2 desa, yaitu Pulau Kapoposang dan Pulau Papandangang yang masuk di dalam wilayah Desa Mattiro Ujung dan Pulau Gondong Bali, Pulau Pamanggangang, Pulau Tambakulu, dan Pulau Saranti masuk wilayah Desa Mattiro Matae. TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut di sekitarnya meliputi 6 (enam) pulau, yakni Pulau Kapoposang, Pulau Papandangang, Pulau Pamanggangang, Pulau Tambakulu, Pulau Gondong Bali, dan Pulau Saranti dan gugusan terumbu karang. Dari 6 (enam) pulau tersebut, terbagi atas 3 (tiga) pulau berpenghuni yaitu: Pulau Kapoposang, Pulau Papandangang, dan Pulau Gondong Bali. Sedangkan tiga pulau lainnya (Pulau Tambakulu, Pulau Pamanggangang, dan Pulau Saranti) tidak berpenghuni.[2]

Sumberdaya[sunting | sunting sumber]

Pada kawasan Kepulauan Kapoposang termasuk terdapat flora dan fauna darat dan laut, yakni jenis pohon sentigi yang kayunya dapat digunakan untuk gagang pusaka. Disamping itu terdapat fauna sejenis burung maleo berkaki merah yang mendiami sebelah selatan Pulau Kapoposang. Kawasan ini merupakan daerah habitat bertelurnya penyu.[3]

Kepulauan Kapoposang memiliki potensi keanekaragaman hayati yang tinggi bila dibandingkan kawasan lain yang berada di perairan Selat Makassar. Keanekaragaman ekosistem terumbu karang dimana potensi jenis karang keras (scleractinia) merupakan perwakilan dari jenis karang keras yang ada di Selat Makassar, khususnya Kepulauan Spermonde. Berdasarkan hasil monitoring dari pemangku kepentingan, kondisi kesehatan terumbu karang di Kepulauan Kapoposang, tercatat sebanyak 224 jenis karang keras (scleractinia) dengan jumlah genera karang yang teridentifikasi didapatkan 20 genera. Sedangkan untuk jenis ikan karang tercatat sebanyak 251 jenis ikan karang dari 31 famili dan 93 genera.

Potensi ekosistem padang lamun di Kepulauan Kapoposang teridentifikasi sebanyak 8 spesies dari 6 genera, berdasarkan hasil analisa data spasial, secara keseluruhan luas keseluruhan padang lamun diperkirakan seluas 83 ha yang tersebar di 6 pulau yang ada di Kepulauan Kapoposang. Selain potensi ekosistem, terdapat pula sejumlah potensi lain, yaitu keanekaragaman jenis fauna yang saat ini ditetapkan sebagai spesies yang langka dan dilindungi. Dari sejumlah monitoring yang telah dilakukan, teridentifikasi bahwa ekosistem terumbu karang di Kepulauan Kapoposang merupakan habitat bagi 2 jenis penyu, yaitu penyu sisik (eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (chelonia mydas), dan pantai di Pulau Kapoposang, Pulau Papandangang, Pulau Gondong Bali, Pulau Pamanggangang, Pulau Tambakulu, dan Pulau Saranti merupakan area pendaratan penyu untuk melakukan peneluran.

Terdapat spesies arthropoda terbesar di Pulau Kapoposang, yaitu Ketam Kenari (Birgus latro), Pulau Kapoposang memiliki tutupan vegetasi pantai yang lebat yang didominasi oleh Pohon Kelapa, dimana tanaman tersebut merupakan makanan alami bagi spesies ketam kenari. Dari hasil monitoring yang dilakukan oleh pengelola TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya, status Ketam Kenari (Birgus latro) di Pulau Kapoposang belum mendapatkan ancaman karena masyarakat lokal Pulau Kapoposang tidak menjadikannya sebagai spesies target sehingga kelimpahannya di Pulau Kapoposang masih terjaga.

Spesies lain yang menjadi target konservasi adalah hiu paus (rhincodon typus), berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat di TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya, spesies hiu ini telah lama terlihat di kawasan konservasi ini. Biasanya kemunculan hiu paus bersamaan dengan musim ikan teri (anchovy) yang merupakan makanan bagi hiu paus.

Dari hasil monitoring yang dilakukan oleh pengelola TWP Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya, spesies ini pertama kali teridentifikasi bulan Agustus 2011 dimana kemunculannya berlangsung selama 3 bulan, yaitu Agustus-Oktober, kemudian di tahun 2012 kemunculan hiu paus juga teridentifikasi pada bulan yang sama. Memasuki tahun 2013 pengamatan yang dilakukan menemukan bahwa spesies ini muncul sepanjang tahun dan juga berlanjut pada tahun 2014. Adapun wilayah penyebaran hiu paus meliputi gusung-gusung di dekat Pulau Tambakulu, perairan Pulau Gondong Bali sampai pada perairan di sekitar Pulau Pamanggangang.

Sisi positif dari pengelolaan hiu paus ke depannya, yaitu dengan adanya kearifan lokal masyarakat di Selat Makassar pada umumnya yang menganggap bahwa keberadaaan hiu paus pada saat melakukan kegiatan penangkapan akan membawa keberuntungan bagi nelayan, sehingga praktis spesies ini tidak mendapatkan ancaman dan bukan merupakan spesies target. Aktivitas penangkapan ikan teri yang dilakukan oleh masyarakat Pulau Gondong Bali juga masih menggunakan alat tangkap yang sangat tradisional disebut dengan nama “ma'perre-perre” sehingga tidak mengganggu keberadaan spesies hiu paus di Kepulauan Kapoposang.

Dari potensi yang telah teridentifikasi kemudian ditetapkan target konservasi terkait bioekoregion adalah konservasi ekosistem berupa ekosistem terumbu karang dan ekosistem padang lamun, konservasi jenis berupa penyu sisik (eretmochelys imbricata) dan penyu hijau (chelonia mydas), ketam kenari (birgus latro), dan hiu paus (rhincodon typus).[2]

Kondisi sosial, budaya, dan ekonomi[sunting | sunting sumber]

Kondisi sosial budaya yang ada dalam masyarakat saat ini di Kepulauan Kapoposang dalam kondisi yang memprihatinkan, kearifan lokal yang berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan lingkungannya mulai berangsur-angsur hilang di dalam masyarakat. Kesejahteraan dan permasalahan ekonomi masyarakat di dalam kawasan Kepulauan Kapoposang yang tertinggal jauh dibandingkan masyarakat pulau lain di luar kawasan Kepulauan Kapoposang memberikan andil yang cukup besar terhadap lunturnya nilai-nilai budaya dan kearifan dalam menjaga kondisi lingkungan.

Orientasi nilai dalam hidup yang mengacu pada budaya suku Bugis dan Makassar “siri' na pesse” / “siri' na pacce”, yaitu suatu nilai budaya yang diterapkan pada setiap sendi kehidupan, mengutamakan harga diri, menjaga rasa malu, dan solidaritas sosial yang juga berkaitan dengan hubungan antara manusia dengan pemanfaatan lingkungan yang dulunya dipegang erat. Rasa malu apabila melakukan sesuatu yang merusak dalam pemanfaatan lingkungan saat ini tergantikan oleh keserakahan dan mengejar keuntungan pribadi.

Dilandasi oleh kondisi tersebut, target sosial budaya dan ekonomi dalam pengelolaan oleh TWP Kepulauan Kapoposang adalah menumbuhkembangkan budaya dan adat istiadat “siri' na pesse” / “siri' na pacce” yang dikaitkan dengan pemanfaatan lingkungan oleh masyarakat di Kepulauan Kapoposang, selain itu permasalahan ekonomi yang selama ini menjadi kendala dalam pengelolaan kawasan Kepulauan Kapoposang ini harus pula menjadi perhatian utama, sehingga kesejahteraan masyarakat di dalam kawasan dapat meningkat dan berimplikasi langsung pada menurunnya tekanan terhadap sumberdaya hayati.[2]

Keanekaragaman budaya di Kepulauan Kapoposang menjadi sesuatu yang ikonik. Budaya masyarakat sekitar kepulauan ini tiap tahun mengadakan pesta laut "mapanre tasi' ", yaitu sebagai ungkapan rasa syukur dan terimakasih masyarakat nelayan Bugis kepada Tuhan atas rezeki yang diberikan dalam bentuk hasil laut.[3]

Potensi pariwisata[sunting | sunting sumber]

Perairan sekitar Pulau Kapoposang telah dijadikan tempat untuk menyelam (diving)

Kepulauan Kapoposang menyimpan keindahan yang menakjubkan dengan daya tarik dan potensi kegiatan wisata. Kawasan ini mengunggulkan wisata bahari, dan konon disebut sebagai salah satu daerah wisata laut terbaik. Kawasan ini sering dikunjungi orang untuk diving. Ada juga yang datang untuk berenang atau sekadar berkemah dan menikmati pemandangan alam di pantainya yang eksotis.[4]

Lingkungan Kepulauan Kapoposang masih asri dan terjaga, karena wilayahnya masih sulit diakses. Wisatawan sulit menemukan sampah berserakan. Biota laut hidup dengan tenang dan seimbang di Pulau Kapoposang, lantaran ekosistemnya yang terjaga dengan baik. Sehingga para wisatawan yang menyelam dapat dengan mudah menemukan terumbu karang, penyu, kima, atau bahkan tidak jarang menemukan hiu paus. Saat bertemu dengan hewan buas tersebut tidak perlu panik, karena mereka sudah cukup bersahabat. Pemandangan sekitar laut yang begitu indah, dapat dinikmati pengunjung sebelum sampai di tempat tujuan. Selain itu, para pengunjung dapat melihat keindahan bawah laut karena airnya yang begitu jernih.[4]

Kegiatan yang dapat dilakukan di Pulau Kapoposang, seperti menyelam. Pada arah selatan kawasan Kapoposang terdapat atol besar di tengah laut. Biasanya tempat ini menjadi favorit untuk memancing. Menikmati pemandangan super cantik di beberapa titik, yaitu titik penyelam penyu (Turtle Point), titik penyelam gua (Cave Point), serta titik hiu (Shark Point). Untuk melihat penyu sisik dapat mengunjungi titik penyelaman penyu pada bulan Desember hingga bulan April agar mudah menemukan penyu sisik. Pulau Kapoposang telah dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk menunjang kegiatan berlibur para tamu. Fasilitas ini meliputi bungalow, penginapan, fasilitas olahraga, hingga fasilitas dive operator. Pulau Kapoposang terbentuk oleh alam yang indah. Topografi bawah lautnya disebut sebagai salah satu surga spot diving terbaik di Sulsel. Nuansa alam daratannya pun tak kalah indah. Pulau Kapoposang memiliki pantai dengan pasir berwarna putih bersih, yang jadi perpaduan pas dengan birunya lautan. Pantai-pantai di pulau itu juga sejuk dan nyaman untuk tempat bersantai karena dihiasi pohon kelapa dan cemara.[4]

a. Diving Selama ini perairan sekitar Pulau Kapoposang dijadikan tempat untuk menyelam (diving) oleh wisatawan. Hal ini karena keindahan terumbu karang Pulau Kapoposang mempunyai nilai keindahan yang cukup besar bila dibandingkan dengan pantai lainnya. Kegiatan ini sangat menarik wisatawan untuk mengunjungi pantai Pulau Kapoposang. Ditambah lagi dengan kualitas pantai yang belum tercemar oleh kerusakan alam dan juga pasir putih yang mengelilingi sepanjang kawasan pantai. Beberapa spot-spot penyelaman yang ada di Kepulauan Kapoposang, seperti Aquarium Point, Tanjung Point, Shark Point, Turtle Point, dan Cave Point.

b. Snorkling Kepulauan Kapoposang mempunyai ekosistem terumbu karang dan jenis flora fauna yang keanekaragamannya cukup tinggi. Keindahannya sangat menarik minat wisatawan untuk melakukan kegiatan snorkling untuk menikmati keindahan pantai di waktu senggang. Beberapa lokasi snorkling yang bagus adalah di Pulau Kapoposang, Pulau Tambakulu, dan Pulau Saranti.

c. Fishing Kepulauan Kapoposang juga memiliki jenis ikan yang sangat beranekaragam. Jenis ikannya masih cukup banyak karena masih belum dirusak oleh aktivitas penangkapan ikan dengan menggunakan alat-alat keras ataupun karena faktor lingkungan. Wisatawan melakukan kegiatan fishing pada waktu-waktu senggang sambil menikmati suasana keindahan pantai Pulau Kapoposang dan pulau-pulau lainnya.

d. Melihat penyu bertelur dan aktivitas penangkapan nener Pada lokasi pantai lain, kegiatan melihat penyu bertelur dan aktivitas penangkapan nener sudah jarang kita dapati. Hal ini disebabkan oleh kondisi kerusakan pantai yang belum tertangani dengan baik. Di pantai Pulau Kapoposang keadaan hewan, seperti penyu dan nener masih terjaga dengan baik dari kerusakan. Kondisi ini menjadikan wisatawan tertarik untuk mengunjunginya.

e. Sunrise dan sunset Dengan keindahan pantai yang masih alami dan kondisi lingkungan yang masih bagus, terutama di Pulau Kapoposang, sangat menarik wisatawan untuk menikmati keindahan sunrise dan sunset. Kegiatan ini cukup menarik untuk dilakukan karena didukung oleh nilai keindahan pantai yang cukup bagus.

Pengelolaan kawasan[sunting | sunting sumber]

Pengelolaan di kawasan Kepulauan Kapoposang telah dilakukan sejak saat kawasan ini diserah terimakan tahun 2009 sampai dengan saat ini telah banyak hal yang dilakukan baik itu kegiatan yang dilakukan oleh BKKPN Kupang, Direktorat KKJI, LSM, dan Pemerintah Daerah melalui suatu pengelolaan kolaborasi, walaupun belum mencapai hasil yang diharapkan karena banyak kendala teknis yang ditemui. Uraian upaya pengelolaan kawasan sebagai berikut:

1. Penguatan kelembagaan a. Peningkatan sumberdaya manusia b. Kegiatan pembentukan dan pengembangan kelompok masyarakat

2. Penguatan pengelolaan sumberdaya kawasan a. Rehabilitasi kawasan dan populasi jenis b. Monitoring sumberdaya alam dan sosial ekonomi masyarakat c. Penandaaan batas kawasan d. Pengawasan dan pengendalian ekosistem

3. Penguatan sosial, ekonomi, dan budaya a. Pengembangan mata pencaharian alternatif b. Peningkatan kesadaran masyarakat c. Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan konservasi

Sebagai warisan geologi dunia[sunting | sunting sumber]

Biota laut di perairan sekitar Pulau Kapoposang

Pulau Kapoposang di Kepulauan Kapoposang telah menjadi bagian pengawasan dan perhatian UNESCO seiring masuk dan ditetapkannya secara resmi Geopark Maros-Pangkep sebagai Geopark Global UNESCO pada sidang tahunan Dewan Eksekutif UNESCO, pada 23 Mei 2023 di Paris, Prancis. Pulau ini menjadi salah satu dari 31 situs geologi di Geopark Maros-Pangkep. Pulau Kapoposang merupakan pulau bervegetasi dan memiliki terumbu karang dan biota laut yang unik sepanjang perairan pulau.[5] Dengan geodiversitas Kawasan ini merupakan daerah yang tersusun oleh material sedimen karbonat yang berumur kuarter.[3]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) Kupang (2013). "Profil Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang". kkp.go.id. Diakses tanggal 18 Mei 2023. 
  2. ^ a b c d Kementerian Kelautan dan Perikanan RI (2020). "Profil Taman Wisata Perairan (TWP) Kepulauan Kapoposang dan Laut Sekitarnya". kkp.go.id. Diakses tanggal 30 Mei 2023. 
  3. ^ a b c d Badan Geopark Maros Pangkep (2021). "Kapoposang Island". geoparkmarospangkep.id. Diakses tanggal 30 Mei 2023. 
  4. ^ a b c d Tim redaksi sulsel.idntimes.com (15 Oktober 2022). "Kapoposang, Spot Wisata Bawah Laut Eksotis di Pangkep". sulsel.idntimes.com. Diakses tanggal 30 Mei 2023. 
  5. ^ International Geoscience and Geoparks Programme, UNESCO (24 Mei 2023). "Maros Pangkep UNESCO Global Geopark". www.unesco.org. Diakses tanggal 30 Mei 2023. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Koordinat: 4°42′02″S 119°01′43″E / 4.700431°S 119.028706°E / -4.700431; 119.028706