Perdagangan adil

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Perdagangan adil adalah gerakan sosial yang bertujuan membantu produsen di negara berkembang menikmati perdagangan yang lebih baik dan memperkenalkan keberlanjutan lingkungan. Anggota gerakan ini mendukung pembayaran harga yang lebih tinggi kepada para eksportir dan peningkatan standar sosial dan lingkungan. Gerakan ini berfokus pada komoditas atau produk-produk yang biasanya diekspor dari negara berkembang ke negara maju namun juga dikonsumsi di dalam negeri (e.g. Brasil dan India) seperti kerajinan tangan, kopi, kakao, gula, teh, pisang, madu, kapas, anggur,[1] buah segar, coklat, bunga, emas,[2] dan filamen mesin cetak 3D.[3] Gerakan ini berusaha mempromosikan kesetaraan yang lebih besar dalam kerja sama dagang internasional melalui dialog, transparansi, dan penghargaan. Gerakan perdagangan adil memperkenalkan pembangunan berkelanjutan dengan menawarkan kondisi dagang yang lebih baik sekaligus melindungi hak-hak produsen dan pekerja termarginalkan di negara-negara berkembang.[4]

Organisasi label perdagangan adil sering menggunakan definisi perdagangan adil yang dikembangkan oleh FINE, asosiasi empat jaringan perdagangan adil internasional — Fairtrade Labelling Organizations International, World Fair Trade Organization (WFTO), Network of European Worldshops, dan European Fair Trade Association (EFTA) —: perdagangan adil adalah kemitraan dagang atas dasar dialog, transparansi, dan penghargaan yang berusaha menciptakan kesetaraan yang lebih besar dalam perdagangan internasional. Organisasi-organisasi perdagangan adil aktif mendukung produsen, meningkatkan kesadaran, dan berkampanye menuntut perubahan aturan dan praktik perdagangan internasional konvensional.[5]

Ada beberapa badan sertifikasi perdagangan adil yang diakui secara internasional seperti Fairtrade International (dulu bernama FLO, Fairtrade Labelling Organizations International), IMO, dan Eco-Social. Selain itu, Fair Trade USA, dulu badan lisensi milik Fairtrade International, keluar dari sistem tersebut dan menerapkan skema label perdagangan adilnya sendiri. Aksi Fair Trade USA menimbulkan kontroversi karena melibatkan pemangku untuk semua penanam hasil bumi independen. Pada tahun 2008, semua produk bersertifikasi Fairtrade International bernilai €3,4 miliar.[6][7] Organisasi Perdagangan Dunia merilis data volume perdagangan barang dan jasa setiap tahunnya.

Gerakan ini sangat populer di Britania Raya. 500 kota, 118 universitas, lebih dari 6.000 gereja, dan 4.000 sekolah di Britania Raya terdaftar dalam Fairtrade Schools Scheme.[8] Pada tahun 2011, lebih dari 1,2 juta petani dan pekerja di lebih dari 60 negara terlibat dalam perdagangan adil, dan nilai premi perdagangan adil yang dibayarkan mencapai €65 juta. Menurut Fairtrade International, hampir enam dari sepuluh konsumen pernah melihat label perdagangan adil dan hampir sembilan dari sepuluh konsumen percaya dengan label tersebut.[9]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Moseley, WG (2008), "Fair Trade Wine: South Africa's Post Apartheid Vineyards and the Global Economy", Globalizations, 5 (2): 291–304, doi:10.1080/14747730802057753 .
  2. ^ Brough, David (January 10, 2008), "Briton finds ethical jewellery good as gold", Reuters, CA 
  3. ^ Feeley, SR; Wijnen, B; Pearce, JM (2014), "Evaluation of Potential Fair Trade Standards for an Ethical 3-D Printing Filament", Journal of Sustainable Development, 7 (5): 1–12, doi:10.5539/jsd.v7n5p1 .
  4. ^ WFTO .
  5. ^ What (PDF), European fair trade association .
  6. ^ Facts & figures, Fair trade, diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-04-24, diakses tanggal 2015-10-27 .
  7. ^ "General overview" (PDF). WTO. 2006. hlm. 3. 
  8. ^ Paull, J (2011), "The Fairtrade movement: Six lessons for the organics sector" (PDF), Proceedings of the Third Scientific Conference of the International Society of Organic Agriculture Research (PDF), Namyangju, Korea, hlm. 317–20 .
  9. ^ Annual report (PDF), Fair trade, 2009 .

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Berndt, CE (2007), Is Fair Trade in coffee production fair and useful? Evidence from Costa Rica and Guatemala and implications for policy, Policy Series, Policy Comment, 65 (11), Washington, DC: Mercatus Centre, George Mason University .
  • Ballet, Jérôme; Carimentrand, Aurélie (April 2010), "Fair Trade and the Depersonalization of Ethics", Journal of Business Ethics, Springer, 92 (2 Supplement): 317–30, doi:10.1007/s10551-010-0576-0 .
  • Hamel, I (2006), "Fairtrade Firm Accused of Foul Play", Swiss info [pranala nonaktif permanen].
  • Jacquiau, C (2006), Les Coulisees du Commerce Équitable (dalam bahasa Prancis), Paris: Mille et Une Nuits  .
  • Kilian, B; Jones, C; Pratt, L; Villalobos, A (2006), "Is Sustainable Agriculture a Viable Strategy to Improve Farm Income in Central America? A Case Study on Coffee", Journal of Business Research, 59 (3): 322–30, doi:10.1016/j.jbusres.2005.09.015 .
  • Kohler, P (2006), The economics of Fair Trade: for whose benefit? An investigation into the limits of Fair Trade as a development tool and the risk of clean-washing, HEI Working Papers (06–2007), Geneva: Economics Section, Graduate Institute of International Studies, October .
  • Mohan, S (2010), Fair Trade Without the Froth – a dispassionate economic analysis of 'Fair Trade', London: Institute of Economic Affairs .
  • Moore, G; Gibbon, J; Slack, R (2006), "The mainstreaming of Fair Trade: a macromarketing perspective", Journal of Strategic Marketing, 14: 329–52, doi:10.1080/09652540600947961 .
  • Reed, D (2009), "What do Corporations have to do with Fair Trade? Positive and normative analysis from a value chain perspective", Journal of Business Ethics, 86 .
  • Riedel, CP; Lopez, FM; Widdows, A; Manji, A; Schneider, M (2005), "Impacts of Fair Trade: trade and market linkages", Proceedings of the 18th International Farming Symposium, 31 October – 3 November, Rome: Food and Agricultural Organisation  Hapus pranala luar di parameter |publisher= (bantuan).
  • Valkila, J (2009), "Fair Trade organic coffee production in Nicaragua – Sustainable development or a poverty trap?", Ecological Economics, 68: 3022–23, doi:10.1016/j.ecolecon.2009.07.002 .
  • Weitzman, H (September 8, 2006), "The bitter cost of 'Fair Trade' coffee", The Financial Times .

Templat:Akuntabilitas sosial