Indonesia dalam tahun 1967
Tampilan
| |||
---|---|---|---|
Dekade : | 1960-an | ||
Abad : | ke-20 | ||
Milenium : | ke-2 | ||
Lihat pula | |||
Bagian dari seri mengenai |
---|
Sejarah Indonesia |
Garis waktu |
Portal Indonesia |
Indonesia dalam tahun 1967 menyajikan serangkaian peristiwa yang terjadi di Indonesia sepanjang tahun 1967.
Pemerintahan
[sunting | sunting sumber]Presiden
[sunting | sunting sumber]Presiden | |
---|---|
Soekarno (sampai dengan 12 Maret 1967) |
|
Soeharto (sejak 12 Maret 1967 sebagai Pejabat Presiden) |
Menteri
[sunting | sunting sumber]- Kabinet Ampera I — hingga 11 Oktober.
- Kabinet Ampera II — mulai 14 Oktober.
Peristiwa
[sunting | sunting sumber]Januari
[sunting | sunting sumber]- Selasa, 10 Januari — Pemerintah Indonesia mengesahkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal Asing.
- Selasa, 24 Januari — Kesatuan-kesatuan Aksi mengadakan apel besar di Bandung yang menampilkan pembicara-pembicara Soegeng Sarjadi mewakili Badan Koordinasi Kesatuan Aksi, Sulaeman Tjakrawiguna dari KASI dan Djoko Sudyatmiko dari KAMI. Mereka meminta DPR-GR untuk :
- Menyatakan Soekarno terlibat dalam Peristiwa Gerakan 30 September.
- Menuntut MPRS/Pimpinan MPRS untuk segera memecat Soekarno secara tidak hormat sebagai Mandataris/Presiden.
- Menuntut kepada pihak yang berwewenang untuk memeriksa dan mengadili Soekarno, dan
- Supaya DPR-GR menyatakan tidak percaya terhadap kepemimpinan Soekarno.
- Minggu, 29 Januari — Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia Bagian Umum diresmikan. Peresmian Akabri Bagian Umum tersebut merupakan permulaan tahun akademi dan sekaligus merupakan integrasi tahap pertama di antara akademi-akademi ABRI yang sebelumnya berdiri sendiri-sendiri.
Februari
[sunting | sunting sumber]- Kamis, 9 Februari — DPR-GR menyepakati butir-butir tuntutan dari Kesatuan Aksi dan dalam Rapat Pleno tersebut mengusulkan agar Pimpinan MPRS segera menyelenggarakan Sidang Istimewa MPRS untuk memberhentikan Presiden Soekarno dari jabatan Presiden/Mandataris MPRS dan memilih seorang Pejabat Presiden, serta memerintahkan badan kehakiman yang berwewenang untuk mengadakan pengusutan, pemeriksaan, dan penuntutan secara hukum.
- Rabu, 22 Februari — Presiden Soekarno resmi menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Jenderal TNI Soeharto.[1]
Maret
[sunting | sunting sumber]- Minggu, 12 Maret — Jenderal TNI Soeharto selaku Pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966, diambil sumpahnya dan dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia yang ditandai dengan adanya Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1967.
April
[sunting | sunting sumber]- Jumat, 7 April — Freeport Sulphur of Delaware menandatangani kontrak kerja dengan Pemerintah Indonesia untuk penambangan tembaga di Irian Barat.
Agustus
[sunting | sunting sumber]- Selasa, 8 Agustus — ASEAN didirikan oleh lima menteri luar negeri. Indonesia melalui perwakilannya Adam Malik merupakan salah satu dari negara yang mendirikannya.
- Kamis, 17 Agustus — Peringatan 22 tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia.
- Sabtu, 26 Agustus — Waduk Serba Guna dan Pusat Listrik Tenaga Air Jatiluhur telah diresmikan oleh Pejabat Presiden Soeharto dengan diberi nama Waduk Serba Guna PLTA Ir. H. Djuanda.[2]
September
[sunting | sunting sumber]- Senin s.d. Jumat, 4-8 September — Menteri Luar Negeri Republik Singapura Sinnathamby Rajaratnam telah mengadakan kunjungan resmi ke Indonesia dengan tujuan untuk menandatangani kesepakatan diplomatik antara Indonesia dan Singapura tentang pertukaran duta besar antar negara.
- Kamis, 7 September — Indonesia secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Singapura.
Oktober
[sunting | sunting sumber]- Minggu, 1 Oktober – Indonesia membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina. Alasan pembekuan diplomatik ini antara lain adalah bahwa Republik Rakyat Cina terbukti telah memberikan bantuan kepada G-30-S/PKI, baik dalam persiapan, pelaksanaannya maupun pada masa-masa sesudahnya. Diantara alasan lain yang dikemukakan pemerintah bahwa tindakan-tindakan orang Cina terhadap gedung dan harta milik staf Kedutaan Besar Republik Indonesia di Peking yang tidak dapat ditolerir oleh Indonesia, sebab staf kedutaan mempunyai hak imunitas dan hak ekstra-teritorial. Meskipun pembekuan hubungan ini mulai berlangsung pada 1 Oktober 1967, tetapi Kedutaan Besar Republik Indonesia di Peking baru akan ditutup secara resmi pada tanggal 30 Oktober 1967. Untuk mewakili kepentingannya di Cina, pemerintah menunjuk Kedutaan Kamboja di RRC.[3]
- Minggu, 1 Oktober — Pejabat Presiden Soeharto menetapkan 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Ditetapkan melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 153 Tahun 1967 tertanggal 27 September 1967.
Hari libur nasional di Indonesia
[sunting | sunting sumber]Hari-hari libur nasional Indonesia untuk tahun 1967:
No | Tanggal | Hari | Keterangan |
---|---|---|---|
Hari Libur Nasional | |||
1 | 1 Januari | Minggu | Tahun Baru Masehi |
2 | 12-13 Januari | Kamis-Jumat | Idul Fitri (1-2 Syawal 1386H) |
3 | 22 Maret | Rabu | Idul Adha (10 Dzulhijjah 1386H) |
4 | 1 Mei | Senin | Hari Buruh |
5 | 17 Agustus | Kamis | Hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia ke-22 |
6 | 25 Desember | Senin | Hari Raya Natal |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Mukaromah, Vina Fadhrotul (22-02-2020). Inggried Dwi Wedhaswary, ed. "Hari Ini dalam Sejarah: 22 Februari 1967, Soekarno Serahkan Kekuasaan kepada Soeharto". kompas.com. Diakses tanggal 29-06-2023.
- ^ Kompas, 28 Agustus 1967.
- ^ Hubungan Diplomatik Antara RI dangan RRC di Bekukan, diakses pada 21 Juni 2023.