Lompat ke isi

Iduladha

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Idul Adha)
  • عيد الأضحى
  • Idulaḍḥa
    Aidilaḍḥa
  • "Hari Raya Kurban"
    "Hari Raya Haji"
Fragmen kaligrafi yang berisi doa-doa ketika Iduladha.
Dirayakan olehMuslim dan Druze[1]
JenisHari raya dalam Islam
Makna
  • Memperingati kepatuhan Nabi Ibrahim atas perintah Allah untuk mengorbankan putranya, Nabi Ismail
  • Tanda puncaknya rangkaian ritual ibadah haji
Perayaan
  • Salat Id
  • Menyembelih hewan kurban dan memberikan sebagian dagingnya kepada orang yang membutuhkan
  • Mengunjungi keluarga dan makan bersama
  • Memberi sedekah
Mulai10 Zulhijah
Berakhir13 Zulhijah
Tanggal(dapat berubah-ubah)
Tahun 202417 Juni
Tahun 20256 Juni
Terkait dengan
Persiapan penyembelihan hewan kurban menjelang Iduladha
Pawai obor malam takbiran Iduladha 1434 H di Jakarta

Iduladha (Arab: عيد الأضحى, romanisasi: ʿĪd al-ʾAḍḥā, lit. 'Hari Raya Kurban'), adalah hari raya kedua dari dua hari raya utama dalam Islam, bersama dengan Idul Fitri. Hari raya ini jatuh pada tanggal 10 Dzulhijjah, bulan kedua belas dan terakhir dalam kalender Islam.[2] Perayaan dan ketaatan umumnya dimajukan ke tiga hari berikutnya, yang dikenal sebagai hari-hari Tasyrik, merupakan hari yang diharamkan untuk berpuasa bagi umat Islam. Pada hari Iduladha, umat Islam berkumpul pada pagi hari dan melakukan salat Id bersama-sama di tanah lapang atau di masjid. Setelah salat, penyembelihan hewan kurban dilaksanakan. Sepertiga daging hewan dikonsumsi oleh keluarga yang berkurban, sementara sisanya disedekahkan atau dibagikan kepada orang lain. Terkadang Iduladha disebut pula sebagai Idulkurban atau Hari Raya Haji.

Idul Adha, tergantung pada negara dan bahasanya, juga disebut Idul Adha Besar (Arab: العيد الكبير, romanisasi: al-ʿĪd al-Kabīr).[3] Seperti halnya Idul Fitri, salat Idul Adha dilakukan pada pagi hari Idul Adha, setelah itu dilakukan kurban atau penyembelihan hewan ternak. Dalam tradisi Islam, salat Idul Adha menghormati kesediaan Nabi Ibrahim untuk mengorbankan putranya sebagai tanda ketaatan kepada perintah Allah. Tergantung pada narasinya, Ismail atau Ishak disebut dengan gelar kehormatan "Pengorbanan Allah".[4] Sebelum Ibrahim mengorbankan putranya, Allah menggantikan Ismail dengan domba. Untuk memperingati kejadian ini, hewan ternak disembelih sebagai kurban setiap tahun. Jemaah haji biasanya melakukan tawaf dan sa'i haji pada Idul Adha, bersamaan dengan ritual Lempar jamrah pada hari Idul Adha dan hari-hari berikutnya.

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Salah satu ujian utama dalam hidup Ibrahim adalah menerima perintah Allah untuk mengorbankan putra kesayangannya. Perintah ini diterima Ibrahim melalui mimpi yang terus berulang. Ibrahim tahu bahwa ini adalah perintah dari Allah dan dia memberi tahu putranya, seperti yang dinyatakan dalam Al-Qur'an.

Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah bagaimana pendapatmu!” Dia (Ishak atau Ismail) menjawab, “Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.

As-Saffat [37]: 102[5]

Selama masa persiapan, setan menggoda Ibrahim dan keluarganya dengan mencoba menghalangi mereka untuk melaksanakan perintah Allah. Ibrahim kemudian mengusir setan dengan melemparkan kerikil ke arahnya. Untuk memperingati penolakan mereka terhadap setan, batu-batu dilemparkan dalam lontar jumrah dalam ibadah haji.[6]

Ketika melaksanakan penyembelihan, pisau Ibrahim tidak dapat melukai Ismail. Allah kemudian mengganti Ismail dengan seekor hewan sembelihan.[7]

Maka ketika keduanya telah berserah diri dan dia (Ibrahim) membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (untuk melaksanakan perintah Allah). Lalu Kami panggil dia, “Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.” Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.

As-Saffat [37]: 103–107[5]

Penetapan hari

[sunting | sunting sumber]

Iduladha dilaksanakan ketika ibadah haji sedang berlangsung. Pilar dan inti dari ibadah haji adalah wukuf di Arafah, sedangkan hari pelaksanaan wukuf dikenal sebagai Hari Arafah, yang dimulai pada tanggal 9 Zulhijah hingga terbit fajar pada tanggal 10 Zulhijah.[8]

Dalam hadis yang dituturkan oleh Husain bin al-Harits al-Jadali, amir Makkah pernah menyampaikan khotbah, kemudian berkata:

Rasulullah saw. telah berpesan kepada kami agar kami menunaikan ibadah haji berdasarkan Hisab dan rukyat (hilal Zulhijah). Jika kami tidak bisa menyaksikannya, kemudian ada dua saksi adil (yang menyaksikannya), maka kami harus mengerjakan manasik berdasarkan kesaksian mereka.

HR Abu Dawud, al-Baihaqi, dan ad-Daruquthni. Ad-Daruquthni berkomentar, “Hadis ini isnadnya bersambung dan sahih.”

Hadis ini menjelaskan bahwa, pertama, pelaksanaan ibadah haji harus didasarkan pada hasil rukyat hilal 1 Zulhijah sehingga kapan wukuf dan Iduladhanya bisa ditetapkan. Kedua, pesan nabi kepada amir Makkah, sebagai penguasa wilayah, tempat di mana perhelatan haji dilaksanakan untuk melakukan rukyat; jika tidak berhasil, maka rukyat orang lain, yang menyatakan kesaksiannya kepada amir Makkah.[butuh rujukan]

Iduladha dalam kalender Masehi

[sunting | sunting sumber]

Dalam kalender Hijriah, penetapan hari Iduladha selalu sama setiap tahunnya, hal ini berbeda dalam kalender Masehi yang selalu berubah dari tahun ke tahun. Dalam kalender Hijriah penetapan hari ialah berdasarkan fase bulan (kalender candra), sedangkan kalender Masehi berdasar fase bumi mengelilingi matahari (kalender surya). Perbedaan inilah yang menyebabkan penetapan Iduladha selalu berubah di dalam kalender Masehi, yakni terjadi perubahan 11 hari lebih awal setiap tahunnya.

Berikut ini adalah hari Iduladha dalam kalender Masehi sepanjang tahun 1971 hingga 2045:

Tahun HijriahHari Iduladha dalam Tahun Masehi
13906 Februari 1971
139127 Januari 1972
139215 Januari 1973
13934 Januari 1974
139424 Desember 1974
139513 Desember 1975
13962 Desember 1976
139721 November 1977
139811 November 1978
139931 Oktober 1979
140019 Oktober 1980
14018 Oktober 1981
140228 September 1982
140317 September 1983
14046 September 1984
140527 Agustus 1985
140616 Agustus 1986
14075 Agustus 1987
140824 Juli 1988
140913 Juli 1989
14103 Juli 1990
141123 Juni 1991
141211 Juni 1992
14131 Juni 1993
141421 Mei 1994
141510 Mei 1995
141628 April 1996
141718 April 1997
14187 April 1998
141928 Maret 1999
142016 Maret 2000
14215 Maret 2001
142223 Februari 2002
142312 Februari 2003
14241 Februari 2004
142521 Januari 2005
142610 Januari 2006
142731 Desember 2006
142820 Desember 2007
14298 Desember 2008
143027 November 2009
143116 November 2010
14326 November 2011
143326 Oktober 2012
143415 Oktober 2013
14355 Oktober 2014
143624 September 2015
143712 September 2016
14381 September 2017
143922 Agustus 2018
144011 Agustus 2019
144131 Juli 2020
144220 Juli 2021
144310 Juli 2022
144429 Juni 2023
144517 Juni 2024
14466 Juni 2025
144727 Mei 2026
144816 Mei 2027
14495 Mei 2028
145024 April 2029
145113 April 2030
14522 April 2031
145322 Maret 2032
145411 Maret 2033
14551 Maret 2034
145619 Februari 2035
14578 Februari 2036
145827 Januari 2037
145916 Januari 2038
14605 Januari 2039
146126 Desember 2039
146215 Desember 2040
14634 Desember 2041
146423 November 2042
146512 November 2043
146631 Oktober 2044
146721 Oktober 2045

Karena tahun Hijriah berbeda sekitar 11 hari dari tahun Masehi, Iduladha dapat terjadi dua kali dalam setahun—seperti pada tahun 1974 dan 2006, dan akan terjadi lagi pada tahun 2039, 2072, 2104, 2137, 2169, 2202, 2235, 2267, 2300, dan 2332 (akan terus terjadi setiap 32 atau 33 tahun).

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. Kadi, Samar (25 September 2015). "Eid al-Adha celebrated differently by Druze, Alawites". The Arab Weekly. London. Diakses tanggal 1 Agustus 2016.
  2. "Eid al-Adha | Meaning, Observances, & Traditions". Encyclopedia Britannica (dalam bahasa Inggris). 11 March 2025.
  3. Haigh, Phil (31 July 2020). "What is the story of Eid al-Adha and why is it referred to as Big Eid?". Metro (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari asli tanggal 2020-09-23. Diakses tanggal 25 April 2021. Simply, Eid al-Adha is considered the holier of the two religious holidays and so it is referred to as 'Big Eid' while Eid al Fitr can be known as 'Lesser Eid'. Eid al-Kabir means 'Greater Eid' and is used in Yemen, Syria, and North Africa, while other translations of 'Large Eid' are used in Pashto, Kashmiri, Urdu and Hindi. This distinction is also known in the Arab world, but by calling 'Bari Eid' bari, this Eid is already disadvantaged. It is the 'other Eid'. 'Bari Eid', or Eid-ul-Azha, has the advantage of having two major rituals, as both have the prayer, but it alone has a sacrifice. 'Bari Eid' brings all Muslims together in celebrating Hajj, which is a reminder of the Abrahamic sacrifice, while 'Choti Eid' commemorates solely the end of the fasting of Ramazan.
  4. Firestone, Reuven (January 1990). Journeys in Holy Lands: The Evolution of the Abraham-Ishmael Legends in Islamic Exegesis. SUNY Press. ISBN 978-0-7914-0331-0.
  5. 1 2 "As-Saffat". Lite Quran. Diakses tanggal 19 Juli 2021.
  6. "Sejarah melempar jumroh, perlawanan keluarga Ibrahim terhadap setan". Brilio. 24 September 2015. Diakses tanggal 19 Juli 2021.
  7. "Sejarah Kurban: Teladan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismai". NU. 2 Juli 2021. Diakses tanggal 19 Juli 2021.
  8. Syaiful, Anri (18 Juli 2021). Syaiful, Anri (ed.). "Sejarah Penamaan Hari Tarwiyah dan Arafah Serta Maknanya Jelang Idul Adha 1442 H". Liputan6.com. Diakses tanggal 19 Juli 2021.