Lompat ke isi

Masjid Istiqlal, Jakarta

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Masjid Istiqlal
مسجد الاستقلال
PetaKoordinat: 6°10′11″S 106°49′51″E / 6.16972°S 106.83083°E / -6.16972; 106.83083
Agama
AfiliasiIslamSunni[1][2][2][3][4]
ProvinsiDaerah Khusus Ibukota Jakarta
Lokasi
LokasiJakarta Pusat
NegaraIndonesia
Arsitektur
ArsitekFriedrich Silaban
TipeMasjid
Gaya
Didirikan1978[a]
Peletakan batu pertama24 Agustus 1961[6]
Rampung12 Februari 1978[7]
Spesifikasi
Kapasitas200,000 jemaah
Kubah2
Diameter luar kubah45 m (148 ft)
Menara1
Imam Besar Masjid Al-IstiqlalNasaruddin Umar
Situs web
www.istiqlal.or.id

Masjid Istiqlal (bahasa Arab: مسجد الاستقلال, "Masjid Kemerdekaan") adalah sebuah masjid nasional yang berada di Jakarta Pusat, Indonesia. Masjid ini menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara dan masjid terbesar kedelapan di dunia dalam hal kapasitas jamaah.[10] Dibangun untuk memperingati kemerdekaan Indonesia, masjid nasional Indonesia ini diberi nama "Istiqlal", kata bahasa Arab untuk "kemerdekaan". Masjid ini dibuka untuk umum pada tanggal 22 Februari 1978. Di dalam Jakarta, masjid ini terletak di sebelah Istana Merdeka dan Gereja Katedral Jakarta (Katolik) dan juga Gereja Immanuel (Reformed).[11][12][13]

Gagasan pembangunan Masjid Istiqlal pertama kali dicetuskan oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan selanjutnya dimbil alih oleh Presiden Seokarno.[14] Peletakan batu pertama sebagai tanda dimulainya pembangunan masjid ini dilakukan oleh Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961. Kemudian proyek masjid ini diarsiteki oleh Friedrich Silaban, anak dari pendeta Lutheran yang berasal dari Huria Kristen Batak Protestan.[15] Desain masjid ini mengusungkan tema "Ketuhanan".[16]

Masjid ini memiliki gaya arsitektur formalisme baru dan internasional; dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Bangunan utama itu dimahkotai satu kubah besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Minaret tunggal setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini mampu menampung lebih dari 200.000 Jemaah.[17]

Gagasan pembangunan Masjid Istiqlal pertama kali dicetuskan oleh Wakil Presiden Mohammad Hatta, sebagai masjid nasional di kedudukan ibu kota yang akan didatangi oleh segala bangsa dan menampakkan syiar Islam. Pada tahun 1951, Hatta mengadakan pertemuan di kantor, gedung Dewan Pertimbangan Agung dengan mengundang sejumlah tokoh seperti Sjafruddin Prawiranegara dan Hamka. Hatta menganjurkan pendirian panitia yang bersifat swasta, dan pemerintah akan membantu.[14]

Panitia pembangunan masjid nasional dibentuk pertama kali dengan Ketua Umum Assaat, didampingi Sjafruddin Prawiranegara, Hamka, dan Anwar Tjokroaminoto sebagai wakil ketua. Namun, seiring dengan situasi politik dalam negeri semakin memanas yang diikuti dengan Demokrasi Terpimpin, Assaat dan Sjafruddin terpaksa meninggalkan Jakarta. Sementara itu, H. Anwar Tjokroaminoto ditahan atas tuduhan penggelapan uang panitia, tetapi akhirnya dibebaskan oleh pengadilan karena tidak terbukti bersalah. Anwar Tjokroaminoto tetap duduk dalam kepanitiaan. Sementara itu, Hatta akhirnya mengundurkan diri sebagai Wakil Presiden pada 1956.[14]

Soekarno, yang menjalankan Demokrasi Terpimpin, mengambil alih gagasan Hatta dan merombak susunan panitia yang sudah dibentuk.[14]

Perencanaan

[sunting | sunting sumber]

Lokasi dan desain

[sunting | sunting sumber]
Taman Wilhelmina dan Benteng Prins Frederik pada tahun 1946.

Masjid ini dulunya merupakan lokasi Taman Wilhelmina dan benteng abad ke-19 yaitu Benteng Prins Frederik.

Masjid Istiqlal yang sedang dibangun. Di sisi kanan adalah Gereja Katedral Jakarta.

Panitia pembangunan Masjid Istiqlal yang dipimpin oleh Anwar Tjokroaminoto didirikan pada tahun 1953. Pada tahun 1954, panitia mengangkat Soekarno kepala teknis pengawas.[18]:106

Beberapa lokasi diusulkan; Mohammad Hatta sebagai Wakil Presiden Indonesia saat itu menyarankan agar Masjid Nasional dibangun di dekat pemukiman penduduk di Jalan Thamrin, di sebidang tanah di mana Hotel Indonesia berdiri saat ini.[19] Namun, Soekarno menegaskan bahwa masjid nasional harus terletak di dekat alun-alun terpenting negara, di dekat Istana Merdeka. Hal ini sesuai dengan tradisi Jawa bahwa Kraton dan Masjid Agung harus terletak di sekitar alun-alun, yang artinya harus dekat dengan Lapangan Merdeka.[20]

Soekarno juga mendesak agar masjid nasional dibangun di dekat Gereja Katedral Jakarta dan Gereja Immanuel, untuk melambangkan kerukunan dan toleransi Antar beragama seperti yang digalakkan dalam Pancasila.[21] Kemudian diputuskan masjid nasional akan dibangun di area Taman Wijaya Kusuma di depan Gereja Katedral Jakarta. Untuk memberi jalan bagi masjid, Benteng Prins Frederick yang dibangun pada tahun 1837 dihancurkan.[22][23]

Konstruksi

[sunting | sunting sumber]

Peletakan batu pertama dilakukan oleh Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961;[24][25] pembangunan memakan waktu 17 tahun, dan kemudian diresmikan oleh presiden Soeharto sebagai masjid nasional pada tanggal 22 Februari 1978.[24][26] Hingga tahun 2013 itu adalah masjid terbesar di wilayah Asia Tenggara, dengan kapasitas lebih dari 120.000.[27][28]:65

Peristiwa kontemporer

[sunting | sunting sumber]

Pada Jumat malam, tanggal 14 April 1978 sebuah bom berbahan peledak plastik diledakkan di dekat mimbar Masjid Istiqlal. Tidak ada korban yang dilaporkan.[29] Lebih dari 20 tahun kemudian, pada tanggal 19 April 1999 terjadi serangan bom kedua di ruang bawah tanah masjid, memecahkan kaca ruang kantor pengurus masjid.[30]

Antara bulan Mei 2019 hingga Juli 2020 masjid mengalami renovasi besar-besaran dengan biaya US$35 juta (sekitar 511 miliar rupiah).[31][32] Pekerjaan termasuk: memoles dan membersihkan eksterior marmer dan ornamen geometris stainless steel; mihrab dan mimbar baru; peningkatan sistem kelistrikan dan pipa ledeng; sistem pencahayaan baru menggunakan lampu LED; renovasi ruang VIP; gerbang baru dan perbaikan taman; pembangunan taman baru dan alun-alun; kios baru untuk pedagang, dan juga ruang parkir basemen dua lantai.[5][33]

Sebuah terowongan yang menghubungkan Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta telah dibangun oleh pihak berwenang Indonesia. Terowongan ini dikenal sebagai "Terowongan Silaturahim", yang ditargetkan selesai pada bulan April 2020 atau sebelum bulan Ramadan tahun 2020.[34] Terowongan ini diresmikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada 12 Desember 2024.

Pada 2022, masjid ini meraih sertifikasi EDGE (Excellence in Design for Greater Efficiencies) dari International Finance Corporation (IFC) yang berada di bawah naungan Bank Dunia. Masjid ini sudah dipastikan sebagai tempat ibadah dengan konsep Green Building yang ada pertama di dunia saat ini.[35]

Masjid Istiqlal tidak hanya berkomitmen pada kerukunan beragama melalui pembangunan Terowongan Silaturahim yang menghubungkannya dengan Geraja Katedral, tetapi juga mendorong keterbukaan dan sikap inklusif. Hal ini terlihat dengan adanya pengajaran bahasa Ibrani modern di masjid tersebut, yang dipelopori oleh Sapri Sale, seorang guru bahasa Ibrani, Arab, dan Aram. Sale dikenal sebagai orang pertama yang memperkenalkan pengajaran bahasa Ibrani modern di Indonesia, termasuk di Masjid Istiqlal.

Prasasti peresmian Masjid Istiqlal tahun 1978

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]
  • Sekretariat Negara Republik Indonesia (1995), 40 Tahun Indonesia Merdeka 3 hlm. 1035, ISBN 979-8300-06-8
  • Travel Jakarta, Indonesia: illustrated guide, phrasebook and maps. MobileReference. 2010. ISBN 9781607789628. Diakses tanggal 2013-05-13.
  • Phillips, Douglas A. (2005). Southeast Asia. Infobase Publishing. ISBN 9781438104614. Diakses tanggal 2013-05-14.
  • Fletcher, Banister; Cruickshank, Dan (1996) [1896]. Sir Banister Fletcher's a History of Architecture (Edisi 20th). Architectural Press. ISBN 0-7506-2267-9.
  • Yahya Abdullahi; Mohamed Rashid Bin Embi (2013). Evolution of Islamic geometric patterns. Frontiers of Architectural Research: Elsevier.
  • Abdullahi Y.; Embi M. R. B (2015). Evolution Of Abstract Vegetal Ornaments On Islamic Architecture. International Journal of Architectural Research: Archnet-IJAR. Diarsipkan dari asli tanggal 2019-01-21. Diakses tanggal 2017-06-29.
  • Ali, Wijdan (1999). the arab contribution to islamic art: from the seventh to the fifteenth centuries. American Univ in Cairo Press. ISBN 978-977-424-476-6. Diakses tanggal 2013-03-17.
  • Bloom, Jonathan M.; Blair, Sheila (2009). The Grove Encyclopedia of Islamic Art & Architecture. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-530991-1. Diakses tanggal 2013-03-15.
  • Ettinghausen, Richard; Grabar, Oleg; Jenkins, Marilyn (2001). Islamic Art and Architecture: 650-1250. Yale University Press. ISBN 978-0-300-08869-4. Diakses tanggal 2013-03-17.
  • Petersen, Andrew (2002-03-11). Dictionary of Islamic Architecture. Routledge. ISBN 978-0-203-20387-3. Diakses tanggal 2013-03-16.
  1. Direnovasi pada tahun 2019-2020[5]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. John L. Esposito, ed. (2014). "Sunni Islam". The Oxford Dictionary of Islam. Oxford: Oxford University Press.
  2. 1 2 Tayeb El-Hibri, Maysam J. al Faruqi (2004). "Sunni Islam". Dalam Philip Mattar (ed.). The Encyclopedia of the Modern Middle East and North Africa (Edisi Second). MacMillan Reference.
  3. Fitzpatrick, Coeli; Walker, Adam Hani (2014). Muhammad in History, Thought, and Culture: An Encyclopedia of the Prophet of God [2 volumes]. ABC-CLIO. hlm. 3. ISBN 978-1610691789.
  4. Madelung, Wilferd (1997). The Succession to Muhammad. Cambridge University Press. hlm. xi. ISBN 0521646960.
  5. 1 2 "Istiqlal Mosque may reopen in July, Jokowi says while inspecting renovations". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal July 20, 2020.
  6. de Vletter, Martin (2009). Masa lalu dalam masa kini: arsitektur di Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. hlm. 73. ISBN 9-78979-224382-6. OCLC 424455052. OL 23615890M.
  7. Zulfikar, Fahri (22 Oktober 2022). "Sejarah Masjid Istiqlal: Dibangun Tahun 1961 dan Selesai 17 Tahun Kemudian". Detik.com. Diakses tanggal 21 Februari 2023.
  8. John L. Esposito, ed. (2014). "Sunni Islam". The Oxford Dictionary of Islam. Oxford: Oxford University Press.
  9. Madelung, Wilferd (1997). The Succession to Muhammad. Cambridge University Press. hlm. xi. ISBN 0521646960.
  10. Perlez, Jane (23 August 2002). "Jakarta Journal; A TV Preacher to Satisfy the Taste for Islam Lite". The New York Times. Diakses tanggal 17 December 2007.
  11. "Salinan arsip". Diarsipkan dari asli tanggal 2016-03-01. Diakses tanggal 2016-02-19.
  12. Perlez, Jane (2002-08-23). "Jakarta Journal; A TV Preacher to Satisfy the Taste for Islam Lite". The New York Times. Diakses tanggal 2007-12-17.
  13. "Salinan arsip". Diarsipkan dari asli tanggal 2018-08-14. Diakses tanggal 2018-08-16.
  14. 1 2 3 4 Bung Hatta mengabdi pada tjita-tjita perdjoangan bangsa. Panitia Peringatan Ulang Tahun Bung Hatta ke-70. 1972.
  15. "Friedrich Silaban, Anak Majelis Gereja Perancang Masjid Istiqlal". Diakses tanggal February 22, 2019.
  16. "6 Fakta Menarik Masjid Istiqlal yang Termegah ke-4 di Dunia". Liputan6. 20 Oktober 2022. Diakses tanggal 20 Juni 2025.
  17. "Fasilitas Masjid Istiqlal". Situs Resmi Masjid Istiqlal. Diarsipkan dari asli tanggal 2012-04-25. Diakses tanggal 17 March 2012.
  18. Travel Jakarta, Indonesia: illustrated guide, phrasebook and maps. MobileReference. 2010. ISBN 9781607789628. Diakses tanggal 2013-05-13.[pranala nonaktif permanen]
  19. "Hotel Indonesia Kempinski Jakarta (official website)". Diakses tanggal August 30, 2020.
  20. "Masjid Istiqlal Merupakan Masjid Terbesar Dan Termegah Di Indonesia Yang Dibangun Pada Tahun". 30 September 2021. Diarsipkan dari asli tanggal September 30, 2021.
  21. "Indonesia-Pancasila". U.S. Department of the Army. Diakses tanggal 2013-05-18.
  22. Dawuh, Guru (2021). "Masjid Istiqlal Merupakan Masjid Terbesar Dan Termegah Di Indonesia Yang Dibangun Pada Tahun". Dawuh Guru. Diarsipkan dari asli tanggal 2021-09-30. Diakses tanggal 2021-10-01.
  23. "Citadel Prins Frederick". Special Capital Region of Jakarta. 2010. Diarsipkan dari asli tanggal 2013-09-27. Diakses tanggal 2013-05-14.
  24. 1 2 Purba, Kornelius (2010-11-10). "Istiqlal: The work of a Christian architect". The Jakarta Post. Diakses tanggal 14 May 2013.
  25. Dept of Foreign Affairs (1962), Indonesia 1962, Jakarta, No ISBN
  26. Indonesian State Secretariat (1995), 40 Tahun Indonesia Merdeka, Jilid 3 (40 Years of Indonesian Independence, Volume 3), p1035, ISBN 979-8300-06-8
  27. "President performs Idul Fitri prayers at Istiqlal Mosque". Antara News. 2010-09-10. Diakses tanggal 2013-05-14.
  28. Phillips, Douglas A. (2005). Southeast Asia. Infobase Publishing. ISBN 9781438104614. Diakses tanggal 2013-05-14.
  29. Tempomedia (1978-04-22). "Bom di istiqlal". Tempo (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-07-20.
  30. "Dalam Sejarah, Masjid Istiqlal Pernah Dua Kali Dibom". Republika Online. 2019-04-13. Diakses tanggal 2020-07-20.
  31. https://pu.go.id/berita/presiden-joko-widodo-resmikan-selesainya-renovasi-besar-masjid-istiqlal diakses 03 Mei 2023
  32. https://setkab.go.id/resmikan-renovasi-masjid-istiqlal-presiden-semakin-megah-kebanggaan-bangsa-indonesia/ diakses 03 Mei 2023
  33. "Istiqlal Mosque remains popular amid ongoing renovation". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-07-20.
  34. "Jokowi Bangun 'Terowongan Silaturahmi' Istiqlal-Katedral". nasional. Diakses tanggal 2020-02-07.
  35. "Moderat Dan Ramah Lingkungan, Delegasi Internasional Terkesan Dengan Masjid Istiqlal". kemenag.go.id. Diakses tanggal 2025-02-08.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]