Hubungan Indonesia dengan Kazakhstan
Indonesia |
Kazakhstan |
---|
Hubungan Indonesia dengan Kazakhstan secara resmi dibentuk pada tahun 1993. Indonesia dan Kazakhstan memiliki beberapa kemiripan; kedua negara memiliki sumber daya alam yang melimpah, memiliki mayoritas Muslim yang moderat, yang memastikan keragaman yang harmonis serta komitmen terhadap hak asasi manusia dan demokrasi.[1] Kedua negara telah setuju untuk meningkatkan kerjasama dalam berbagai bidang seperti pertanian, industri, farmasi, gas dan minyak, transportasi, infrastruktur, dan pembuatan mesin.[2] Indonesia memiliki sebuah kedutaan besar di Astana, sedangkan Kazakhstan memiliki sebuah kedutaan besar di Jakarta. Kedua negara adalah anggota dari Organisasi Kerja Sama Islam.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Hubungan kedua negara dimulai dengan pengakuan proklamasi kemerdekaan Republik Kazakhstan oleh Indonesia pada 16 Desember 1991. Pada 2 Juni 1993, Indonesia dan Kazakhstan seara resmi membentuk hubungan diplomatik. Tetapi baru pada 29 Desember 2010 Indonesia membuka kedutaan besarnya di Astana, yang diikuti dengan pembukaan kedutaan besar Kazakhstan di Jakarta pada 13 April 2012.[1][3]
Kunjungan kenegaraan
[sunting | sunting sumber]Presiden Indonesia, Soeharto, melakukan kunjungan kenegaraan ke Almaty pada bulan April 1995, yang diikuti dengan kunjungan kenegaraan oleh Presiden Nursultan Nazarbayev ke Jakarta dalam tiga bulan setelahnya. Tujuh belas tahun kemudian, Presiden Nursultan Nazarbayev melakukan kunjungan kenegaraan ke Jakarta pada 12–14 April 2012. Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono meresponnya dengan kunjungan ke Astana pada 2 September 2013.[1]
Ekonomi
[sunting | sunting sumber]Menurut Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, volume perdagangan bilateral antara Indonesia dengan Kazakhstan pada tahun 2012 mencapai US$63.156 juta, naik 90,5% dibandingkan pada tahun 2011 dengan nilai US$33.153 juta. Neraca perdagangan pada tahun 2012 menguntungkan Kazakhstan dengan tercatat surplus US$46 juta dari Indonesia.[3] Kedua negara mendorong investasi dan perdagangan, terutama gandum, kapas, dan industri karet, serta produksi dan eksplorasi minyak. Salah satunya, sebuah usaha kerja sama untuk memproduksi ban di Kazakhstan dengan nilai investasi US$100 million.[2] Juga ada rencana pembangunan pabrik mi instan Indonesia di Kazakhstan, karena Indonesia adalah salah satu produsen dan konsumen mi instan terbesar di dunia dan berpengalaman dalam industri ini, sedangkan Kazakhstan adalah produsen gandum terbesar di regionalnya, yang akan membuat pasokan dan proses produksi menjad lebih murah dan praktis. Ini adalah kesempatan bagi merek dagang mi instan Indonesia untuk menembus pasar Asia Tengah, Rusia, dan bahkan Eropa.[4] Praktik ini sudah dilakukan merek dagang mi instan Indonesia, Indomie, yang menanamkan modalnya di Nigeria.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Daftar Duta Besar Indonesia untuk Kazakhstan
- Daftar duta besar Kazakhstan untuk Indonesia
- Kedutaan Besar Republik Indonesia di Nur-sultan
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Foster Gultom (1 Juni 2013). "Indonesia-Kazakhstan ties: To make the dream come true" [Indonesia-Kazakhstan berhubungan: Untuk membuat mimpi menjadi nyata] (dalam bahasa bahasa Inggris). The Jakarta Post. Diakses tanggal 5 November 2015.
- ^ a b Yohanna Ririhena (13 Desember 2012). "Kazakhstan to prioritize relations with Indonesia" [Kazakhstan akan memprioritaskan hubungan dengan Indonesia] (dalam bahasa bahasa Inggris). The Jakarta Post. Diakses tanggal 5 November 2015.
- ^ a b Arifin Asydhad (2 September 2013). "Indonesia dan Kazakhstan Bertekad Tingkatkan Kerjasama". Detik.com. Diakses tanggal 5 Mei 2015.
- ^ Panca Hari Prabowo (2 September 2013). "Kazakhstan tertarik mie instan produksi Indonesia". Antara News. Diakses tanggal 4 Mei 2014.