Paticcasamuppada
Bagian dari seri tentang |
Agama Buddha |
---|
![]() |
Sejarah |
Garis waktu • Konsili-konsili Buddhis |
Konsep |
Tiga Mestika (Buddha, Dhamma, Sangha) • Empat Kebenaran Mulia • Jalan Utama Berunsur Delapan • Pancasila • Tuhan • Nirwana • Jalan Tengah |
Ajaran inti |
Tiga Corak Umum • Samsara • Tumimbal lahir • Sunyata • Hukum Sebab Musabab • Karma |
Tokoh penting |
Siddharta Gautama • Sepuluh siswa utama • Keluarga Buddha Gautama |
Tingkatan pencerahan |
Buddha • Bodhisatwa • Arhat • Empat Tingkat Pencerahan • Meditasi |
Wilayah |
Asia Tenggara • Asia Timur • Tibet • India dan Asia Tengah • Indonesia • Barat |
Sekte |
Theravada • Mahayana • Wajrayana • Sarwastiwada • Mulasarwastiwada |
Kitab Suci |
Sutta • Vinaya • Abhidhamma |
|
Paticca samuppada (bahasa Pali: paticcasamuppāda; bahasa Sanskerta: प्रतीत्यसमुत्पाद (pratītyasamutpāda); Hanyu: 緣起) berarti Hukum Sebab-Musabab yang saling bergantungan merupakan salah satu ajaran terpenting dalam agama Buddha. Secara harafiah, paticcasamuppāda berarti kemunculan bergantung.
Ajaran ini menyatakan adanya sebab-musabab yang terjadi dalam kehidupan semua mahluk, khususnya manusia. Dengan menganalisis dan merenungkan Paticca Samuppada inilah, Siddhartha Gautama (yang pada saat itu masih menjadi Petapa) akhirnya mencapai Penerangan Sempurna menjadi Buddha.[1]
“ | Ia yang melihat Paticcasamuppada, juga melihat Dhamma. Ia yang melihat Dhamma, juga melihat Paticcasamuppada.
|
” |
— Maha-hatthipadopama Sutta: Majjhima Nikaya 28 |
Pengertian dasar[sunting | sunting sumber]
Pemahaman akan Paticcasamuppada yang sederhana adalah:
“ | Dengan adanya ini, maka terjadilah itu. Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu. Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu. Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.
|
” |
— Assutava Sutta: Uninstructed (SN 12.61)[2] |
Penerapan[sunting | sunting sumber]
Penerapan akan Paticcasamuppada terdiri dari dua bagian, satu bagian mengenai pengertian akan Dukkha, dan bagian lain mengenai kelahiran kembali.
Pengertian akan Dukkha[sunting | sunting sumber]
Pengertian paticcasamuppada mengenai penderitaan Dukkha dikenal dengan sebutan Empat Kesunyataan Mulia:
- Dukkha: Pengertian akan penderitaan (Dukkha).
- Samudaya: Asal-muasal penderitaan (Dukkha).
- Nirodha: Lenyapnya penderitaan (Dukkha).
- Magga: Jalan menuju lenyapnya penderitaan (Dukkha) atau yang disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan.
Dua belas Nidana[sunting | sunting sumber]
12 (dua belas) Sebab-musabab (Nidana) yang ada dalam setiap mahluk, khususnya manusia dapat dikategorikan sebagai berikut:
Kehidupan lampau
|
Kehidupan sekarang
|
Kehidupan yang akan datang
|
“ | ..... Demikianlah penyebab dari seluruh kesusahan dan penderitaan. | ” |
— Paticca-samuppada-vibhanga Sutta; Samyutta Nikaya 12.2 (S 2.1) |
Referensi[sunting | sunting sumber]
- ^ "Inti dan Dasar Dari Ajaran Buddha Gautama-Dhamma Sari". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-10. Diakses tanggal 2009-07-26.
- ^ Thanissaro Bhikkhu (2005). Assutava Sutta: Uninstructed (SN 12.61). Retrieved 2008-01-20 from "Access to Insight"