Bima (Mahabharata): Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
M. Adiputra (bicara | kontrib)
k ←Suntingan 8.37.224.187 (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Addbot
M. Adiputra (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 1: Baris 1:
{{redirect|Bhima|Bima|[[Bima (disambiguasi)]]}}
{{redirect|Bhima|pengertian lain|[[Bima (disambiguasi)]]}}
{{noref}}
{{TMH Infobox|
{{TMH Infobox|
| Image =
| Image = BHIMA'S STATUE-Dr.Murali Mohan Gurram (2).jpg
| Caption = Sosok Bima sebagai tokoh pewayangan
| Caption = Relief Bima di Kuil Ganigitti, Hampi, India.
| Nama = Bima
| Nama = Bima
| Devanagari = भीम; भीमसेन
| Devanagari = भीम
| Kitab = ''[[Mahabharata]], [[Bhagawadgita]], [[Purana]]''
| Kitab = ''[[Mahabharata]], [[Bhagawadgita]], [[Purana]]''
| Ejaan_Sanskerta = Bhīma; Bhīmaséna
| Ejaan_Sanskerta = Bhīma
| Nama_lain = Werkodara; Bhimasena;{{br}}Bayusuta; Bharatasena;{{br}}Blawa, dan lain-lain.
| Nama_lain = Werkodara, Bimasena, Bayusuta, Bharatasena, Blawa
| Profesi = Kesatria; juru masak
| Profesi = Kesatria, juru masak (saat masa penyamaran)
| Tempat = [[Hastinapura]], lalu pindah ke [[Indraprastha]]
| Tempat = [[Hastinapura]], lalu pindah ke [[Indraprastha]]
| Dinasti = Kuru
| Dinasti = Candra
| Wangsa = Kuru
| Orangtua = [[Pandu]] dan [[Kunti]] (atas bantuan [[Bayu]])
| Ayah = [[Bayu]] (''de facto''),{{br}} [[Pandu]] (sah)
| Ibu = [[Kunti]]
| Anak = [[Gatotkaca]], Sutasoma, Sarwaga, [[Antareja]], [[Antasena]]
| Anak = [[Gatotkaca]], Sutasoma, Sarwaga, [[Antareja]], [[Antasena]]
| Asal = [[Hastinapura]], [[Kerajaan Kuru]]
| Asal = [[Kerajaan Kuru]]
| Senjata = Gada Rujapala
| Senjata = Gada Rujapala
| Pasangan = [[Dropadi]], [[Hidimbi]], Walandara
| Pasangan = [[Dropadi]], [[Hidimbi]], Walandara
}}
}}
'''Bima''' ([[Bahasa Sanskerta|Sanskerta]]: भीम, ''bhīma'') atau '''Bimasena''' ([[Sanskerta]]: भीमसेन, ''bhīmaséna'') adalah seorang tokoh protagonis dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia dianggap sebagai seorang tokoh heroik. Ia adalah putra Dewi [[Kunti]] dan dikenal sebagai tokoh [[Pandawa]] yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh<ref>{{cite book|last=edited|first=translated by Winthrop Sargeant ;|title=The Bhagavad Gita|year=2009|publisher=State University of New York Press|location=Albany|isbn=9781438428420|page=24|edition=25th anniversary ed.|coauthors=Smith, with a preface by Christopher Key Chapple ; foreword by Huston}}</ref>, walaupun sebenarnya hatinya lembut. Ia merupakan keluarga Pandawa di urutan yang kedua, dari lima bersaudara. Saudara se'ayah'-nya ialah wanara yang terkenal dalam epos [[Ramayana]] dan sering dipanggil dengan nama [[Hanoman]]. Akhir dari riwayat Bima diceritakan bahwa dia mati sempurna ([[moksa]]) bersama ke empat saudaranya setelah akhir perang [[Bharatayuddha]]. Cerita ini dikisahkan dalam episode atau lakon ''[[Prasthanikaparwa]]''. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa basi dan tak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri. Bima adalah sumber inspirasi dari nama kereta api [[Kereta api Bima|Bima]], kereta api eksekutif yang melayani Surabaya Gubeng-Gambir, meskipun merupakan singkatan dari KA Biru Malam.
'''Bima''' {{Sanskerta|भीम|Bhīma}} atau '''Bimasena''' {{Sanskerta|भीमसेन|Bhīmaséna}} adalah seorang tokoh protagonis dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]''. Ia merupakan putra [[Kunti]], dan dikenal sebagai tokoh [[Pandawa]] yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh,<ref>{{cite book|last=edited|first=translated by Winthrop Sargeant ;|title=The Bhagavad Gita|year=2009|publisher=State University of New York Press|location=Albany|isbn=9781438428420|page=24|edition=25th anniversary ed.|coauthors=Smith, with a preface by Christopher Key Chapple; foreword by Huston}}</ref> walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Saudara seayahnya ialah [[Hanoman]], [[wanara]] terkenal dalam epos ''[[Ramayana]]''. ''Mahabharata'' menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan bersama keempat saudaranya setelah [[Bharatayuddha]] berakhir. Cerita tersebut dikisahkan dalam jilid ke-18 ''Mahabharata'' yang berjudul ''[[Mahaprasthanikaparwa]]''. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.


== Arti nama ==
== Etimologi ==


Kata '''''''bhīma''''''' dalam [[bahasa Sanskerta]] artinya kurang lebih adalah "mengerikan". Sedangkan nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam bahasa Sanskerta dieja '''Vrikodara''', artinya ialah "perut [[serigala]]", dan merujuk ke kegemarannya makan. Nama julukan yang lain adalah ''Bhimasena'' yang berarti [[panglima]] perang.
Kata ''bhīma'' dalam [[bahasa Sanskerta]] artinya kurang lebih adalah 'hebat', 'dahsyat', 'mengerikan'.<ref>{{citation| url=http://www.sanskritdictionary.com/bh%C4%ABma/164240/1 |title = Arti kata ''bhīma'' |publisher = Sanskritdictionary.com |author=Monier-Williams}}</ref> Nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam [[IAST|alih aksara bahasa Sanskerta]] dieja ''vṛkodhara'', artinya ialah "perut [[serigala]]", dan merujuk ke kegemarannya makan.<ref>{{citation |url=http://www.sanskritdictionary.com/v%E1%B9%9Bkodara/220309/1 |publisher=Sanskritdictionary.com |author=Monier-Williams |title=Arti kata ''vṛkodhara''}}</ref> Nama julukan yang lain adalah ''Bhīmasena'' yang berarti [[panglima]] perang.


== Kelahiran ==
== Kelahiran ==


Dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'' diceritakan bahwa karena [[Pandu]] tidak dapat membuat keturunan (akibat kutukan dari seorang [[resi]] di hutan), maka [[Kunti]] (istri Pandu) berseru kepada [[Bayu]], dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas anugerah dari Bayu, Bima akan menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih sayang.
Dalam [[wiracarita]] ''[[Mahabharata]]'' diceritakan bahwa [[Pandu]] tidak dapat membuat keturunan akibat kutukan dari seorang [[resi]] di hutan. [[Kunti]] (istri Pandu) berseru kepada [[Bayu]], sang dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas anugerah dari Bayu, Bima menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih sayang.


== Masa muda ==
== Masa muda ==

Revisi per 20 September 2013 07.38

Bima
भीम
Relief Bima di Kuil Ganigitti, Hampi, India.
Relief Bima di Kuil Ganigitti, Hampi, India.
Tokoh dalam mitologi Hindu
NamaBima
Ejaan Dewanagariभीम
Ejaan IASTBhīma
Nama lainWerkodara, Bimasena, Bayusuta, Bharatasena, Blawa
Kitab referensiMahabharata, Bhagawadgita, Purana
AsalKerajaan Kuru
KediamanHastinapura, lalu pindah ke Indraprastha
ProfesiKesatria, juru masak (saat masa penyamaran)
DinastiCandra
KlanKuru
SenjataGada Rujapala
AyahBayu (de facto),
Pandu (sah)
IbuKunti
AnakGatotkaca, Sutasoma, Sarwaga, Antareja, Antasena

Bima (Dewanagari: भीम; ,IASTBhīma, भीम) atau Bimasena (Dewanagari: भीमसेन; ,IASTBhīmaséna, भीमसेन) adalah seorang tokoh protagonis dalam wiracarita Mahabharata. Ia merupakan putra Kunti, dan dikenal sebagai tokoh Pandawa yang kuat, bersifat selalu kasar dan menakutkan bagi musuh,[1] walaupun sebenarnya berhati lembut. Di antara Pandawa, dia berada di urutan kedua dari lima bersaudara. Saudara seayahnya ialah Hanoman, wanara terkenal dalam epos Ramayana. Mahabharata menceritakan bahwa Bima gugur di pegunungan bersama keempat saudaranya setelah Bharatayuddha berakhir. Cerita tersebut dikisahkan dalam jilid ke-18 Mahabharata yang berjudul Mahaprasthanikaparwa. Bima setia pada satu sikap, yaitu tidak suka berbasa-basi, tak pernah bersikap mendua, serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri.

Etimologi

Kata bhīma dalam bahasa Sanskerta artinya kurang lebih adalah 'hebat', 'dahsyat', 'mengerikan'.[2] Nama lain Bima yaitu Wrekodara, dalam alih aksara bahasa Sanskerta dieja vṛkodhara, artinya ialah "perut serigala", dan merujuk ke kegemarannya makan.[3] Nama julukan yang lain adalah Bhīmasena yang berarti panglima perang.

Kelahiran

Dalam wiracarita Mahabharata diceritakan bahwa Pandu tidak dapat membuat keturunan akibat kutukan dari seorang resi di hutan. Kunti (istri Pandu) berseru kepada Bayu, sang dewa angin. Dari hubungan Kunti dengan Bayu, lahirlah Bima. Atas anugerah dari Bayu, Bima menjadi orang yang paling kuat dan penuh dengan kasih sayang.

Masa muda

Pada masa kanak-kanak Pandawa dan Kurawa, kekuatan Bima tidak ada tandingannya di antara anak-anak sebayanya. Kekuatan tersebut sering dipakai untuk menjahili para sepupunya, yaitu Korawa. Salah satu Korawa yaitu Duryodana, menjadi sangat benci dengan sikap Bima yang selalu jahil. Kebencian tersebut tumbuh subur sehingga Duryodana berniat untuk membunuh Bima.

Pada suatu hari ketika para Kurawa serta Pandawa pergi bertamasya di daerah sungai Gangga, Suyudana menyuguhkan makanan dan minuman kepada Bima, yang sebelumnya telah dicampur dengan racun. Karena Bima tidak senang mencurigai seseorang, ia memakan makanan yang diberikan oleh Duryodana. Tak lama kemudian, Bima pingsan. Lalu tubuhnya diikat kuat-kuat oleh Duryodana dengan menggunakan tanaman menjalar, setelah itu dihanyutkan ke sungai Gangga dengan rakit. Saat rakit yang membawa Bima sampai di tengah sungai, ular-ular yang hidup di sekitar sungai tersebut mematuk badan Bima. Ajaibnya, bisa ular tersebut berubah menjadi penangkal bagi racun yang dimakan Bima. Ketika sadar, Bima langsung melepaskan ikatan tanaman menjalar yang melilit tubuhnya, lalu ia membunuh ular-ular yang menggigit badannya. Beberapa ular menyelamatkan diri untuk menemui rajanya, yaitu Antaboga.

Saat Antaboga mendengar kabar bahwa putera Pandu yang bernama Bima telah membunuh anak buahnya, ia segera menyambut Bima dan memberinya minuman, yang semangkuknya memiliki kekuatan setara dengan sepuluh gajah.[4] Lalu Bima meminumnya tujuh mangkuk, sehingga tubuhnya menjadi sangat kuat, setara dengan tujuh puluh gajah. Bima tinggal di istana Naga Basuki selama delapan hari, dan setelah itu ia pulang. Saat Bima pulang, Duryodana kesal karena orang yang dibencinya masih hidup. Ketika para Pandawa menyadari bahwa kebencian dalam hati Duryodana mulai bertunas, mereka mulai berhati-hati.

Pendidikan

Pada usia remaja, Bima dan saudara-saudaranya dididik dan dilatih dalam bidang militer oleh Drona. Dalam mempelajari senjata, Bima lebih memusatkan perhatiannya untuk menguasai ilmu menggunakan gada, seperti Duryodana. Mereka berdua menjadi murid Baladewa, yaitu saudara Kresna yang sangat mahir dalam menggunakan senjata gada. Dibandingkan dengan Bima, Baladewa lebih menyayangi Duryodana, dan Duryodana juga setia kepada Baladewa. Kedua bersaudara sepupu ini bersekolah di Universitas yang sama yaitu Universitas 'Dhurna'. Namun Bima memiliki kecerdasan yang lebih dibandingkan Duryodana dalam menimba ilmu Gadha dari Rhsi Dhurna. Kelak kedua sepupu ini akan bertempur habis-habisan di hari terakhir perang bharatayudha.

Peristiwa di Waranawata

Ketika Bima beserta ibu dan saudara-saudaranya berlibur di Waranawata, ia dan Yudistira sadar bahwa rumah penginapan yang disediakan untuk mereka, telah dirancang untuk membunuh mereka serta ibu mereka. Pesuruh Duryodana, yaitu Purocana, telah membangun rumah tersebut sedemikian rupa dengan bahan seperti lilin sehingga cepat terbakar. Bima hendak segera pergi, namun atas saran Yudistira mereka tinggal di sana selama beberapa bulan.

Pada suatu malam, Dewi Kunti mengadakan pesta dan seorang wanita yang dekat dengan Purocana turut hadir di pesta itu bersama dengan kelima orang puteranya. Ketika Purocana beserta wanita dan kelima anaknya tersebut tertidur lelap karena makanan yang disuguhkan oleh Kunti, Bima segera menyuruh agar ibu dan saudara-saudaranya melarikan diri dengan melewati terowongan yang telah dibuat sebelumnya. Kemudian, Bima mulai membakar rumah lilin yang ditinggalkan mereka. Oleh karena ibu dan saudara-saudaranya merasa mengantuk dan lelah, Bima membawa mereka sekaligus dengan kekuatannya yang dahsyat. Kunti digendong di punggungnya, Nakula dan Sadewa berada di pahanya, sedangkan Yudistira dan Arjuna berada di lengannya.[5]

Ketika keluar dari ujung terowongan, Bima dan saudaranya tiba di sungai Gangga. Di sana mereka diantar menyeberangi sungai oleh pesuruh Widura, yaitu menteri Hastinapura yang mengkhwatirkan keadaan mereka. Setelah menyeberangi sungai Gangga, mereka melewati Sidawata sampai Hidimbawana. Dalam perjalanan tersebut, Bima memikul semua saudaranya dan ibunya melewati jarak kurang lebih tujuh puluh dua mil. peristiwa ini dalam cerita pewayangan di indonesia sering dikenal dengan lakon "bale sigolo-golo", yang selanjutnya membuat para pandawa harus "ngenger" (dalam lakon pandawa ngenger) dan bima berganti nama menjadi "jagal abilawa" dan beralih profesi menjadi jagal.

Peristiwa di Hidimbawana

Di Hidimbawana, Bima bertemu dengan Hidimbi/Arimbi yang jatuh cinta dengannya. Kakak Hidimbi yang bernama Hidimba, menjadi marah karena Hidimbi telah jatuh cinta dengan seseorang yang seharusnya menjadi santapan mereka. Kemudian Bima dan Hidimba berkelahi. Dalam perkelahian tersebut, Bima memenangkan pertarungan dan berhasil membunuh Hidimba dengan tangannya sendiri. Lalu, Bima menikah dengan Hidimbi. Dari perkawinan mereka, lahirlah seorang putera yang diberi nama Gatotkaca. Bima dan keluarganya tinggal selama beberapa bulan bersama dengan Hidimbi dan Gatotkaca, setelah itu mereka melanjutkan perjalanan. Bima juga mempunyai anak dari Dropadi bernama Sutasoma, sedangkan anak dari pernikahannya dengan Putri Balandhara dari Kerajaan Kashi adalah Sarwaga. Semua anak Bima gugur dalam Perang di Kurukshetra.

Pembunuh Raksasa Baka

Setelah melewati Hidimbawana, Bima dan saudara-saudaranya beserta ibunya tiba disebuah kota yang bernama Ekacakra. Di sana mereka menumpang di rumah keluarga brahmana. Pada suatu hari ketika Bima dan ibunya sedang sendiri, sementara keempat Pandawa lainnya pergi mengemis, brahmana pemilik rumah memberitahu mereka bahwa seorang raksasa yang bernama Bakasura meneror kota Ekacakra. Atas permohonan penduduk desa, raksasa tersebut berhenti mengganggu kota, namun sebaliknya seluruh penduduk kota diharuskan untuk mempersembahkan makanan yang enak serta seorang manusia setiap minggunya. Kini, keluarga brahmana yang menyediakan tempat tinggal bagi mereka yang mendapat giliran untuk mempersembahkan salah seorang keluarganya. Merasa berhutang budi dengan kebaikan hati keluarga brahmana tersebut, Kunti berkata bahwa ia akan menyerahkan Bima yang nantinya akan membunuh raksasa Baka. Mulanya Yudistira sangsi, namun akhirnya ia setuju.

Pada hari yang telah ditentukan, Bima membawa segerobak makanan ke gua Bakasura. Di sana ia menghabiskan makanan yang seharusnya dipersembahkan kepada sang raksasa. Setelah itu, Bima memanggil-manggil raksasa tersebut untuk berduel dengannya. Bakasura yang merasa dihina, marah lalu menerjang Bima. Seketika terjadilah pertarungan sengit. Setelah pertempuran berlangsung lama, Bima meremukkan tubuh Bakasura seperti memotong sebatang tebu. Lalu ia menyeret tubuh Bakasura sampai di pintu gerbang Ekacakra. Atas pertolongan dari Bima, kota Ekacakra tenang kembali. Ia tinggal di sana selama beberapa lama, sampai akhirnya Pandawa memutuskan untuk pergi ke Kampilya, ibukota Kerajaan Panchala, karena mendengar cerita mengenai Dropadi dari seorang brahmana.

Bima dalam Bharatayuddha

Dalam perang di Kurukshetra, Bima berperan sebagai komandan tentara Pandawa. Ia berperang dengan menggunakan senjata gadanya yang sangat mengerikan.

Pada hari terakhir Bharatayuddha, Bima berkelahi melawan Duryodana dengan menggunakan senjata gada. Pertarungan berlangsung dengan sengit dan lama, sampai akhirnya Kresna mengingatkan Bima bahwa ia telah bersumpah akan mematahkan paha Duryodana. Seketika Bima mengayunkan gadanya ke arah paha Duryodana. Setelah pahanya diremukkan, Duryodana jatuh ke tanah, dan beberapa lama kemudian ia mati. Baladewa marah hingga ingin membunuh Bima, namun ditenangkan Kresna karena Bima hanya ingin menjalankan sumpahnya.

Bima dalam pewayangan Jawa

Berkas:Bima-kl.jpg
Bima sebagai tokoh wayang Jawa.

Bima adalah seorang tokoh yang populer dalam khazanah pewayangan Jawa. Suatu saat mantan presiden Indonesia, Ir. Soekarno, pernah menyatakan bahwa ia sangat senang dan mengidentifikasikan dirinya mirip dengan karakter Bima. Nama Sukarno sendiri berasal dari nama Karna, panglima yang memihak Kaurawa.

Sifat

Bima memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya, sehingga dia digambarkan tidak pernah menggunakan bahasa halus (krama inggil) atau pun duduk di depan lawan bicaranya. Bima melakukan kedua hal ini (bicara dengan bahasa krama inggil dan duduk) hanya ketika menjadi seorang resi dalam lakon Bima Suci, dan ketika dia bertemu dengan Dewa Ruci. Ia memiliki keistimewaan dan ahli bermain gada, serta memiliki berbagai macam senjata, antara lain: Kuku Pancakenaka, Gada Rujakpala, Alugara, Bargawa (kapak besar) dan Bargawasta. Sedangkan jenis ajian yang dimilikinya antara lain: Aji Bandungbandawasa, Aji Ketuglindhu, Aji Bayubraja dan Aji Blabak Pangantol-antol.

Bima juga memiliki pakaian yang melambangkan kebesaran, yaitu: Gelung Pudaksategal, Pupuk Jarot Asem, Sumping Surengpati, Kelatbahu Candrakirana, ikat pinggang Nagabanda dan Celana Cinde Udaraga. Sedangkan beberapa anugerah Dewata yang diterimanya antara lain: Kampuh atau Kain Poleng Bintuluaji, Gelang Candrakirana, Kalung Nagasasra, Sumping Surengpati dan Pupuk Pudak Jarot Asem.

Dalam pencarian jatidirinya, bima sering diberi tugas oleh gurunya (yang diminta oleh para kurawa untuk membunuh bima) yang hampir tidak mungkin dikerjakan, tugas itu antara lain adalah mencari kayu gung susuhing angin dan air banyu perwitasari, yang akhirnya membawa bima bertemu dengan dewaruci

Istri dan keturunan

Bima tinggal di kadipaten Jodipati, wilayah Indraprastha. Ia mempunyai tiga orang isteri dan 3 orang anak,[6] yaitu:

  1. Dewi Nagagini, berputera (mempunyai putera bernama) Arya Anantareja,
  2. Dewi Arimbi, berputera Raden Gatotkaca dan
  3. Dewi Urangayu, berputera Arya Anantasena.

Menurut versi Banyumas, Bima mempunyai satu istri lagi, yaitu Dewi Rekatawati, berputera Srenggini.

Nama lain

  • Bratasena
  • Balawa

Lihat pula

Referensi

  1. ^ edited, translated by Winthrop Sargeant ; (2009). The Bhagavad Gita (edisi ke-25th anniversary ed.). Albany: State University of New York Press. hlm. 24. ISBN 9781438428420. 
  2. ^ Monier-Williams, Arti kata bhīma, Sanskritdictionary.com 
  3. ^ Monier-Williams, Arti kata vṛkodhara, Sanskritdictionary.com 
  4. ^ "Mahabharata Text". 
  5. ^ "Mahabharata Text". 
  6. ^ "Mahabharata Text".