Timor Leste
Timor-Leste (bahasa Tetun: Timór Lorosa'e), dengan nama resmi Republik Demokratik Timor-Leste[12] (bahasa Portugis: República Democrática de Timor-Leste,[13] bahasa Tetun: Repúblika Demokrátika Timor Lorosa'e),[14] yang sebelum merdeka bernama Timor Timur, adalah negara pulau di Asia Tenggara dan Oseania.[15] Negara ini berada di sebelah utara Australia dan bagian timur pulau Timor. Selain itu wilayah negara ini juga meliputi pulau Kambing atau Atauro, Jaco, dan eksklave Oe-Cusse Ambeno di Timor Barat. Negara ini memiliki luas sekitar 15.007 kilometer persegi dengan Dili, kota di pesisir utara Pulau Timor, menjadi ibu kota dan kota terbesarnya.
Pulau Timor sendiri pertama kali ditinggali oleh Orang Papua dan Orang Austronesia. Hal ini menciptakan campuran budaya dan bahasa yang dipengaruhi oleh kebudayaan lain di Asia Tenggara dan Melanesia. Timor Timur kemudian berada di bawah pengaruh Portugal sejak abad ke-16, dan wilayah yang diduduki dikenal sebagai Timor Portugis sampai tahun 1975, ketika Front Revolusi Kemerdekaan Timor-Leste (FRETILIN) mengumumkan kemerdekaan wilayah tersebut. Konflik internal setelah deklarasi tersebut berujung pada invasi Indonesia dan aneksasi atas Timor Timur. Timor Timur dinyatakan sebagai provinsi ke-27 oleh Indonesia pada tahun berikutnya. Pendudukan Indonesia di Timor Timur ditandai oleh konflik yang sangat keras selama beberapa dasawarsa antara kelompok separatis (khususnya FRETILIN) dan militer Indonesia. Pada tanggal 30 Agustus 1999, dalam sebuah referendum yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), rakyat Timor Timur menentukan nasibnya sendiri untuk lepas dan merdeka dari Indonesia. Pada tanggal 20 Mei 2022, Timor Timur merdeka sebagai Timor Leste, menjadikan negara ini sebagai negara merdeka berdaulat pertama di abad ke-21. Pada tahun yang sama, hubungannya dengan Indonesia kembali pulih, dan Indonesia menjadi negara yang mendukung aksesi Timor Leste ke ASEAN.
Bentuk pemerintahan Timor Leste berupa sistem semi-presidensial, di mana presiden yang dipilih secara demokratis berbagi kekuasaan dengan perdana menteri yang ditunjuk oleh Parlemen Nasional. Kekuasaan terpusat di bawah pemerintahan nasional, meski pemimpin daerah juga memiliki pengaruh secara tidak langsung dalam pemerintahan. Negara ini merupakan anggota dari Komunitas Negara-Negara Berbahasa Portugis, pengamat di Forum Kepulauan Pasifik, dan menjadi anggota ASEAN pada bulan Oktober 2025.[16] Perekonomian negara ini relatif lemah, umumnya mengandalkan sumber daya alam (termasuk minyak) dan bantuan internasional.
Populasi Timor Leste sekitar 1,34 juta penduduk menurut sensus tahun 2022, dan lebih didominasi oleh kaum muda akibat meningkatnya angka kelahiran di negara tersebut. Pendidikan telah meningkatkan angka melek huruf di Timor Leste, terutama dalam bahasa resmi negara, bahasa Portugis dan bahasa Tetun. Selain kedua bahasa tersebut, Timor Leste juga memiliki 30 bahasa lokal yang aktif digunakan di negara tersebut. Timor-Leste merupakah salah satu dari hanya dua negara di Asia yang mayoritas agama penduduknya adalah Kristen, negara lainnya adalah Filipina.
Nama
[sunting | sunting sumber]Pulau "Timor" berasal dari kata dalam bahasa Melayu timur, merujuk pada lokasinya di ujung timur Kepulauan Nusa Tenggara.[17] Dalam bahasa Indonesia, penyebutan negara ini menghasilkan nama "Timor Timur", yang digunakan untuk menyebut nama provinsi sebelum merdeka. Setelah merdeka, negara ini direferensikan dengan nama "Timor Leste", mengikuti istilahnya dalam bahasa Portugis, Timor-Leste (leste berarti "timur"). Dalam bahasa Tetun, negara ini dikenal sebagai Timor Lorosa'e, di mana Lorosa'e bisa diartikan secara harfiah sebagai "(tempat) di mana matahari terbit".[18][19]
Nama resmi negara ini adalah "Republik Demokratik Timor-Leste" dalam bahasa Indonesia.[20] Sementara dalam bahasa resmi negara tersebut, nama resminya ialah "República Democrática de Timor-Leste" dalam bahasa Portugis[13] dan "Repúblika Demokrátika Timór-Leste" dalam bahasa Tetun.[21] Adapun nama resmi pendek negara ini ialah "Timor-Leste",[22] Negara ini menggunakan kode ISO TLS & TL.[23]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Masa prasejarah dan prakolonial
[sunting | sunting sumber]
Bukti tertua mengenai keberadaan manusia di Timor Leste dapat ditemukan di Gua Jerimalai di ujung Pulau Timor, yang diketahui berusia 42.000 tahun.[24] Diketahui pula bahwa manusia pertama mencapai daerah ini pada waktu migrasi Ras Australoid, yang pada saat ini mewariskan rumpun bahasa Papua di Timor Leste.[25] Ada dugaan bahwa penduduk berbahasa Austroasiatik juga mencapai pulau Timor, meski tidak mewariskan bahasa tersebut saat ini.[26][27] Kedatangan bangsa Austronesia ke pulau Timor membawa bahasa mereka dan bercampur dengan kebudayaan Australoid yang telah tinggal.[28] Menurut mitos asal muasal orang Timor, nenek moyang mereka berlayar mengitari ujung timur pulau sebelum mendarat di bagian selatannya. Nenek moyang ini sering kali diidentifikasi sebagai penduduk yang berasal dari Semenanjung Malaya atau pegunungan tinggi Minangkabau.[29] Migrasi Austronesia di pulau Timor dikaitkan dengan perkembangan agrikultur di pulau tersebut.[28][30]
Meski informasi yang berkaitan dengan sistem politik di pulau Timor sedikit, namun diketahui bahwa penduduk pulau ini telah mengembangkan serangkaian pemerintahan yang saling terkait dan diatur oleh hukum adat. Masyarakat-masyarakat kecil, yang berpusat di tempat sakral, merupakan bagian dari suco (atau kepangeranan), yang juga merupakan bagian dari pemerintahan kerajaan yang lebih besar, yang disebut sebagai liurai. Kekuasaan dalam kerajaan-kerajaan ini dipegang oleh dua orang, yaitu liurai sebagai pemegang kekuasaan duniawi dan rai nain yang memegang kekuasaan rohani. Terdapat beberapa kerajaan yang muncul di pulau ini dan sering kali mengalami pergeseran aliansi serta hubungan, tetapi beberapa di antaranya cukup stabil dan masih bertahan, bahkan sampai akhir kekuasaan Portugis.[31]: 11–15
Kira-kira sejak abad ke-13, pulau Timor dikenal sebagai penghasil cendana,[31]: 267 yang dikenal sebagai bahan parfum dan kerajinan.[32] Hal tersebut menjadikan Timor sebagai bagian dari jaringan perdagangan Asia Tenggara, Tiongkok, dan India pada abad ke-14,[33] yang juga menyediakan madu dan lilin. Pulau tersebut tercatat dalam catatan Kerajaan Majapahit sebagai sumber upeti.[34]: 89 Cendana yang dihasilkan dari pulau ini menarik perhatian penjelajah Eropa untuk mengunjungi pulau Timor pada awal abad ke-16. Pada awalnya, kehadiran bangsa Eropa di daerah itu hanya untuk membuka pos dagang,[35] dengan berdirinya pemukiman Portugis di pulau terdekat, yaitu pulau Solor.[34]: 90
Kolonialisasi Portugis (1769–1975)
[sunting | sunting sumber]Kehadiran Portugis di pulau Timor pada awalnya terbatas pada perdagangan dengan pemukiman Portugis di pulau sekitarnya. Kehadiran mereka kemudian lebih terasa pada abad ke-17 ketika Portugis disingkirkan dari pulau-pulau lain oleh Belanda.[31]: 267 Setelah Belanda menguasasi pulau Solor pada tahun 1613, Portugis kemudian memindahkan pusat administrasinya ke pulau Flores, kemudian berpindah ke Kupang di pulau Timor bagian barat pada tahun 1646, sebelum akhirnya menyingkir ke Lifau, yang saat ini merupakan bagian dari eksklave Oecusse-Ambeno.[34]: 90 Kolonisasi pulau tersebut dimulai pada tahun 1769, ketika kota Dili didirikan, meski kontrol Portugis atas pulau Timor masih sangat terbatas.[36] Perbatasan Timor Belanda dan Timor Portugis sendiri baru ditetapkan pada tahun 1914 dalam Mahkamah Arbitrase Antarabangsa, yang saat ini menjadi perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste.[37]
Bagi Portugis, Timor Timur hanya sebuah pos dagang yang tidak begitu diperhatikan. Investasi ke dalam infrastruktur dan pendidikan koloni tersebut masih sangat minim hingga abad ke-19. Meskipun Portugal telah memiliki kontrol atas bagian dalam pulau, pembangunan masih relatif minim.[31]: 269, 273 Adapun cendana masih menjadi tanaman ekspor yang dihasilkan dari koloni tersebut, bersamaan dengan kopi yang mulai ditanam setidaknya sejak pertengahan abad ke-19.[32]
Pada abad ke-20, ekonomi dalam negeri mengalami keterpurukan sehingga mendorong Portugis untuk mengekstrasi kekayaan di wilayah koloninya. Hal ini menimbulkan berbagai gerakan perlawanan dari masyarakat pribumi di Timor Portugis.[33] Koloni tersebut sering dianggap sebagai beban ekonomi, terutama pada masa Depresi Besar, dan hanya menerima sedikit manajemen dan dukungan dari Portugal.[31]: 269
Pada waktu Perang Dunia II, Dili diduduki oleh Sekutu pada tahun 1941, dan kemudian oleh Jepang pada tahun 1942. Pegunungan di pulau Timor menjadikan koloni tersebut menjadi bagian dari kampanye gerilya yang dikenal sebagai Pertempuran Timor. Pasukan Sekutu bersama dengan sukarelawan pribumi bersama-sama bertempur melawan pasukan Jepang, yang mengakibatkan sekitar 40.000 hingga 70.000 rakyat sipil tewas.[38] Jepang pada akhirnya menguasai pulau tersebut dan mengusir Pasukan Australia dan Sekutu pada tahun 1943.[39] Namun, Portugis kembali menguasai pulau tersebut setelah kekalahan Jepang di akhir Perang Dunia II.[40]
Portugal kemudian memulai investasi ke koloni tersebut sejak tahun 1950-an, dengan mendanai pendidikan dan mempromosikan ekspor kopi. Kendati demikian, perekonomian koloni tidak kunjung membaik dan pengembangan infrastruktur masih terbatas.[31]: 269 Pertumbuhan ekonomi koloni hanya meningkat 2% setiap tahunnya.[41] Keadaan tersebut pada akhirnya memuncak ketika Portugal meninggalkan koloni tersebut setelah Revolusi Anyelir pada tahun 1974.
Penelantaran tersebut memicu terjadinya perang saudara di antara partai politik di Timor Timur. Partai Front Revolusi Independen Timor Leste (Fretilin) melawan upaya pengambilalihan kekuasaan oleh Uni Demokrasi Timor (UDT) pada bulan Agustus 1975[42] dan memproklamasikan kemerdekaan secara sepihak pada tanggal 28 November 1975 sebagai Republik Demokratik Timor Leste. Indonesia, yang takut akan adanya negara komunis di kepulauan Nusantara, melancarkan operasi militer dan menginvasi Timor Timur pada tanggal 7 Desember 1975.[43] Pada tanggal 17 Juli 1976, Indonesia mendeklarasikan Timor Timur sebagai provinsi ke-27.[44] Merespons hal tersebut, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menentang invasi tersebut dan teritori Timor Timur pada saat itu dianggap sebagai "wilayah yang tidak memiliki pemerintahan sendiri di bawah administrasi Portugis".[45]
Pendudukan Indonesia (1975–1999)
[sunting | sunting sumber]- 1976 - 1999: Pendudukan Indonesia di Timor Timur. Sekitar 100.000 - 250.000 orang tewas.[46]
- 1991: Insiden Santa Cruz
- 1999: Referendum pemisahan diri Timor Timur diizinkan Presiden B. J. Habibie. Setelah pengunduran diri Presiden Soeharto, dibuat sebuah kesepakatan yang disponsori PBB antara Indonesia dan Portugal untuk sebuah referendum dalam pengawasan PBB pada bulan Agustus 1999. Mayoritas hasil pemungutan suara yang memilih dan menginginkan kemerdekaan Timor Timur disambut dengan kampanye kekerasan oleh milisi pro-integrasi. Dengan izin dari Indonesia, pasukan penjaga perdamaian multi nasional yang dipimpin Australia ditempatkan sampai situasi pulih. Pada akhir 1999, administrasi Timor diambil alih oleh PBB melalui Pemerintahan Transisi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor-Leste.
- 2002: Terbentuknya negara Timor-Leste
- 2006: Sepertiga mantan tentara nasional Timor-Leste memberontak menuntut keadilan. Pecah konflik antara pihak polisi yang mendukung pemerintah dengan pihak militer
Pada tanggal 30 Agustus 2001, rakyat Timor-Leste memberikan suara dalam pemilihan pertama mereka yang diselenggarakan oleh PBB untuk memilih anggota parlemen.[47] Pada bulan Maret 2002, lebih dari 20.000 pengungsi telah kembali. Pada tanggal 20 Mei 2002, Konstitusi Republik Demokratis Timor-Leste mulai berlaku dan Timor-Leste diakui sebagai negara merdeka dan berdaulat oleh PBB.[48] Parlemen Nasional dibentuk dan Xanana Gusmão dilantik sebagai Presiden pertama negara tersebut. Pada tanggal 27 September 2002, Timor Timur diganti namanya menjadi Timor-Leste, menggunakan bahasa Portugis, dan diterima sebagai negara anggota oleh PBB.[49]
Tahun berikutnya, Gusmão menolak masa jabatan presiden yang kedua kalinya. Menjelang pemilihan presiden bulan April 2007, gelombang kekerasan merebak di negeri ini. José Ramos-Horta terpilih sebagai presiden pada pemilihan bulan Mei 2007, sementara Gusmão mengikuti kontestasi pemilihan parlemen dan menjadi Perdana Menteri. Ramos-Horta mengalami luka kritis dalam percobaan pembunuhan pada Februari 2008. Perdana Menteri Gusmão juga terjebak dalam baku tembak secara terpisah tetapi berhasil lolos tanpa cedera. Bala bantuan Australia segera dikirim untuk membantu menjaga ketertiban. Pada tahun 2006, PBB mengirim pasukan keamanan untuk memulihkan ketertiban saat kerusuhan dan pertempuran memaksa 15 persen penduduk (155.000 orang) meninggalkan rumah mereka. Pada bulan Maret 2011, PBB menyerahkan kontrol operasional kepolisian kepada pihak berwenang Timor-Leste. PBB mengakhiri misi pemeliharaan perdamaian pada tanggal 31 Desember 2012.[50]
Geografi
[sunting | sunting sumber]
Timor-Leste beriklim tropis yang umumnya panas dan lembap. Terdapat dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Jika musim hujan, hujan yang turun akan sangat deras, dan jika kemarau, akan sangat jarang turun hujan. Dari prospektif topografis, wilayah Timor-Timur sebagian besar terdiri dari daerah-daerah pegunungan yang membentang dari timur ke barat. Bentangan-bentangan pegunungan ini adakalanya terputus, sehingga membentuk lembah-lembah serta jurang-jurang yang curam dan amat dalam. Kemudian, ditengah-tengahnya mengalir sungai-sungai kecil yang sangat mempersulit transportasi. Tanahnya amat banyak mengandung kapur, karang, tanah liat yang pekat, dan pasir serta hanya sedikit yang tergolong tipe tanah vulkanik. Di Timor-Timur, terdapat 7 buah gunung yang ketinggiannya lebih dari 2.000 meter. Di Kabupaten Ainaro, terdapat Gunung Tatamailau (2.495 m), dan Gunung Usululi (2.620 m).
Politik
[sunting | sunting sumber]
Kepala Negara Republik Timor-Leste adalah seorang presiden, yang dipilih secara langsung dengan masa bakti selama 5 tahun. Meskipun fungsinya hanya seremonial saja, ia juga memiliki hak veto undang-undang. Perdana Menteri dipilih dari pemilihan multi partai dan diangkat/ditunjuk dari partai mayoritas sebuah koalisi mayoritas. Sebagai kepala pemerintahan, Perdana Menteri mengepalai Dewan Menteri atau Kabinet dalam Kabinet Pemerintahan.
Parlemen Timor-Leste menerapkan sistem satu kamar yang disebut Parlamento Nacional. Anggotanya dipilih untuk masa jabatan selama lima tahun. Jumlah kursi di parlemen antara 52 dan 65 tetapi saat ini berjumlah 65. Undang-Undang Dasar Timor-Leste didasarkan pada konstitusi Portugal.
Angkatan Bersenjata Timor-Leste adalah FALINTIL-FDTL (F-FDTL), sedangkan angkatan kepolisiannya adalah PNTL (Polícia Nacional Timor-Leste).
Pembagian administratif
[sunting | sunting sumber]Timor-Leste secara administratif dibagi menjadi 13 distrik:
- Aileu
- Ainaro
- Baucau
- Bobonaro
- Cova-Lima (Suai)
- Dili
- Ermera
- Lautem (Lospalos)
- Liquica
- Manatuto
- Manufahi (Same)
- Oe-Cusse Ambeno (Pante Makasar)
- Viqueque (Cabira-Oan)
Nama-nama yang berada di antara tanda kurung adalah ejaan alternatif yang sering dipakai pada masa Integrasi.
Ekonomi
[sunting | sunting sumber]Pertumbuhan ekonomi Timor-Leste terbilang masih lambat dibandingkan negara-negara Asia Tenggara. Timor-Leste berada di peringkat 152 negara sebagai negara termiskin di dunia dari 193 negara.[51] Selain amat tergantung secara politik kepada mantan penjajah Portugal, Timor-Leste mengadopsi mata uang Dolar Amerika Serikat sebagai mata uang resmi negaranya yang mengakibatkan daya beli rakyat jauh menurun dibandingkan ketika masih menjadi provinsi Indonesia. Pada November 2007, terdapat sebelas kecamatan di mana kebutuhan makanan harus dipasok oleh bantuan internasional.[52] Tidak ada hukum perlindungan hak cipta di Timor-Leste.[53]
Salah satu proyek jangka panjang menjanjikan yang pernah ada adalah pengembangan dan exploitasi minyak bumi dan gas alam bersama dengan Australia di sebelah tenggara perairan Timor. Setelah revolusi Anyelir, pemerintahan kolonial Portugis memberikan konsesi pada Oceanic Exploration Corporation untuk pengembangan dan exploitasi tersebut. Namun, hal ini gagal terlaksana dikarenakan oleh Operasi Seroja pada tahun 1976. Kemudian setelahnya, sumber daya dibagi antara Indonesia dan Australia dengan Perjanjian Celah Timor pada tahun 1989.
Saat ini tiga bank asing memiliki cabang di Dili: ANZ, Banco Nasional Ultramarino yang merupakan anak perusahaan dari bank terbesar Portugal Caixa Geral de Depósitos, dan Bank Mandiri.
Demografi
[sunting | sunting sumber]
Pada sensus di tahun 2015 penduduk Timor-Leste diperkirakan berjumlah 1.183.643 jiwa. Penduduk Timor-Leste merupakan orang keturunan Austronesia (Melayu-Polinesia), Papua, sejumlah minoritas Tionghoa (Hakka) dan beberapa keturunan Portugis Eropa yang biasa disebut Mestiços.
Bahasa
[sunting | sunting sumber]
Sejak kemerdekaan Timor-Leste pada tahun 2002, setelah sejak tahun 1999 di bawah pemerintahan transisi PBB, berdasarkan konstitusi Timor-Leste memiliki 2 bahasa resmi yaitu bahasa Tetun dan bahasa Portugis. Bentuk vernakular dari bahasa Portugia yang digunakan di Timor Leste dikenal sebagai bahasa Portugis Timor Leste. Selain itu dalam konstitusi disebutkan pula bahwa bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dijadikan bahasa kerja.[54] Dalam praktik keseharian, masyarakat banyak menggunakan bahasa Tetun Portugis sebagai bahasa ucap. Sementara bahasa Indonesia banyak dipakai untuk menulis. Misalnya anak sekolah di tingkat SMA masih menggunakan bahasa Indonesia untuk ujian akhir. Banyak mahasiswa dan dosen lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dan menulis karangan ilmiah. Selain itu terdapat pula belasan bahasa daerah, diantaranya: Bekais, Bunak, Dawan, Fataluku, Galoli, Habun, Idalaka, Kawaimina, Kemak, Lovaia, Makalero, Makasai, Naueti, Waimua, Mambai, Tokodede, Midiki dan Wetarese.
Di bawah pemerintahan Presiden Suharto, penggunaan bahasa Portugis dilarang. Saat ini bahasa Portugis di Timor-Leste diajarkan dan dipromosikan secara luas dengan bantuan dari Brasil dan Portugal, meskipun terdapat keengganan dari beberapa kalangan muda berpendidikan.
Menurut Laporan Pembangunan PBB 2006, hanya kurang dari 5% dari penduduk Timor-Leste berbicara bahasa Portugis secara fasih. Meskipun demikian, validitas laporan ini dipertanyakan oleh para anggota institut linguistik nasional Timor-Leste, yang mempertahankan pendapat bahwa bahasa Portugis diucapkan hingga 25% dari penduduk Timor-Leste. Seiring dengan bahasa lokal lainnya, bahasa Tetun merupakan bahasa yang paling umum digunakan untuk berkomunikasi, sementara itu bahasa Indonesia masih banyak digunakan di media dan sekolah dari SMA hingga perguruan tinggi. Sebagian besar kata dalam bahasa Tetum berasal dari bahasa Portugis, tetapi juga terdapat kata-kata serapan dari bahasa Indonesia, contohnya adalah notasi bilangan.
Agama
[sunting | sunting sumber]Mayoritas penduduk Timor-Leste beragama Kekristenan yakni 99,53%, dimana Katolik 97,57%, diikuti Protestan sebanyak 1,96%. Sebagian kecil lainnya beragama Islam yakni 0,24%, kemudian Buddha 0,07%, Hindu 0,02%, dan aliran kepercayaan dan kepercayaan tradisional 0,16%.[1] Mayoritas penduduk beragama Katolik, maka kini terdapat tiga keuskupan (diosis) di Timor-Leste, yaitu: Diosis Dili, Diosis Baucau dan Diosis Maliana yang baru didirikan pada tanggal 30 Januari 2010 oleh Paus Benediktus XVI.
Sebelumnya, pada tahun 1975, diperkirakan hanya 25–30% penduduk Timor-Leste yang dibaptis sebagai seorang Katolik. Namun, setelah Timor-Leste diduduki oleh Indonesia, agama Katolik berkembang pesat di wilayah tersebut, dan pada dasawarsa 1990-an, persentase rakyat Timor-Leste yang dibaptis sebagai seorang Katolik telah mencapai lebih dari 90%.[55][56] Jumlah gereja sendiri bertambah dari 100 bangunan gereja pada tahun 1974 menjadi lebih dari 800 pada tahun 1994.[57] Diyakini salah satu penyebab Timor-Leste berubah menjadi negara Katolik adalah karena hukum Indonesia mewajibkan semua warganya untuk menganut salah satu agama yang diakui secara resmi, dan kepercayaan animis rakyat Timor-Leste dianggap tidak sesuai dengan sila pertama Pancasila.[23][56]
Budaya dan suku
[sunting | sunting sumber]
Timor-Leste tidak memiliki budaya resmi, budaya masyarakat Timor-Leste bergantung dengan budaya Timor Timur, yaitu campuran suku dengan Indonesia, salah satunya adalah Suku Marobo. Selain itu, budaya Timor-Leste juga dipengaruhi bangsa Portugis.
Suku Marobo adalah suku yang bertempat tinggal di beberapa desa di Bobonaro, kota Maliana, Timor-Leste, khususnya desa Ilatlaun, Atuaben, dan Soileso. Pada 1990 diketahui bahwa jumlah populasinya sekitar 3.000 jiwa. Suku Marobo masih mempunyai tali saudara dengan suku Kemak dan menggunakan bahasa Kemak, sehingga sering juga disebut orang Kemak Marobo. Selain bahasa Kemak, suku Marobo juga menggunakan bahasa lain, yaitu bahasa Bunak atau Tenun Terik sebagai lingua franca untuk berkomunikasi dengan bangsa lain yang ada di sekitarnya. Jenis bahasa mereka adalah jenis bahasa orang laut yang terancam punah, bersamaan dengan bahasa-bahasa milik suku bangsa Punan, Asmat, Mentawai, dan Sakai.[butuh rujukan]
Seorang antropolog Prancis bernama Brigitte Clamagirand pernah menetap di pemukiman suku Marobo. Ia membuat dokumentasi yang menggambarkan masyarakat Marobo mempunyai keahlian di seni tenun. Suku Marobo memang terkenal atas tenun (atau 'tais', sebuah jenis tenun Timor-Leste). Sayangnya, pengetahuan tenun dengan masyarakat Marobo sendiri terputus saat Indonesia menduduki Timor-Leste pada 1975.[butuh rujukan]
Catatan
[sunting | sunting sumber]- 1 2 "Nationality, Citizenship, and Religion". Government of Timor-Leste. 25 Oktober 2015. Diarsipkan dari asli tanggal 13 November 2019. Diakses tanggal 29 Januari 2020.
- ↑ Hicks, David (15 September 2014). Rhetoric and the Decolonization and Recolonization of East Timor. Routledge. ISBN 9781317695356. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 26 March 2023. Diakses tanggal 12 October 2020 – via Google Books.
- ↑ Adelman, Howard (28 June 2011). No Return, No Refuge: Rites and Rights in Minority Repatriation. Columbia University Press. ISBN 9780231526906. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 26 March 2023. Diakses tanggal 12 October 2020 – via Google Books.
- ↑ Shoesmith, Dennis (March–April 2003). "Timor-Leste: Divided Leadership in a Semi-Presidential System". Asian Survey. 43 (2): 231–252. doi:10.1525/as.2003.43.2.231. ISSN 0004-4687. OCLC 905451085.
Sistem semi-presidensial di negara baru Timor-Leste telah melembagakan perjuangan politik antara presiden, Xanana Gusmão, dan perdana menteri, Mari Alkatiri. Ini telah mempolarisasikan aliansi politik dan mengancam kelangsungan hidup negara baru. Makalah ini menjelaskan perpecahan ideologis dan sejarah persaingan antara dua aktor politik utama ini. Adopsi Marxisme oleh Fretilin pada tahun 1977 menyebabkan penolakan Gusmão terhadap partai pada 1980-an dan keputusannya untuk menyingkirkan Falintil, gerakan gerilya, dari kontrol Fretilin. Perebutan kekuasaan antara kedua pemimpin ini kemudian diperiksa dalam transisi menuju kemerdekaan. Ini termasuk laporan politisasi pasukan pertahanan dan kepolisian serta upaya Menteri Administrasi Internal Rogério Lobato untuk menggunakan veteran Falintil yang tidak puas sebagai pasukan balasan bagi loyalis Gusmão dalam angkatan bersenjata. Kerusuhan Dili 4 Desember 2002 dijelaskan dalam konteks perjuangan politik ini.
- ↑ Neto, Octávio Amorim; Lobo, Marina Costa (2010). "Between Constitutional Diffusion and Local Politics: Semi-Presidentialism in Portuguese-Speaking Countries" (PDF). APSA 2010 Annual Meeting Paper. SSRN 1644026. Diakses tanggal 25 August 2017.
- ↑ Beuman, Lydia M. (2016). Political Institutions in East Timor: Semi-Presidentialism and Democratisation. Abingdon, Oxon: Routledge. ISBN 978-1317362128. LCCN 2015036590. OCLC 983148216. Diakses tanggal 18 August 2017 – via Google Books.
- ↑ "East Timor Geography". www.easttimorgovernment.com.
- ↑ "Main Report Timor-Leste Population and Housing Census 2022". Instituto Nacional de Estatística de Timor-Leste. 18 Mei 2023. Diakses tanggal 3 Oktober 2025.
- 1 2 3 4 "World Economic Outlook Database, April 2025" (dalam bahasa Inggris).
- ↑ "Gini Index coefficient". CIA World Factbook. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 17 July 2021. Diakses tanggal 16 July 2021.
- ↑ "HUMAN DEVELOPMENT REPORT 2023-24" (PDF). United Nations Development Programme (dalam bahasa Inggris). United Nations Development Programme. 13 March 2024. hlm. 274–277.
- ↑ "UNGEGN list of country names" (PDF). United Nations Group of Experts on Geographical Names. 2–6 May 2011. Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2011-08-11. Diakses tanggal 14 August 2016.
- 1 2 "Constituição da República Democrática de Timor" (PDF). Government of Timor-Leste. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 14 November 2019. Diakses tanggal 2 September 2016.
- ↑ "Konstituisaun Repúblika Demokrátika Timór-Leste" (PDF). Government of Timor-Leste. Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2017-05-17. Diakses tanggal 2 September 2016.
- ↑ CIA (29 November 2012). "East and Southeast Asia:Timor-Leste". The World Factbook. Washington, DC: Central Intelligence Agency. Diarsipkan dari asli tanggal 2018-01-28. Diakses tanggal 16 December 2012.
- ↑ Lu Wei Hoong (27 May 2025). "Timor-Leste to be granted full Asean membership in October, says Malaysia PM Anwar". The Straits Times. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 28 May 2025. Diakses tanggal 28 May 2025.
- ↑ T. J. M. De Jesus (2025), The Origin of the Name Timor-Leste (dalam bahasa Inggris), doi:10.13140/RG.2.2.20147.95521, diakses tanggal 6 Oktober 2025
- ↑ Amy Ochoa Carson (2007). "East Timor's Land Tenure Problems: A Consideration of Land Reform Programs in South Africa and Zimbabwe" (PDF). Indiana International & Comparative Law Review. 17 (2): 395. doi:10.18060/17554. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 27 March 2022. Diakses tanggal 24 October 2022.
- ↑ "tetun.org". tetun.org. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 7 May 2021. Diakses tanggal 28 May 2021.
- ↑ "Undang-undang (UU) Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pengesahan Persetujuan Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Demokratik Timor-Leste tentang Kegiatan Kerja Sama di Bidang Pertahanan". Peraturan BPK. Diakses tanggal 6 Oktober 2025.
- ↑ "Konstituisaun Repúblika Demokrátika Timór-Leste" (PDF). Government of Timor-Leste. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 17 May 2017. Diakses tanggal 2 September 2016.
- ↑ "UNGEGN list of country names" (PDF). United Nations Group of Experts on Geographical Names. 2–6 May 2011. Diarsipkan (PDF) dari versi aslinya tanggal 11 August 2011. Diakses tanggal 14 August 2016.
- 1 2 "TL". ISO. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 17 June 2016. Diakses tanggal 24 October 2022.
- ↑ Marwick, Ben; Clarkson, Chris; O'Connor, Sue; Collins, Sophie (2016). "Early Modern Human Lithic Technology from Jerimalai, East Timor". Journal of Human Evolution (Submitted manuscript). 101: 45–64. Bibcode:2016JHumE.101...45M. doi:10.1016/j.jhevol.2016.09.004. PMID 27886810. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 27 Agustus 2018. Diakses tanggal 16 October 2018.
- ↑ Gomes, Sibylle M.; Bodner, Martin; Souto, Luis; Zimmermann, Bettina; Huber, Gabriela; Strobl, Christina; Röck, Alexander W.; Achilli, Alessandro; Olivieri, Anna; Torroni, Antonio; Côrte-Real, Francisco; Parson, Walther (14 February 2015). "Human settlement history between Sunda and Sahul: a focus on East Timor (Timor-Leste) and the Pleistocenic mtDNA diversity". BMC Genomics. 16 (1): 2, 14. doi:10.1186/s12864-014-1201-x. ISSN 1471-2164. PMC 4342813. PMID 25757516.
- ↑ Oliveira, Sandra; Nägele, Kathrin; Carlhoff, Selina; Pugach, Irina; Koesbardiati, Toetik; Hübner, Alexander; Meyer, Matthias; Oktaviana, Adhi Agus; Takenaka, Masami; Katagiri, Chiaki; Murti, Delta Bayu; Putri, Rizky Sugianto; Mahirta; Petchey, Fiona; Higham, Thomas (9 June 2022). "Ancient genomes from the last three millennia support multiple human dispersals into Wallacea". Nature Ecology & Evolution (dalam bahasa Inggris). 6 (7): 1024–1034. Bibcode:2022NatEE...6.1024O. doi:10.1038/s41559-022-01775-2. ISSN 2397-334X. PMC 9262713. PMID 35681000.
- ↑ Truman Simanjuntak (2017-03-24). "The Western Route Migration: A Second Probable Neolithic Diffusion to Indonesia" (PDF). Dalam Piper, Philip; Matsumura, Hirofumi; Bulbeck, David (ed.). New Perspectives in Southeast Asian and Pacific Prehistory (Edisi 1st). ANU Press. doi:10.22459/ta45.03.2017. ISBN 978-1-76046-094-5. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 2 June 2018. Diakses tanggal 13 January 2023.
- 1 2 O'Connor, Sue (15 October 2015). "Rethinking the Neolithic in Island Southeast Asia, with Particular Reference to the Archaeology of Timor‑Leste and Sulawesi". Archipel. 90 (90): 15–47. doi:10.4000/archipel.362. ISSN 0044-8613. S2CID 204467392.
- ↑ Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. hlm. 378. ISBN 978-0-300-10518-6.
- ↑ Donohue, Mark; Denham, Tim (April 2010). "Farming and Language in Island Southeast Asia Reframing Austronesian History". Current Anthropology. 51 (2): 223–256. doi:10.1086/650991. S2CID 4815693. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 4 August 2022. Diakses tanggal 24 October 2022.
- 1 2 3 4 5 6 Lundahl, Mats; Sjöholm, Fredrik (17 July 2019). The Creation of the East Timorese Economy: Volume 1: History of a Colony. Springer. ISBN 9783030194666. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 26 March 2023. Diakses tanggal 25 May 2022.
- 1 2 Villiers, John (July 1994). "The Vanishing Sandalwood of Portuguese Timor". Itinerario. 18 (2): 89–93. doi:10.1017/S0165115300022518. S2CID 162012899. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 23 October 2022. Diakses tanggal 23 October 2022.
- 1 2 Schwarz, A. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Westview Press. hlm. 198–199. ISBN 978-1-86373-635-0.
- 1 2 3 Paulino, Vincente (2011). "Remembering the Portuguese Presence in Timor and its Contribution to the Making of Timor's National and Cultural Identity". Dalam Jarnagin, Laura (ed.). Culture and Identity in the Luso-Asian World. Institute of Southeast Asian Studies. ISBN 9789814345507. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 9 October 2022. Diakses tanggal 9 October 2022.
- ↑ Leibo, Steven (2012), East and Southeast Asia 2012 (Edisi 45), Lanham, MD: Stryker Post, hlm. 161–165, ISBN 978-1-6104-8885-3
- ↑ "The Portuguese Colonization and the Problem of East Timorese Nationalism". Diarsipkan dari asli tanggal 23 November 2006.
- ↑ Deeley, Neil (2001). The International Boundaries of East Timor. hlm. 8.
- ↑ "Department of Defence (Australia), 2002, "A Short History of East Timor"". Diarsipkan dari asli tanggal 3 January 2006. Diakses tanggal 3 January 2007. Dikunjungi 3 January 2007.
- ↑ "Operations and Evacuation of the 2/4th". Western Australian Museum. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 23 October 2022. Diakses tanggal 23 October 2022.
- ↑ Levi, Werner (17 July 1946). "Portuguese Timor and the War". Far Eastern Survey. 15 (14): 221–223. doi:10.2307/3023062. JSTOR 3023062. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 23 October 2022. Diakses tanggal 23 October 2022.
- ↑ "About Timor-Leste > Brief History of Timor-Leste: A History". Timor-Leste.gov.tl. Diarsipkan dari asli tanggal 29 October 2008.
- ↑ Ricklefs, M. C. (1991). A History of Modern Indonesia since c.1300, Second Edition. MacMillan. hlm. 301. ISBN 978-0-333-57689-2.
- ↑ Jardine, pp. 50–51.
- ↑ "Official Web Gateway to the Government of Timor-Leste – Districts". Government of the Democratic Republic of Timor-Leste. Diarsipkan dari asli tanggal 21 March 2012. Diakses tanggal 16 July 2011.
- ↑ "Chega! The report of the commission for reception, truth, and reconciliation Timor-Leste". reliefweb. 28 November 2005. Diarsipkan dari versi aslinya tanggal 24 October 2022. Diakses tanggal 24 October 2022.
- ↑ "WebCite query result". www.webcitation.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari asli tanggal 2012-05-29. Diakses tanggal 2017-05-11. ;
- ↑ "COUNCIL ENDORSES PROPOSAL TO DECLARE EAST TIMOR'S INDEPENDENCE 20 MAY 2002 | Meetings Coverage and Press Releases". www.un.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari asli tanggal 2017-04-08. Diakses tanggal 2017-05-11.
- ↑ Refugees, United Nations High Commissioner for. "Refworld | Constitution of the Democratic Republic of East Timor". Refworld (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari asli tanggal 2022-04-23. Diakses tanggal 2017-05-11.
- ↑ "UNANIMOUS ASSEMBLY DECISION MAKES TIMOR-LESTE 191ST UNITED NATIONS MEMBER STATE | Meetings Coverage and Press Releases". www.un.org (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari asli tanggal 2017-05-19. Diakses tanggal 2017-05-11.
- ↑ "UN wraps up East Timor mission". ABC News (dalam bahasa Australian English). 2012-12-31. Diarsipkan dari asli tanggal 2017-11-15. Diakses tanggal 2017-05-11.
- ↑ Dama, Alfred (Minggu, 26 Juli 2020). "Kondisi Perekonomian Timor Leste setelah Lepas dari Indonesia, Jadi Negara Paling Miskin di Dunia". Tribunnews.com. Diarsipkan dari asli tanggal 2020-10-30. Diakses tanggal 18 Mei 2011. ;
- ↑ Voice of America, 24.06.07, East Timor Facing Food Crisis and Ministry of Agriculture, Forestry and Fisheries of Timor-Leste
- ↑ "Gazetteer - Patents". Billanderson.com.au. Diarsipkan dari asli tanggal 2018-09-26. Diakses tanggal 2010-03-28.
- ↑ "Undang-Undang Dasar Republik Demokratis Timor Leste, terjemahan tidak resmi Bahasa Indonesia" (PDF). Diarsipkan dari asli (PDF) tanggal 2008-10-29. Diakses tanggal 2009-02-20.
- ↑ Hodge, Joel (2013). "The Catholic Church in Timor-Leste and the Indonesian occupation: A spirituality of suffering and resistance". South East Asia Research. 21 (1): 151–170. ISSN 0967-828X. Diarsipkan dari asli tanggal 2020-12-03. Diakses tanggal 2021-01-29.
- 1 2 Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. Yale University Press. hlm. 381. ISBN 978-0-300-10518-6.
- ↑ Robinson, G. If you leave us here, we will die, Princeton University Press 2010, p. 72.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Inggris) Portal resmi
- (Inggris) Kementerian Luar Negeri Diarsipkan 2011-10-13 di Wayback Machine.
- (Inggris) Situs resmi pariwisata Diarsipkan 2005-12-29 di Wayback Machine.
- (Inggris) Direktori Timor Leste
- Articles containing Portugis-language text
- Articles containing Tetum-language text
- CS1 sumber berbahasa Australian English (en-au)
- Timor Leste
- Negara di Asia Tenggara
- Negara anggota ASEAN
- Timor
- Negara di Asia
- Republik
- Negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa
- Negara dan wilayah di mana bahasa Melayu merupakan bahasa resmi

