Yahudi Austria

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Yahudi Austria
עסטרײַכישע ייִדן
יהדות אוסטריה
Österreichische Juden
Lokasi Austria (hijau tua) di Eropa
Jumlah populasi
9,000[1]
Daerah dengan populasi signifikan
Bahasa
Jerman Austria, Yiddi, Ibrani
Agama
Yahudi
Kelompok etnik terkait
Yahudi lain (Ashkenazi, Sephardic, Mizrahi), Yahudi Jerman, Yahudi Ceko, Yahudi Polandia, Yahudi Hungaria, Yahudi Rusia, Yahudi Ukraina

Sejarah orang Yahudi di Austria dimulai dengan eksodus orang Yahudi dari Yudea di bawah pendudukan Romawi. Selama berabad-abad, status politik komunitas Yahudi di Austria mengalami pasang surut: selama periode tertentu, komunitas Yahudi makmur dan menikmati kesetaraan politik, namun pada periode lain, komunitas ini mengalami pogrom, deportasi ke kamp konsentrasi dan pembunuhan massal, serta antisemitisme. Holokaus secara drastis mengurangi komunitas Yahudi di Austria dimana hanya 8.140 orang Yahudi yang tersisa di Austria menurut sensus tahun 2001, meskipun perkiraan lain menempatkan angka populasi saat ini pada 9.000,[2] 15.000,[3] atau 20.000 orang jika orang-orang campuran atau keturunan juga dihitung.[4]

Jaman Kuno[sunting | sunting sumber]

Bangsa Yahudi telah berada di Austria setidaknya sejak abad ke-3 Masehi. Pada tahun 2008 sekelompok tim arkeolog menemukan jimat dari abad ketiga dalam bentuk gulungan emas yang tertulis kata-kata doa Yahudi Shema Yisrael di sebuah kuburan bayi di Halbturn. Ini dianggap sebagai bukti paling awal tentang kehadiran orang Yahudi di tempat yang sekarang disebut Austria.[5] Dihipotesiskan bahwa orang-orang Yahudi pertama berimigrasi ke Austria setelah Israel diduduki oleh Romawi. Diteorikan bahwa legiun Romawi yang berpartisipasi dalam pendudukan, kembali setelah Perang Yahudi-Romawi Pertama dan membawa kembali tahanan Yahudi bersama mereka.[6]

Abad Pertengahan[sunting | sunting sumber]

Pada awal abad ke-13, komunitas Yahudi di Austria mulai berkembang. Salah satu alasan berkembangnya bangsa Yahudi pada periode ini adalah deklarasi Kaisar Romawi Suci Frederick II yang menyatakan bahwa orang-orang Yahudi adalah kelompok etnis dan agama yang terpisah dan tidak terikat pada hukum yang menargetkan populasi Kristen. Setelah deklarasi ini, pada bulan Juli 1244, kaisar menerbitkan undang-undang hak untuk orang Yahudi yang melarang mereka dari banyak pekerjaan, bisnis, dan peluang pendidikan, tetapi mengizinkan mereka untuk berniaga, sehingga mendorong mereka untuk bekerja dalam bisnis peminjaman uang yang menyebabkan lebih banyak imigrasi orang Yahudi ke daerah tersebut.

Selama periode ini, populasi Yahudi banyak yang berurusan dengan perdagangan dan pengumpulan pajak. Banyak juga dari mereka yang memperoleh posisi kunci dalam banyak aspek kehidupan lainnya di Austria. Pada tahun 1204, sinagoge pertama yang terdokumentasi di Austria dibangun. Orang Yahudi melewati periode dimana mereka mengalami kebebasan beragama dan kemakmuran; sekelompok keluarga yang dikepalai oleh para rabi menetap di Wina — orang-orang terpelajar ini kemudian disebut sebagai "orang bijak Wina". Kelompok ini mendirikan beit midrash yang dianggap sebagai sekolah studi Talmud yang paling unggul di Eropa pada saat itu.

Kemakmuran yang dicapai oleh komunitas Yahudi menyebabkan meningkatnya ketegangan dan kecemburuan dari penduduk Kristen yang disertai dengan permusuhan dari Gereja Katolik. Pada tahun 1282, ketika daerah tersebut dikuasai oleh Wangsa Habsburg, keunggulan Austria sebagai pusat keagamaan dan pengetahuan Yahudi menurun karena suasana yang sangat Anti-semit.

Banyak bisnis yang dibangun oleh bangsa Yahudi berfokus pada sektor keuangan seperti pekerjaan akuntansi untuk pemerintah yang berhubungan dengan pengumpulan pajak dan peminjaman uang. Banyak bangsa Yahudi ditugaskan untuk menagih uang yang telat dibayarkan. Hal ini sempat menyebabkan munculnya kerusuhan pada masa itu dimana banyak warga mengkambinghitamkan semua orang Yahudi yang tinggal di daerah tersebut. Seluruh populasi Yahudi secara tidak adil dijadikan target oleh tetangga non-Yahudi yang marah yang membuat kehidupan sehari-hari menjadi tak tertahankan — hal ini menyebabkan populasi Yahudi terus menurun di pertengahan abad ke-14. Pada awal abad ke-15, selama rezim Albert III dan Leopold III, periode ini ditandai dengan penghapusan hutang yang harus dibayar kepada pemodal Yahudi yang sengaja dilakukan untuk memiskinkan kreditur Yahudi; kemudian terjadi penyitaan massal secara resmi atas semua aset Yahudi, dan pembuatan kebijakan yang menuntut pembatasan ekonomi terhadap semua orang Yahudi.

Deportasi dari Austria[sunting | sunting sumber]

Pada pertengahan abad ke-15, saat berdirinya gerakan anti-Katolik Jan Hus di Bohemia, kondisi orang-orang Yahudi semakin memburuk akibat tuduhan yang tidak berdasar bahwa gerakan tersebut memiliki hubungan komunitas Yahudi.

Pada 1420, status komunitas Yahudi mencapai titik terendah ketika seorang pria Yahudi dari Austria Hulu dituduh dan didakwa dengan kejahatan penodaan hosti. Hal ini menyebabkan Albert V memerintahkan pemenjaraan semua orang Yahudi di Austria. 210 pria, wanita, dan anak-anak Yahudi diangkut secara paksa dari rumah mereka dan dibakar hidup-hidup di alun-alun kota, sementara keluarga yang tersisa ditangkap dan dideportasi dari Austria dengan meninggalkan semua harta benda mereka. Pada tahun 1469, perintah deportasi dibatalkan oleh Frederick III yang dikenal karena keadilannya dengan mengizinkan orang Yahudi untuk hidup relatif bebas dari persekusi — ia bahkan terkadang disebut sebagai "Raja Orang Yahudi". Dia mengizinkan orang Yahudi untuk kembali dan menetap di semua kota di negara bagian Stiria dan Carinthia. Di bawah rezimnya, orang-orang Yahudi memperoleh masa damaiwalaupun berlangsung singkat (antara 1440 dan 1493).

Pada 1496, Maximilian I mengeluarkan dekrit untuk mengusir semua orang Yahudi dari Stiria.[7] Pada tahun 1509, ia mengesahkan "Mandat Penyitaan Kekaisaran" yang menyebabkan penghancuran semua buku-buku Yahudi, dengan satu pengecualian, yaitu Alkitab.[8]

Munculnya fanatisme agama Serikat Yesus[sunting | sunting sumber]

Pada rezim Ferdinand I tahun 1556, meskipun ia menentang persekusi terhadap orang-orang Yahudi, ia memerintahlan pemungutan pajak yang lebih tinggi dan pemasangan tanda pada komunitas yahudi. Antara tahun 1564 dan 1619, pada masa pemerintahan Maximilian II, Rudolf II dan Matthias, fanatisme Serikat Yesus terjadi dan kondisi kehidupan orang Yahudi semakin memburuk. Kemudian, pada masa pemerintahan Ferdinand II di Austria, yang meskipun ia menentang persekusi terhadap orang-orang Yahudi seperti kakeknya dan bahkan mengizinkan pembangunan sinagoge, ia menuntut pajak dari penduduk Yahudi yang lebih besar.

Titik nadir komunitas Yahudi di Austria tiba pada periode pemerintahan Leopold I, di mana orang-orang Yahudi sering dipersekusi dan dideportasi dari berbagai daerah, termasuk deportasi dari Wina pada tahun 1670, walaupun mereka kembali secara bertahap setelah beberapa tahun. Orang Yahudi juga harus menanggung hukum yang berbeda—salah satunya hanya mengizinkan anak sulung untuk menikah yang bertujuan untuk menghentikan peningkatan populasi Yahudi. Meskipun Leopold I memperlakukan penduduk Yahudi dengan kejam, dia mempekerjakan Samson Wertheimer, seorang penasihat ekonomi Yahudi.

Periode Modern[sunting | sunting sumber]

Populasi Yahudi di Wina[9][10][11][12]
Tahun total pop. Yahudi %
1857 476,220 2,617 1.3
1869 607,510 40,277 6.6
1880 726,105 73,222 10.1
1890 817,300 99,444 12.1
1890* 1,341,190 118,495 8.8
1900 1,674,957 146,926 8.7
1910 2,031,420 175,294 8.6
1923 1,865,780 201,513 10.8
1934 1,935,881 176,034 9.1
1951 1,616,125 9,000 0.6
1961 1,627,566 8,354 0.5
1971 1,619,855 7,747 0.5
1981 1,531,346 6,527 0.4
1991 1,539,848 6,554 0.4
2001 1,550,123 6,988 0.5
* = setelah perluasan Wina

Perubahan sikap terhadap orang Yahudi[sunting | sunting sumber]

Maria Theresa dari Austria

Setelah periode fanatisme agama terhadap penduduk Yahudi di wilayah tersebut, dimulailah periode toleransi yang kurang terlalu terlihat pada masa pemerintahan Maria Theresa dari Austria. Periode ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Franz Joseph I dari Austria, yang sangat populer di kalangan penduduk Yahudi.

Setelah pemisahan Persemakmuran Polandia–Lithuania pada tahun 1772, Kerajaan Galicia dan Lodomeria, atau disebut hanya "Galicia", menjadi provinsi terbesar, terpadat, dan paling utara dari Kekaisaran Habsburg. Sebagai hasil dari aneksasi, banyak orang Yahudi yang pindah ke Kekaisaran Austria dan permaisuri Maria Theresa dengan cepat membuat undang-undang yang bertujuan untuk mengatur hak-hak bangsa Yahudi.

Meskipun sang permaisuri dikenal karena kebenciannya terhadap orang Yahudi, beberapa orang Yahudi bekerja untuknya di istananya. Permaisuri mewajibkan orang Yahudi untuk bersekolah di sekolah dasar umum, dan di samping itu, mengizinkan mereka untuk masuk universitas.

Setelah kematian Maria Theresa pada tahun 1780, putranya Joseph II menggantikannya dan mulai mengintegrasikan orang-orang Yahudi ke dalam masyarakat Austria. Kaisar memutuskan bahwa bangsa Yahudi diwajibkan untuk mendaftar di tentara, dan mendirikan sekolah pemerintah untuk orang Yahudi. Dekrit Toleransi tahun 1782 menghapus pembatasan hak orang-orang Yahudi yang ada sebelumnya, seperti pembatasan untuk tinggal hanya di lokasi yang telah ditentukan dan pembatasan untuk hanya bisa menekuni profesi tertentu. Mereka saat itu diizinkan untuk mendirikan pabrik, mempekerjakan pelayan Kristen dan belajar di lembaga pendidikan tinggi, tetapi semua ini hanya dengan syarat bahwa orang Yahudi wajib bersekolah, hanya akan menggunakan bahasa Jerman, bukan bahasa Ibrani atau Yiddish, dan yang tidak mendapatkan pendidikan tidak akan dapat menikah sebelum usia 25 tahun. Kaisar juga menyatakan bahwa orang-orang Yahudi diperbolehkan untuk mendirikan sekolah-sekolah Yahudi untuk anak-anak mereka. Pada akhirnya, dekrit ini tidak sepenuhnya diterapkan dikarenakan protes dari komunitas Yahudi akibat banyaknya persyaratan yang harus mereka ikuti serta protes dari pihak Kristiani yang menganggap terlalu banyak kebebasan yang diberikan kepada komunitas Yahudi.

Setelah kematiannya pada tahun 1790, Joseph II digantikan oleh saudaranya, Leopold II. Setelah hanya dua tahun masa pemerintahannya, ia meninggal dan digantikan oleh putranya Francis II, yang terus bekerja pada integrasi orang-orang Yahudi ke dalam masyarakat Austria yang lebih luas. Pada tahun 1812, sebuah sekolah Minggu Yahudi dibuka di Wina. Dalam kurun waktu yang sama, sejumlah pembatasan diberlakukan pada orang Yahudi, seperti kewajiban belajar di sekolah Kristen dan berdoa dalam bahasa Jerman.

Kemakmuran[sunting | sunting sumber]

Franz Joseph I dari Austria

Antara tahun 1848 dan 1938, orang-orang Yahudi di Austria menikmati periode kemakmuran yang dimulai dari masa pemerintahan Franz Joseph I sebagai Kaisar Austro-Hungaria, dan menurun secara bertahap setelah kematian kaisar hingga aneksasi Austria kepada Jerman oleh Nazi, yang nantinya menyebabkan dimulainya holokaus di Austria.

Franz Joseph I memberikan hak sederajat kepada orang Yahudi dengan mengatakan "hak-hak sipil dan kebijakan negara tidak bergantung pada agama rakyat". Kaisar sangat disukai oleh orang-orang Yahudi, dimana sebagai tanda penghargaan, menulis doa dan lagu tentang sang kaisar yang dicetak dalam buku-buku doa Yahudi. Pada tahun 1867, orang Yahudi secara resmi menerima hak yang sederajat.

Pada tahun 1869 kaisar mengunjungi Yerusalem dan disambut dengan meriah oleh orang-orang Yahudi di sana. Kaisar memberikan bantuan keuangan yang ditujukan untuk membiayai pendirian lembaga-lembaga Yahudi. Selain itu, kaisar juga mendirikan sekolah Talmud untuk para rabi di Budapest. Selama tahun 1890-an beberapa orang Yahudi terpilih menjadi anggota Reichsrat Austria.

Selama masa pemerintahan Franz Joseph dan setelahnya, populasi Yahudi Austria berkontribusi besar terhadap budaya Austria meskipun persentase mesipun populasi Yahudi tergolong kecil. Kontribusi berasal dari pengacara, jurnalis (di antaranya Theodor Herzl), penulis, dramawan, penyair, dokter, bankir, pengusaha, dan seniman Yahudi. Wina menjadi pusat kebudayaan Yahudi dan menjadi pusat pendidikan, kebudayaan dan Zionisme. Theodor Herzl, bapak Zionisme, belajar di Universitas Wina dan merupakan editor dari Neue Freie Presse, sebuah surat kabar yang sangat berpengaruh pada waktu itu. Seorang Yahudi lain, Felix Salten, menggantikan Herzl sebagai editor.

Orang Yahudi berpengaruh lainnya yang berkontribusi besar terhadap budaya Austria antara lain Gustav Mahler, Arnold Schoenberg, penulis Stefan Zweig, Arthur Schnitzler, Karl Kraus, Elias Canetti, Joseph Roth, Vicki Baum, dokter Sigmund Freud, Viktor Frankl, Alfred Adler, filsuf Martin Buber, dan Karl Popper.

Bersamaan dengan periode kemakmuran dan kesetaraan Yahudi, beberapa cendekiawan Yahudi masuk Kristen sebagai upaya untuk berasimilasi ke dalam masyarakat Austria. Diantaranya adalah Karl Kraus dan Otto Weininger.

Saat periode ini, Wina melantik walikota antisemit, Karl Lueger. Sang kaisar, Franz Joseph, menentang pelantikan tersebut, namun setelah Lueger terpilih tiga kali berturut-turut, kaisar terpaksa menerima kemenangannya sesuai dengan peraturan. Selama masa kekuasaannya, Lueger mencopot orang-orang Yahudi dari jabatan-jabatan di pemerintahan kota dan melarang mereka bekerja di pabrik-pabrik yang berlokasi di Wina sampai kematiannya pada tahun 1910.

Pada sekitar tahun 1918, ada sekitar 300.000 orang Yahudi di Austria yang tersebar di 33 pemukiman yang berbeda. Kebanyakan dari mereka (sekitar 200.000) tinggal di Wina.

Republik Pertama dan Austrofasisme (1918–1934 / 1934–1938)[sunting | sunting sumber]

Leopoldstädter Tempel, salah satu dari banyak sinagog di daerah Leopoldstadt, Wina

Austria selama periode Republik Pertama (1919–34) sangat dipengaruhi oleh orang Yahudi. Banyak pemimpin terkemuka dari Partai Sosial Demokrat Austria, terutama para pemimpin Austromarxisme, adalah orang Yahudi yang sudah berasimilasi seperti Victor Adler, Otto Bauer, Gustav Eckstein, Julius Deutsch. Partai Sosial Demokrat merupakan satu-satunya partai di Austria yang menerima orang-orang Yahudi sebagai anggota. Distrik dengan tingkat populasi Yahudi yang tinggi, seperti Leopoldstadt (satu-satunya distrik di mana orang Yahudi membentuk sekitar setengah dari populasi) dan distrik Alsergrund dan Brigittenau, di mana hingga sepertiga dari populasinya adalah Yahudi, memiliki persentase pemilih Partai Sosial Demokrat yang lebih tinggi dibanding distrik-distrik lainnya.[13]

Kartu ucapan Rosh Hashanah oleh Wiener Werkstätte, 1910

Republik Pertama Austria menolak kewarganegaraan bagi orang Yahudi bekas monarki Habsburg selama periode antar perang.[14] Pelarian modal manusia dari Austria sudah dimulai dengan meningkatnya antisemitisme setelah runtuhnya Kekaisaran Habsburg.[15] Di Universitas Wina, serangan kekerasan oleh mahasiswa Nasional dan Sosialis Nasional Jerman terhadap teman sekelas Yahudi meningkat sejak tahun 1920-an, khususnya di Institut Anatomi di bawah Julius Tandler.[16] Pada tahun 1921, terdapat parade massa antisemit yang signifikan di Wina.[17] Antisemit mulai menyalahkan orang Yahudi atas kejatuhan Austria-Hungaria dan Blok Sentral selama Perang Dunia I, mirip dengan mitos "tikam dari belakang" Jerman.[18]

Pada bulan Mei 1923, Wina menjadi tuan rumah Kongres Wanita Yahudi Dunia Pertama di hadapan Presiden Michael Hainisch, yang secara khusus menyerukan dukungan untuk relokasi pengungsi Yahudi di Palestina.[19] Kontribusi Yahudi terhadap kebudayaan mencapai puncaknya pada masa ini. Banyak penulis terkenal, sutradara film dan teater (misalnya, Max Reinhardt, Fritz Lang, Richard Oswald, Fred Zinnemann dan Otto Preminger) aktor (misalnya, Peter Lorre, Paul Muni ), produser (misalnya, Jacob Fleck, Arnold Pressburger), arsitek dan desainer set (misalnya, Artur Berger, Harry Horner, Oskar Strnad), artis Kabaret (misalnya Fritz Grünbaum, Karl Farkas, Georg Kreisler, Hermann Leopoldi), musisi dan komposer (misalnya, Fritz Kreisler, Hans J. Salter, Erich Wolfgang Korngold, Max Steiner) adalah orang Yahudi Austria. Pada tahun 1933, banyak orang Yahudi Austria yang telah bekerja dan tinggal di Jerman selama bertahun-tahun kembali ke Austria dimana banyak dari mereka yang pindah dikarenakan Nazi membatasi orang-orang Yahudi untuk dapat bekerja di industri film.

Pada tahun 1934, Perang Saudara Austria pecah. Negara Federal Austria yang baru merupakan negara fasis, dan para pemimpin Partai Sosial Demokrat ditangkap atau harus melarikan diri. Terkecuali dengan orang-orang Yahudi yang terlibat dalam Partai Sosial Demokrat, rezim Front Tanah Air yang baru, yang menganggap diri mereka sebagai pro-Austria dan anti-sosialisme nasional, tidak memperburuk keadaan penduduk Yahudi.

Pada sensus tahun 1934 [20] terdapat 191.481 orang Yahudi yang tinggal di Austria, dimana 176.034 orang tinggal di Wina dan sebagian besar lainnya tinggal di Austria Hilir (7.716) dan Burgenland (3.632). Dari Bundesländer lainnya, hanya Styria (2.195) yang juga memiliki lebih dari 1.000 orang Yahudi. Museum Peringatan Holokaus Amerika Serikat memperkirakan 250.000 orang Yahudi tinggal di Austria pada tahun 1933.[21]

Pada tahun 1936, industri film Austria yang sebelumnya kuat, harus menerima pembatasan oleh Jerman yang melarang orang Yahudi bekerja di industri film. Emigrasi di antara artis film Austria kemudian meningkat tajam dimana Los Angeles menjadi tujuan utama. Gelombang emigrasi utama dimulai pada Maret 1938, saat Anschluss, hingga November 1938, ketika hampir semua sinagog di Austria dihancurkan (lebih dari 100, 25 di antaranya di Wina).

Anschluss[sunting | sunting sumber]

"Razzia" (penggerebekan) setelah pencaplokan Austria oleh Jerman di markas besar Komunitas Yahudi Wina, Maret 1938

Kemakmuran Yahudi berakhir secara tiba-tiba pada 13 Maret 1938 dengan aneksasi Austria oleh Nazi Jerman ("Anschluss"). Populasi Yahudi di Austria pada saat itu berjumlah 181.882 orang, dimana 167.249 orang tinggal di Wina. Hukum Nuremberg Jerman kemudian diterapkan ke Austria sehingga orang-orang dengan kakek-nenek Yahudi dianggap sebagai Yahudi walaupun mereka atau orang tua mereka telah berpindah agama. Sekitar 201.000 hingga 214.000 orang ditangkap akibat adanya undang-undang anti-Yahudi ini.[20]

Nazi memasuki Austria tanpa perlawanan besar dan diterima oleh banyak orang Austria.[22] Orang-orang Yahudi diusir dari semua kehidupan budaya, ekonomi, dan sosial di Austria. Bisnis-bisnis Yahudi di- 'aryanisasi ' dan dijual dengan nilai kecil atau disita. Warga negara Yahudi dipermalukan karena mereka diperintahkan untuk melakukan pekerjaan kasar tanpa mempertimbangkan usia, posisi sosial, atau jenis kelamin.

Pada tanggal 9 November, "Malam Kaca Pecah" (Kristallnacht) diadakan di Jerman dan Austria. sinagoge di seluruh Austria dijarah dan dibakar oleh Pemuda Hitler dan SA. Toko-toko Yahudi dirusak dan dijarah dan beberapa rumah Yahudi dihancurkan. Pada malam itu, 27 orang Yahudi dibunuh, dan banyak lainnya dipukuli.

Holokaus di Austria[sunting | sunting sumber]

Segera setelah Anschluss, Nazi memaksa orang-orang Yahudi Austria untuk membersihkan slogan-slogan pro-kemerdekaan Austria dari trotoar.

Setelah Anschluss, semua orang Yahudi dipaksa untuk beremigrasi dari Austria, tetapi prosesnya dibuat menjadi sangat sulit. Pusat emigrasi berada di Wina, dan orang-orang yang ingin pergi diharuskan untuk memiliki banyak dokumen yang menyetujui keberangkatan mereka dari berbagai departemen yang berbeda. Kantor Pusat untuk Emigrasi Yahudi di bawah Adolf Eichmann bertanggung jawab untuk menangani emigrasi.[18] Mereka tidak diizinkan untuk mengambil uang tunai, saham atau barang berharga seperti perhiasan atau emas. Sebagian besar barang antik atau karya seni dinyatakan 'penting bagi negara' dan tidak dapat dibawa keluar Austria, dimana pada akhirnya akan disita. Pada dasarnya hanya pakaian dan barang-barang rumah tangga yang boleh dibawa dan hampir semua barang berharga harus ditinggal. Untuk meninggalkan Austria, 'pajak' keberangkatan yang berjumlah besar harus dibayar. Keberangkatan hanya dapat dilakukan dengan dengan visa untuk masuk ke negara lain yang sulit diperoleh, terutama bagi orang miskin dan lanjut usia, sehingga orang kaya pun terkadang harus meninggalkan orang tua atau kakek-neneknya. Pada musim panas tahun 1939, 110.000 orang Yahudi meninggalkan Austria.[18] Orang-orang Yahudi terakhir pergi secara legal pada tahun 1941. Hampir semua orang Yahudi yang tersisa setelahnya dibunuh saat holokaus.

Beberapa pejabat asing membantu mengeluarkan visa yang jauh lebih banyak daripada yang diizinkan secara resmi. Konsul Cina untuk Austria, Ho Feng-Shan, mempertaruhkan nyawanya sendiri dan karirnya dengan menyetujui aplikasi visa ribuan orang Yahudi yang berusaha melarikan diri dari Nazi. Di antara mereka adalah pembuat film Austria Jacob dan Luise Fleck, yang memperoleh salah satu visa terakhir ke China pada tahun 1940 dan yang kemudian memproduksi film dengan pembuat film China di Shanghai. Tindakan Ho diakui secara anumerta ketika dia dianugerahi gelar Ḥasidei ummot ha'olam oleh organisasi Israel Yad Vashem pada tahun 2001.

Pembantaian[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1939 Nazi memprakarsai pemusnahan penduduk Yahudi. Orang-orang yang paling terkenal di komunitas Yahudi yang berjumlah sekitar 6.000 orang, dikirim ke kamp konsentrasi Dachau dan Buchenwald. Kamp konsentrasi utama di Austria adalah Kamp Konsentrasi Mauthausen, yang terletak di sebelah kota Linz. Banyak orang Yahudi lainnya dikirim ke kamp konsentrasi Theresienstadt dan ghetto Lódź di Polandia dimana dari sana mereka diangkut ke kamp konsentrasi Auschwitz. Pada musim panas 1939, ratusan pabrik dan toko Yahudi ditutup oleh pemerintah. Pada Oktober 1941, orang-orang Yahudi dilarang keluar dari perbatasan Austria. Jumlah total orang Yahudi yang berhasil keluar dari Austria berjumlah sekitar 28.000 orang. Beberapa orang Yahudi dari Wina dikirim ke kamp transit di Nisko di Polandia yang diduduki Nazi. Pada akhir musim dingin tahun 1941, tambahan 4.500 orang Yahudi dikirim dari Wina ke berbagai kamp konsentrasi dan pemusnahan di Polandia yang diduduki Nazi (terutama Izbica Kujawska dan ghetto di daerah Lublin). Pada bulan Juni 1942, sebuah kendaraan pergi dari Wina ke kamp pemusnahan Sobibor, yang memiliki sekitar seribu orang Yahudi. Pada musim gugur 1942, Nazi mengirim lebih banyak orang Yahudi ke ghetto di kota-kota yang mereka tempati di Uni Soviet seperti Riga, Kaunas, Vilnius, dan Minsk. Orang-orang Yahudi tersebut dibunuh oleh kolaborator Lituania, Latvia, dan Bielorussia di bawah pengawasan tentara Jerman, terutama dengan cara ditembak di hutan dan dikubur di kuburan massal.

Pembebasan kamp konsentrasi Mauthausen oleh pasukan Amerika.

Pada Oktober 1942, Austria hanya memiliki sekitar 2.000 hingga 5.000 orang Yahudi yang tersisa.[23] Sekitar 1.900 di antaranya dikirim ke luar negeri dalam dua tahun berikutnya, dan sisanya tetap bersembunyi. Jumlah total populasi Yahudi Austria yang dibunuh selama holokaus berjumlah sekitar 65.500 orang, 62.000 orang di antaranya diketahui identitasnya.[23]

Setelah Perang Dunia Kedua[sunting | sunting sumber]

Setelah holokaus, orang-orang Yahudi di seluruh Eropa yang berhasil bertahan hidup dikirim menuju kamp-kamp pengungsi milik Sekutu di Austria. Orang-orang yang selamat dari holokaus yang tidak punya tempat untuk kembali setelah perang menetap di kamp-kamp tersebut dibantu oleh kelompok sukarelawan yang berasal dari Palestina. Sampai tahun 1955, terdapat sekitar 250.000 hingga 300.000 pengungsi di Austria. Sekitar 3.000 dari mereka menetap di Austria dan membentuk komunitas Yahudi baru. Banyak orang Yahudi di kamp-kamp pengungsian di seluruh Eropa akhirnya berimigrasi ke Israel. Lainnya banyak yang kembali ke Jerman dan Austria. Pada bulan Oktober 2000, Peringatan Holokaus Judenplatz dibangun di Wina untuk mengenang orang-orang Yahudi Austria yang terbunuh dalam holokaus.

Salah satu tahanan terkenal di kamp konsentrasi Mauthausen adalah Simon Wiesenthal, yang setelah dibebaskan bekerja sama dengan tentara Amerika Serikat untuk menemukan penjahat perang Nazi.

Situasi saat ini[sunting | sunting sumber]

Stadttempel di Wina —bangunan utama komunitas Yahudi, yang menampung sinagoge pusat

Sejak holokaus, komunitas Yahudi di Austria berdiri kembali, meskipun jumlahnya jauh lebih kecil. Pada 1950-an gelombang imigrasi dari Uni Soviet membawa orang-orang Yahudi Rusia ke Austria. Sejak jatuhnya Tirai Besi, telah terjadi arus masuk baru orang-orang Yahudi dari bekas Uni Soviet. Populasi Yahudi Austria saat ini berjumah sekitar 12.000–15.000 orang — kebanyakan tinggal di Wina, Graz dan Salzburg. Sekitar 800 orang merupakan korban selamat holokaus yang telah tinggal di Austria sejak sebelum tahun 1938 dan sekitar 1.500 merupakan imigran dari negara-negara yang pernah menjadi bagian dari Uni Soviet.

Pada Juli 1991, pemerintah Austria mengakui perannya dalam kejahatan Reich Ketiga selama Perang Dunia II. Pada tahun 1993, pemerintah Austria membangun kembali sinagoge Yahudi di Innsbruck, yang dihancurkan saat Kristallnacht, dan pada tahun 1994 mereka membangun kembali perpustakaan Yahudi di Wina.

Neo-Nazisme dan antisemitisme belum sepenuhnya hilang dari kehidupan publik di Austria. Pada 1990-an banyak surat ancaman dikirim ke politisi dan wartawan, dan beberapa tokoh publik Austria yang kadang-kadang menunjukkan simpati terhadap Nazisme.

Monumen di tempat Leopoldstädter Tempel yang hancur, menunjukkan ukuran sinagoge ini dahulu.

Kurt Waldheim diangkat sebagai presiden Austria pada tahun 1986 meskipun pernah menjabat sebagai perwira di Wehrmacht Heer selama Perang Dunia Kedua. Dia tetap menjadi presiden Austria hingga 1992. Selama masa jabatannya ia dianggap sebagai persona non grata di banyak negara. Dari 1989-1991 dan 1999-2008, Jörg Haider, yang membuat beberapa pernyataan anti-Semit dan sering dituduh sebagai simpatisan Nazi, menjabat sebagai Gubernur Carinthia.[24]

Pemerintah Austria digugat atas keterlibatan Austria dalam holokaus dan diminta untuk memberikan kompensasi kepada orang-orang Yahudi yang selamat. Pada tahun 1998 pemerintah Austria memperkenalkan Art Restitution Act, yang menginvestigasi barang seni yang dicuri oleh Nazi. Pada bulan November 2005, pemerintah Austria mengirimkan surat kompensasi kepada 19.300 korban selamat holokaus Austria yang masih hidup. Jumlah total yang dibayarkan Austria sebagai kompensasi berjumlah lebih dari $2 juta yang dibayarkan kepada individu yang selamat dari holokaus itu sendiri, kepada pemilik bisnis yang rusak, dan kompensasi untuk rekening bank yang dicuri.

Komunitas Yahudi terbesar di Austria saat ini terdapat di Wina, di mana terdapat sinagoge, panti jompo Yahudi, Museum Yahudi (didirikan pada 1993), dan lembaga komunitas lainnya. Yahudi Austria terdiri dari banyak denominasi yang berbeda, dari Haredi hingga Yahudi Reformasi. Komunitas Yahudi juga memiliki banyak kegiatan yang diatur oleh gerakan Chabad, yang mengelola taman kanak-kanak, sekolah, pusat komunitas, dan bahkan universitas. Ada juga cabang aktif dari gerakan pemuda Bnei Akiva dan Hashomer Hatzair. Saat ini, minoritas terbesar di antara komunitas Yahudi di Wina adalah imigran dari Georgia, diikuti oleh mereka yang berasal dari Bukhara, masing-masing memiliki sinagoge terpisah.

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Jewish Population of the World". Jewish Virtual Library. 2012. Diakses tanggal 18 December 2013. 
  2. ^ "AMERICAN JEWISH YEAR BOOK, 2005" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2019-08-04. Diakses tanggal 2022-11-03. 
  3. ^ Ariel Muzicant: Österreich ist anders. Diarsipkan 2020-04-14 di Wayback Machine. May 12, 2005.
  4. ^ Marijana Milijković: Von einer Blüte ist keine Rede – Dennoch tut sich was in der jüdischen Gemeinde: Der Campus im Prater eröffnet.
  5. ^ Archaeological sensation in Austria.
  6. ^ Uni, Assaf (2008-04-02). "3rd century amulet - sign of earliest Jewish life in Austria - Haaretz Daily Newspaper | Israel News". Haaretz.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-03-24. Diakses tanggal 2012-03-14. 
  7. ^ Dean Phillip Bell (2001). Sacred Communities: Jewish and Christian Identities in Fifteenth-Century Germany. BRILL. hlm. 119. ISBN 0-391-04102-9. 
  8. ^ "This Day in Jewish History / Holy Roman Emperor Orders All Jewish Books - Except the Bible - Be Destroyed". Haaretz. 
  9. ^ census 1890, 1900, 1910 of the K. K. Statistischen Central-Kommission and census 1934 and Statistisches Jahrbuch der Stadt Wien für das Jahr 1910, in: Anson Rabinbach: The Migration of Galician Jews to Vienna. Austrian History Yearbook, Volume XI, Berghahn Books/Rice University Press, Houston 1975, S. 48
  10. ^ Statistisches Jahrbuch der Stadt Wien 1930–1935 (Neue Folge. 3. Band) published by Magistratsabteilung für Statistik. Contains figures of 1910, 1923 und 1934.
  11. ^ Österreichische Historikerkommission: Schlussbericht der Historikerkommission der Republik Österreich. Band 1. Oldenbourg Verlag, Wien 2003, S. 85–87 (Ergebnis der Volkszählung 1934)
  12. ^ Statistik Austria: Bevölkerung nach dem Religionsbekenntnis und Bundesländern 1951 bis 2001 (accessed 15 January 2009)
  13. ^ Ruth Beckermann: Die Mazzesinsel.
  14. ^ Kuzmany (2018). "Changes and Continuities in Austria's Coping with Refugee Crises over Three Centuries". Journal of Austrian-American History. 2 (2): 116–141. doi:10.5325/jaustamerhist.2.2.0116. JSTOR 10.5325/jaustamerhist.2.2.0116. 
  15. ^ Feichtinger, Johannes (2015). "1918 und der Beginn des wissenschaftlichen Braindrain aus Österreich". Beiträge zur Rechtsgeschichte Österreichs. 1: 286–298. doi:10.1553/BRGOE2014-2s286. 
  16. ^ Kniefacz, Katharina (23 March 2015). "Anti-Semitism at the University of Vienna". 650 Plus. 
  17. ^ "ANTI-SEMITIC MOB PARADES VIENNA; Shouting "Juden Hinaus!" It Hustles Jews and Smashes Windows. POLICE PROTECT GHETTO Demonstration is Believed to be Part of a General Reactionary Movement". The New York Times. 15 March 1921. 
  18. ^ a b c Igel, Lee H. (2007-09-01), "The Fate of the Jews in Austria, 1933–39", The Routledge History of the Holocaust, Routledge, doi:10.4324/9780203837443.ch9, ISBN 978-0-203-83744-3, diakses tanggal 2021-11-05 
  19. ^ Ben-Gavriêl, Moshe Yaacov; Ben-Gavrîʾēl, Moše Yaʿaqov; Wallas, Armin A. (1999). Tagebücher 1915 bis 1927. Böhlau Verlag Wien. hlm. 473–. ISBN 978-3-205-99137-3. 
  20. ^ a b as quoted in: Österreichische Historikerkommission: Schlussbericht der Historikerkommission der Republik Österreich.
  21. ^ www.ushmm.org – Jewish Population of Europe in 1933 Error in webarchive template: Check |url= value. Empty.
  22. ^ United States Holocaust Memorial Museum, Washington, DC "Austria", United States Holocaust Memorial Museum web site, 11/28/2019
  23. ^ a b Österreichische Historikerkommission: Schlussbericht der Historikerkommission der Republik Österreich.
  24. ^ "The Jews of Austria". The Museum of the Jewish People at Beit Hatfutsot. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-04-01. Diakses tanggal 2022-11-03. 

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

  • Beller, Steven. Vienna and the Jews, 1867-1938: A cultural history (Cambridge UP, 1990)
  • Fraenke, Josef, ed. "The Jews of Austria: Essays on their Life, History and Destruction". (Valentine Mitchell & Co., London. 1967. ISBN 0-85303-000-6ISBN 0-85303-000-6
  • Garrabrant, Emilie. “The Stars We Never Saw”. Washington, D.C., 2022.
  • Freidenreich, Harriet Pass. Jewish politics in Vienna: 1918-1938 (Indiana University Press, 1991)
  • Oxaal, Ivar, Michael Pollak, and Gerhard Botz, eds. Jews, Antisemitism, and Culture in Vienna (Taylor & Francis, 1987)
  • Rozenblit, Marsha L. The Jews of Vienna, 1867-1914: assimilation and identity (SUNY Press, 1984)
  • Rozenblit, Marsha L. Reconstructing a national identity: the Jews of Habsburg Austria during World War I (Oxford University Press, 2004)
  • Silverman, Lisa. Becoming Austrians: Jews and Culture between the World Wars (Oxford UP, 2012) online
  • Wistrich, Robert S. The Jews of Vienna in the age of Franz Joseph (Oxford UP, 1989)
  • Wistrich, Robert S. (2007). Laboratory for World Destruction: Germans And Jews in Central Europe (dalam bahasa Inggris). University of Nebraska Press. ISBN 978-0-8032-1134-6. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]