Lompat ke isi

Perang Yahudi–Romawi Pertama

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Perang Yahudi-Romawi Pertama
Bagian dari Perang Yahudi-Romawi

Yudea pada abad pertama
Tanggal66–73 CE
LokasiYudea
Hasil Kemenangan Romawi
Pihak terlibat
Kekaisaran Romawi Yahudi Provinsi Iudaea
Tokoh dan pemimpin
Vespasian
Titus
Lucilius Bassus
Simon Bar-Giora
Yohanan mi-Gush Halav
Eleazar ben Simon
Eleazer ben Ya'ir
Kekuatan
80.000 300.000
Korban
Tidak diketahui Tidak diketahui

Perang Yahudi-Romawi Pertama (66–73 M) adalah konflik militer besar antara pemberontak Yahudi di Yudea dan Kekaisaran Romawi. Ini adalah yang pertama dari serangkaian pemberontakan yang dikenal sebagai Perang Yahudi-Romawi, dan berakhir dengan kehancuran Bait Suci Kedua di Yerusalem dan kekalahan besar bagi kaum Yahudi.

Batu peringatan Romawi menyebutkan kehancuran sejumlah jalan raya akibat pemberontakan orang Yahudi.

Latar Belakang

[sunting | sunting sumber]

Perang ini terjadi pada periode ketidakstabilan politik dan sosial di Yudea, yang dipicu oleh ketidakpuasan Yahudi terhadap pemerintahan Romawi. Provinsi Yudea berada di bawah kekuasaan Romawi sejak 6 M, setelah kematian Raja Herodes Agung, dan digabungkan dengan provinsi-provinsi Romawi lainnya di Timur Tengah. Meskipun pada awalnya terdapat semacam otonomi, penguasa Romawi seringkali tidak peka terhadap tradisi dan keyakinan Yahudi, sehingga menyebabkan ketegangan yang meningkat.

Kebijakan perpajakan yang berat, korupsi pejabat Romawi, dan tindakan keras terhadap kelompok-kelompok agama Yahudi yang radikal memperburuk situasi. Kelompok-kelompok seperti kaum Zelot mulai memprovokasi perlawanan bersenjata terhadap Romawi. Ketidakpuasan ini mencapai puncaknya pada tahun 66 M, ketika pemberontakan bersenjata dimulai di Yerusalem.

Harta benda Yerusalem diangkut oleh orang Romawi (detail dari Arch of Titus).

Beberapa faktor yang mendorong pecahnya Perang Yahudi-Romawi Pertama meliputi:

  1. Pemerintahan Romawi yang Repressif: Romawi menerapkan kebijakan perpajakan yang berat, memaksakan pajak kepada penduduk Yahudi, serta menindas mereka yang dianggap radikal atau berpotensi memberontak. Pejabat Romawi, seperti Gubernur Yudea, sering dianggap korup dan tidak peka terhadap sensitivitas agama Yahudi.
  2. Ketegangan Agama: Romawi membawa patung-patung kaisar ke dalam tempat suci Yahudi, yang dianggap menghina keyakinan monoteistik Yahudi. Ini memicu kemarahan luas di kalangan Yahudi yang merasa agama mereka dilanggar oleh paganisme Romawi.
  3. Keterbelahan Internal: Di antara kaum Yahudi sendiri terdapat berbagai kelompok yang memiliki pandangan politik dan agama yang berbeda-beda, seperti Zelot, Farisi, Saduki, dan Eseni. Kaum Zelot adalah kelompok yang paling vokal dalam mendesak perlawanan bersenjata terhadap Romawi.

Tahapan Perang

[sunting | sunting sumber]

Perang Yahudi-Romawi Pertama terdiri dari beberapa tahapan yang berlangsung selama tujuh tahun, dengan beberapa pertempuran kunci di berbagai wilayah Yudea.

1. Pemberontakan di Yerusalem (66 M)

[sunting | sunting sumber]

Perang dimulai pada tahun 66 M ketika pemberontakan besar terjadi di Yerusalem, dipicu oleh ketidakpuasan terhadap kekuasaan Romawi. Gubernur Romawi di Yudea, Gessius Florus, mencoba mengambil harta dari Bait Suci, yang memicu kemarahan luas. Pasukan Yahudi mengepung garnisun Romawi di Yerusalem, dan tidak lama kemudian seluruh provinsi Yudea bergabung dalam pemberontakan. Tentara Romawi yang dikerahkan untuk menekan pemberontakan, dipimpin oleh Cestius Gallus, gagal dan menderita kekalahan dalam Pertempuran Beth Horon.

2. Pengepungan dan Kehancuran Yerusalem (70 M)

[sunting | sunting sumber]

Setelah kekalahan awal, Romawi di bawah Kaisar Nero menunjuk Vespasianus sebagai komandan baru. Vespasianus dan putranya, Titus, memimpin pasukan besar untuk menaklukkan kembali Yudea. Pada tahun 68 M, Vespasianus berhasil merebut sebagian besar wilayah utara Yudea, termasuk Galilea. Namun, saat situasi di Roma menjadi tidak stabil setelah bunuh diri Nero, Vespasianus ditarik kembali ke Roma untuk diangkat sebagai kaisar.

Titus melanjutkan pengepungan Yerusalem pada tahun 70 M, di mana pasukan Romawi mengepung kota selama berbulan-bulan, menimbulkan kelaparan dan wabah di dalam kota. Akhirnya, Titus memerintahkan serangan besar-besaran, yang menghancurkan Bait Suci Kedua dan menewaskan puluhan ribu orang Yahudi. Bait Suci, pusat kehidupan religius Yahudi, dibakar hingga rata dengan tanah. Penghancuran ini merupakan titik balik dalam sejarah Yahudi, menyebabkan diaspora besar-besaran.

3. Pengepungan Masada (73 M)

[sunting | sunting sumber]

Sisa-sisa pasukan Yahudi mundur ke benteng Masada di tepi Laut Mati, di bawah pimpinan Eleazar ben Yair. Pengepungan Masada berlangsung hingga 73 M, ketika pasukan Romawi yang dipimpin oleh Lucius Flavius Silva akhirnya merebut benteng setelah membangun tanjakan pengepungan yang monumental. Namun, ketika Romawi menembus tembok Masada, mereka menemukan bahwa hampir semua pemberontak di dalam benteng telah melakukan bunuh diri massal untuk menghindari penangkapan.

Akibat Perang

[sunting | sunting sumber]

Kekalahan dalam Perang Yahudi-Romawi Pertama membawa dampak yang sangat besar bagi bangsa Yahudi dan Kekaisaran Romawi.

  1. Diaspora Yahudi: Setelah kehancuran Yerusalem, sebagian besar penduduk Yahudi diusir dari Yudea. Hal ini menandai dimulainya diaspora Yahudi yang menyebar ke berbagai penjuru kekaisaran Romawi dan sekitarnya, dengan pusat populasi Yahudi yang baru terbentuk di daerah-daerah seperti Babilonia dan Mesir.
  2. Kehancuran Bait Suci Kedua: Penghancuran Bait Suci Kedua merupakan peristiwa besar dalam sejarah Yahudi. Bait Suci adalah pusat kehidupan keagamaan Yahudi, dan tanpa Bait Suci, ritual-ritual keagamaan seperti pengorbanan tidak bisa dilakukan. Ini juga berkontribusi pada munculnya Yudaisme Rabbinik, yang menekankan studi Torah dan doa sebagai pengganti pengorbanan di Bait Suci.
  3. Represifitas Romawi: Kekaisaran Romawi memperketat kendali mereka atas provinsi-provinsi di Timur Tengah dan menekan gerakan-gerakan pemberontakan yang tersisa. Meskipun beberapa pemberontakan kecil terus berlangsung, seperti pemberontakan Bar Kokhba beberapa dekade kemudian, Romawi tetap berhasil menjaga stabilitas di wilayah tersebut untuk beberapa waktu.
  4. Pergeseran Populasi: Yerusalem dirombak oleh Romawi menjadi koloni militer bernama Aelia Capitolina, dan bangsa Yahudi dilarang tinggal di kota tersebut. Yudea juga dirombak menjadi provinsi Suriah Palestina untuk menghapus identitas Yahudi dari wilayah tersebut.

Lihat Pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. Goodman, Martin. The Ruling Class of Judaea: The Origins of the Jewish Revolt Against Rome AD 66-70. Cambridge University Press, 1987.
  2. Josephus, Flavius. The Jewish War. Harvard University Press, 1927.
  3. Schwartz, Seth. Imperialism and Jewish Society, 200 BCE to 640 CE. Princeton University Press, 2004.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]