Prasejarah Asia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Map of Asia[butuh rujukan]
  Asia Utara/Eurasia
  Asia Tengah
  Asia Timur
  Timur Dekat/Timur Tengah
  Asia Selatan
  Asia Tenggara

Masa Prasejarah di Asia merujuk pada peristiwa yang terjadi di Asia dari sejak adanya hominini (termasuk manusia), hingga ditemukannya sistem penulisan atau dokumentasi tertulis dari sejarah. Kawasan geografis dalam bahasan ini mencakup sebagian besar dari kawasan Eurasia yang secara tradisional disebut sebagai "Benua Asia". Benua ini digambarkan secara umum sebagai kawasan bagian timur Pegunungan Ural, Pegunungan Kaukasus, Laut Kaspia dan Laut Hitam, kemudian dibatasi oleh Samudra Pasifik, Samudra Hindia, dan Samudra Arktik.[1] Artikel ini memberikan gambaran dari peristiwa yang terjadi di banyak wilayah Asia selama zaman prasejarah.

Asal-muasal hominid Asia[sunting | sunting sumber]

Contoh tengkorak dari Homo erectus georgicus yang berasal dari Dmanisi, Georgia (Caucasus).
Illustrasi dari wajah manusia Peking.

Hominid purba[sunting | sunting sumber]

Pada sekitar 1,8 juta tahun yang lalu, beberapa populasi hominid mulai meninggalkan benua Afrika.[2] Homo erectus ("manusia tegak") diyakini telah mulai menempati wilayah Asia Timur dan Asia Tenggara pada kurun waktu 1,8 juta, sampai 40.000 tahun yang lalu. Berdasarkan perbedaan regional, Homo erectus ini diklasifikasikan sebagai Homo erectus sensu stricto.[3] Berat rata-rata betina adalah 52 kilogram (115 pon) dan memiliki tinggi rata-rata 15 meter (49 ft) . Pejantan memiliki berat rata-rata 58 kilogram (128 pon) tinggi rata-rata 17 meter (56 ft) . Homo erectus ini diyakini memiliki diet vegetarian dengan sedikit daging. Spesies ini memiliki otak yang relatif kecil, bila kemudian dibandingkan dengan Homo sapiens dan dalam kesehariannya menggunakan perkakas yang sederhana.

Fosil manusia purba yang paling awal ditemukan di luar Afrika berupa tengkorak dan rahang dari Homo erectus Asia. Fosil ini ditemukan di Dmanisi (Republik Georgia Modern), wilayah Kaukasus, yang mana merupakan suatu koridor daratan yang mengarah ke Asia Utara dari Afrika dan Timur Dekat atau Timur Tengah. Usia fosil ini ditaksir sekitar 1,8 Ma (Megaannum, atau juta tahun). Para arkeolog kemudian menamai fosil-fosil ini sebagai Homo erectus georgicus.[4][5] Terdapat juga beberapa sisa-sisa fosil yang tampak mirip dengan Homo ergaster. Ini berarti bahwa, mungkin saja terdapat beberapa spesies dari Homo ergaster yang telah hidup pada kurun waktu tersebut di wilayah Kaukasus. Kemudian ditemukan pula tulang-tulang hewan yang ditemukan di dekat sisa-sisa fosil ini, diantaranya: jerapah berleher pendek, burung unta, badak kuno dari Afrika, harimau bertaring tajam, dan serigala Eurasia. Alat-alat yang ditemukan bersama fosil ini berupa perkakas batu sederhana seperti yang digunakan di Afrika yakni: serpihan pemotong, inti litik, dan kapak pemotong.

Fosil spesies Homo yang tertua di Asia Tenggara, dikenal sebagai Homo erectus Jawa, ditemukan di antara lapisan puing-puing vulkanik di Pulau Jawa. Fosil-fosil yang mewakili 40 individu Homo erectus, yang terkenal sebagai Manusia Peking ditemukan di dekat Beijing, Zhoukoudian dan memiliki penanggalan sekitar 400.000 tahun yang lalu. Spesies ini diyakini telah hidup setidaknya selama beberapa ratus ribu tahun di Cina,[6] dan pada 200.000 tahun yang lalu di Indonesia. Spesies ini mungkin merupakan spesies pertama yang dapat menggunakan api dan memasak makanan.[7]

Tulang-belulang Homo erectus yang ditemukan di pulau Jawa memiliki penanggalan sekitar 300.000 tahun yang lalu.[8] Suatu tengkorak ditemukan di Cina Tengah memiliki kemirip dengan sisa-sisa Homo heidelbergensis yang ditemukan di Eropa dan Afrika dan memiliki penanggalan antara 200.000 dan 50.000 tahun yang lalu.[9]

Homo Sapiens[sunting | sunting sumber]

Terdapat teori yang menyatakan antara kurun waktu 60.000 dan 100.000 tahun yang lalu, Homo sapiens sampai ke daratan ke Asia Tenggara setelah bermigrasi dari Afrika. Model atau teori ini ini dikenal sebagai model "Keluar dari Afrika".[nb 1] Homo sapiens diyakini telah bermigrasi melalui Timur Tengah, setelah keluar dari dataran Afrika, pada sekitar 100.000 tahun yang lalu.[10] Pada wilayah sekitar Nazaret, tepatnya di gua Jebel Qafzeh, ditemukan sisa-sisa kerangka, termasuk dua kuburan ibu dan anak, yang memiliki penanggalan sekitar 93.000 tahun yang lalu . Diantara sisa-sisa kerangka tersebut, ditemukan pula kerangka dari spesies lain yang diyakini berbeda dengan Homo sapiens; kerangka tersebut memiliki struktur wajah yang berbeda jika dibandingkan dengan kerangka Homo sapiens pada umumnya.[11]

Para peneliti meyakini bahwa, manusia modern atau Homo sapiens mulai bermigrasi pada sekitar 60.000 tahun yang lalu ke Asia Selatan, daerah di sepanjang Samudra Hindia. Ini diyakini karena, orang-orang yang tinggal di daerah-daerah yang paling terisolasi di Samudra Hindia, memilik penanda DNA non-Afrika tertua. Migrasi manusia ke daratan Asia, kemungkinan dilakukan dengan mengikuti migrasi dari kawanan bison dan mammoth. Mereka kemudian tiba di selatan Siberia pada sekitar 43.000 tahun yang lalu. Setelah itu, beberapa orang dari mereka memilih bergerak ke arah selatan atau timur.[12][13] Pada sekitar 40.000 tahun yang lalu, Homo sapiens telah sampai di Indonesia. Ini ditunjukan melalui penemuan sebuah tengkorak di Gua Niah, Borneo.

Homo sapiens betina memiliki berat rata-rata 54 kilogram (119 pon) dan tinggi rata-rata 1,6 meter (5,2 ft). Laki-laki memiliki berat rata-rata 65 kilogram (143 pon) dan tinggi rata-rata 1,7 meter (5,6 ft). Homo sapiens bersifat omnivora. Dibandingkan spesies hominid sebelumnya, Homo sapiens memiliki volume otak yang lebih besar serta menggunakan perkakas yang lebih kompleks; termasuk didalamnya: pisau, jarum-jarum, dan belati yang terbuat dari tanduk, tulang dan gading. Spesies ini merupakan spesies hominid satu-satunya yang mampu mengembangkan bahasa, membuat pakaian, membuat tempat penampungan, dan penampungan makanan bawah tanah untuk pengawetan. Sebagai tambahan, setelah bahasa terbentuk, berbagai ritual dan seni kemudian diciptakan.[14]

Bahasa tertulis[sunting | sunting sumber]

Kurun Waktu Sistem penulisan Bukti sejarah Lokasi Pembagian Wilayah
c. 2600–2500 SM Bahasa Sumeria Naskah kuneiform dari Shuruppak and Abu Salabikh (periode Fara)[15][16] Mesopotamia Timur Dekat
c. 2400 SM Akkadian Tulisan-tulisan pra-Sargonik dari situs-situs arkeologi di Babylonia.[17] Suriah Timur Dekat
c. 2400 SM Bahasa Ebla Tablet Ebla Suriah Timur Dekat
c. 2300 SM[18] Bahasa Elami Perjanjian perdamaian Dinasti Awan Iran / Iraq Timur Dekat
c. 2100 SM Bahasa Hurrian Tulisan-tulisan pada kuil di Urkesh[19] Mesopotamia Timur Dekat
c. 1650 SM Bahasa Het Berbagai naskah kuneiform di Hattusa Turkey Timur Dekat
c. 1300 SM Bahasa Ugarit Tablet-tablet yang ditemukan di Ugarit[20] Suriah Timur Dekat
c. 1200 SM Bahasa Tionghoa Kuno Tulisan tulisan yang terdapat pada artefak perunggu dan tulang ramalan.[16][16][21] Tiongkok Asia Timur
c. 1000 SM Phoenician Ahiram epitaph Kanaan Timur Dekat
c. 1000 SM Bahasa Aram Situs sejarah daerah Timur Dekat
c. 1000 SM Bahasa Ibrani Kalender Gezer Kanaan Timur Dekat
c. 850 SM Bahasa Ammonit Tulisan-tulisan pada benteng di Amman[22] Yordania Timur Dekat
c. 840 SM Bahasa Moab Mesha Stele Yordania Timur Dekat
c. 800 SM Phrygian Asia Minor Timur Dekat
c. 800 SM Bahasa Arab Utara kuno bagian utara semenanjung Arab Timur Dekat
c. 800 SM Bahasa Arab Selatan kuno bagian selatan semenanjung Arab Timur Dekat
c. 600 SM Lydian [23] Anatolia Timur Dekat
c. 600 SM Bahasa Karian Anatolia Timur Dekat
c. 500 SM Bahasa Persia Kuno Inskripsi Behistun Iran Timur Dekat
c. 500-300 SM Bahasa Tamil Brahmi Tulisan di gua-gua Tamil Nadu[24][16] Sri Lanka / India South Asia
c. 260 SM Bahasa Prakrit Dekrit yang dikeluarkan Raja Ashoka[25][16] (Tulisan-tulisan pada gerabah di Anuradhapura dengan kerangka tahun c. 400 SM.[26][27]) India South Asia
c. 170–130 SM Bahasa Pahlavi Iran Timur Dekat

Prasejarah berdasarkan wilayah[sunting | sunting sumber]

Asia Utara[sunting | sunting sumber]

Bagian atas dari wilayah Tiongkok adalah wilayah Asia Utara atau Eurasia, di mana Siberia,[28] secara geografis telah menjadi bagian dari Rusia sejak abad ketujuh belas. Ujung barat daya Asia Utara adalah daerah Kaukasus. Daerah ini berada di perbatasan Eropa dan Asia, dan terletak di antara Hitam dan laut Kaspia. Wilayah Kaukasus merupakan daerah di mana terdapat bentangan Pegunungan Kaukasus, yang didalamnya terdapat puncak tertinggi di Eropa, yaitu gunung Elbrus. Bagian selatan daerah Kaukasus terdiri dari negara-negara berdaulat dan merdeka, sedangkan bagian utara berada di bawah yurisdiksi Federasi Rusia.

Dataran tinggi Armenia, pada masa Prasejarah Armenia, menunjukkan adanya jejak-jejak pemukiman yang berasal dari era Neolitikum. Budaya Shulaveri-Shomu yang berasal dari bagian tengah Transkaukasus merupakan salah satu budaya prasejarah paling awal yang diketahui di wilayah ini. Penanggalan karbon dari kebudayaan ini merujuk pada kurun waktu 6000-4000 SM. Budaya prasejarah awal lainnya di daerah tersebut adalah budaya Kura-Araxes. Budaya ini berlangsung setidaknya pada periode 3300-2000 SM, dan kemudian digantikan oleh Budaya Trialeti Georgia (ca. 3000-1500 SM).

Masa prasejarah Georgia merujuk pada periode-periode awal dari menetapnya manusia di wilayah Georgia saat ini, hingga kedatangan bangsa Asyur dan Urartu, dan kemudian masuknya pengaruh era klasik. Setelah itu, dapat ditemukan gambaran tentang suku-suku yang terdapat di Georgia dalam lingkup sejarah dengan dokumentasi tertulis, sekaligus mengakhiri periode prasejarah di Georgia.

Asia Tengah[sunting | sunting sumber]

Asia tengah adalah wilayah inti dari benua Asia yang membentang dari Laut Kaspia di barat hingga ke Tiongkok di sebelah timur, ke wilayah Afghanistan di selatan, dan ke wilayah Rusia di bagian utara. Wilayah ini juga kadang disebut sebagai Asia Pertengahan, atau juga terdapat sebutan tidak resmi; daerah " 'stan" (sebagai enam negara yang sering dianggap berada di satu wilayah, dengan nama yang memiliki akhiran "-stan"; secara harfiah berarti tanah dalam bahasa Persia),[29] dalam lingkup wilayah Eurasia. Negara-negara yang dimaksud adalah: Kazakhstan, Kyrgyzstan, Tajikistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Afghanistan.

Asia Timur[sunting | sunting sumber]

Masa prasejarah di Asia timur, pada bahasan ini, meliputi wilayah prasejarah yang terdapat di Tiongkok, Taiwan, Tibet, Xinjiang dan Korea. Studi prasejarah Tiongkok mencangkup situs-situs arkeologi masa paleolitikum, budaya neolitikum, budaya kalkolitik, dan zaman perunggu beserta situs-situs peninggalannya.

Tiongkok[sunting | sunting sumber]

Jejak-jejak paling awal dari manusia purba jenis Homo erectus di Asia Timur ditemukan di Tiongkok. Sisa-sisa fosil Manusia Yuanmou ditemukan di Provinsi Yunnan, wilayah barat daya Tiongkok dan memiliki penanggalan yang merujuk pada 1,7 juta tahun yang lalu. Alat-alat batu yang ditemukan di Nihewa, Provinsi Hebei, di Cina utara diperkirakan memiliki usia sekitar 1,66 juta tahun.[4]

Manusia purba diyakini telah tertarik dengan iklim hangat dan keadaan tanah yang subur, di wilayah Tiongkok bagian tengah, lebih dari 500.000 tahun yang lalu.[30] Sisa-sisa kerangka dari sekitar 45 orang, yang keseluruhannya dikenal sebagai Manusia Peking, ditemukan di sebuah gua batu kapur di Zhoukoudian, Provinsi Yunnan. Mereka diperkirakan berasal dari 400.000 sampai 600.000 tahun yang lalu. Beberapa peneliti percaya bahwa, bukti ditemukannya berbagai jenis tungku dan artefak mengindikasikan spesies ini telah mampu mengendalikan api. Namun, pendapat ini masih mendapat pertentangan dari arkeolog-arkeolog lain. Sekitar 1300 km di sebelah barat dari situs ini, di dekat kota Xi'an, Provinsi Shaanxi, terdapat sisa-sisa kerangka hominid yang diyakini hidup lebih awal dari Manusia Peking.[30] Antara kurun waktu 100.000 dan 200.000 tahun yang lalu, manusia Neanderthal juga diketahui telah hidup di berbagai tempat di China. Setelah tahun 100.000 SM, Homo sapiens diperkirakan telah menempati wilayah Tiongkok. Kemudian pada tahun 25.000 SM, manusia modern mulai menempati lokasi-lokasi terpencil di Dataran Cina Utara, di mana mereka mengandalkan aktivitas memancing dan berburu sebagai sumber makanan. Mereka juga telah dapat membuat artefak dari bahan tulang dan kulit kerang.[30]

Dimulai sekitar tahun 5000 SM, manusia telah hidup dan bermukim di lembah Sungai Kuning. Mereka hidup dari kegiatan bertani, memancing, dan beternak babi dan anjing untuk dimakan. Dimulai sejak akhir zaman Neolitikum, kelompok-kelompok manusia ini diyakini merupakan komunitas masyarakat paling awal di Tiongkok. Artefak-artefak yang berkaitan dengan komunitas ini seperti: pot keramik, mata pancung, pisau, panah dan jarum. Di wilayah barat laut Shaanxi, Provinsi Gansu dan Henan, dua kebudayaan baru diperkirakan muncul pada tahun 6000 SM. Artefak dari kebudayaan ini berupa tembikar merah. Artefak seperti tembikar juga dibuat oleh kebudayaan-kebudayaan lainnya yang muncul di Tiongkok, seperti kebudayaan masyarakat Bao-chi dan Banpo dari Shaanxi, dan kebudayaan masyarakat Chishan dari Hebei.

Kebudayaan Yangshao, yang diperkirakan ada pada antara kurun waktu 5000 dan 2500 SM, merupakan kebudayaan dengan pekerjaan utama masyarakatnya adalah sebagai petani. Keunikan yang dimiliki masyarakat pada kebudayaan ini adalah tempat tinggalnya yang memiliki ruangan bawah tanah. Desain dari gerabah yang mereka produksi diyakini merupakan simbol-simbol yang kemudian berevolusi sebagai suatu tulisan. Masyarakat ini mendiami bagian barat daerah Henan, bagian tenggara, dan bagian tengah wilayah Shaanxi. Antara tahun 2.500 sampai 1000 SM, Kebudayaan Longshan muncul di bagian selatan, timur, dan timur laut dari Tiongkok, dan juga wilayah Manchuria. Kebudayaan ini dikenal memiliki kemampuan bertani dan membuat keramik yang hebat.[31] Kemudian, dinasti-dinasti seperti dinasti Xia, dinasti Shang, dan dinasti Zhou mulai bermunculan ketika bahasa Tiongkok Kuno mulai berkembang.[32]

Lini masa zaman perunggu Tiongkok:

Zhōu DynastyShang DynastyErlitou cultureLongshan cultureMajiayao culture
Lini masa ini merupakan hasil pendekatan. Gunakan referensi untuk memastikan.

Taiwan[sunting | sunting sumber]

Masa Prasejarah di Taiwan berakhir seiiring kedatangan Belanda pada tahun 1624. Ini diketahui dari penemuan bukti-bukti arkeologi di seluruh pulau. Bukti awal dari keberadaan manusia merujuk pada kurun waktu 50.000 tahun yang lalu atau lebih.[30] Pada masa itu, selat Taiwan memiliki ketinggian air laut yang lebih rendah dan dapat digunakan sebagai jembatan untuk menyeberang. Sekitar 5.000 tahun yang lalu, petani-petani yang berasal dari daratan Cina diketahui telah menetap di pulau ini. Masyarakat ini diyakini telah menggunakan bahasa Austronesia, yang kemudian tersebar dari Taiwan hingga kepulauan Pasifik dan Samudra Hindia. Saat ini, penduduk asli Taiwan diyakini keturunan dari masyarakat tersebut.

Korea[sunting | sunting sumber]

Zaman prasejarah Korea adalah zaman di mana manusia mulai menetap di Semenanjung korea, dan pada periode ini tidak terdapat dokumentasi sejarah tertulis . Bagaimanapun, bahasan ini merupakan salah satu segmen terbesar dari kajian sejarah korea pada masa lampau, sekaligus merupakan objek utama dari kajian dalam disiplin ilmu arkeologi, geologi, dan paleontologi.

Jepang[sunting | sunting sumber]

Kajian prasejarah di wilayah Jepang berkaitan dengan era paleolitikum di Jepang dan zaman Jōmon.

Timur Dekat atau Timur Tengah[sunting | sunting sumber]

Wilayah Timur Dekat adalah istilah geografis yang menggambarkan wilayah Asia Barat. Meskipun terdapat berbagai definisi dari berbagai kalangan akademis, istilah ini awalnya digunakan untuk menandai batas maksimal dari wilayah Kekaisaran Ottoman. Namun, istilah ini telah secara bertahap digantikan oleh istilah Timur Tengah. Wilayah ini juga terkadang disebut dengan nama Levant.

Pada periode sekitar 1,4 juta tahun yang lalu, Ubeidiya, daerah di utara Lembah Yordan adalah situs paling awal terkait Homo erectus di wilayah Levant.[33]

Lini masa zaman perunggu di wilayah Timur Dekat
New Kingdom of EgyptMiddle Kingdom of EgyptOld Kingdom of EgyptEarly Dynastic Period of EgyptNaqada IIIAncient EgyptKassitesAssyriaBabyloniaThird Dynasty of UrAkkadian EmpireCities of the ancient Near EastAncient Near East
Lini masa ini merupakan hasil pendekatan, gunakan referensi untuk hasil yang lebih akurat.

Asia Selatan[sunting | sunting sumber]

Dolmen yang berasal Distrik Godavari Timur, Andhra Pradesh, India.
Asia selatan adalah wilayah bagian selatan dari benua Asia, yang terdiri dari negara-negara sub-Himalaya, dan bagi beberapa pihak, juga t ermasuk negara-negara yang berdekatan dengan wilayah bagian barat dan timur dari benua Asia. Secara topografi, wilayah ini didominasi oleh lempeng India, yang naik ke atas permukaan laut sebagai subbenua India, di bagian selatan dari pegunungan Himalaya dan Hindu Kush. Asia selatan dibatasi oleh Samudra Hindia di selatan, dan wilayah daratnya dibatasi  (searah jarum jam, dari barat) oleh: Asia Barat, Asia Tengah, Asia Timur, dan Asia Tenggara.

Situs arkeologi Riwat di Pakistan, berisi beberapa artefak; inti dan serpihan litik, yang diduga terkait aktivitas manusia purba pada 1,9 juta tahun yang lalu, tetapi rentang waktu ini masih kontroversial.[34]

The South Asian prehistory is explored in the articles about Prehistoric Sri Lanka, India and Tamil Nadu

Lini masa zaman perunggu di India.
Cemetery H cultureMature HarappanIndus Valley Civilization
Lini masa ini merupakan hasil pendekatan, gunakan referensi untuk hasil yang lebih akurat.

Asia Tenggara[sunting | sunting sumber]

Asia tenggara adalah sub-wilayah dari benua Asia, yang terdiri dari negara-negara yang secara geografis terletak di baguan selatan Tiongkok, sebelah timur India, sebelah barat dari Pulau Papua, dan di utara Australia.[35] wilayah ini terletak pada pertemuan lempeng tektonik, dengan aktivitas seismik dan vulkanik yang sangat aktif. Asia tenggara terdiri dari dua wilayah geografis: (1) Daratan Asia Tenggara, juga dikenal sebagai Indochina, terdiri dari Kamboja, Laos, Myanmar (Burma), Thailand, dan Vietnam; dan (2) Asia Tenggara Maritim, yang terdiri dari Brunei, Malaysia, Timor Timur, Indonesia, Filipina, dan Singapura.[36]

Situs arkeologi Sangiran yang kaya akan peninggalan artefak, di Provinsi Jawa Tengah (Indonesia), telah menghasilkan bukti-bukti awal dari keberadaan spesies hominid di Asia Tenggara. Di wilayah ini, ditemukan fosil Homo erectus yang diperkirakan memiliki umur lebih dari 1,6 juta tahun. Sisa-sisa fosil lainnya juga ditemukan di Mojokerto dan diperkirakan berumur 1,49 juta tahun.[5]

Masa prasejarah pada wilayah Asia Tenggara dikaji berdasarkan wilayah geografis. Misalnya dalam kajian sejarah kuno Myanmar dan Kamboja, serta artikel-artikel lain yang berkaitan dengan zaman prasejarah di Filipina, Thailand, Malaysia dan Indonesia.

Sisa-sisa kerangka lainnya yang ditemukan terkait hominid adalah kerangka hominid usia dewasa, yang hanya memiliki ketinggian0,91 m di Pulau Flores. Spesies memiliki otak kecil dan, dijuluki "the Hobbit" terkait ukuran tubuhnya yang kecil. Spesies ini diklasifikasikan secara berbeda sebagai Homo floresiensis. Spesies hominid kecil ini diperkirakan hidup sekitar 18.000 tahun yang lalu.[37]

Lihat juga[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Teori "asal-usul multiregional manusia modern" berpendapat bahwa, Homo sapiens di benua Asia berevolusi dari Homo erectus yang telah ada sebelumnya. Teori ini telah ditolak karena bukti-bukti genetik atau DNA menunjukan bahwa, seluruh manusia yang ada di bumi(Homo sapiens) memiliki leluhur yang sama, dan hidup sekitar 200.000 tahun yang lalu di Afrika. Oleh karena itu spesies Homo erectus telah mengalami kepunahan, alih-alih berevolusi menjadi manusia.[6]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Asia". eb.com, Encyclopædia Britannica. Chicago: Encyclopædia Britannica, Inc. 2006. Diakses tanggal 2014-03-07. 
  2. ^ Out of Africa. American Museum of Natural History. Retrieved April 23, 2014.
  3. ^ Evolutionary Tree Information. Human Origins. Smithsonian Institution. Retrieved April 23, 2014.
  4. ^ a b Rightmire & Lordkipanidze 2010.
  5. ^ a b Dennell 2010.
  6. ^ a b Peking Man. The History of Human Evolution. American Museum of Natural History. April 23, 2014.
  7. ^ Homo erectus. London: Natural History Museum. Retrieved April 23, 2014.
  8. ^ Keat Gin Ooi. Southeast Asia: A Historical Encyclopedia, from Angkor Wat to East Timor. ABC-CLIO; 1 January 2004. ISBN 978-1-57607-770-2. p. 173–174.
  9. ^ New Migrants. Diarsipkan 2014-04-19 di Wayback Machine. American Museum of Natural History. Retrieved April 23, 2014.
  10. ^ Expansion of Homo Sapiens American Museum of Natural History. Retrieved April 23, 2014.
  11. ^ The Arrival of Homo Sapiens. American Museum of Natural History. Retrieved April 23, 2014.
  12. ^ By Land and Sea. American Museum of Natural History. Retrieved April 23, 2014.
  13. ^ Steppes into Asia. American Museum of Natural History. Retrieved April 23, 2014.
  14. ^ Life During the Ice Age. American Museum of Natural History. Retrieved April 23, 2014.
  15. ^ Hayes, John (1990). A Manual of Sumerian: Grammar and Texts. Malibu, CA.: UNDENA. hlm. 268–269. ISBN 0-89003-197-5. 
  16. ^ a b c d e ().
  17. ^ Hasselbach, Rebecca (2005). Sargonic Akkadian: A Historical and Comparative Study of the Syllabic Texts. Otto Harrassowitz Verlag. hlm. 8. ISBN 978-3-447-05172-9. 
  18. ^ Stolper, Matthew W. (2008). "Elamite". Dalam Woodard, Roger D. The Ancient Languages of Mesopotamia, Egypt and Aksum. Cambridge University Press. hlm. 47–82. ISBN 978-0-521-68497-2. 
  19. ^ van Soldt, Wilfred H. (2010). "The adaptation of Cuneiform script to foreign languages". Dalam De Voogt, Alexander J.; Finkel, Irving L. The Idea of Writing: Play and Complexity. BRILL. hlm. 117–128. ISBN 978-90-04-17446-7. 
  20. ^ Pardee, Dennis (2008). "Ugaritic". Dalam Woodard, Roger D. The Ancient Languages of Syria-Palestine and Arabia. Cambridge University Press. hlm. 5–35. ISBN 978-0-521-68498-9. 
  21. ^ DeFrancis, John (1989). "Chinese". Visible Speech. The Diverse Oneness of Writing Systems. University of Hawaii Press. hlm. 89–121. ISBN 978-0-8248-1207-2. 
  22. ^ Fulco, William J. (1978). "The Ammn Citadel Inscription: A New Collation". Bulletin of the American Schools of Oriental Research. 230: 39–43. JSTOR 1356612. 
  23. ^ Baldi, Philip (2002). The Foundations of Latin. Walter de Gruyter. hlm. 30. ISBN 978-3-11-017208-9. 
  24. ^ Zvelebil, Kamil Veith (1992). Companion Studies to the History of Tamil Literature. BRILL. hlm. 122–123. ISBN 978-90-04-09365-2. 
  25. ^ Rogers, Henry (2004). Writing Systems. Black Publishing. ISBN 0-631-23464-0.  p. 204
  26. ^ Ray, Himanshu Prabha (2006). "Inscribed pots, emerging identities". Dalam Olivelle, Patrick. Between the Empires : Society in India 300 BCE to 400 CE. Oxford University Press. hlm. 113–143. ISBN 978-0-19-977507-1. , pp. 121–122.
  27. ^ Coningham, R.A.E.; Allchin, F.R.; Batt, C.M.; Lucy, D. (1996). "Passage to India? Anuradhapura and the Early Use of the Brahmi Script". Cambridge Archaeological Journal. 6 (1): 73–97. doi:10.1017/S0959774300001608. 
  28. ^ Far East, AskOxford, diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-09-29 
  29. ^ Paul McFedries (2001-10-25). "stans". Word Spy. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-07-05. Diakses tanggal 2011-02-16. 
  30. ^ a b c d Marshall Cavendish, World and Its Peoples: Eastern and Southern Asia. New York: Marshall Cavendish. 1. 2007. p. 30
  31. ^ Marshall Cavendish, World and Its Peoples: Eastern and Southern Asia. New York: Marshall Cavendish. 1. 2007. pp. 30-31.
  32. ^ Marshall Cavendish, World and Its Peoples: Eastern and Southern Asia. New York: Marshall Cavendish. 1. 2007. pp. 31-36.
  33. ^ Tchernov 1987.
  34. ^ Dennell 2007.
  35. ^ Klaus Kästle (September 10, 2013). "Map of Southeast Asia Region". Nations Online Project. One World–Nations Online. Diakses tanggal September 10, 2013. 
  36. ^ "World Macro Regions and Components". The United Nations. Diakses tanggal September 13, 2009. [pranala nonaktif]
  37. ^ Spreading through Asia. Diarsipkan 2014-04-19 di Wayback Machine. American Museum of Natural History. Retrieved April 23, 2014.

Daftar sitasi[sunting | sunting sumber]

  • Dennell, Robin (2007), "'Resource-rich, stone-poor': Early hominin land use in large river systems of Northern India and Pakistan", dalam Michael D. Petraglia and Bridget Allchin (eds), The Evolution and History of Human Populations in South Asia: Inter-disciplinary Studies in Archaeology, Biological Anthropology, Linguistics and Genetics, Vertebrate Paleobiology and Paleoanthropology Series, Dordrecht: Springer, hlm. 41–68, ISBN 978-1-4020-5561-4  More than one of |author-link=, |author-link=, dan |authorlink= specified (bantuan); More than one of |ISBN= dan |isbn= specified (bantuan) .
  • Dennell, Robin (2010), "'Out of Africa I': Current Problems and Future Prospects", dalam John G. Fleagle et al. (eds), Out of Africa I: The First Hominin Colonization of Eurasia, Vertebrate Paleobiology and Paleoanthropology Series, Dordrecht: Springer, hlm. 247–74, ISBN 978-90-481-9036-2  More than one of |ISBN= dan |isbn= specified (bantuan) .
  • Rightmire, G. Philip; Lordkipanidze, David (2010), "Fossil Skulls from Dmanisi: A Paleodeme Representing Early Homo in Asia", dalam John G. Fleagle et al. (eds), Out of Africa I: The First Hominin Colonization of Eurasia, Vertebrate Paleobiology and Paleoanthropology Series, Dordrecht: Springer, hlm. 225–44, ISBN 978-90-481-9036-2  More than one of |ISBN= dan |isbn= specified (bantuan) .
  • Swisher, C. C.; Curtis, G. H.; Jacob, T.; Getty, A. G.; Suprijo, A.; Widiasmoro (1994), "Age of the earliest known hominin in Java, Indonesia", Science, 263: 1118–21, doi:10.1126/science.8108729, PMID 8108729  More than one of |DOI= dan |doi= specified (bantuan); More than one of |pmid= dan |PMID= specified (bantuan) .
  • Tchernov, E. (1987), "The age of the 'Ubeidiya Formation, and Early Pleistocene hominid site in the Jordan River Valley, Israel", Israel J. Earth Sci., 36: 3–30 .