Kabupaten Pamekasan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tjmoel (bicara | kontrib)
k perbaharui data DAU 2013 - http://www.djpk.depkeu.go.id/regulation/27/tahun/2013/bulan/02/tanggal/04/id/873/
DarafshBot (bicara | kontrib)
k r2.7.1) (bot Menambah: fa:پامه‌کاسان
Baris 228: Baris 228:


[[en:Pamekasan Regency]]
[[en:Pamekasan Regency]]
[[fa:پامه‌کاسان]]
[[jv:Kabupatèn Pamekasan]]
[[jv:Kabupatèn Pamekasan]]
[[nn:Pamekasan]]
[[nn:Pamekasan]]

Revisi per 18 Februari 2013 01.10

Kabupaten Pamekasan
Daerah tingkat II
Motto: 
Jawa Madu Ganda Magesti Tunggal
Madura Mekkas Jatna Paksa Jenneng Dibbi
Peta
Peta
Kabupaten Pamekasan di Jawa
Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Pamekasan
Peta
Kabupaten Pamekasan di Indonesia
Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Pamekasan
Kabupaten Pamekasan (Indonesia)
Koordinat: 7°04′00″S 113°30′00″E / 7.0667°S 113.5°E / -7.0667; 113.5
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
Tanggal berdiri-
Dasar hukum-
Ibu kotaPamekasan
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 13
  • Kelurahan: 178 desa dan 11 kelurahan
Pemerintahan
 • BupatiKH. Kholilur Rahman bin Hasan Abdul Wafi
Luas
 • Total732,85 km2 (28,295 sq mi)
Populasi
 ((2003))
 • Total740.000
 • Kepadatan1,010/km2 (2,600/sq mi)
Demografi
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode BPS
3528
Kode area telepon0324
Kode Kemendagri35.28
DAURp. 702.610.217.000.-
Situs webwww.pamekasan.info


Kabupaten Pamekasan adalah sebuah kabupaten di Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pamekasan. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Selat Madura di selatan, Kabupaten Sampang di barat, dan Kabupaten Sumenep di timur.

Kabupaten Pamekasan terdiri atas 13 kecamatan, yang dibagi lagi atas 178 desa dan 11 kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Pamekasan.

Sejarah

Kemunculan sejarah pemerintahan lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke-15 berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sunoyo yang mulai merintis pemerintahan lokal di daerah Proppo atau Parupuk. Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan. Diperkirakan, Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura di Sumenep yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh Kertanegara. Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Istilah Pamekasan sendiri baru dikenal pada sepertiga abad ke-16, ketika Ronggosukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari Kraton Labangan Daja ke Kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehingga terjadi perubahan nama wilayah ini. Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya.

Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad 15, tidak dapat disangkal bahwa kabupaten ini lahir pada jaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bisa dipungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri telah sibuk dengan upaya mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya yang sangat besar, apalagi saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra. Sedangkan pada kehidupan masyarakat Madura sendiri, nampaknya lebih berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja pribumi pada zaman pra-islam.

Tulisan-tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan Bahasa Belanda dan kemudian mulai diterjemahkan atau ditulis kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada daun lontar atau Layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas.

Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika Ronggosukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja Pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan pembuatan jalan Se Jimat, yaitu jalan-jalan di Alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan Masjid Jamik Pamekasan. Namun demikian, sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya inskripsi ataupun prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah Pamekasan.

Bahkan zaman pemerintahan Ronggosukowati mulai dikenal sejak berkembangnya legenda kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggosukowati yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Aresbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan Hari Jadi Kota Pamekasan.

Terungkapnya sejarah pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invansi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal dibawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh Sarjana barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigeaud tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Bendatentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit, termasuk juga beberapa karya penelitian lainnya yang menceritakan sejarah Madura. Masa-masa berikutnya yaitu masa-masa yang lebih cerah sebab telah banyak tulisan berupa hasil penelitian yang didasarkan pada tulisan-tulisan sejarah Madura termasuk Pamekasan dari segi pemerintahan, politik, ekonomi, sosial dan agama, mulai dari masuknya pengaruh Mataram khususnya dalam pemerintahan Madura Barat (Bangkalan dan Pamekasan), masa campur tangan pemerintahan Belanda yang sempat menimbulkan pro dan kontra bagi para Penguasa Madura, dan menimbulkan peperangan Pangeran Trunojoyo dan Ke’ Lesap, dan terakhir pada saat terjadinya pemerintahan kolonial Belanda di Madura. Pada masa pemerintahan Kolonial Belanda inilah, nampaknya Pamekasan untuk perkembangan politik nasional tidak menguntungkan, tetapi disisi lain, para penguasa Pamekasan seperti diibaratkan pada pepatah Buppa’, Babu’, Guru, Rato telah banyak dimanfaatkan oleh pemerintahan Kolonial untuk kerentanan politiknya. Hal ini terbukti dengan banyaknya penguasa Madura yang dimanfaatkan oleh Belanda untuk memadamkan beberapa pemberontakan di Nusantara yang dianggap merugikan pemerintahan kolonial dan penggunaan tenaga kerja Madura untuk kepentingan perkembangan ekonomi Kolonial pada beberapa perusahaan Barat yang ada didaerah Jawa, khususnya Jawa Timur bagian timur (Karisidenan Basuki). Tenaga kerja Madura dimanfaatkan sebagai tenaga buruh pada beberapa perkebunan Belanda. Orang-orang Pamekasan sendiri pada akhirnya banyak hijrah dan menetap di daerah Bondowoso. Walaupun sisi lain, seperti yang ditulis oleh peneliti Belanda masa Hindia Belanda telah menyebabkan terbukanya Madura dengan dunia luar yang menyebabkan orang-orang kecil mengetahui system komersialisasi dan industrialisasi yang sangat bermanfaat untuk gerakan-gerakan politik masa berikutnya dan muncul kesadaran kebangsaan, masa Hindia Belanda telah menorehkan sejarah tentang pedihnya luka akibat penjajahan yang dilakukan oleh bangsa asing. Memberlakukan dan perlindungan terhadap system apanage telah membuat orang-orang kecil di pedesaan tidak bisa menikmati hak-haknya secara bebas. Begitu juga ketika politik etis diberlakukan, rakyat Madura telah diperkenalkan akan pentingnya pendidikan dan industri, tetapi disisi lain, keuntungan politik etis yang dinikmati oleh rakyat Madura termasuk Pamekasan harus ditebus dengan hancurnya ekologi Madura secara berkepanjangan, atau sedikitnya sampai masa pemulihan keadaan yang dipelopori oleh Residen R. Soenarto Hadiwidjojo. Bahwa pencabutan hak apanage yang diberikan kepada para bangsawan dan raja-raja Madura telah mengarah kepada kehancuran prestise pemegangnya yang selama beberapa abad disandangnya.

Perkembangan Pamekasan, walaupun tidak terlalu banyak bukti tertulis berupa manuskrip ataupun inskripsi nampaknya memiliki peran yang cukup penting pada pertumbuhan kesadaran kebangsaan yang mulai berkembang di negara kita pada zaman Kebangkitan dan Pergerakan Nasional. Banyak tokoh-tokoh Pamekasan yang kemudian bergabung dengan partai-partai politik nasional yang mulai bangkit seperti Sarikat Islam dan Nahdatul Ulama diakui sebagai tokoh nasional. Kita mengenal Tabrani, sebagai pencetus Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang mulai dihembuskan pada saat terjadinya Kongres Pemuda pertama pada tahun 1926, namun terjadi perselisihan faham dengan tokoh nasional lainnya di kongres tersebut. Pada Kongres Pemuda kedua tahun 1928 antara Tabrani dengan tokoh lainnya seperti Mohammad Yamin sudah tidak lagi bersilang pendapat.

Pergaulan tokoh-tokoh Pamekasan pada tingkat nasional baik secara perorangan ataupun melalui partai-partai politik yang bermunculan pada saat itu, ditambah dengan kejadian-kejadian historis sekitar persiapan kemerdekaan yang kemudian disusul dengan tragedi-tragedi pada zaman pendudukan Jepang ternyata mampu mendorong semakin kuatnya kesadaran para tokoh Pamekasan akan pentingnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang kemudian bahwa sebagian besar rakyat Madura termasuk Pamekasan tidak bisa menerima terbentuknya negara Madura sebagai salah satu upaya Pemerintahan Kolonial Belanda untuk memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Melihat dari sedikitnya, bahkan hampir tidak ada sama sekali prasasti maupun inskripsi sebagai sumber penulisan ini, maka data-data ataupun fakta yang digunakan untuk menganalisis peristiwa yang terjadi tetap diupayakan menggunakan data-data sekunder berupa buku-buku sejarah ataupun Layang Madura yang diperkirakan memiliki kaitan peristiwa dengan kejadian sejarah yang ada. Selain itu diupayakan menggunakan data primer dari beberapa informan kunci yaitu para sesepuh Pamekasan.

Saat ini nama pamekasan sedang naik daung dengan kehadiran klub sepak Bola Profesional Persepam madura United , yang saejak kompetisi 2012/2013 masuk dalam Indonesia Super League (ISL)info lebih lengkap seilahkan cek http://kabarpmu.com

Pemerintahan

Kabupaten Pamekasan terdiri dari 13 kecamatan, 11 kelurahan dan 178 desa. Kecamatan-Kecamatan di kabupaten ini yaitu:

Kontroversi

Pada isu daging babi menjadi bahan pada bakso yang dijual, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Pamekasan memastikan wilayahnya bebas dari peredaran bakso oploson yang dicampur daging babi karena tingkat konsumsi masyarakat masih relatif kecil dan hanya menggunakan daging sapi atau daging ayam.[1] Proses penggilingan terpusat pun mengakibatkan hal ini mudah dipantau.[2]

Tokoh dari Pamekasan

Pendidikan

UNIVERSITAS

  • Akademi Keperawatan Pamekasan
  • STAIN Pamekasan
  • UIM (Universitas Islam Madura)
  • Universitas Madura (UNIRA)
  • STAI Al-Khairat Pamekasan
  • STAI Miftahul Ulum
  • Yayasan An-Nasyiin

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)/SEDERAJAT

  • MTsN Model Sumber Bungur Pamekasan 3
  • SMPN 1 PAMEKASAN
  • SMPN 2 PAMEKASAN
  • SMPN 3 PAMEKASAN
  • SMPN 4 PAMEKASAN
  • SMPN 5 PAMEKASAN
  • SMPN 6 PAMEKASAN
  • SMPN 7 PAMEKASAN
  • SMPN 8 PAMEKASAN
  • SMPN 1 PALENGAAN
  • SMPN 2 PALENGAAN
  • SMP NURUL ISTIQLAL PALENGAAN DAYA
  • MTsN PARTEKER PAMEKASAN
  • MTsN PADEMAWU 1 PAMEKASAN
  • MTs SIROJUT THOLIBIN PALENGAAN
  • SMP MUHAMMADIYAH
  • SMP SSN MANDIRI AL-Miftah Terpadu Panyepen
  • MTs. Hidayatul Mubtadiin Pancoran Barat Kadur
  • MTs. Miftahul Ulum Panyepen

SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA)/SEDERAJAT

  • MA. Sumber Bungur Pakong Pamekasan
  • SMAN 1 PAMEKASAN
  • SMAN 2 PAMEKASAN
  • SMAN 3 PAMEKASAN
  • SMAN 4 PAMEKASAN
  • SMAN 1 GALIS PAMEKASAN
  • SMAN 5 PAMEKASAN
  • SMAN 1 Pademawu
  • MAN PAMEKASAN
  • MAN JUCANGCANG PAMEKASAN
  • SMA MUHAMMADIYAH
  • MA Miftahul Ulum Panyepen
  • MA SIROJUT THOLIBIN PALENGAAN
  • MA NURUL ULUM PALENGAAN
  • MA NURUL ISTIQLAL PALENGAAN
  • SMK Al-Miftah Panyepen
  • SMA SSN AL-Miftah Panyepen

Pesantren

  • Pondok Pesantren Sumber Bungur Pakong Pamekasan
  • Pondok Pesantren Hidayatul Mubtadiin Pancoran Barat Kadur
  • Pondok Pesantren Darul Ulum Banyuanyar
  • Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata
  • Pondok Pesantren Miftahul Ulum Bettet
  • Pondok Pesantern An-Nasyiin Grujugan
  • Pondok pesantren Al-Miftah Panyepen
  • Pondok Pesantren Al-Falah Sumber Gayam Kadur
  • Pondok Pesantren Miftahul Ulum Sumber Jati
  • Pondok Pesantren Tahfidzil Qur'an Bangkes
  • Pondok Pesantren Miftahul Khoir Cenlecen Pakong
  • Pondok Pesantren Ummul Quro As-suyuty Plakpak
  • Pondok Pesantren Sirojut Tholibin Taman Sari
  • Pondok Pesantren Nurul Ulum Karang Manggis

Seni Budaya

Tradisi

Pertunjukan

kriya

Permainan rakyat

Kuliner

Tempat-tempat wisata

Even wisata

Monumen

Referensi

Pranala luar